Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DIPLOPIA
Pembimbing:
dr. Suyatno, Sp.M
Disusun oleh:
Tyas Rahmani Fauziah, S.Ked
Erwin Imawan, S.Ked
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MATA
RSUD SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
REFERAT
DIPLOPIA
Disusun Oleh:
Erwin Imawan, S.Ked & Tyas Rahmani Fauziah, S.Ked
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing
dr. Suyatno, Sp.M
( ..........................................)
Dipresentasikan dihadapan
dr. Suyatno, Sp.M
( ..........................................)
( ...........................................)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam
jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.2
Dalam konteks ini perlu di ingat bahwa pada orang normal rongga pleura
ini juga selalu ada cairannya yang berfungsi untuk mencegah melekatnya pleura
viseralis dengan pleura parietalis, sehingga dengan demikian gerakan paru
(mengembang dan mengecil) dapat berjalan dengan mulus. Dalam keadaan
normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-20 ml. Cairan pleura
komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai
kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl. 1,2
B. Anatomi dan Fisiologi Pleura
Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis
dan parietalis.Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial,
jaringan ikat, dan dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan yang sangat
tipis.Membran serosa yang membungkus parekim paru disebut pleura viseralis,
sedangkan membran serosa yang melapisi dinding thorak, diafragma, dan
mediastinum disebut pleura parietalis.Rongga pleura terletak antara paru dan
dinding thoraks.Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi
sebagai pelumas antara kedua pleura.Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus
paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan parietalis,
diantaranya : 2,3
1. Pleura Visceralis
Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis
<30mm.Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit, di bawah sel-sel
mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit, di
bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat
elastik. Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang
banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a.
Brakhialis serta pembuluh limfemenempel kuat pada jaringan paru uang
fungsinya untuk mengabsorbsi cairan pleura.2
2. Pleura parietalis
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat
(kolagen dan elastis). Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung
kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan
banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan
perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada
dan alirannya sesuai dengan dermatom dada. Mudah menempel dan lepas
dari dinding dada di atasnya,fungsinya untuk memproduksi cairan pleura.2
Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit, hanya
beberapa mililiter yaitu 1-5 ml. Dalam kepustakaan lain menyebutkan bahwa
jumlah cairan pleura sebanyak 12-15 ml. Kapanpun jumlah ini menjadi lebih dari
cukup untuk memisahkan kedua pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa
keluar oleh pembuluh limfatik (yang membuka secara langsung) dari rongga
pleura kedalam mediastinum, permukaan superior dari diafragma, dan permukaan
lateral pleural parietalis. Oleh karena itu, ruang pleura (ruang antara pleura
parietalis dan pleura visceralis) disebut ruang potensial, karena ruang ini
normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas.1,2
C. Etiologi
didefinisikan
sebagai
efusi
yang
terjadi
D. Klasifikasi
Efusi pleura umumnya diklasifikasikan berdasarkan mekanisme pembentukan
cairan dan kimiawi cairan menjadi 2 yaitu atas transudat atau eksudat. Transudat
hasil dari ketidakseimbangan antara tekanan onkotik dengan tekanan hidrostatik,
sedangkan eksudat adalah hasil dari peradangan pleura atau drainase limfatik yang
menurun. Dalam beberapa kasus mungkin terjadi kombinasi antara karakteristk
cairan transudat dan eksudat.1
a. Eksudat
Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membran
kapiler yang permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi
tinggi dibandingkan protein transudat. Bila terjadi proses peradangan
makapermeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel
mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran
cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling
sering adalah karena mikobakterium tuberkulosis dan dikenal sebagai
pleuritis eksudativa tuberkulosa. Kegagalan aliran protein getah bening ini
(misalnya pada pleuritis tuberkulosis) akan menyebabkan peningkatan
konsentasi protein cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat.1
E. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga pleura
melalui kapiler pada pleura parietalis sehingga cairan ini segera direabsorpsi oleh
saluran limfe, maka terjadi keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi.
