Anda di halaman 1dari 33
12. Batas lesi Bila perbedaan lesi dan kulit sehat terlihat jelas dan nyata, disebut berbatas tegas atau sirkumskrip. Contoh lesi berbatas tegas adalah plak psoriasis Batas tidak tegas disebut difus Contch tepi lesi tidak tegas dapat cijumpai pada dermatitis atipik dan krusta lepromatosa Gambar 107. Pick eritematosa berbatas Gambar 108. Plak eritematosa ‘dius (tidak tegas) pada dermatitis berbatas ifs (tidak teges) pada atopik fase anak dermatitis atopik Gambar 109. Piak eritematosa, berbatas ‘egas(sirkumskrip) pade lermatitis numlarie atau pada dermatofitosis Aplikasi klinis Pada prakteknya dalam membuat status khusus dermatologikus, hendaknya disusun secara sistematik: 1. Catat lokasi lesi (ada di regio mana) disertai sebaran atau distribusinya (apakah unilateral, bilateral, _simetris, generalisata atau universalis). 2. Deskripsi lesi yang ditemukan sebutkan jenis lesi tersebut, misalnya makula, papul, plak, vesikel, bula, nodus, ulkus, dan seterusnya. 3. Sebutkan jumlah lesi 4, Sebutkan bentuk masing-masing lesi, misalnya terdapat papul berbentuk kerucut, atau nodus berbentuk bulat, atau plak berbentuk poligonal. 5. Sebutkan masing-masing warna dan tentukan batas lesi (tegas atau difus), misalnya terdapat plak eritematosa berbatas tegas. 6. _Kemudian sebutkan ukuran (mitiar, lentikutar, numular, plakat), misalnya terdapat plak berbentuk bulat, berwarna kemerahan, berbatas tegas, berukuran plakat. 7. Selain inspeksi, perlu dilakukan palpasi pada lesi tersebut, bagaimana suhunya, Konsistensi (kenyal, keras), permukaan (licin, kasar, rata, verukosa). 8. Pada ulkus dilakukan palpasi apakeh terdapat indurasi (pengerasan), dan ada rasa nyeri (dotent) pada penekanan. 9. Sebutkan pula susunan (konfigurasi), misalnya vesikel multipel bergerombol (herpetiformis); Atau terdapat plak eritematosa dengan lesi satelit di sekitamnya tersusun korimbiformis. diagnosis kulit. Semoga sumbangan kecil ini menjadi bekal/ DAFTAR ISI panduan mahasiswa dalam pembelajaran aktif mandiri dan saat praktik di klinik, hingga akhirnya berpraktik sebagai dokter. Saya menyadari Sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh Halaman dari sempurna, dengan senang hati dan terbuka, baik masukan maupun kritik yang membangun saya nantikan. Hal tersebut merupakan hal penting dan berharga bagi perbaikan pada edisi Prakata iti selanjutnya. ‘ Buku ini sempat tertunda beberapa tahun karena kendala foocehalias teknis, Namun, dengan hati putih saya persembahkan buky ini L. Teak psmenkesan ..,. ce 3 bagi para mahasiswa kedokteran di Indonesia yang membutuh- | kannya, khususnya mahasiswa FKUI yang sangat saya cintai. ] ll, Berbagai bentuk morfologi dan terminologi ..... 7 Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu f penyempurnaan buku ini. Ill, Susunan morfologi (konfigurasi) <....+++-+ 42 panei rs IV. Ukuran morfotogi 51 V. Distribusi/penyebaran lesi Teas 33 Siti Aisah Boediardja Vi. Aplikasi ktinis 61 Penutup os i 2 Daftar Pustaka .....ssscsrereseeseereee 63 PANDUAN PRAKTIS MORFOLOGI DAN TERMINOLOGI PENYAKIT KULIT Pendahuluan Penyakit kulit merupakan penyakit yang banyak dijumpai di Indonesia; dapat dikatakan bahwa morbiditas penyakit kulit, terutama pada anak, menduduki peringkat ke-3 setelah infeksi saluran napas, dan diare. Berbagai penyebab, termasuk infeksi, gangguan alergi-imunologik, psikis, metabolik-endokrin, proses penuaan, dan faktor lingkungan menimbulkan manifestast di kulit yang berbeda-beda. Terkadang tidak mudah menegakkan diagnosis penyakit sehingga penatalaksanaannya pun menjadi kurang tepat. Untuk dapat menegakkan diagnosis penyakit kulit seorang dokter perlu membekali diri dengan mengenal dan memahami ber- bagai bentuk kelainan kulit (morfologi), istilah (terminologi) baku yang digunakan dalam menentukan ukuran. susunan. distribusi, serta proses penyebarannya. Morfologi adalah Kelainan kulit yang tampak oleh peng- tihatan_biasa, selanjutnya pada makatah ini disebut “lesi”. Lesi tersebut dapat menjadi petunjuk adanya proses patologis yang mengenai berbagai Komponen kulit, juga dapat merupakan cermin (indikator) penyakit sistemik. Sebagat contoh warna putih (makula hipopigmentasi) dapat merupakan penyakit kulit semata, misalaya nevus anemikus, maupun tanda awal suatu penyakit genetik dengan keterlibatan organ sistemik, misalnya tuberosklerosis. Pada penyakit tuberosklerosis ditemukan makula hipopigmentasi berbentuk mirip daun pohan Ash (Ash leaf) yang muncul sejak bayi baru lahir, biasanya disertai kejang tanpa demam. Adanya berbagai bentuk lesi dan untuk membedakannya diperlukan penamaan atau terminologi yang disepakati secara nasional dan internasional. Dengan demikian para dokter umum maupun dokter spesialis kulit dapat saling “berkomunikasi” secara tepat mengenai lesi kulit yang dimaksud bahkan penyakit yang mereka temukan. Selain morfologi, lokasi predileksi dan distribusi merupakan kunci Utama untuk menentukan atau memperkirakan