Anda di halaman 1dari 11

BAB VI

KONSEP GEODESI UNTUK DATA SPASIAL


6.1. PENDAHULUAN
Objek memiliki properties geometric (seperti jalan, sungai, batas-batas pulau, dll) yang
disebut sebagai objek spasial, dalam SIG objek-objek tersebut harus bereferensi geografis.
Karena itu, objek-objek ini harus direpresentasikan dengan menggunakan koordinat-koordinat
bumi, dan bukan sistem koordinat local atau sembarang.
Geodesi merupakan salah satu cabang ilmu matematika untuk pengukuran bentuk dan ukuran
bumi, menentukan posisi (koordinat) titik-titik panjang, arah-arah garis di permukaan bumi,
juga mempelajari gravitasi bumi.

6.2. BENTUK BUMI


Datum geodesi, proyeksi peta, dan system-sistem referensi koordinat yang telah
dikembangkan sejak dulu digunakan untuk mendeskripsikan bentuk permukaan bumi beserta
posisi dan lokasi geografi dari unsure-unsur permukaan bumi yang menarik bagi manusia.
Bentuk bumi yang telah dianut oleh manusia telah berevolusi dari abad keabad, antara lain:
(a). Tiram atau cakram yang terapung di permukaan laut, menurut bangsa Babilon pada
2500 tahun SM
(b). Lempeng dasar, bangsa Yunani kuno pada 500 SM
(c). Kotak persegi panjang, geograf Yunani kuno pada 400 SM
(d). Piringan lingkaran atau cakram (bangsa Romawi)
(e). Bola - bangsa Yunani kuno: Phytagoras (495 SM), aristotheles membuktikannya (340
SM), Archimides (250 SM), dan Erastosthenes (250 SM)
(f). Buah jeruk asam (J. Cassini 1683-1718)
(g). Buah jeruk manis Huygens (1629-1695), dan Issac Newton (1643 1727)
(h). Ellips putas- French academy of science (1666)
Salah satu tugas geodesi geometris adalah menentukan koordinat titik-titik, jarak, dan arah di
permukaan bumi untuk keperluan praktis maupun ilmiah. Untuk itu diperlukan adanya bidang
hitungan. Permukaan bumi merupakan permukaan sangat tidak teratur. Oleh karena itu,
permukaan ini tidak dapat digunakan sebagai bidang hitungan geodesi.
Untuk kebutuhan perhitungan geodesi, permukaan bumi diganti dengan permukaan yang
teratur dengan bentuk dan ukuran yang mendekati bumi. Permukaan yang dipilih adalah
bidang permukaan yang mendekati bentuk dan ukuran geoid. Geoid memiliki bentuk yang
sangat mendekati ellips putar dengan sumbu pendek sebagai sumbu putar yang berimpit
dengan sumbu putar bumi. Ellipsoid digunakan sebagai bidang hitungan geodesi, yang
kemudian disebut sebagai ellipsoid referensi. Ellipsoid referensi biasanya didefinisikan oleh
nilai-nilai jari-jari equator (a) dan pegepengan (f) elips putarnya. Sedangkan parameter seperti
setengah sumbu pendek b), eksentrisitas (e), dan lainnya dihitung dengan menggunakan ke
7. Konsep Geodesi

GIS

1 / 11

dua nilai parameter pertama diatas. Tiap Negara memiliki pandangan berbeda ttg parameterparameter ini. Indonesia pada 1860 menggunakan ellips Bessel 1841 dengan a=6,377,397;
dan 1/f = 299.15. tetapi sejak 1971 menggunakan Ellips GRS-67 dengan a=6,378,160;
1/f=298.247.

