Anda di halaman 1dari 5

Dampak hospitalisasi

Dampak Hospitalisasi
Efek-efek jangka pendek perawatan di rumah sakit menyebabkan ketakutan pada anak-anak yang
telah membentuk ikatan kerapatan dengan orangtuanya (Schaffer dan Callender 1959 dalam
Niven, 2002). Juga telah banyak dibahas tentang efek jangka panjang dari perpisahan semacam
itu. Douglas (1975) dalam Niven (2002) menantang pandangan bahwa masuk rumah sakit pada
usia sekolah jarang diikuti dengan gangguan-gangguan. Laporannya didasarkan pada suatu skala
besar, sampel secara nasional pada individu yang lahir tahun 1964. Ia menemukan beberapa
pokok seperti jumlah dan lamanya perawatan di rumah sakit dan efeknya pada perilaku setelah
remaja. Kesimpulannya adalah bahwa ada hubungan yang bermakna antara jumlah perawatan
dan lamanya peraawatan di rumah sakit selama usia pra-sekolah dan kesulitan, kemampuan
membaca buruk, kenakalan dan riwayat pekerjaan tidak stabil pada usia remaja akhir.
Penelitian ini telah dianalisa oleh Quiton dan Rutter (1976) dalam Niven (2002) yang
menemukan sejumlah keterbatasan dalam metodologinya. Dalam replikasi penelitian yang
dilakukan oleh Douglas, mereka mendapatkan bahwa tidak terdapat konsekuensi psikologis pada
perawatan di rumah sakit yang hanya kurang dari seminggu, tetapi perawatan di rumah sakit
yang berulang-ulang berkaitan dengan beberapa penyimpangan di kemudian hari. Harus
diperhatikan bahwa sebelum menyimpulkan bahwa meskipun mengalami perawatan di rumah
sakit selama dua kali pada anak usia pra-sekolah dapat meningkatkan gangguan psikiatrik.
Hubungan ini dapat menunjukkan efek samping dari kondisi rumah yang buruk daripada apapun
yang pada hakekatnya secara langsung berhubungan dengan penerimaan di rumah sakit.
Clarke dan Clarke (1976) dalam Niven (2002) membuat pandangan serupa dengan
menganjurkan bahwa hubungan yang ditemukan oleh Douglas tidak mengandung hubungan
kausal antara penerimaan multiple dan gangguan. Hospitalisasi dalam tahun-tahun awal dapat
menjadi hasil dari berbagai faktor, termasuk rumah yang merugikan. Inilah faktor yang dapat
bertanggung jawab terhadap gangguan remaja lanjut daripada penerimaan di rumah sakit
berulang.
2. Kondisi Psikologis Lingkungan Rumah Sakit
DiMatteo & Friedman (1982) dalam Niven (2002) menyatakan bahwa rumah sakit selalu
memiliki reputasi negatif dan bahwa bentuk besar dari mereka ini tidak menjadi tempat yang
ramah. Mereka menganjurkan bahwa masalah ini tidak hanya hubungan mereka dengan penyakit
tetapi sifat dari lingkungan rumah sakit itu sendiri.
Rumah sakit adalah salah satu dari sedikit tempat dimana individu kehilangan hampir semua
kontrol terhadap kehidupan mereka Pasien harus berjalan sesuai jadwal rumah sakit dan
mengikuti aturan-aturannya dengan sdikit kesempatan bagi individualitas DiMatteo &
Friendman (1982) dalam Niven (2002).
Sumber lain dari perasaan negatif terhadap rumah sakit dapat berasal dari hubungan masa lalu
mereka. Wainwright (1985) dalam Niven (2002) menyatakan perawat yang bekerja di rumah
sakit tua di Inggris disituasikan dalam bangunan dimana bila menempati tempat kerja local akan
mengenal keengganan ( dan kadang-kadang penolakan sama sekali) dari pasien lansia untuk
diterima pada salah satu tempat yang memalukan dan stigma social.
Berdaarkan dua hal tersebut, terlihat bahwa meskipun orang belum masuk ke rumah sakit
persepsi mereka tentang institusi ini adalah negatif. Ini penting, oleh karena itu, untuk
mengetahui bagaimana lingkungan rumah sakit dapat diubah untuk mendapatkan pemahamannya