diagnosis kerja dan diagnosis banding. Guna ketepatan diagnosis penyakit berdasarkan morfologi esi tersebut, perlu dilakukan anamnesis yang cermat dan terarah. Keluhan. subyektif merupakan Komponen penting untuk menegakkan diagnosis. Keluhan subyektif dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif (miselnya seberapa sering muncul fasa gatal dan seberapa berat/mengganggu aktivitas sehari- hari). Keluhan yang perlu diperhatikan pada penyakit kulit selain rasa gatal, adalah rasa nyeri, rasa terbakar, rasa kebal, gangguan estetika dan rasa rendah diri. Meskipun demikian, adakalanya kita mendapat kesulitan dengan penderita anak-anak karena beberapa keluhan tersebut sulit ditanyakan, Oleh karenanya perlu kita perhatikan beberapa tanda subyektif, misalnya bekas garukan yang menunjukan rasa gatal. Beberapa penyakit kulit dapat memiliki tempat predileksi, tanda dan gejala yang berbeda pada anak dibandingkan dengan orang dewasa, contohnya skabies, dermatitis atopik fase bayi (infantil), dan sifilis pada bayi baru lahir. Skabies pada bayi dapat bermanifestasi lebih banyak di telapak tangan dan kaki karena selalu lembab dan hangat (mereka memakai kaos kaki dan sarung tangan); dermatitis pada fase bayi tidak hanya di bagian fleksural tetapi juga di bagian ektensor ekstremitas; manifestasi sifilis pada bayi baru lahir dapat berupa vesiko- bulosa, bentuk yang tidak pernah ditemukan pada orang dewas Untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan penunjang, antara lain bakterioskopis, histopatologis dan imunofluoresensi, uji kulit, serologis, radiologis, pemeriksaan genetik, hingga bio- motekuler, sesuai indikasi. Selanjutnya akan dibahas beberapa hal penting berkaitan dengan morfologi dan terminologi guna menetapkan dalam diagnosis penyakit kulit, yaitu: |. Teknik pemeriksaan ll. Berbagai morfologi dan terminologi Ill, Susunan morfologi (konfigurasi) IV. Ukuran morfologi ¥. Distribusi, luas lesi, dan penyebarannya. |. Teknik pemeriksaan Kulit merupakan bagian tubuh kita yang paling luas, sehingga pemeriksaan harus dilakukan secara menyeluruh, metiputi kondisi pasien seutuhnya (status generalis) dan kondisi kulit. Secara umum warna kulit memberikan informasi jenis (tipe) kullt serta sehat atau tidaknya kulit. Warna kulit dipengarhi oleh melanin, karoten, oxyhemoglobin, dan reduced hemoglobin. Berbeda dengan pemeriksaan pada ilmu kesehatan umumnya, untuk kesehatan ataupun penyakit kulit dan kelamin sebelum metakukan anamnesis tanjut, perlu dilakukan pengamatan terhadap lesi yang dikeluhkan diikuti dengan pengamatan di seluruh permukaan kulit, mukesa, rambut, kuku, termasuk tentunya genitalia bila diperlukan atau pada pasien dengan ‘infeksi menular seksual. Dalam pemeriksaan tentu saja diperlukan pendekatan yang baik terhadap pasien, Berikan penjelasan mengapa harus dilaku- kan pemeriksaan seluruh permukaan tubuh padahal yang dikeluh- kan hanya bagian yang dipertihatkan oleh pasien. Atas ijin pasien (perhatikan hak otonomi pasien), dilakukan pemeriksaan secara etis dan lege artis, sebagai pendamping atau saksi dapat dihadirkan paramedis atau keluarga pasien. Pada waktu memeriksa kelainan kulit diperlukan cahaya yang terang atau dengan cahaya alam, den bila perlu penyinaran dilakukan dari samping (oblique). Pada inspeksi kita mengamati lokasi dan distribusi lesi, jenis dan bentuk, ukuran, batas, susunan, serta penjalaran lesi. Untuk dapat melihat lebih jelas digunakan kaca pembesar (loupe). Palpasi kulit dimaksudkan untuk menilai keadaan kulit, ‘wama atau tipe kulit, kondisi kulit misalnya lembab, kering, atau berminyak; tekstur kulit dan elastisitas; permukaan yang halus, kasar, berbenjol-benjol, verukosa (kasar dan tajam) seperti parut; suhu kulit; indurasi (pengerasan kulit); konsistensi ((unak, kenyal, keras); turgor kulit (baik atau buruk); dan rasa nyeri (dolent). Perlekatan lesi ke kulit dapat dinilai dengan mengangkat atau mencubit kulit di bagian ates lesf, perlekatan ke jaringan di bawahnya dilakukan dengan menggerakkannya. Beberapa teknik pemeriksaan klinis sederhana dapat di- lakukan, misalnya menggores kulit dengan benda tumpul dilakukan guna menilai dermographism, yaitu urtika linear yang muncul akibat goresan. White dermographism, yaitu garis putth yang terjadi setelah goresan (tidak mengikuti triple phenomena Lewis yang seharusnya), hal tersebut dapat terlihat pada penderita atopi. Dengan menekan dan menggeser kulit di antara dua bula atau menekan atap bula kita dapat menilai apakah terjadi lisis epidermis (epider motisis), tanda lisis Lersebut dinamakan tanda Nikolsky. Pemeriksaan secara diaskopi, yaitu cara memeriksa dengan menekan tesi kulit menggunakan benda transparan, misalnya kaca obyek atau spatel plastik, digunakan untuk membedakan antara eritema akibat vasodilatasi dengan purpura akibat ekstravasasi eritrosit; juga waa apple jelly (kekuningan) dapat terlihat pada lupus vulgaris. Pemeriksaan mukosa yang berkaitan dengan penyakit