Mekanisme lain yang mungkin adalah invasi langsung tumor yang berdekatan
dengan pleura, obstruksi pada kelenjar limfe, penyebaran hematogen atau tumor
primer pleura (mesotelioma). Gangguan penyerapan cairan oleh pembuluh limfe
pada pleura parietal akibat deposit sel kanker itu menjadi penyebab akumulasi
cairan di rongga pleura.16 Teori lain menyebutkan terjadi peningkatan
permeabiliti yang disebabkan oleh gangguan fungsi beberapa sitokin antara lain
tumor necrosing factor- (TNF-), tumor growth factor- (TGF-) dan vascular
endothelial growth factor (VEGF). Penulis lain mengaitkan EPG dengan
gangguan metabolisme, menyebabkan hipoproteinemia dan penurunan tekanan
osmotik yang memudahkan perembesan cairan ke rongga pleura.11
F. Manifestasi Klinis
Pleuritis TB biasanya bermanifestasi sebagai penyakit demam akut
disertaibatuk nonproduktif (94%) dan nyeri dada (78%) tanpa peningkatan lekosit
darah tepi. Penurunan berat badan dan malaise bisa dijumpai, demikian juga
menggigil. Sebagian besar efusi pleura TB bersifat unilateral (95%), lebih sering
di sisi kanan. Jumlah cairan efusi bervariasi dari sedikit hingga banyak, meliputi
setengah
dari
hemitoraks.
Jumlah
maupun
lokasi
terjadinya
efusi
tidakmempengaruhi prognosis.4
Pada EPG anamnesis kecuali gejala klinis seperti sesak napas yang
berkaitan dengan volume cairan atau keluhan lain maka riwayat perjalanan klinis
yang mengarahkah ke penyakit keganasan rongga toraks dan organ luar toraks lain
harus dapat digali secara baik, sistematik dan tepat. Faktor risiko untuk penyakit
keganasan lain yang dipunyai pasien dapat memperkuat analisis, misalnya lakilaki
usia lebih dari 40 tahun dan perokok atau perempuan dengan riwayat
pernahdikemoterapi untuk kanker payudara.11
Adanya efusi pleura memberikan kelainan pada hemitoraks yang sakit
dengan pergerakan pernapasan yang tertinggal, cembung, ruang antar iga yang
melebar dan mendatar, getaran nafas pada perabaan menurun, trakea yang
terdorong, suara ketuk yang redup dan menghilangnya suara pernapasan pada
pemeriksaan auskultasi. Gambaran radiologik : posterior anterior (PA) terdapat
kesuraman pada hemithorax yang terkena efusi, dari foto thorax lateral dapat
diketahui efusi pleura di depan atau di belakang, sedang dengan pemeriksaan
lateral dekubitus dapat dilihat gambaran permukaan datar cairan terutama
untukefusi pleura dengan cairan yang minimal.1
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk memperkuatdiagnosa efusi pleura
unilateral antara lain :
1. Rontgen dada
Roentgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang
dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura unilateral yang hasilnya
menunjukkan adanya cairan.Foto dada juga dapat menerangkan asal
mula terjadinya efusi pleura yakni bila terdapat jantung yang membesar,
adanya masa tumor, dan adanya lesi tulang yang destruktif pada
keganasan.1
2. USG Dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan.
Jumlahnya sedikit dalam rongga pleura. Pemeriksaan ini sangat
membantu sebagai penuntun waktu melakukan aspirasi cairan dalam
rongga pleura.6
3. CT Scan Dada
CT scan dada dapat menunjukkan adanya perbedaan densitas cairan
dengan jaringan sekitarnya sehingga sangat memudahkan dalam
menentukan adanya efusi pleura. Selain itu juga bisa menunjukkan
adanya pneumonia, abses paru atau tumor. Hanya saja pemeriksaan ini
tidak banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.6
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh
melalui torakosentesis.6
tuberkulosa dan tumor pleura. Bila ternaya hasil biopsi pertama tidak
memuaskan, dapat dilakukan beberapa biopsi ulangan. Pada sekitar 20%
penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab
dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan. Komplikasi biopsi antara
lain pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau tumor pada
dinding dada.9
6. Analisa cairan pleura
Untuk diagnostic cairan pleura, dilakukan pemeriksaan :
a. Warna Cairan
Biasanya cairan pleura berwama agak kekuning-kuningan (serousxantho-ctrorne.Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada
trauma, infark paru, keganasan, adanya kebocoran aneurisma aorta.
Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya
empiema. Bila merah tengguli, ini menunjukkan adanya abses karena
ameba.5
b. Biokimia
Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.5
-
Perbedaan
Kadar protein dalam efusi (g/dl)
Transudat
< 3.
Eksudat
> 3.