di mata populasi umum dan menyelidiki efek-efek dari lingkungan pada hubungan kesehatan
psikologis. Beberapa isu yang mempunyai masalah yang ditimbulkan adalah privasi,
kenyamanan fisik dan arti simbolis dari lingkungan.
a.
Privasi
Wainwright (1985) dalam Niven (2002) mengatakan bahwa isu tentang individualistis dan
control dibahas bersama dalam konsep privasi dan lebih luas lagi dimana hal tersebut
memungkinkan untuk mempertahankan privasi yang secara luas dapat ditentukan oleh
lingkungan arsitektur ruangan. Gambaran utama lingkungan arsitektur yang mempengaruhi
privasi adalah ukuran ruangan, jumlah penghuni ruangan, apakah ada pintu yang tertutup atau
tidak, suara-suara, adanya pembatas/ penyekat, kamar mandi dan fasilitas toilet, pengontrol
panas, penerangan dan ventilasi. Kurangnya privasi adalah bagian yang menyebabkan pasien
menjadi lebih sensitive, dapat menyebabkan ansietas dan berperan terhadap persepsi nyeri
(Wainwright 1985 dalam Niven 2002).
Altman (1975) dalam Niven (2002) berpendapat bahwa kebutuhan privasi sangat penting bagi
kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Pengaturan rumah sakit membatasi privasi pasien dan
selanjutnya meningkatkan tingkat stress. Dalam beberapa hal sulit untuk mempertemukan antara
kebutuhan staf medik dengan kebutuhan pasien. Jaco (1979) dalam Niven (2002) menemukan
bahwa desain ruangan yang berbentuk lingkaran dikeluhkan pasien sebagai akan mengurangi
privasi, walaupun hal ini sesuai dengan kebutuhan perawat agar lebih mudah memantau pasien.
Duffy et al (1986) dalam Niven (2002) mengatakan bahwa fasilitas desain yang dibangun oleh
orang lain seringkali mengabaikan pentingnya privasi dan teritori. Serupa dengan itu, pasien
dapat merasa terpanjangkan tubuhnya pada orang-orang asing akan merasa stress, sedangkan hal
ini sulit dihindari bila perawatan yang tepat harus diberikan.
Meskipun temuan riset yang menimbulkan konflik ini terdapat sejumlah tindakan terbuka
terhadap professional arsitek dan kesehatan seperti :
1)
Rumah sakit harus didesain dengan tujuan memberikan pasien sebanyak mungkin pilihan
terhadap masalah privasi
2)
Kontrol yang dirasakan sama pentingnya dengan privasi. Tirai atau gordin ditempatkan
disekitar tempat tidur pasien memberikan derajat privasi visual, tetapi pasien biasanya tidak
dalam kontrol langsung terhadap penggunaan tirai dan harus meminta ijin untuk membuka atau
menutupnya. Dalam situasi seperti ini individu dapat ditolak untuk meminta bantuan karena
mereka tidak ingin terlihat dalam kesulitan. Mereka bahkan dapat merasa takut dilabel sebagai
pasien yang sulit. Jadi pasien harusmempunyai derajat kontrol tertentu terhadap penggunaan
tirai.
3)
Biaya, baik finansialdan medi, dengan memberikan pasien kontrol lebih besar terhadap
lingkunga mereka harus diukur terhadap keuntungan psikologis, yang substansial.
4)
Staf medis harus mampu bersikap empati terhadap kebutuhan pasien untuk privasi dan
memungkinkan pasien merasa dalam kontrol lebih besar terhadap lingkungan mereka.
b.
Kenyamanan Fisik
Terdapat beberapa gambaran tetang lingkungan rumah sakit yang langsung berhubungan dengan
kenyamanan fisik. Beberapa diantaranya adalah kebisingan, penerangan, orgonomik dan baubauan.
1)
Kebisingan
Bunyi-bunyi tertentu di rumah sakit mungkin tidak begitu keras tapi cukup menyebabkan
meningkatnya sensitifitas, ansietas dan stres. Pasien biasanya sensitif terhadap kebisingan akibat
dari penyakitnya atau karena terbaring di tempat tidur dengan sedikit atau sama sekali