kulit, dilakukan pada mukosa mulut dan lidah, genital, serta konjungtiva mata. Sebagai contoh pigmentasi (lentigen) miliar di mukosa bibir dan bukal seringkali merupakan salah satu tanda sindrom Peutz-Jegher; erosi dan ekskoriasi di mukosa mulut/bibir, genitalia, dan mata merupakan tanda sindrom Stevens-Johnson; sedangkan tidah bercorak geografi merupakan tanda psoriasis Pemeriksaan kuku hendaknya membandingkan antara kuku sakit dengan kuku normal, wana kuku sehat merah jambu, bentuk mengikuti ujung jari tangan, permukaannya helus berkilat. Perhatikan pula alur kuku, dan kerapuhan kuku (fragititas). Pada psoriasis biasanya ditemukan pits (lubang atau mirip sumur kecil di permukaan kuku). Sedangkan pada infeksi jamur kuku baik kandida maupun dermatofita terjadi kerusakan kuku di bagian proksimal, distal atau lateral lempeng kuku. Ketepatan diagnosis klinis memertukan pemeriksaan diagnosis laboratoris, misalnya kerokan kuku yang ditetesi cairan KOH bila diduga infeksi jamur. Pemeriksaan biopsi kuku berguna untuk menegakkan diagnosis, misalnya liken planus. Pemeriksaan rambut seringkali terlewatkan; yang perlu diperhatikan adalah bagian kulit tempat rambut tumbuh di kulit kepala (skalp) dan batang rambut. Pada skalp dapat terjadi radang muara folikel (folikulitis), percepatan pengelupasan kulit (skuamasi) misalnya pada psoriasis dan dermatitis seboroik. Selain itu kelainan pada batang rambut yang dapat ditemukan di antaranya adalah perubahan ware, contohnya rambut memutih (kanities, leuko: trikhia) terkadang bukan sebagai proses pentuaan melainkan ber- hubungan dengan kelainan kulit di tempat tumbuh rambut ter- sebut, misalnya vitiligo. Kerusakan batang rambut termasuk antara lain mudah patah, terputusnya kontinuitas batang rambut, misalnya pada trikoreksis invaginata, serta kerontokan rambut (defluvium) atau rambut botak (alopesia). Kadang-kadang untuk diagnosis yang lebih tepat dipertukan pemeriksaan khusus, yaitu biopsi. Beberapa teknik baru pemeriksaan kulit dengan peralatan canggih telah banyak digunakan, di antaranya memeriksa trans- epidermal water loss (TEWL) dan kapasitas kulit menampung air (skin capacitance) dengan alat tewameter, serta pemeriksaan dermoskopi guna menilai kepadatan melanin dan tekstur kulit. Namun, pemeriksaan dasar kulit dengan kasat mata atau kaca pembesar tetap merupakan hal utama yang harus dikuasai seorang dokter. Analisis data lokasi atau tempat predileksi, distribusi serta hasil pemeriksaan inspeksi dan palpasi kulit secara rinci akan mengarahkan dokter kepada pemikiran diagnosis kerja dan diagnosis banding, - Hasil pengamatan tersebut perlu dilengkapi dengan anamnesis terarah sesuai dugean diagnosis kerja dan diagnosis banding. Contohnya bila tempat predileksi dan morfologi menjurus dugaan penyakit skabies maka anamnesis dapat diarahkan sesuai pato- genesis penyakit. Apakah gatal dirasakan terutama pada malam hari, apakah keluhan yang serupa juga diderita anggota keluarga; apakah lokasi_kelainan kulit (polimorfi) terdapat di bagian tubuh yang tertutup pakaian (lipatan kulit dan kelamin). ‘Anamnesis secara rinci dan teliti dimulai dengan menanyakan riwayat penyakit, yaitu. awitan penyakit, bentuk awal lesi kulit dan perkembangannya. Kemudian ditanyakan berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit, di antaranya faktor genetik, dan faktor predisposisi (diabetes melitus, obesitas, psikis), Pada penyakit infekst perlu ditanyakan sumber penyakit (narakontak), faktor lingkungan (pengaruh sinar matahari, debu, binatang peliharaan), serta kemungkinan cara penularan penyakit (langsung atau tak langsung akibat higiene perorangan yang buruk). Adakah faktor pencetus atau faktor penyulit, misalnya ke- hamilan dan pekerjaan. Bagaimana pengaruh obat dan makanan yang dikonsumsi terhadap penyakit yang sedang diderita. Periu diingat bahwa anamnesis adalah salah satu cara untuk menggali elivlog! dan patogenests penyakit yang diadapt. Gambar 1. Tanda garukan scratch Gambar 2. Dermosraphism marks Il. Berbagai morfologi dan terminologi Definisi morfologi adalah kelainan kulit yang tampak oleh mata biasa dan merupakan gambaran yang khas; masing-masing jenis lesi diberi nama yang khusus yang sudah baku, diakui, dan dipakai di seluruh dunia. Menyusun kelomook penyakit kulit didasarkan atas morfologi temyata lebih praktis dan lebih menolong dalam menetapkan diagnosis klinis. Siemens (1958), Fitzpatrick dan Walker (1962), mengadakan kesepakatan mengelompokkan morfologi kulit berdasarkan letaknya terhadap permukaan kulit (tabel 1) Tabel 1. Kelompok tesi berdasarkan letaknya terhadap permukaan kuiit [Sama rata (flat) Lebih tinggi Lebih rendah ] [Nakula: Papul Erosi Hipopigmentasi Nodus Ekskoriasi | Hiperpigmentasi tiers Utkus, Gicnaat Vesikel Fisura Telengiektast Bula Fistel Purpura Kista Sinus Sikatriks eutrofi Skuama Suni Krusta cia ‘ Vogetast Sikatriks atrofi Sikatriks hipertrofi Morfologi dan skema gambaran histopatologik Contoh