b
a

Gb. 6.1 Ellipsoid referensi

6.3. DATUM GEODESI


Untuk pekerjaan geodesi, selain ellipsoid referensi, diperlukan juga suatu datum yang
mendefinisikan system koordinat. Datum secara umum merupakan besaran-besaran atau
konstanta yang dapat bertindak sebagai referensi atau dasar untuk hitungan besaran yang lain.
Datum geodesi merupakan sekumpulan konstanta yang digunakan untuk mendefinisikan
system koordinat yang digunakan untuk control geodesi. Untuk mendefinisikan datum
geodesi yang lengkap diperlukan 8 besaran:
(a) tiga konstanta (X0, Y0, Z0) untuk mendefinisikan titik awal sistem koordinat,
(b) tiga besaran untuk menentukan arah sistem koordinat, dan
(c) dua besaran lainnya ( setengah sumbu a, dan pegepengan f) untuk mendefinisikan
ellpsoid.
Meridian 0 Deg
b
a

Xo, Yo, Zo

Gb. 6.2 Datum Geodesi


6.3.1. Datum Lokal
Datum lokal adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang dipilih sedekat
mungkin dengan bentuk geoid lokal (tidak luas) yang dipetakan - datumnya menggunakan
7. Konsep Geodesi

GIS

2 / 11

ellipsoid lokal. Indonesia (1862-1880) telah melakukan penentuan posisi di pulau jawa
dengan metode triangulasi. Penentuan posisi ini menggunakan ellipsoid Bessel 1841, sebagai
ellipsoid referensi, meridian Jakarta sebagai meridian nol, dan titik awal (lintang) beserta
sudut azimutnya diambil dari triangulasi di puncak gunung Genoek (dikenal sbg datum
Gonoek).
Tahun 1970-an, untuk keperluan pemetaan rupa bumi pulau Sumatera, BAKOSURTANAL
menggunakan datum baru, datum Indonesia 1974 (Padang), yang menggunakan ellipsoid
GRS-67 (a= 6,378,160.00; 1/f = 298.247), dikenal sebagai SNI (Speroid National Indonesia).
Untuk menentukan orientasi SNI di dalam ruang, ditetapkan suatu datum relatif dengan
eksentris (stasiun Doppler) BP-A (1884) di Padang sebagai titik datum SNI.
Pada tahun 1996 ditetapkan penggunaan datum baru, DGN-95, untuk seluruh kegiatan survey
dan pemetaan di wilayah RI yang dituangkan dalam SK Bakosurtanal HK.02.04/II/KA/96.
DGN-95 memiliki parameter ellipsiod a= 6.378.137,00 dan 1/f=298,257223563.
6.3.2. Datum Regional
Datum regional adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang dipilih
sedekat mungkin dengan bentuk geoid untuk area yang relatif luas (regional) datumnya
menggunakan ellipsoid regional. Datum ini digunakan bersama oleh beberapa negara yang
berdekatan dalam satu benua yang sama. Contoh datum regional:
Amerika Utara 1983 (NAD83) digunakan bersama oleh negara-negara yang terletak di
benua amerika bagian utara.
European datum 1989 (ED89) yang digunakan oleh negara-negara yang terletak di
benua eropa,
Australian Geodetic Datum 1998 (AAGD98) yang digunakan bersama oleh negaranegara yang terletak di benua Australia.
6.3.3. Datum Global
Datum global adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang dipilih
sedekat mungkin dengan bentuk geoid untuk seluruh permukaan bumi datumnya
menggunakan ellipsoid global. Contohnya, 1984 departemen pertahanan amerika (DoD)
mempublikasikan datum WGS84. Datum ini dikembangkan oleh DMA (Defense Mapping
Agency) merepresentasikan pemodelan bumi dari standpoint gravitasional, geodetik, dan
geometrik dengan menggunakan data teknik, dan teknologi yang sudah ada.
CTP
BIH 1984
Meridian 0o
BIH 1984
b
YWGS84

