Kunjungan
Kunjungan
Kunjungan
lebih tinggi. Daging ikan yang kurang segar menyebabkan tekstur bakso yang
dihasilkan agak lembek dan warnanya tidak putih lagi. Mutu bakso ikan yang baik
adalah yang warnanya putih bersih, tekstur kompak dan kenyal, tidak rapuh atau
lembek (Wibowo, 2006). Fungsi protein dalam bakso adalah sebagai pengikat
hancuran daging dan sebagai emulsifier (Kramlich 1971). Kesegaran daging
antara lain dilihat dari warnanya yang dikarenakan adanya mioglobin. Mioglobin
dapat mengalami perubahan bentuk akibat berbagai reaksi kimia. Bila terkena
udara, pigmen mioglobin akan teroksidasi menjadi oksimioglobin yang
menghasilkan warna merah terang. Oksidasi lebih lanjut dari oksimioglobin akan
menghasilkan pigmen metmioglobin yang berwarna coklat. Timbulnya warna
coklat menandakan bahwa daging terlalu lama terkena udara bebas, sehingga
menjadi rusak (Purnomo, 1990).
Komponen daging yang terpenting dalam pembuatan bakso adalah protein.
Protein daging berperan dalam pengikatan hancuran daging selama pemasakan
dan pengemulsi lemak sehingga produk menjadi empuk, kompak dan kenyal.
Kualitas bakso dikatakan baik jika bahan tambahan lain yang digunakan kurang
dari 50%. Menurut Asyahari (1992) penambahan tepung tapioka sampai 25%
dalam pembuatan bakso masih dapat diterima, sedang menurut Triatmojo (1992)
bahwa penambahan tepung sampai 50% masih dapat diterima secara organoleptik
walaupun kandungan proteinnya menurun.
Berbagai bahan yang ditambahkan harus meme nuhi syarat yang tidak
menyebabkan efek samping terhadap kesehatan. Berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI 01-3818, 1995) untuk bakso ditetapkan sebagai berikut: kadar air
sekitar 70%, lemak maksimum 2%, protein minimum 6%, abu maksimum 3% dan
boraks negatif.
Proses pembuatan bakso dimulai dengan mempersiapkan terlebih dahulu
bahan utamanya yaitu daging ikan tuna dan daging ayam dengan perbandingan
daging ikan tuna sebanyak 600 gram dan daging ayam sebanyak 500 gram. Selain
kedua daging tersebut, ditambahkan dengan daging udang yang telah dikupas
sebanyak 200 gram, kemudian digiling dengan blender dibantu dengan es batu.
Bagian ayam yang digunakan adalah bagian punggung ayam yang telah
kehilangan elastisitasnya akibat degradasi pada proses rigor mortis. Tepung lain
yang memiliki kualitas yang hampir sama dengan tapioka adalah tepung jagung
dan tepung sagu, tetapi kedua tepung tersebut menghasilkan tekstur bakso yang
kurang disukai konsumen dibanding tekstur bakso dengan campuran tepung
tapioka (Triatmojo, 1995).
Tepung tapioka berfungsi sebagai bahan pengisi, kaya akan karbohidrat
sedangkan kandungan proteinnya rendah. Pati tidak mengemulsikan lemak tetapi
memiliki kemampuan dalam mengikat air. Tepung tapioka disamping murah,
mudah didapat, suhu gelatinisasinya rendah sehingga menghemat energi dalam
pemanasan, juga tidak berasa sehingga tidak mencemari rasa dari produk yang
dibuat (Asyahari, 1992).
Perubahan warna adonan yang semakin menjadi keabuan setelah
perebusan adalah akibat dari reaksi senyawa kompleks pada tepung tapioka
terhadap proses pemanasan (perebusan). Menurut Triatmojo (1995), apabila
tepung tapioka dipanaskan, maka senyawa kompleks besi dan HCN akan
menghasilkan warna biru dan abu-abu sehingga warna bakso akan semakin gelap.
Adonan bakso yang telah dicampur rata selanjutnya dibentuk bulat-bulat
kemudian dimasukan ke dalam air panas hingga bakso mengapung di permukaan
air. Bakso yang telah mengapung kemudian diangkat dan dicelupkan ke dalam air
es.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Minat Masyarakat Pada Bakso. Available at www. indopos. com.
Diakses tanggal 26 September 2016.
Asyahari, F. 1992. Studi tentang proses pembuatan bakso di RW 2, Kelurahan
Kesatrian, Kecamatan Blimbing, Kota Madya Malang Brawijaya
University, Intern Report, Malang.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet and M. Wotton. 1986. Ilmu Pangan.
Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono, U.I. Press, Jakarta
Kramlich AM, Harson, Tauber FW. 1971. Processed Meats. The AVI Publishing
Co Inc, Conecticut