makula 1. Makula Kelainan kulit berupa perubahan warna_ semata-mata, umumnya berbatas tegas. Perubahan warna kulit antara lain disebabkan oleh: a. Pigmen kulit (melanin), dapat bewarna hitam atau kebiruan bergantung pada kedalarnan letak t pigmen di kulit. Misalnya, warna kebiruian pada bokong bayi baru - _ lahir yang dikenal dengan Mongolian spots. Contoh lain misalnya warna kopi susu yang disebut café au lait yang berkaitan dengan penyakit genodermatosis neurokutan, yakni neurofibromatosis.. Kulit pasca inflamasi dapat menjadi lebih hitam (hiperpigmentasi) karena jumlah pigmen bertambah; atau menjadi lebih putih (hipopigmentasi) Karena jumtah pigmen kulit berkurang. Karoten dapat menyebabkan warna kulit kekuningan, misalnya pada karotenemia. Pigmen empedu dalam keedean patologis dapat memasuki aliran darah dan sampat di kulit dan konjunstiva sehinaga menyebabkan ikterik cae jessie Gambar 3. Makula depigmentasi berbatas tegas pada vitiligo, Gambar 4, Makula hiperpigmentasi Sebagal tanda lahvr pada bay! Gambar 5. Nakula hiperpigmentast sebagian Derbentuk linear can tak beraturan pada Iknontinensia pigmenti Gambar 6. Nakula eritematosa Gambar 7. Makula eritematosa pada bayi berbatas ¢ifus can telangiektasla dengan dermatitis popek i waa 4 | Gambar 8. Nakula kecokiatan {Café au lait) pada neurofibrematosis 10 Petekie (mitiar) . "soe wee Sugulasio (numutar) e @ : e@ o ‘Ekimosis (plak) b. Vasodilatasi dapat menyebabkan hiperemia yang di sebut eritema, biasanya tampak pada setiap inflamasi atau gangguan vaso- motor. Bila ditekan dengan benda transparan (pemeriksaan diaskopi) kemerahan menghilang. ¢. Kongesti pembuluh darah menyebabkan sianosis (biru keunguan) dan pada bagian tersebut, teraba lebih dingin. d, Ekstravasas| eritrosit di bawah tapisan kulit disebut purpura. Purpura menimbutkan kemerahan yang menetap; pada pemeriksaan diaskopi kemerahan tersebut tidak menghilang. Dalam beberapa hari atau minggu purpura menghilang karena diabsorpsi. Purpura kecil berukuran sebesar jarum pentul (miliar) disebut petekie. Purpura yang lebih besar seukuran uang logam disebut sugulasio dan bila lebih besar lagi Permukaan purpura dapat sama tinggi dengan permukaan kulit atau menonjol (palpable). Warna purpura mula- mula merah tua atau keunguan, talu menjadi kuning kehijauan, kemudian perlahan-lahan menghilang, perubahan warna tersebut akibat hemosiderin yang berasal dari hemoglobulin. " Gambar 9. Pelebiran darah tersusu mip Jala disebut livedo retikutaris Teteangiektasi 12 i Gambar 10. Purpura berupa ptekie dan sugulasto di tungkat bawah d. Pelebaran pembuluh darah dan aliran yang bertambah serta permanen di kulit, disebut teleangiektasi; secara klinis tampak cabang-cabeng halus mirip jaring laba-laba (spider novi) Kongesti pembuluh darah yang menyebabkan gambaran seperti anyaman jala (net) disebut livedo retikularis, misalnya dapat tampak pada bayi baru lahir yang kedinginan setelah dimandikan. Bila menetap perlu dipikirkan kemungkinan merupakan bagian dari suatu sindrom, misalnya Cornelia de Lange. 2. Papul Kerucut (foltkutar) —44 aR i] Bula & sp Penonjolan di permukaan kulit dengan konsistensi padat, berbatas tegas, berukuran kurang dari 0,5 cm. Lesi padat tersebut disebabkan oleh infiltrat sel radang atau masa padat lainnya di epidermis atau dermis. Bentuk papul dapat bermacam- macam, misainya bentuk kerucut (folikular) bila letak papul di muara folikel rambut. Gambaran histopatologik terlihat papilomatosts. Papul bulat mirip kubah, dapat dijumpai pada prurigo Hebra atau strofulus infantum. Bentuk kasar seperti parutan disebut verukosa, misalnya pada veruka vulgaris (kutil). Bentuk lainnya adalah bertangkai, misalnya pada fibroma mole. Bentuk umbilikasi (terdapat lekukan di puncaknya, seperti pusar) terlihat pada moluskum kontagiosum. Papul dengan permukaan yang datar dijumpai pada veruka plana, dapat juga berbentuk poligonal, misalnya pada tiken planus. Warna papul bermacam-macam bergantung pada isinya. Warna serupa tembaga (kuprum) misalnya pada liken planus, kekuningan pada xanthoma, dan putih pada milia. B Gambar 11. Papul berbentuk bulat mirip kubah tersebar ciskret pada prurigo Hebra Gambar 14. Papul dengan tekukan —_ Gambar 15. Pepul verukosa (permukaan (ele) pada moluskum kontagiosum —_asar mirip pant) pada veruka vulgaris Gambar 12. Papul folikuler, bentuk Gambar 13. Papul, bulat, datar, kerucut dan runcing pada keratosis ekuningan berketompok pada Gamber 16. Papal bertangkai, Gambar 17. Fenomena "button folikularis yanthoma lunak, pada neurofibromatosis hholing”: bila fibroma ditekan dengan jari seolah-olah masuk ke {ubang di bewahnya: 14 15 3. Plak (plaque) Infiltrat padat, berbatas tegas, datar berukuran lebih dari 1.cm. Contoh plak adalah pada kondiloma latum (sifilis stadium il), dikenat juga dengan nama plaque mucous. Gambar 18. Plak (ploque) eritematesa berbatas togas pada bavi denean ram 20908 4, Nodus Letal infittrat 16 ‘Gambar 19, Plak di kepata