Bab 2 Teori Relativitas Khusus
Bab 2 Teori Relativitas Khusus
Disusun oleh:
ANIQ RIFATUN NAJIHAH
1101135001
MOCHAMAD RIZALUL FIKRI
1101135012
TANTI SALMAH
1101135021
BUDHI NOVYANNISARI
1101135004
FISIKA SEMESTER 4
LATAR BELAKANG
Teori Relativitas Einstein adalah teori yang sangat terkenal, tetapi sangat sedikit
yang kita pahami. Utamanya, teori relativitas ini merujuk pada dua elemen berbeda yang
bersatu ke dalam sebuah teori yang sama: relativitas umum dan relativitas khusus. Kedua
teori ini diciptakan untuk menjelaskan bahwa gelombang elektrimagnetik tidak sesuai
dengan gerak Newton. Gelombang elektromagnetik dibuktikan bergerak pada kecepatan
yang konstan, tanpa dipengaruhi gerakan sang pengamat. Inti pemikiran dari kedua teori
ini adalah bahwa dua pengamat yang bergerak relatif terhadap masing-masing akan
mendapatkan waktu dan interval ruang yang berbeda untuk kejadian yang sama, namun
isi hukum fisika akan terlihat oleh keduanya. Teori relativitas khusus telah diperkenalkan
dulu, dan kemudian berdasar atas kasus-kasus yang lebih luas diperkenalkan teori
relativitas umum.
Pada masa masa permulaan, jutaan triliun nukleo aktivitas terbentuk di
sepanjang kolong langit dengan berbagai ukuran. Merekalah cikal bakal semua benda
langit, mulai dari planet, satelit, sampai pada galaksi yang paling besar. Reaksi-reaksi
pada selubung nukleo aktivitas menyebabkan evolusi pada jagat raya. Pada awalnya,
selubung itu berbentuk plasma dengan temperatur yang luar biasa panas seperti pada
permukaan bintang.
Cahaya dan gelombang elektromagnetik yang terlepas dari reaksi fusi dan fisi
bisa bergerak leluasa dalam media plasma, sehingga akhirnya tercerai-berai ke segala
penjuru,yang salah satunya sampai ke bumi. Oleh pengamat di bumi, panjang gelombang
cahayatampak ditangkap retina mata, sehingga tampaklah benda langit itu bersinar.
Namun dalam hal ini penting pula mengetahui bagaimana hubungan antara teori
relativitas enstein dengan menghitung jarak benda langit terhadap titik acuan yaitu pusat
tatasurya kita yaitu matahari. Menghitung jarak benda langit khususnya planet dan satelit
lain terhadap suatu titik acuan dapat pula dilakukan dengan menerapkan rumus relativitas
enstein.
Atau
elektromagnetik
akan
merambat
dengan
kecepatan:
Ruang yang berada dalam posisi diam terhadap pengamat yang diistimewakan dinamakan
Ruang Mutlak Semua pengamat yang bergerak terhadap ruang mutlak ini akan
mendapatkan ini akan mendapati kecepatan cahaya yang berbeda dengan c. oleh karena
cahaya merupakan gelombang elektromagnetik, maka yang dirasakan oleh para fisikawan
abad 19 adalah harus tersedianya suatu medium sebagai tempat perambatan cahaya.
Dengan demikian dipostulatkan eter untuk mewakili seluruh ruang mutlak.
Postulat kedua, adalah sebuah konsekuensi dari foton yang tak bermassa bergerak
dengan kecepatan c pada ruang hampa. Eter tidak lagi memiliki peran khusus sebagai
5
kerangka acuan inersia mutlak alam semesta, jadi bukan hanya tidak perlu, tetapi juga
secara kualitatif tidak berguna di dalam relativitas khusus. Postulat kedua kelihatan tegas
dan sederhana. Percobaan Michelson Morley memang tampaknya menunjukan bahwa
laju cahaya dalam arah lawan turut dan silang adalah sama. Dan postulat kedua sematamata menegaskan fakta ini : bahwa laju cahaya adalah sama bagi semua pengamatan,
sekalipun mereka dalam gerak relatif.
Konstraksi panjang
Transformasi kecepatan
Momentum relativistik
Massa relativistik
sebuah cermin berjarak L dan kemudian mengukur selang waktu 2t yang dibutuhkan
berkas tersebut untuk menempuh jarak- jarak kecermin dan kemudian dipantulkan
kembali ke O.
L =c t
6
--------------
Gambar 2,4
O
O
Gambar 2.5
Gambar 2.5 memperlihatkan percobaan yang sama dari sudut pandang O. yang
menurut O sedang bergerak dengan kecepatan -. Menurut pandangan O ini,, berkas
cahaya dikirim dati titik titik A dan dan diterima oleh titk B setelah selang waktu 2t .
Jarak AB baginya adalah 2t. Menurut O, berkas cahaya menempuh jalak 2L dalam
selang waktu 2t, sedangkan menurut O, berkas cahaya itu menempuh lintasan AMB
yang berjarak 2L2+ (T)2 dalam selang waktu 2 t.
Menurut relativitas Galileo
t=t, dan O mengukur laju cahaya c sehingga laju cahaya menurut pengukuran O
adalah c2+.
Menurut Postulat Eintein ini tidak mungkin, karena baik O maupun O keduaduanya harus mengukur laju cahaya yang sama, yakni c. Oleh karena itu, t dan t harus
7
berbeda. Hubungan antara t dan t dapat dicari dengan kedua pengukuran laju cahaya
sama dengan c.