XWGS84

Pusat masa bumi

Gb. 6.3 Datum Global WGS84


7. Konsep Geodesi

GIS

3 / 11

Catatan:
(a) sumbu Z : mengarah ke kutub utara CTP (Convensional terrestrial pole) sebagaimana
telah didefinisikan oleh BIH (Bureau International de LHeure)
(b) Sumbu X: merupakan garis berpotongan antara bidang meridian referensi WGS 84
dengan bidang ekuator CTP (convensional Terrestrial System).
(c) Sumbu Y: sumbu X yang diputar 90o ke arah timur di bidang equator CTP
Demikian pentingnya datum global WGS84 ini hingga GPS-pun menggunakannya sebagai
datum untuk menentukan posisi-posisi tiga dimensi dari target-target yang ditentukan.

6.3.4. Transformasi Datum


Gb. 6.4 menunjukkan bahwa permukaan local ellipsoid (yang digunakan oleh datum local)
mendekati bentuk geoid hanya di daerah survey yang relative sempit. Jika ellipsoid ini
diperbesar sehingga bentuk permukaannya mendekati geoid yang lebih luas, mencakup
beberapa Negara, bahkan satu benua, disebut datum regional. Sedangkan jika ellipsiodnya
mendekati bentuk geoid secara keseluruhan permukaan bumi, maka ellipsoidnya disebut
sebagai datum global.

Gb. 6.4 Datum Lokal dan Global


Untuk keperluan survey geodesi yang lebih luas, seperti penentuan batas-batas antara negaranegara yang bersebelahan, maka diperlukan datum bersama. Jika negara-negara ybs masingmasing menggunakan datum lokal yang berbeda, maka masing-masing harus
ditransformasikan ke datum yang sama.
Prinsip transformasi datum adalah pengamatan pada titik-titik yang sama. Selanjutnya, titiktitik sekutu ini memiliki koordinat-koordinat dalam berbagai datum. Dari koordinat-koordinat
ini dapat diketahui hubungan matematis antara datum-datum ybs. Hubungan matematis antara
datum ini dapat dinyatakan dengan 7 parameter transformasi sbb: Translasi titik asal (origin)
dx, dy, dz; rotasi sumbu koordinat rx, ry, rz; dan skala S.
rz ry x
X
dx
1
Y

1
= dy + S rz
rx y

Z GLOBAL dz
ry rx
1 z LOKAL

7. Konsep Geodesi

GIS

4 / 11

Gb. 6.5 Transformasi Datum


6.3.5. Datum Horizontal
Ellipsoid referensi yang paling sering digunakan sebagai bidang untuk penentuan posisi
horizontal (lintang dan bujur), yang datumnya dikenal sebagai datum horizontal. Koordinat
posisi horizontal ini beserta tingginya di atas permukaan ellipsoid dapat dikonversikan ke
sistem koordinat kartesian 3D yang mengacu pada sumbu-sumbu ellipsoid ybs.
6.3.6. Datum vertikal
Untuk mempresentasikan informasi ketinggian atau kedalaman, sering digunakan datum yang
berbeda. Pada peta laut umumnya dgunakan suatu bidang permukaan air rendah (chart datum)
sebagai bidang referensi, sehingga nilai-nilai kedalaman yang direpresentasikan oleh peta laut
ini mengacu pada pasut rendah (low tide).

6.4. SISTEM REFERENSI GEODESI


Agar hasil pengamatan di bidang geodesi dapat saling dibandingkan, dikaitkan, digunakan,
atau mendukung hasil-hasil pengamatan di bidang atau disiplin ilmu lainnya (astronomi,
geofisika), maka dibuatlah suatu sistem referensi geodesi (Geidetic Reference System
GRS)