disertai ‘nflamast pada kerion Celst Penonjolan di permukaan kulit lebih besar daripada papul (=0,5cm), infil- tratnya dapat terletak di epidermis, dermis (A) atau subkutis (B). Biasanya nodus terjadt akibat proses inflamasi atau neoplasama. Umumnya merupakan penonjolan di kulit berbentuk agak bulat mirip kubah, dapat diraba dan digerakan. Kadang-kadang dalam perkembangan- nya dapat mengalami supurasi menjadi abses. Contoh nodus, misalnya furunkel, serta nodus pada tbe dan lepra. Eritema nodosum pada tuberkulosts kutis disebut eritema indurativum Bazin, Pada reaksi lepra disebut eritema nodosum leprosum. Gambar 20, Paoul folikular berbentuk Gambar 21. Papul fotikular herbentuk kerucut pada fotitulitis Kerucut pada fol kulitis Gambar 22, Nodus eritematosa berbentuk Gambar 23. Abses (kumpulan kubah pada eritema nodosum leprosum pus): nodus terlihat bulat dengan 5. Urtika konsistensi [unak Edema setempat yang timbul mendadak dan menghilang perlahan-lahan. Edema tersebut berisi cairan plasma yang keluar dari pembuluh darah akibat vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler. 7 Secara klinis terlihat sebagai edema berbatas tegas, disertat kemerahan di sekitamya dan di bagian tengah tampak lebih pucat. Kadang-kadang bentuknya tidak teratur disertai pseudopodi. Dapat juga berbentuk garis memanjang (linear), misalnya pada dermografisme. Pengumpulan cairan pada urtika dapat terletak di kutis atau subkutis. Pada jaringan yang lebih longgar, urtika umumnya terlihat lebih jelas, misatnya di palpebra. Bila edema meluas ke struktur yang lebih datam, misalnya di saluran napas atas dan saluran cema, disebut angioedema. Gambar 24. Urtike elepak mata dan bibir Gambar 26. angioedema ol bibir 18 amber 25. Urtikaria angioedema paca 6. Vesikel 7. Bula vesiket bula (20.5cm) bula hipopion Gelembung di permukaan kulit ber- isi cairan serosa, berbatas tegas, mempunyai_atap dan dasar, ber- ukuran < 0,5cm. Bergantung pada letak (di epidermis ‘atau dermis) atap vesikel dapat tebal atau tipis. Atap vesikel biasanya transparan. ‘Atap vesikel tebat bila letaknya di subepidermis atau di bawah stratum basal (A), Secara Klinis terlihat vesikel yang tegang, berkilat, tidak mudah pecah. Atap vesikel tipis bila vesikel terletak di intraepidermal (B) atau subkorneal (C). Isi vesikel dapat berisi cairan serosa (jemin), atau berisi pus (disebut pustul), atau darah (disebut vesikel hemoragik). Bagian tengah atap vesikel dapat berbentuk delle (umbilikasi), misalnya pada varisela atau herpes zoster. Vesikel berukuran lebih besar dari 0,5 cm dinamakan bula Bila berisi nanah disebut bula purulen, bila berisi darah disebut bula hemoragik. Bila di dalam bula yang kendur pus mengendap di bagian bawah sehingga ‘tampak dalam posisi bergantung (akibat eravitasi) disebut bula hipopion. Bentuk tersebut khas pada ‘impetigo vesiko-bulosa, Beberapa vesikel dapat bersatu (berkonfluens) membentuk bula 19 vesikel konfluens mutilokular, biasanya terlihat pada SP co herpes zoster dan herpes simpleks. © - Vesikel atau bula secara histopatologis merupakan celah yang terbentuk di intra atau interselular, atau di bawah stratum basal. Pemisahan epidermis dari dermis, disebut epidermolisis terlihat pada penyakit toksik epidermal nekrolisis | (TEN). Gambar 29. Pustul dan bute hisopion pada lmpetico bulosa Gambar 30, Bula hipopion pada impetigo buiosa Gambar 77 A= pustal f B ula purulent . ' { é f GGambar 32, Buta hemoragik, herpetiformis . (berketempok) (©), Gambar 31, Vesiket hemoragik (A) vests hemoragik berkonttuers (8) : ; 20 2 8. Kista Rongga yang terbentuk kemudian (bukan rongga alami) dan mempunyai kapsul (simpai), letaknya dapat di epidermis, dermis dan subkutis, iN Kista dapat terbentuk dari duktus = kelenjar, pembuluh darah, pembuluh getah bening yang tersumbat. Dindingnya dapat berasal dari sel epitel atau endotel Pada palpasi Konsistensinya kenyal-keras, kadang-kadang teraba fluktuasi, umumnya tanpa tanda radang. Isi kista berupa Gambar 34, Kista epidermal multipel di Gambar 35. Kista multipel pada cairan kental atau setengah } a re padat. Contohnya kista epidermal (aterom) dan kista dermal steatosistoma, 9. Skuama Stratum korneum yang terlepas dapat terjadi primer atau sekunder. Skuama kasar, kering, tebal —_Skuama kasar dapat terlihat secara dan bertapis kasar mata, misalnya pada psoriasis, eritroderma, iktiosis. Pada psoriasis selain kasar, skuama juga berlapis- } ee lapis, transparan, dan putih seperti mika, S Pas Rng ‘Skuama halus (pitiriasis), mirip bedak (powdery) dilihat dengan cara meregangkan kulit atau mengeroknya. Skuama halus terdapat misalnya pada pitiriasis versikolor (panu) dan pitiriasis rosea. Gambar 33. Kiste aterom: kista epidermal tanpa. iat tanda radang, bagian tengah Terlihat titik — (pungtum) yang merupakan saluran sebum Skuamiadanat terbentuk berbentuk melingkar dan disebut kolaret , misalnya yang terbentuk dari sisa atap vesikel atau bula yang pecah. 