Anda di halaman 1dari 7

DEMOKRASI YANG PERNAH ADA DI INDONESIA

DEMOKRASI LIBERAL (17 Agustus 1950 5 Juli 1959)


Demokrasi yang dipakai adalah demokrasi parlementer atau demokrasi
liberal. Demokrasi pada masa itu telah dinilai gagal dalam menjamin stabilitas politik.
Ketegangan politik demokrasi liberal atau parlementer disebabkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Dominanya politik aliran maksudnya partai politik yang sangat mementingkan
kelompok atau alirannya sendiri dari pada mengutamakan kepentingan bangsa.
2. Landasan sosial ekonomi rakyat yang masih rendah
3. Tidak mampunyai para anggota konstituante bersidang dalam mennetukan dasar
negara.
Demokrasi Liberal lebih sering disebut sebagai Demokrasi Parlementer. Pada
tanggal 17 Agustus 1945 (Setelah Kemerdekaan Indonesia), Ir. Soekarno yang
menjadi Ketua PPKI dipercaya menjadi Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal
29 Agustus 1945, Ir. Soekarno dilantik oleh Kasman Singodimedjo menjadi presiden
Republik Indonesia pertama beserta wakilnya yaitu Muhammad Hatta. Bersamaan
dengan itu, dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Pada tanggal 3 November 1945, keluar maklumat untuk kebebasan
membentuk banyak partai atau multipartai sebagai persiapan pemilu yang akan
diselenggarakan bulan Juni 1946. Pada tanggal 14 November 1945 terbentuk
susunan kabinet berdasarkan sistem parlementer (Demokrasi Liberal).
Ketika Indonesia menjalani sistem Liberal, Indonesia dibagi manjadi 10
Provinsi yang mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang undang Dasar
Sementara tahun 1950. Pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan mentri
(kabinet) yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab
kepada parlemen (DPR).
KABINET-KABINET DALAM MASA DEMOKRASI LIBERAL
a.

Kabinet Natsir (7 September 1950-21 Maret 1951)

b.

Kabinet Soekiman (27 April 1951-23 Februari 1952)

c.

Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)

d.

Kabinet Ali-Wongso (1 Agustus 1953-24 Juli 1955)

e.

Kabinet Burhanudin Harahap

f.

Kabinet Ali II (24 Maret 1957)

g.

Kabinet Djuanda ( 9 April 1957-10 Juli 1959)

Sejak berlakunya UUDS 1950 pada 17 Agustus 1950 dengan sistem demokrasi
liberal selama 9 tahun tidak menunjukkan adanya hasil yang sesuai harapan rakyat.
Bahkan, muncul disintegrasi bangsa.
Disintegrasi tersebut antara lain :
1) Pemberontakan PRRI, Permesta, atau DI/TII yang ingin melepaskan diri dari
NKRI.
2) Konstituante tidak berhasil menetapkan UUD sehingga negara benar-benar
dalam keadaan darurat.
3)

Untuk mengatasi hal tsb dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

4) Hal ini menandakan bahwa Sistem demokrasi liberal tidak berhasil dilaksanakan
di Indonesia, karena tidak sesuai dengan pandangan hidup dan kepribadian bangsa
Indonesia.
KESIMPULAN
Pada masa ini, walaupun Indonesia masih tergolong negara baru, namun Indonesia
dapat menjalankan sistem politiknya walaupun masih belum sempurna, diwarnai
dengan adanya kudeta, dll. Dengan adanya KNIP membuat pemerintahan lebih
teratur dan terorganisir.
DEMOKRASI TERPIMPIN (5 Juli 1959 11 Maret 1966)
Dekret Presiden 5 juli 1959 merupakan awal berahirnya demokrasi liberal di Indonesia
sekaligus awal berlakunya demokrasi terpimpin. Demokrasi terpimpin adalah suatu
pahan demokrasi yang berintikan musyawarah mufakat secara gotong royong antara
semua orang. Sistem demokrasi terpimpin diperkenalkan oleh Presiden Soekarno,
karena merasa kecewa terhadap partai politik yang lebih mementingkan kepentingan
partainya daripada kepentingan bangsa. Demokrasi terpimpin berporoskan NASKOM
(nasional,agama,komunis) dan di sebut-sebut sebagi demokrasi yang tidak
memperhatikan hak-hak asasi warga negaranya. Pelaksanaan demokrasi terpimpin
ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Presiden Soekarno memegang seluruh tampuk kekuasaan
2. Terbatasnya peranan partai politik dalam pemerintahan
3. Keberadaan Partai Komunis Indonesia semakin berpengaruh dan kuat

Pada masa demokrasi tepimpin, kedudukan presiden sangatlah kuat sebagai kepala
negara dan pemerintahan. Kabinet yang dibentuk dipimpin langsung oleh presiden. DPR
hasil pemilu 1955 di bubarkan dan digantikanoleh DPR GR. Hal ini sangat bertentangan
dengan UUD 1945.