6.5. SISTEM PROYEKSI DATA


Peta merupakan suatu representasi konvensional (miniature) dari unsure-unsur fisik (alamiah)
dai sebagian atau keseluruhan permukaan bumi di atas media bidang datar dengan skala
tertentu. Tetapi permukaan bumi melengkung dan tidak memungkinkan menbentangkannya
hinggamenjadi bidang datar, tanpa mengalami perubahan. Pembuatan peta akan lebih
sederhana jika pemetaannya dilakukan di daerah yang sempit. Untuk pemetaan di daerah yyng
lebih besar prosesnya tidak sederhana, karena permukaan bumi harus diperhitungkan
sehingga permukaan melengkung. Untuk itu, dikembangkanlah metode-metode proyeksi peta.
Secara umum, proyeksi peta merupakan suatu fungsi yang merelasikan koordinat titik-titik
yang terletak di permukaan kurva ke koordinat bidang datar.
7. Konsep Geodesi

GIS

5 / 11

6.5.1

Jenis Proyeksi Peta

(a). Menurut bidang proyeksi yang digunakan


Proyeksi azimuthal, menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksi
Proyeksi kerucut (conic), menggunakan kerucut sebagai bidang proyeksi
Proyeksi silinder (cyclndrical), menggunakan silinder sebagai bidang proyeksi

Gb. 6.6 Bidang proyeksi

Gb. 6.7 Bidang proyeksi yang telah didatarkan


(b). Menurut kedudukan garis karakteristik atau kedudukan bidang proyeksi thd bidang
datum yang digunakan:
Proyeksi normal, garis karakteristik berimpit dengan sumbu bumi
Proyeksi miring, garis karakteristik membentuk sudut thd sumbu bumi
Proyeksi transversal atau ekuatorial, garis karakteristik tegak lurus thd sumbu bimi.

Gb. 6.8 Proyeksi transversal

7. Konsep Geodesi

GIS

6 / 11

Gb. 6.9 Proyeksi Miring

Gb. 6.10 Proyeksi Normal


(c). Menurut ciri-ciri asli yang tetap dipertahankan:
Proyeksi equidistance, jarak di atas peta sama dengan jarak di permukaan bumi.
Proyeksi konform, sudut dan arah di atas peta sama dengan sudut dan arah di
permukaan bumi.
Proyeksi ekuivalen, luas di atas peta sama dengan luas di permukaan bumi.
(d) Menurut karakteristik singgungan antara bidang proyeksi dengan bidang datumnya:
Proyeksi menyinggung
Proyeksi memotong
Proyeksi baik yang tidak menyinggung maupun tidak memotong

Gb. 6.11 Proyeksi menurut karakteristik singgungan

7. Konsep Geodesi

GIS

7 / 11

6.5.2

Pemilihan Proyeksi Peta

Mengingat jumlah proyeksi peta yang banyak, para pengguna akan mengalami kebingungan
dalam memilihnya. Beberapa faktor pertimbangan dalam pemilihan proyeksi ini, terutama
untuk kebutuhan peta tofografi:
Tujuan penggunaan dan ketelitian peta yang diinginkan
Lokasi geografi, bentuk, dan luas wilayah yang akan dipetakan
Ciri-ciri/karakteristik asli yang ingin tetap dipertahankan.
6.5.3

Universal Transverse Mercator

Salah satu system proyeksi peta yang terkenal adalah UTM (universal transverse mercator).
Pada system proyeksi ini didefinisikan posisi horizontal dua dimensi (x,y)utm dengan
menggunakan proyeksi silinder, transvesal, dan konform yang memotong bumi pda dua
meridian standard. Seluruh permukaan bumi dalam system koordinat ini dibagi menjadi 60
bagian yang disebut sebagai zone UTM. Setiap zone ini dibatasi oleh dua meridian selebar 6
dan memiliki meridian tengah sendiri. Sebagai contoh zone 1 dimulai dari 180 BB hingga
174 BB, zone 2 dimulai dari 174 BB hingga 168 BB, terus kearah timur hingga zone 60.
Batas lintang dalam system koordinat ini adalah 80LS hingga 84LU. Setiap bagian derajat
memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80 LS ke arah utara.