2 23 shuama ) \) Ra) 5 eee tersisun mirip genting 02) biasanya terlihat pada tinea HY} + imbrikata dan iktiosis tametaris. Gambar 36. Siuiama kasar di dahi pads dermatitis ceboroile Gambar 37. Suiama halus (tampak ‘setelah kulit diregangkan) dan berwarna putin pada pitiriass versikclor 24 Gamber 38. Skuania kasar di atas dasar eritematosa pada eritroderma Gambar 39. Scuama pada tinea Gambar 40. Skuama kolaret ‘mbrikata: tersusun konsentris: Gambar 41. Shuama mip sisk than pada tktiosss 25 Gambar 42. Skuama tebal, bertapis, dan Gambar 43. Skuama tering, hitam, metekat ering, putih mirip mika pada psoriasis pada &ttosisnigrkans 10. Krusta 26 Cairan tubuh yang mengering di atas permukaan kulit, Warna krusta bergantung pada asal cairannya, warna kekuningan bila berasal dari serum (pada erosi) (A),warna hitam (krusta hemoragtk) berasal dani darah (pada ekskoniasi darah menjadi kering) (B). Bila berasal dari pus warna kuning kehijauan. Pada dermatitis seboroik skuama bercampur krusta, berwarna kekuningan dan berminyak mirip mentega (greasy). Bila skuama menutupi skalp kepala bayi secara luas sehingga mirip penutup kepala disebut cradle cap. Gambar 44. Krusta kekuningan pada Gambar 45. Krusta dan scuama Dermatitis seboroik berminyak membentuk cradle cup Gambar 46. Knusta hemoragik pasca herpes zoster ci, Gambar 47. krusta kehitaman dada impetigo krustosa, Sedangkan pada impetigo vesiko ‘bulose tampak bula hipopion, krusta kemerahan, dan skuamta metingkar (kelaret) Gambar 48 dan 49. Kondiloma akuminanta: papul verusiformis mirip jengger ayam 11. Vegetast Erupsi kulit yang tumbuh ke permukaan, dapat berasal dari dasar ulkus atau dari kulit ‘Vegetasi kasar seperti parutan (veru- kosa) disebut vegetasi keratotik atau verukusa, misalnya pada veruka Vegetasi yang menyerupai tonjolan vulgaris. papit disebut papilomatosa. Contoh vegetasi berbentuk papilomatosis, Negetasi papilomatosis —_misalnya pada karsinoma planoseliilar ‘Yegetasi dengan papil runcing- runcing disebut veruciformis, misalnya pada kondilomata akuminata. Bentuknya mirip jengger ayam. Vegetasi veruciformis Gambar 30. Vegetast papllomatose atau veyetas| verukosa pada veruka vulgarie 28 2 12. Erosi Kehilangan jaringan yang tidak melebihi stratum basal. Secara Minis terlihat serum (cairan bening). Erosi dapat terjadi akibat trauma, misalnya garukan, luka serut (laserasi), vesikel atau bula superfisial yang pecah. Gambar 51. Eros! {kehilangan jaringan sarmpai stratum spinosum) tampak serum di atas kulit 13, Ekskoriast 30 Kehilangan jaringan sampat 1 stratum papilare di dermis, Secara klinis tampak ada bintik- bintik perdarahan di kulit. Gambar $2. Ekskoriasi pada epldennatisis bulosa 14. Ulkus Sagan ukus Gambar 53. Lesi ekskoriest Kehtargan jaringas yang menempakkan perdarahan i ult Kehilangan jaringan yang me- lebihi stratum papilare, ber- bentuk mirip cawan, mempunyai tepi, dinding, dasar, dan isi. Bentuk ulkus dapat bulat, lonjong, atau tidak beraturan, berbentuk plang (bulat mirip sumur) dapat terlihat pada ulkus trofik Sekitar ulkus dapat tenang atau terdapat tanda inflamasi akut / kronis (biasanya hiperpigmentasi). Tepi ulkus datar atau meninggi. Dinding landai terlihat pada ulkus tropikum, sedangkan dinding bergaung terlihat pada ulkus akibat matnutrisi, ulkus mole, dan ulkus tuberkulosis. 3 Dasar ulkus dapat berisi jaringan granulasi, bila sehat berwarna merah cerah dan bersih biasanya sehat, sedangkan pada yang kurang sehat umumnya kotor dan pucat. Gambar 54. Utkus tropikum: berbentuk bulat javingan granulasl merah bercampur keusta hit. Gamber 95. Uthus granviosum, bentuk tidak teratur tep! ct sekltarnya livide (hiperpiamentasi, dinding bergaung, beris\ Jaringan granulosie oter. 32 Pengerasan karena sebukan infiltrat (sel radang) di sekitar ulkus disebut indurasi (teraba keras), misalnya pada ulkus durum (sifilis stadium 1). Rasa nyeri (dolent) pada perabaan dapat dirasakan pada ulkus mole. Penyembuhan ulkus memeriukan dua komponen, yaitu jaringan granulasi dan epitel Gambar 56. Utius pada skrofuloderma: Gambar 57. Ulkus trofik pada penderita entuk tidak beraturan, bereauns, top! morbus Hansen, berbentuk plone livide, fi faringan granuiasi kurang, sekiternya keras, dasar Kering, jaringan sehat granulas' bers Gambar 58. Uthus varkosum di tungkai bawah kiri, berbentuk bulat, di sekitarnya hiperpig- mentasi, den terdapat varises, {dengan jaringan granuiasi sehat 2 15. Fisura (ragades) Kontinuitas (kesinambungan) kulit 16. Sikatriks Jaringan parut dengan permukaan hilang sehingga kulit terbelah yang licin, halus, berkilat dan i) (diskontinuitas) tanpa kehilangan tidak berambut. 4 Jaringan Atrof Kedalaman fisura dapat sampai Sikatriks disebut eutrofi bila permuka- kutis atau subkutis, Biasanya fisura annya sama rata dengan kulit; terjadi setelah trauma tajam, dan NC Sebut_atrofi bila perimukaannya berbentuk linear. Fisura dapat pula lebih rendah, biasanya kutit tebih <——_’ ferjadi akibat kulit yang Kering, tipis dan berkeriput mirip. kertas peregangan kulit dan pecah, sigaret contohnya ditemukan pada biasanya terlihat di sudut bibir, anetodermia dan epidermolisis ‘telapak kaki, dan sela Jari kaki. bulosa distrofik. Hipertrof oe Pada sikatriks hipertrofik. tampak * jaringan sikatriks tumbuh ke samping dan ke atas, melebihi ukuran awal fire Se 2 _ ue. Bila tumbuh sanget berlebihan, Nr sikatriks disebut keloid. Biasanya , gatal, berwarna merah berkilat, dan tidak mengandung adneksa. Gambar 59. Fisura: Ketilangan kontinuitas kulit, tanpakehitangan jaringan, dapat sampai dermis atau lebih dalam, umumnya tinear (mii warts iuris) F Gambar 60. Sikatriks eutrafi Gambar 61. Sikatrils atrofl berbentuk pads epidermolisis bulose “plong” pascal varisela dl wala 34 35 CGambar 62. Sikatriks atrofi dengan Gambar 63. Stkatriks atrofi tanpa inflamasi kemerahan pada strie fnflamasi warna lebih putlh (striae yang baru terbentuk 36 aibicantes) Gambar 64. Sikatriks atrofi, tampak permukaan kulit menipis, Bentuk linesr mengikutt alur kul, warna kemerahan Gambar 65. Sikatriks bipertrofi dan berlebih 3 disebut keloid 417. Guma 18. Abses 19. Fistel dan sinus fistel Infiltrat sirkumskrip, menahun, dan bersifat destrukstif (merusak/ invasi) ke sekitarnya, kemudian melunak. ‘Contohnya guma pada sifilis stadium Ill dan pada frambusia guma destruktif yang dapat menyebabkan kehilangan tulang hidung (gangosa). Kumulasi pus di jaringan karena proses supurasi, berbatas tegas, mempunyai dinding disertai tanda radang. Letaknya dalam sehingga pus tidak terlinat dari kulit. Saluran yang menghubungkan dua rongga. Saluran vertikal yang menghubung- kan bagian tubuh dengan lingkungan luar disebut fistel (fistulae), sedangkan bila meng- hubungkan dua rongga di dalam ‘tubuh dan letaknya horizontal disebut sinus. ‘Gambar 70. Abses pads kelenjar ‘Gambar 71. Abses kelenjar Keringat eringat di keoala 20. Sklerosis Pengerasan kulit dan jaringan di bawahnya, biasanya difus. Terjadi akibat indurasi atau fibrosis, dapat terlihat pada skleroderma. Gambar 66. Fistel preaurikular Gambar 67, Sinus: 2 fistelsaling berhubungan ‘Gambar 72. Kullt yang: mengalam! shlerosus (pengerasan) dan metekat ke {aringan dl bawahniya teriadi pade penyakit skleroderma CGambar 68, Sinus: 2fstelsaling berhuburgan Gamer 69, Fistel dan abses pada skrofuloderina 24. Penebalan stratum —_Secara histopatologis disebut korneum. hiperkeratosis. Biasanya terjadi akibat proses yang kronis, misalnya pada keratoderma 22. Likenifikasi Penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas. * Contohnya pada liken simpleks kronikus di tengkuk, dan di SY pergelangan dorsum pedis. 23, Enantem dan (esi di mukosa_ atau kulit yang eksantem timbul serentak dalam waktu yang singkat dan segera menghilang. Contohnya roseola pada penyakit tifoid. Gambar 73. Likenifikast: penebalan kulit. dengan relief kulit yang lebih teeas disertai hineroiementas Gambar 74, Likenitikas! (relfer Kull amber 75. Pak Ukenititasi disertal menebal dan nyata, diserta} hiperpigmentasi hipersigmensatl pada akantosie iigrikans) Gambar 76, fnantem di palatum durum —Gambar 77. Eksantem paca pada sifiis stadium 2 varisela lll. Susunan (konfigurasi) Susunan atau konfigurasi lesi kulit, terkadang memerlukan imajinasi. Berikut ini adalah jstilah baku yang digunakan pada deskripsi susunan lesi: 4. Linear Lesi yang tersusun linear (lurus) zi mirip garis. Misalnya urtika linear akibat goresan, yang disebut dermografisme. Bekas garukan (scratch marks) juga umumnya berbentuk linear. 2. Sirsiner (anular) Lesi tersusun bundar mirip cincin (tingkaran). 24209, & Contoh dapat ditemukan pada %, granuloma anulare. Cog 3, Arsiner Lesi berbentuk % lingkaran, atau mirip busur panah (arkus). va ot, Dapat ditemukan pada dermatofitosis, misalnya tinea A korporis. a2 a a TENE, cestode ine carne Sou ae eee Gambar 80 dan 81, Vesikel dan eritema berbentuk linear pada dermatitis ventenata, Gambar 82, Pepul tersisun anular ‘mirip bulatan cincin 43 5. Irisformis Lesi kulit tersusun menyerupai iris mat Lesi dapat oval atau bulat dengan =~ perbedaan warna, yaitu di bagian © / tengah lebih gelap daripada bagian tepinya. Bagian tengah dapat pula berbentuk vesikel/bula, di Gambar 83. Papul di atas dasar eritematosa tersusin berkeick kelok mirip benang sekitamya terbentuk halo. usut, terjadi pada cutaneous tarva migrans Contshnva scslali esi target (irisformis) pada eritema 4, Polisiktik Beberapa lesi kulit arsiner multiforme sambung menyambung menjadi r satu. ae Dapat ditemukan pada dermato fitosis misalnya tinea kruris. Gambar 85. Les! berbentuk Irisformis (lesi target) Gambar 84, Pisk hiperpigmentad, bentuk tidak teratur berbatas tegas dengan tepi poliskis pada tinea corporis: 6. Konfluens Foe : 7. Korimbiformis . ° lo? - . 