< 0,5
> 0,5
< 200
> 200
< 0,6
> 0,6
< 1,016
> 1,016
Rivalta
negatif
positif
kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakitpenyakit infeksi, artitis reumatoid dan neoplasma
c. Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk
diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis
atau dominasi sel-sel tertentu.5
-
Sel limfosit :
Menunjukkan
adanya
infeksi
kronik
Sel mesotel :
Bila
jumlahnya
meningkat,
H. Diagnosa
1. Anamnesis dan gejala klinis
Keluhan utama penderita adalah nyeri dada sehingga penderita
membatasi pergerakan rongga dada dengan bernapas pendek atau tidur
miring ke sisi yang sakit. Selain itu sesak napas terutama bila berbaring ke
sisi yang sehat disertai batuk batuk dengan atau tanpa dahak. Berat
ringannya sesak napas ini ditentukan oleh jumlah cairan efusi. Keluhan
yang lain adalah sesuai dengan penyakit yang mendasarinya.1
2. Pemeriksaan fisis
Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan dada yang terkena cembung
selain melebar dan kurang bergerak pada pernapasan atau ketertinggalan
gerak nafas. Fremitus vokal melemah, redup sampai pekak pada perkusi,
dan suara dasar napas lemah atau menghilang. Jantung dan mediastinum
terdorong ke sisi yang sehat.4
3. Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan radiologis
mempunyai
nilai
yang
tinggi
dalam
sampel dan sensitivitas kulit terhadap PPD. Diagnosis dari pleuritis TB secara
umumditegakkan dengan analisis cairan pleura dan biopsi pleura.4
Diagnosis pasti EPG adalah dengan penemuan sel ganas pada cairan
pleura (sitologi) atau jaringan pleura (histologi patologi). Jumlah cairan pleura
yang dibutuhkan untuk mendapatkan sel ganas pada EPG, hasil akurat masih
bervariasi.11
I.
Penatalaksanaan
Efusi pleura unilateral harus segera mendapatkan tindakan pengobatan
karena cairan pleura akan menimbulkan sesak nafas yang hebat dan menekan
organ-organ vital dalam rongga dada ke sisi yang sehat. Beberapa macam
pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura masif
adalah sebagai berikut
1. Obati penyakit yang mendasarinya
a. Pleuritis TB.
Pengobatan TB dibagi dalam 2 fase: intensif dan lanjutan. Fase
intensifditujukan untuk membunuh sebagian besar bakteri secara cepat dan
mencegahresistensi obat. Sedangkan fase lanjutan bertujuan untuk
membunuh bakteri yangtidak aktif. Fase lanjutan menggunakan lebih
sedikit obat karena sebagian besarbakteri telah terbunuh sehingga risiko
pembentukan bakteri yang resisten terhadappengobatan menjadi kecil.4
Berdasarkan pedoman tata laksana DOTS, pasien dengan sakit
berat yangluas atau adanya efusi pleura bilateral dan sputum BTA positif,
diberikan terapikategori I (Fase Intensif dengan 4 macam obat : INH,
Rifampisin, Pirazinamid,Etambutol selama 2 bulan dan diikuti dengan fase
lanjutan selama 4 bulan dengan2 macam oabat : INH dan Rifampisin).
Pada pasien dengan pleuritis TB soliterharus diterapi dengan INH,
Rifampisin dan Pirazinamid selama 2 bulan diikutidengan terapi INH dan
rifampin selama 4 bulan.4
b. Keganasan
cairan sekaligus. Selang dapat diklem selama beberapa jam sebelum 500
ml lainnya dikeluarkan. Drainase yang terlalu cepat akan menyebabkan
distres pada pasien dan di samping itu dapat timbul edema paru.1
J.
Komplikasi
1. Infeksi.
Pengumpulan cairan dalam ruang pleura dapat mengakibatkan
infeksi (empiema primer), dan efusi pleura dapat menjadi terinfeksi setelah
tindakan torakosentesis (empiema sekunder).Empiema primer dan
sekunder harus didrainase dan diterapi dengan antibiotika untuk mencegah
reaksi fibrotik. Antibiotika awal dipilih
DAFTAR PUSTAKA
1. Firdaus, Denny. 2012. Efusi Pleura. RSUD Dr.H.Abdul Moeloek. Bandar
Lampung.
2. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit.Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.
3. Halim H. Penyakit-penyakit pleura, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam,
Jilid II, edisi ke-3, Gaya Baru.Jakarta.2001; 927-38
4. Faradilla, Nova. 2009. Plueritis Tuberculosis. Universitas Riau. Riau.
5. Hanley, S. Welsch, M. 2003. Current diagnosis & treatment in pulmonary
medicine. [New York]: McGraw-Hill Companies.
6. Rofiqahmad. 2001. Thorax. http://emedicine.medscape.com/article/299959overview
7. Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI
8. Halim, Hadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI