Sap Imunisasi Hepatitis B
Sap Imunisasi Hepatitis B
PADA BAYI
DISUSUN OLEH :
IMUNISASI HEPATITIS B
PADA BAYI
A. Latar Belakang
Imunisasi hepatitis B pada bayi diberikan sebagai pencegahan untuk menghindari tertularnya bayi dari
penyakit hepatitis B. Dosis pemberian imunisasi ini hanya diberikan 3 kali, jika diberikan hanya 2 kali
atau 1 kali saja, maka imunusasi ini tidak maksimal. Sehingga virus hepatitis B masih bisa menyerang
bayi. Karena itu demi terjaganya bayi dari virus hepatitis B, sebaiknya lakukan imunisasi seperti yang
dianjurkan para dokter.
Imunisasi hepatitis B pada bayi dan orang dewasa telah tersedia selama lebih dari 20 tahun, tetapi
transmisi perinatal dan paparan terhadap virus pada awal kehidupan merupakan sumber penularan
utama. Asia Tenggara merupakan daerah endemik infeksi virus Hepatitis B, dimana 8% atau lebih
merupakan karier hepatitis B dan risiko infeksi selama hidup bervariasi dari 60-80%. Transmisi
vertikal merupakan sumber infeksi utama di seluruh dunia. Sekitar 70 persen kasus hepatitis B virus
dan menahun luput dari diagnosis. Akibatnya, penyakit itu berisiko menjadi penyakit hati menahun
dan tidak mendapatkan pengobatan. Hepatitis B virus yang tidak mendapatkan pengobatan itu dapat
menjadi penyakit hepatitis menahun, kanker hati, dan sirosis hati yang mengakibatkan tranplantasi
hati dan kematian.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang termasuk golongan Hepadnaviridae. Genome virus ini
mempunyai empat buah open reading frame: inti, kapsul, polimerase, dan X. Gen inti mengkode
protein nukleokapsid yang penting dalam membungkus virus dan HBeAg. Gen permukaan mengkode
protein pre-S1, pre-S2, dan protein S. Gen X mengkode protein X yang berperan penting dalam
proses karsinogenesis.
Sampai saat ini terdapat delapan genotipe virus Hepatitis B: genotipe A, B, C, D, E, F, G, H. Genotipe
B dan C paling banyak ditemukan di asia. Selain transmisi vartikal, virus Hepatitis B dapat
ditransmisikan dengan efektif melalui cairan tubuh dan melalui membran mukosa. Penularan yang
lebih rendah dapat terjadi melalui kontak dengan penderita Hepatitis B, hemodialisis, paparan
terhadap pekerja kesehatan yang terinfeksi, alat tato, alat tindik, hubungan seksual, dan inseminasi
buatan. Selain itu penularan juga dapat terjadi melalui transfusi darah dan donor organ. Hepatitis B
dapat menular melalui pasien dengan HBsAg yang negatif tetapi anti-HBc positif, karena adanya
kemungkinan DNA virus hepatitis B yang bersirkulasi, yang dapat dideteksi dengan PCR (10-20%
kasus). Virus hepatitis B 100 kali lebih mudah menular dibanding dengan virus HIV dan 10 kali lebih
menular dibanding dengan virus hepatitis C. Karena mudahnya menular ini, maka imunisasi hepatitis
B pada bayi menjadi sangat diperlukan.
Manifestasi klinis Hepatitis B
Infeksi virus Hepatitis B terdiri dari empat fase: imunotoleran, immune clearance, fase non replikasi
(karier inaktif), dan reaktivasi. Pasien yang sudah terinfeksi sejak lahir biasanya mempunyai kadar
DNA serum yang tinggi tanpa manifestasi hepatitis aktif. Fase ini disebut fase imunotoleran. Fase
immune clearance ditandai dengan menurunnya kadar DNA, meningkatnya kadar ALT, aktivitas
histologi, dan lisis hepatosit. Fase non replikasi merupakan fase dimana terjadi serokonversi HBeAg
menjadi anti-HBe. Pada fase ini DNA virus hanya dapat dideteksi dengan PCR, diikuti dengan
normalisasi ALT, dan berkurangnya nekroinflamasi. Pada fase reaktivasi, terjadi peningkatan DNA
virus yang tinggi dengan atau tan[a serokonversi HBeAg, disertai peningkatan ALT. Mutasi pada
precore dan inti menghambat produksi HBeAg.
HBsAg muncul di serum 2-10 minggu setelah paparan virus dan sebelum muncul gejala, atau
peningkatan kadar aminotransferase serum. Hilangnya HBsAg setelah beberapa minggu diikuti
munculnya antibody anti-HBs. Anti-HBs dapat tidak terdeteksi selama periode jendela selama
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan setelah hilangnya HBsAg. Koeksistensi HBsAg dan anti
HBs dapat terjadi pada 10-25%.