Gb. 6.11 Pembagian zone UTM


Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zone UTM, mulai dari meridian 90 BT hingga meridian
144BT dengan batas lintang 11LS hingga 6LU. Dengan demikian wilayah indonesia
dimulai dari zone 46 (meridian sentral 93BT) hingga zone 54 (meridian sentral 141BT)

6.6. SISTEM KOORDINAT


Sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinat-koordinat
yang bersangkutan merepresentasikan titik-titik. Aturan ini biasanya mendefinisikan titik asal
7. Konsep Geodesi

GIS

8 / 11

(origin) beserta beberapa sumbu-sumbu koordinat untuk mengukur jarak dan sudut untuk
menghasilkan koordinat. System koordinat dapat dikelompokan menurut:
(a) Lokasi titik awal ditempatkan (geocentric, topocentric, heliocentric, dll)
(b) Jenis permukaan yang digunakan sebagai referensi (bidang datar, bola, ellipsoid)
(c) Arah sumbu-sumbunya (horizontal dan equatorial)

7.5.1

Sistem Koordinat Dasar

7.5.1.1 Sistem koordinat bidang datar


(a) system koordinat kartesian

P(x,y)

X
Gb. 7.2 Sistem koordinat kartesian 2D
(b) system koordinat polar

Y
P(d, )
d

X
Gb. 7.3 Sistem koordinat polar 2D

7.5.1.2 Sistem koordinat tiga dimensi


(a) system koordinat kartesian

7. Konsep Geodesi

GIS

9 / 11

P(x,y,z)

Gb. 7.4 Sistem koordinat kartesian 3D

(b) Sistem koordinat polar

P(r, , )

Z
r

Gb. 7.5 Sistem koordinat polar 3D

7.5.2

Sistem Koordinat Global

(a) Bujur, lintang, dan ketinggian


System koordinat yang paling umum digunakan pada saat ini adalah system lintang (),
bujur (), dan ketinggian (h- tinggi diatas ellipsoid). Pada system ini meridian utama dan
ekuator merupakan bidang-bidang referensi yang digunakan untuk mendefinisikan
koordinat lintang () dan bujur (). Lintang geodetic () suatu titik adalah sudut yang
dibentuk oleh bidang ekuator (=0), dengan garis normal terhadap ellipsoid referensi.
Bujur geodetic () suatu titik adalah sudut yang dibentuk oleh bidang referensi (meridian
utama, =0) dengan bidang meridian yang melalui titik ybs. Tinggi geodetic (h) adalah
jarak titik yang bersangkutan dari ellipsoid referensi dalam arah garis normal terhadap
ellipsoid referensi. Dengan demikian system koordinat global dapat dinyatakan dengan
koordinat geodetic P(r, , )
(b) ECEF X,Y,Z

7. Konsep Geodesi

GIS

10 / 11

Sistem koordinat global dapat dinyatakan dengan system koordinat kartesian ECEF (earth
centered, earth fixed) x,y,z. Sumbu Z bernilai positif dari pusat bumi kea rah kutub utara
Sumbu X adalah garis berpotongan antara bidang meridian utama dan bidang ekuator,
Sumbu Y adalah garis berpotongan antara bidang ekuator dengan bidang meridian yang
berjarak 90o ke timur dari bidang meridian utama.

Bidang
meridian
utama

P(x,y,z)

z
0,0,0

Bidang ekuator
x
y

Gb. 7.6 Sistem koordinat Global ECEF X,Y,Z


Hubungan matematis antara koordinat kartesian dengan geodetic dapat dinzatakan sbb:

x ( N + h) cos cos
y = ( N + h) cos sin


2
z ( b N + h) sin
a

Dimana:
a
b
,,h
N
x,y,z

= jari-jari ekuator
= setengah sumbu pendek ellipsoid referensi
= koordinat geodetic
= jari-jari lengkung normal utama
= koordinat dalam system kartesian ECEF

7. Konsep Geodesi

GIS

11 / 11

Anda mungkin juga menyukai