rangsangan. Walaupun bunyi yang paling halus sekalipun. Bunyi-bunyian yang kelihatannya
tidak begitu penting bagi sebagian orang kadang-kadang sangat berarti bagi orang lain bahkan
menyebabkan reaksi yang terlalu sensitif. Beberapa bunyi-bunyian di rumah sakit menimbulkan
ansietas karena bunyi-bunyian tersebut sangat asing, seperti teriakan atau tangisan, dapat
menyebabkan distres emosional. Oleh karena itu beberapa ahli menyarankan penggunaan bahanbahan kedap suara pada karpet (Simons et al 1982 dalam Niven 2002), masalah utama adalah
kurangnya kesadaran sebagian staf rumah sakit, dan pengunjung rumah sakit untuk menjaga
ketenangan. Topf (1982) dalam Niven (2002) menemukan adanya dampak bunyi-bunyian
terhadap kontrol pribadi selama tidur di rumah sakit. Subjek dengan kondisi penuh kebisingan
memiliki pola tidur yang tidak efektif, sulit tidur terlelap dan lebih sering terbangun
dibandingkan dengan subjek pada kondisi yang lebih tenang.
2)
Temperatur
Keluhan yang sering diungkapkan oleh staf rumah sakit dan pasien adalah bahwa rumah sakit
terlalu panas atau terlalu dingin, dan sulit dipahami bahwa ini terjadi terus tanpa ada perbaikan
desain. Diragukan lagi bahwa orang-orang akan berespons secara negatif terhadap temperatur
yang ekstrem, dan respons-respons ini telah didokumentasikan dengan detil oleh Bell dan
Greence (1984) dalam Niel Nevil (2002). Di rumah sakit, orang yang berbeda akan memiliki
kebutuhan yang berbeda sesuai dengan kondisinya. Orang-orang yang tidak dapat bergerak atau
sedang mengalami demam membutuhkan panas, dan di tempat yang sama sebagian orang justru
ingin mengurangi panas. Masalah lain adalah sistem pemanas yang kadang-kadang bekerja tidak
sesuai dengan kebutuhan cuaca. Para perancang memiliki peran yang jelas untuk menciptakan
lingkungan rumah sakit yang memberikan suhu yang kondusif untuk kenyamanan staf yang
bekerja di dalamnya serta pasien yang harus tinggal di dalamnya.
3)
Pencahayaan
Kelengkapan pencahayaan di lingkungan rumah sakit sangat kompleks jika dihubungkan dengan
kebutuhan untuk memuaskan komponen orang yang berbeda. Dalam banyak hal staf medis
membutuhkan tingkat pencahayaan yang tinggi, sedangkan dalam lain hal pasien hanya
membutuhkan sedikit pencahayaan.
4)
Orgonomik
Ilmu orgonomik adalah ilmu yang memperhatikan hubungan antara pria/wanita dengan desain
ruang kerjanya. Kecukupan dan pengaturan ruang kerja, kursi, tempat penyimpanan barangbarang telah memperlihatkan dampaknya terhadap kenyamanan dan kesehatan (Tichaver 1973
dalam Niven 2002). Kursi yang nyaman dan penerangan yang baik diidentifikasi oleh 70%
pekerja sebagai factor yang mempengaruhi kenyamanan mereka (Harris 1980 dalam Niven
2002).
5)
Bau-bauan
Dari sudut pandang staf medis dalam rumah sakit, sumber bau pengiritasi dapat berasal dari
sejawat mereka (mis., rokok sigaret untuk bukan perokok) dan dari pasien (mis., karpet yang
basah oleh urine di rumah sakit geriatris). Dari sudut pandang pasien, bau pengiritasi berasal dari
pasien (mis., muntahan dan urine) dan staf (mis., disinfektan). Beberapa masalah dapat dihindari
dengan pengalokasian area khusus untuk merokok dan bukan perokok; beberapa masalah baubauan tidak dapat dihindarkan dan setiap orang yang mengalami harus benar-benar dalam sistem
ventilasi yang efisien.
c.
Arti Simbolis
Untuk beberapa individu yang bekerja dalam lingkungan rumah sakit, suatu solusi terhadap
banyak masalah adalah memberikan lebih banyak keuangan. Bila lebih banyak uang digunakan