Antibodi terhadap komponen inti (anti HBc) terdeteksi pada infeksi akut, kronik, maupun eksaserbasi.
Selama infeksi akut, IgM anti-HBc terdeteksi selama 4-6 bulan setelah episode hepatitis akut dan
jarang betahan sampai 2 tahun. Antigen e Hepatitis B (HBeAg) ditemukan dalam serum selama
infeksi akut. Reaktivitas HBeAg biasanya hilang setelah enzim dalam serum mencapai kadar
maksimal.
Infeksi virus hepatitis B pada orang dewasa dengan sistem imun yang intak menyebabkan infeksi
akut, dengan 1-5% kasus menjadi kronik. Namun sebaliknya, 95% neonatus yang terinfeksi akan
menjadi Hepatitis B kronik. Pada orang dewasa, gagal hati fulminan akibat Hepatitis B akut terjadi
pada kurang dari 1% kasus. Survival spontan pada gagal hati akut akibat Hepatitis B adalah sekitar
20%. Infeksi Hepatitis B dikatakan kronik bila HBsAg dalam serum positif lebih dari 6 bulan. Sekitar
1/4-1/3 pasien dengan infeksi Hepatitis B kronik akan mengalami penyakit hati yang progresif.
Infeksi virus hepatitis B pada bayi 90% akan cenderung menjadi hepatitis B kronik, sedangkan infeksi
pada anak usia 1-5 tahun 30-50% akan menjadi kronik. Hepatitis B kronik dapat menjadi sirosis hati
dan hepatoma. Dua puluh lima persen pasien dengan hepatitis B kronik akan meninggal akibat sirosis
hati maupun hepatoma. Melihat bahayanya virus hepatitis B pada anak yang bisa menyebabkan
menjadi kronik, maka imunisasi hepatitis B pada bayi sangat diperlukan.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 20 menit tentang pentingnya imunisasi pada anak/bayi,
diharapkan peserta penyuluhan dapat lebih memahami pentingnya imunisasi sehingga angka kejadian
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi pada anak balita dapat ditekan.
2. Tujuan Intuksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali :
1)
Definisi imunisasi
2)
Tujuan imunisasi
3)
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
4)
Jenis imunisasi
5)
Cara kerja imunisasi melawan penyakit
SAP
IMUNISASI HEPATITIS B
PADA BAYI
Materi
1. Pengertian imunisasi
2. Tujuan imunisasi
3. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
4. Macam-macam imunisasi dasar
5. Jadwal pemberian imunisasi dasar
6. Imunisasi aktif dan pasif
7. Pemberian imunisasi dan dosis
MATERI PEMBERIAN IMUNISASI
1.
Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin
kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan
yang dimaksud vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut
seperti vaksin polio.
2.
Tujuan Imunisasi
Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan meningkatkan derajat imunitas, memberikan
proteksi imun dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu / toksin dengan
menggunakan preparat antigen non-virulen/non-toksik. Kekebalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi, potensi
antigen yang disuntikkan, waktu antara pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya
imunisasi tersebut akan tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh
dapat diharapkan pada diri anak.
3.
Hingga saat ini terdapat sepuluh jenis vaksinasi yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada anak,
yaitu :
a.
Polio
b.
Campak
c.
Gondongan
d.
Rubella (campak Jerman)
e.
Difteria
f.
Tetanus
g.
Batuk rejan (Pertusis)
h.
Meningitis
i.
Cacar air
j.
Hepatitis B
Pemberian imunisasi
Umur
Selang Waktu
BCG
1x
0-11 bln
DPT
3x
4 minggu
2-11 bln
POLIO
4x
4 minggu
0-11 bln
Hepatitis B
3x
Hb I-II 4 minggu
0-11bln
Hb I-II 4 minggu
Campak
1x
9 bln
Vaksin
Hepatitis B-1
Polio-0
Keterangan
HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir,
dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAgB ibu positis, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan
HBIg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. apabila semua
status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam
perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif
maka masih dapat diberikan HBIg 0,5 ml sebelum bayi
berumur 7 hari
Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama, unutk bayi yang
lahir di RS/RB polio oral diberikan saat bayi dipulangkan
(untuk menghindari transmisi virus vaksin pada bayi lain)
HB-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2
adalah 1 bulan
BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan
Hepatitis B-2
0-2 bulan
BCG
2 bulan
4 bulan
6 bulan
DPT-1
Polio-1
DPT-2
Polio-2
bulan,terbaik 5 bulan
DPT-3
Polio-3
Hepatitis B-3
9 bulan
6.