Puncak berahirnya demokrasi terpimpin adalah terjadinya G30S/PKI. Pemberontakan ini


akibat dari berkembangnya Partai Komunis Indonesia yang didukung oleh presiden. PKI
bertujuan untuk menggantikan ideologi pancasila menjadi ideologi komunis. Dengan
adanya G30S/PKI telah meruntuhkan sistem demokrasi terpimpin. Landasan hukum
demokrasi terpimpin adalah:
1. Dekret presiden 5 juli 1959
2. Tap.MPRS No. VIII/MPRS/1965 (sudah dicabut dengan TAP.MPRS No.
XXXVII/MPRS/1968).

DEMOKRASI PANCASILA ORDE BARU (Maret 1966 21 Mei 1998)


Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dijiwai oleh sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang
berKetuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Beberapa perumusan tentang demokrasi pancasila sebagai berikut :
a. Demokrasi dalam bidang politik pada hakekatnya adalah menegakkan kembali
azas negara hukum dan kepastian hukum.
b. Demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakekatnya adalah kehidupan yang
layak bagi semua warga negara.
c. Demokrasi dalam bidang hukum pada hakekatnya membawa pengakuan dan
perlindungan HAM, peradilan yang bebas tidak memihak.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa watak demokrasi pancasila sama
dengan demokrasi pada umumnya. Namun Demokrasi Pancasila dalam rezim orde
baru hanya sebagai retorika dan belum sampai pada tatanan prasis atau penerapan.
Karena dalam prate kenegaraan dan pemerintahan rezim ini tidak memberikan
ruang bagi kehidupan demokrasi, yang di tandai oleh :
1. Dominanya peranan ABRI
2. Biro kratisasi dan sentralisasi pemgembalian keputusan politik.
3. Pesebirian peran dan fungsi partai politik.
4. Campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan politk.
5. Masa mengembang.
6. Monolitisasi ideologi negara.
7. Info porasilembaga non pemerintah,

Dengan demikian nlai demokrasi juga belum ditegaskan dalam demokrasi

Pancasila Soeharto. Akibat adanya tuntutan massa untuk diadakan reformasi di


dalam segala bidang, rezim Orde Baru tidak mampu mempertahankan
kekuasaannya. Danterpaksa Soeharto mundur dari kekuasaannya dan
kekuasaannya dilimpahkan kepada B. J. Habibie pada 21 Mei 1998.
ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan sistem pemerintahan Orde Baru
Perkembangan GPD per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan
pada 1996 mencapai lebih AS$ 1.000.
Sukses transmigrasi
Sukses KB
Sukses swasembada pangan
Penganguran minimum
Sukses REPELITA (Rancangan Pembangunan Lima Tahun.
Sukses gerakan wajib belajar
Sukses gerakan nasional orang tua asuh
Sukses keamanan dalam negeri
Investor sing mau menanamkan modal di Indonesia
Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri.

Kekurangan sistem pemerintahan Orde Baru


Semarak korupsi, kolusi dan nepotisme
Pembangunan Indonesia tidak rata dan timbul kesenjangan pembangunan antara
pusat daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagai besar
disedot ke pusat.
Munculnya rasa ketidak puasan di semjumlah daerah krena kesejangan
pembanguna terutana di Aceh dan Papua
Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang
memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya
Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi
sikaya dan si miskin)
Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan

Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyaknya koran dan majalah yang
dibreidel.
Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan
program penembakan misterius (petrus)
Tidak ada rencana suksensi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/ presiden
selanjutnya)
Penyaluran tuntutan awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena fusi
Pemeliharaan nilai terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM
Kapabilitas sistem terbuka
Integrasi vertikal atas bawah
Integrasi horizontal - nampak
Gaya politik intelek, pragmatik, konsep pembangunan
Kepemimpinan teknokrat dan ABRI
Partisipasi massa awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak dibatasi
Keterlibatan militer merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI
Aparat negara loyal kepada pemerintah (Golkar)
Stabilitas stabil
KESIMPULAN
Pada masa Demokrasi Pancasila, terlihat bahwa pemerintahan berlangsung
lebih aman tanpa adanya kudeta (kecuali ketika masa keruntuhan di tahun 1998).
Namun, rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada, inflasi yang
merebak, rekrutmen politik yang tertutup, pemilu yang jauh dari semangat
demokratis, pengakuan HAM yang terbatas, serta tumbuhnya KKN yang merajalela
membuat demokrasi ini disebut demokrasi yang tipis akan arti demokrasi yang
sesungguhnya.
DEMOKRASI REFORMASI (21 Mei 1998 - Sekarang)

Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalah


demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 dengan
penyempurnaan. Meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi Negara
dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada
prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembagalembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara
lain:
1.

Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998

2.

Ketetapan No. VII/MPR/1998

3.

Tap MPR RI No. XI/MPR/1998


4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998
5. Amandemen UUD 1945
Pada masa ini, Kepemimpinan rezim B. J. Habibie dikenal dengan nama Super
Power, karena dikuaai oleh orang-orang mua yang memiliki juwa reformasi dan
demokrasi yang tinggi. Namun, B.J. Habibie tidak mendapat dukungan sosial politik
dari sebagian besar masyarakat. Akibatnya B. J. Habibie tidak mampu
mempertahankan kekuasaannya dan lengser pada tahun 1999. Kemudian, melalui
pemilu presiden yang ke-4 K.H. Abdurrahman Wahid terpilih secara demokratis di
parlemen sebagai Presiden RI pada 21 Oktober 1999. Akan tetapi, karena K.H.
Abdurrahman Wahid membuat beberapa kebijakan yang kurang sejalan dengan
proses demokratisasi itu sendiri, maka pemerintahan sipil K.H. Abdurrahman Wahid
terpaksa tersingkir dan digantikan oleh Megawati Soekarnoputri pada 23 Juli 2001.
Megawati Soekarnoputri kembali membangkitkan semangat sang ayah, Soekarno
sebagai pelopor bangsa dengan semangat Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan. Proses pemerintahan demokrasi pada masa Megawati Soekarnoputri
masih cukup sulit untuk dievaluasi dan diketahui secara optimal.
Akibatnya,ketidakpuasaan akan pelaksanaan pemerintahan dirasakan kembali oleh
rakyat dan hampir terjadi krisis kepemimpinan. Rakyat merasa bahwa siapa yang
berkuasa di pemerintahan hanya ingin mencari keuntungan semata, bukan untuk
kepentingan rakyat. Megawati pun akhirnya lengser pada tahun 2004 digantikan
oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang sedang menjalani 2 periode pemerintahan
(2004-2009 dan 2009-2014).

ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

1.

Masyarakat mulai berani untuk mengutarakan pendapatnya tanpa ragu lagi

2. Era Super-power pada zaman reformasi menimbulkan semangat baru untuk


rakyat
3.

Terselenggaranya pemilu 7 Juni 1999 sebagai pemilu paling bersih dan jujur

4.

Kabinet yang bersih dan anti-PKI pun tercipta

5. Penyaluran tuntutan tinggi dan terpenuhi


6. Pemeliharaan nilai Penghormatan HAM tinggi
7. Kapabilitas disesuaikan dengan Otonomi daerah
8. Integrasi vertikal dua arah, atas bawah dan bawah atas
9. Integrasi horizontal nampak, muncul kebebasan (euforia)
10. Gaya politik pragmatic
11. Kepemimpinan sipil, purnawiranan, politisi
12. Partisipasi massa tinggi
13. Keterlibatan militer dibatasi
14. Aparat negara harus loyal kepada negara bukan pemerintah
15.Stabilitas - instabil

KESIMPULAN
Pada era reformasi ini, rakyat akhirnya bsia aktif dalam mengutarakan
aspirasinya. Demokrasi yang sesungguhnya pun akhirnya terjadi di Indonesia.
Rakyat mulai menggunakan reformasi total di semua sektor kehidupan. Berantas
KKN pun mulai dicanangkan. Artinya, era inilah era yang benar-benar demokrasi.

Anda mungkin juga menyukai