8. Herpetiformis aes Dua atau beberapa lesi menyatu. Ditemukan beberapa vesikel menyatu, misalnya pada herpes simpleks. Lesi tersusun mirip seekor induk ayam dikelilingi anak-anaknya, atau suatu lesi induk (ukuran besar) dikelilingi lesi serupa (satelit) yang berukuran lebih kecil, contohnya dapat ditemukan pada kandidosis kutis Beberapa vesikel bergerombol di satu tempat menyerupai lesi herpes. Contohnye adalah vesiket bergelombol yang ditemukan pada dermatitis herpetiformis Duhring, Gambar 86. Tampak beberapa bula bergabung menjadi satu (berkonfivens) ‘Gambar 87. Yesixel berkelompok Gambar 88. Vesikel berkelompok pada ‘menyerupai horpos (herpetiformis) herpes simpieks 47 Gambar 89. Plak dan papul eritema tersusun korimbiformis, pada kandidasis kutis, regio aksila dan infra mama 9. Monomorf Q® @ 10. Polimorf Kelainan kulit terdiri atas satu jenis morfologi Penyakit terdiri atas satu jenis lesi saja, misatnya bula pada impetigo bulosa, moluskum kontagiosum, miliaria, dan psoriasis gutata. Kelainan kulit pada satu saat terdiri atas bermacam-macam morfologi (umumnya lebih dari 2), misainya terlihat eritema, papul, vesikel, erosi krusta. Lesi polimorfi dapat ditemukan misainya pada dermatitis kontak alergik, varisela, dan akne vulgaris. 11. Multipel Banyak lesi berjumlah lebih dari 3 atau berjumlah banyak. Gambar 90, Vesitel dan bula tersusun bergerombol (herpetiformis) tampak pada herpes zoster Gambar 91. Lesi monomort pada psoriasis gutata berupa piak eritematoso disercal skvama kasar 6! atasnya, semua berukuran lentikular IV. Ukuran Ukuran atau besar lesi kulit dapat dinyatakan dengan Mmenggunakan satuan ukuran panjang yang sesungguhnya (mm, cm, m), atau dapat juga mengacu kepada ukuran benda yang ada di sekitar kita. Berikut adalah kensensus penamaan ukuran lesi: 1. Miliar Sebesar kepala jarum pentol - (ukuran terkecil) Gambar 92, Lest potmortt terain atas papul, eritema, krusta kenttaman, oe pei sted eka ° ee Renn 2. Lentikular Sebesar biji jagung Hanya ada satu lesi = ooo ° 3. Gutata Sebesar tetesan air (ukuran harus seragam) Sebesar uang koin/ logam 500-1000 rupiah Gambar 93. Lest soliter Ukuran kira-kira selebar telapak tangan dewasa Gambar 94. Les! maltipel (banyak: lest) Gambar 95. Papul milar berwarna fpatih pada rilia neonatorum Gambar 96. Tampak lesi berukuran miliar (A), lentikular (B), nurmular (C), plakat (0) V. Distribusi atau sebaran Bila lesi terbatas; hanya ditemukan di satu tempat saja. Misalnya lesi tinea berupa plak berbatas tegas di regio fasialis. 1, Regional ‘| 2. Universalis Bila lesi ditemukan tersebar hampir di seluruh tubuh (90- 100%), hampir tidak ada kulit yang sehat. Misatnya ditemukan pada eritroderma, penyakit Leiner, bayi kolodion, dan ‘iktiosis. Bila lesi tersebar ditemukan di setiap bagian tubuh, yaitu di skalp, wajah, ekstremitas, abdomen, punggung. Umumnya meliputi 50-90% luas permukaan tubuh. Penyebaran generalisata dapat ditemukan pada sindrom Stevens- Johnson dan varisela. 4, Bilateral Bila lesi tersebar di kedua 7" zee belahan tubuh, kanan dan kiei, tidak pertu persis baik letak maupun ukurannya. 4 \ ‘Misalnya pada dermatitis : a herpetiformis Ouhring, morbus ; Hansen tipe lepromatosa Gambar 99. Penyebaran bilateral lest terdapat pada sisi kiri dan Kanan, contoh Tevus pigmentosus «kaki dan di wajah Gambar 100. Penyebaran Pie oi fenerolisata pada dermatits GAMBEF 20 Penyebaran generalista pada Gambar 97. Penyebsran usiversalls Gombar 98, Universlis(erltema peda 100% herpetiformis Dubring pada jktiosis kongenital (bavi bazian tobuh) kolodon) 5. Simetris 6. Unilateral Bila lesi tersebar di kedua belahan badan, kanan dan kiri, serta letaknya satu dan lainnya di tempat yang persis sama; demikian pula bentuk dan besar persis sama. Misalnya pada dermatitis atopik fase infantil dapat ditemukan plak di kedua pipi kin dan kanan sama, contoh lainnya pada dermatitis kontak alergik akibat kontak sandal Jepit. Lesi hanya ditemukan di satu sisi badan. Nisalnya pada herpes zoster ditemukan esi pada satu-dua dermatomal saja, misalnya di torakal 4-5 sinistra. Gambar 103, Gambar 102 Peryebaran simetris pada lupus eritematosus 3. Penyebaran (esi simetris di siku dan lutut pada pitiriasis rubra pilaris, 7. Diseminata 8. Fagadenik 10. Diskret Gambar 104, Penyebaran unilateral pada herpes zoster at torakat 2-4 sinistra Penjalaran dari satu lesi ke bagian badan yang lain. Penyebaran diseminata dapat ditemukan, misalaya pada dermatitis kontak alergika disertai autasensitisasi, mula-mula terdepat satu lesi kemudian menyebar ke bagian tubuh yang lain. Proses penjalaran yang meluas ke dalam dan ke samping dari satu lesi awal, Dapat dijumpai misalnya pada ulkus atau guma. Bila lesi tersebar satu per-satu, ada di mana-mana. Contohnya pada varisala ditemukan lesi polimorfi tersebar diskret. Gambar 105. Penyebzran dskret pada mastositosis dan prurigo nodularis 11. Serpiginosa lest aktif shark a? (lesitehang) Proses penjalaran lesi ke satu arah, diikuti oleh proses penyembuhan di sisi yang ditinggalkan. Misalnya pada tuberkulosis kutis verukosa. Gambar 106. Penjalaran ke satu arah (serpiginesa) pada tuberkulosis verukosa.

Anda mungkin juga menyukai