Campak-1
Imunisasi Pasif
Imunitas hepatitis B pada bayi secara pasif dapat melindungi individu dari infeksi Hepatitis B akut
dan kronik bila diberikan segera setelah paparan, dengan menggunakan imunoglobulin yang
mengandung titer anti-HBs yang tinggi. Profilaksis pasca paparan diberikan kepada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang menderita Hepatitis B, paparan membran mukosa atau kulit terhadap darah
yang terinfeksi virus Hepatitis B, dan kontak seksual pada pasien yang HBsAg positif. Imunoglobulin
Hepatitis B (HBIG) juga digunakan untuk melindungi pasien dari infeksi Hepatitis B rekuren setelah
transplantasi hati. Efektivitas imunoglobulin Hepatitis B adalah 75% untuk mencegah Hepatitis B
yang bermanifestasi klinis atau keadaan karier bila digunakan segera setelah paparan. Proteksi yang
dihasilkan oleh HBIG hanya bertahan selama beberapa bulan.
Salah satu penggunaan utama HBIG adalah sebagai ajuvan vaksin Hepatitis B dalam mencegah
transmisi Hepatitis B perinatal. Data penelitian menyebutkan bahwa terapi kombinasi HBIG dan
vaksin Hepatitis B dapat meningkatkan efektivitas pencegahan infeksi perinatal sebesar 85-95% dan
memberikan efek proteksi jangka panjang.
Imunisasi Aktif
Vaksin hepatitis B yang aman, imunogenik, dan efektif telah dipasarkan sejak tahun 1982. Vaksin
Hepatitis B mengandung HBsAg yang dimurnikan. Vaksin dapat diperoleh dari hasil kultur HBsAg
dari plasma pasien infeksi Hepatitis B kronik (plasma-derived vaccine) atau dengan memasukkan
plasmid yang mengandung gen S virus dan pada beberapa kasus pre-S1 dan atau pre S2 ke dalam ragi
atau sel mamalia. Insersi ini akan menginduksi sel mengekspresikan HBsAg, yang berkumpul
menjadi partikel imunogenik (vaksin DNA rekombinan). Vaksin tersebut mengalami inaktivasi,
dimurnikan, dan ditambah aluminium fosfat atau alminium hidroksida, dan diawetkan dengan
thimerosal.
Vaksin hepatitis B harus disimpan pada suhu 2-8oC. Vaksin yang mengalami pembekuan akan
mengurangi efektivitas vaksin. Vaksin hepatitis B tersmasuk vaksin yang termostabil. Pemanasan
pada suhu 45oC selama 1 minggu atau 37oC selama 1 bulan tidak mengubah imunogenisitas dan
reaktivitas vaksin.
7. Pemberian Imunisasi dan Dosis
Penyuntikan vaksin secara intradermal tidak dianjurkan karena imunogenisitas pada usia muda lebih
rendah, respons antibodi yang tidak konsisten pada orang tua, kurangnya pengalaman tenaga
kesehatan dalam melakukan suntikan intradermal, dan kurangnya data tentang efektivitas jangka
panjang.
Imunisasi hepatitis B pada bayi diberikan dalam 3 dosis pada bulan ke-0, 1, dan 6. Dua dosis pertama
merupakan dosis yang penting untuk membentuk antibodi. Dosis ketiga diberikan untuk mencapai
kadar antibodi anti-HBs yang tinggi.
Tempat tempat pelayanan pemberian imunisasi
1. Posyandu
2. RS Bersalin
3. RS Pemerintah
4. BKIA
5. Dokter praktek swasta
6. Bidan praktek swasta
Pokok Bahasan
Sasaran
Tempat
: Balai desa
Waktu
: 20 menit
Kegiatan
No.
1.
Tahap
Pembukaan
Waktu
2 menit
Kegiatan
Memberi salam
Menjawab
salam
Memperkenalkan diri
Mendengarka
n
Menjelaskan TIK
2.
Pelaksanaan
peserta
13 menit
Mendengarka
n
mendengarkan
3.
Penutup
5 menit
Menjawab
pertanyaan
Memberi kesempatan orangtua untuk
bertanya
Menyimpulkan materi
Menyimak
kesimpulan
Menjawab
salam
Metode :
Ceramah
Tanya jawab
Media :
Leaflet
Evaluasi
1.
Standar persiapan
a.
Alat
b.
Pengaturan tempat
c.
Kesiapan materi
2.
Peserta
bertanya
a.
b.
c.
d.
e.
f.