untuk meningkatkan lingkungan, banyak masalah akan hilang. Keuangan adalah suatu masalah,
tetapi ini tidak menjelaskan mengapa beberapa institusi yang sangat baik keuangannya bukanlah
tempat yang sangat baik untuk tempat tinggal dan bekerja. Serupa dengan itu, beberapa institusi
yang tidak begitu baik keuangannya tidak mengalami kepenatan staf (suatu diskusi tentang
masalah menghadapi professional kesehatan membentuk dasar bab selanjutnya).
Martyniuk et al (1973) dalam Niven (2002) menempatkan kelompok 12 subjek dalam ruangan
dengan enam system pencahayaan yang berbeda. Subjek dituntut untuk menilai system
pencahayaan dalam tiga area persepsi: evaluatif, kejelasan perseptual dan keluasan. Skala
evaluatif terdiri dari seri pasangan kita. Subjek dituntut untuk menilai sistem pencahayaan pada
skala diantara pasangan berikut ini:
bersahabat
bermusuhan
menyenangkan
tidak menyenangkan
suka
tidak suka
harmoni
berselisih
memuaskan
menimbulkan frustasi
indah
buruk
dapat bersosialisasi
tidak dapat bersosialisasi
rileks
tegang
menarik
monoton
Terdapat 96 subjek dalam percobaan tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa konfigurasi
pencahayaan yang disukai adalah kombinasi pencahayaan rendah di atas kepala, pencahayaan
menyebar di atas kepala dan perifer. Teknik ini dapat digunakan untuk efek yang baik bila
merancang sistem pencahayaan yang tepat di rumah sakit. Subjek ini, pasien dan staf diberi
kesempatan terhadap banyak sampel sistem pencahayaan di dalam dan perjanjian pencahayaan
yang paling disukai dipilih.
Isolasi terhadap elemen fisik dari desain yang memberikan lingkungan terapeutik saat ini sangat
sulit dan aspek psikologis lingkungan ini masih sangat baru. Kita tidak dapat menentukan dengan
pasti apa yang menimbulkan lingkungan yang bersahabat dengan hangat, tetapi bila ada kerja
sama antara perancang dan individu yang tinggal dan bekerja di rumah sakit untuk menghasilkan
lingkungan fisik ini memerlukan perhatian, bukan hanya pada elemen desain utama, tetapi pada
detil kecil juga, kemudian pesan tersembunyi yang berasal dari lingkungan rumah sakit adalah
Anda penting.
3. Respon Hospitalisasi pada Anak
Respon hospitalisasi yang ditunjukkan oleh anak meliputi:
1.
Protes : ia menangis/berteriak supaya ibunya kembali
2.
Pemisahan diri : ia menutup diri di bawah selimut atau tenggelam dengan mainannya dan
kehilangan gairah untuk bermain atau makan.
3.
Penyangkalan : ia terlihat bahagia, berusaha berteman dengan setiap orang tanpa
membeda-bedakan. Hal ini dapat menimbulkan sangkaan yang salah dengan menganggap anak
telah dapat menerima keadaan, namun ikatan ibu-anak telah rusak dan harus dibangun kembali.
Pada saat kembali ke rumah anak itu dapat menunjukkan perilaku pemarah, susah makan, atau
mengompol.
Masalah-masalah tersebut dapat dihindari atau diminimalkan dengan:
1)
Menghindari kedatangan ke rumah sakit jika mungkin
2)
Mengurangi lama berkunjung ke rumah sakit seminimal mungkin
3)
Melaksanakan operasi (seperti herniotomi, orkidopeksi) dan pemeriksaan penunjang

(seperti biopsijejunum, kolonoskopi) sebagai kasus rawat sehari


4)
Mendorong orang tua yang anaknya dirawat untuk mengunjungi lebih sering dan
mengusahakan seseorang untuk menemaninya tidur.
Pengelolaan rumah sakit juga dapat membantu mengurangi stres. Anak harus dikelompokkan
bersama sehingga mereka dapat diawasi oleh staf yang terlatih secara khusus dan berpengalaman
dalam merawat anak-anak. Perawat umum yang terdaftar biasanya jarang sekali menangani
anak-anak selama pelatihan dan membutuhkan pengalaman lebih banyak jika mereka akan
diberikan tanggung jawab posisi senior di unit anak-anak; demikian juga dengan terapis. Guru,
perawat taman kanak-kanak, dan pemandu bermain mengorganisasikan pendidikan dan
permainan. Pemisahan dengan orang dewasa memungkinkan tempat perawatan anak menjadi
tidak begitu formal. Kesan pertama yang didapat dari tempat perawatan anak mestinya bebas dan
menyenangkan, bukan suasana yang sangat medis dan teknis yang sampai saat ini terus saja
berjalan (Roy Meadow dan Simon J. Newell, 2005).

Anda mungkin juga menyukai