Menurut O
c = 2L/2T
L= c.t
Menurut O,
c = 2L + (t)/2t
jadi
c t = L+ (t)
pautnya dengan pengukuran panjang yang dilakukan secara langsung. Panjang objek
yang diukur dalam suatu kerangka pengamatan dimana objeknya diam, dikenal sebagai
panjang sejati (proper length), sedangkan panjang yang diukur dalam kerangka
pengamatan yang bergerak dengan laju tetap terhadap kerangka diam objek akan menjadi
lebih pendek. Penyusutan panjang hanya terjadi sepanjang arah gerak-semua komponen
panjang lainnya (tegak lurus arah gerak) tidak terpengaruh.
Gambar pengamatan tentang objek yang bergerak ini adalah hal yang idealkarena mata kita tidak dapat melihat penyusutan panjang seperti yang terlihat. Ingatlah,
untuk memahaminya bahwa retina mata atau film kamera, hanya memberi tanggapan
terhadap suatu deretan bayangan yang jatuh mengenai permukaan retina atau film pada
saat yang sama.
Dalam fisika klasik,efek Doppler bagi gelombang suara menerangkan bahwa
bila sumber dan pengamat bergerak dengan laju vs dan vo relative terhadap zat perantara,
maka frekuensi v yang didengar pengamat O berbeda dari frekuensi v yang dipancarkan
sumber S. hubungannya adalah
v = v
Postulat pertama Einstein mengatakan bahwa situasi yang terjadi tidak mungkin
berlaku bagi gelombang cahaya, karena gelombang cahaya tidak memerlukan zat
perantara. Oleh karena itu dapat mengisyaratkan bahwa bagi gelombang cahaya terdapat
rumus pergeseran Doppler yang berbeda, yang tidak membedakan antara gerak sumber
dan gerak pengamat, melainkan hanya melibatkan gerak relative.
Hubungan Massa-Energi
Enstein mampu menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara massa dan energi,
melalui rumus yang sangat terkenal E=mc 2. Hubungan ini telah dibuktikan dengan
peristiwa yang sangat dramatis di dunia, ketika bom nuklir melepaskan energi dari massa
di Hiroshima dan Nagasaki pada akhir perang dunia kedua.
Kecepatan Cahaya
Tak ada objek bermassa yang dapat bergerak dipercepat menuju kecepatan
cahaya. Hanya objek tak bermassa, seperti foton, yang dapat bergerak dengan kecepatan
cahaya. (foton tidak bergerak dipercepat menuju kecepatan cahaya, tetapi foton selalu
bergerak dengan kecapatan cahaya).
Tetapi bagi objek fisis, kecepatan cahaya adalah terbatas. Energi kinetik pada kecepatan
cahaya menjadi tak terbatas, jadi tidak pernah dapat dicapai dengan percepatan. Beberapa
telah menunjukkan bahwa sebuah objek secara teori dapat bergerak melebihi kecepatan
cahaya, tetapi sejauh ini tidak ada entitas fisik yang dapat menujukkan itu.
Pada
1905
Henri
Poincare
memodifikasi
formulasi
aljabar
dan
10
Seperti disarankan dalam RSTR, dalam pembahasan gerak relative, kita harus
memperhatikan fakta bahwa cahaya menyebar dari objek menuju pengamat. Dengan
memperhatikan arah sebaran cahaya dari objek menuju pengamat, kita bisa melihat
bahwa dalam transformasi Lorentz yang selama ini dikenal, terdapat kesalahan
fundamental dalam hal pengabaian arah sebaran cahaya. Pengabaian ini membuat titik
temu P, yang bergerak, dianggab sebagai titik temu dari kejadian Vp.t dan c.t, meskipun
kedua kejadian tersebut berada dalam waktu yang berbeda.
11
Sesuai dengan prinsip dilasi waktu, untuk pengamat dan objek yang bergerak,
jika t dan t dimulai dari waktu 0 yang sama, maka t t. Konsekuensinya, titik temu P
akan menyalahi konsep titik temu koordinat ruang dan waktu seperti dipaparkan dalam
pembahasan dibagian awal tulisan ini. Untuk mengatasi ini, Lorentz memperkenalkan
variable k sebagai penyama persamaan, sedemikian hingga bisa dituliskan persamaan
berikut :
c.t = k(c.t vp.t)
(1)
Tetapi walau bagaimanapun hal ini tidak akan menghasilkan kesimpulan yang
valid, karena titik P yang bergerak tidak bisa disebut sebagai titik temu dalam dimensi
ruang dan waktu untuk dua kejadian Vp.t dan c.t karena t t. P hanya akan merupakan
titik temu dari dua kejadian dalam waktu yang berbeda, jika dan hanya jika P diam.
Selain itu sesuai dengan konsep titik materi dalam koordinat ruang dan waktu, jika P
adalah pengamat yang semula dalam satu koordinat dengan P, tentu P adalah P itu
sendiri. Konsekuensinya ketika P berada dalam koordinat ruang yang berbeda dengan P,
maka tentu P berada dalam waktu yang berbeda dengan P. Karenanya penggambaran O
dan O dalam transformasi Lorentz dalam rentang waktu yang sama dengan P dan P,
hanya akan berada dalam koordinat ruang yang sama jika dan hanya jika O adalah diam.
Dalam kondisi ini, transformasi Lorentz akan menjadi seperti digambarkan dalam gambar
6 berikut.
.(2)
..(3)
12
kekekalan momentum linear, semua konsep itu begitu penting dalam fisika klasik. Kedua
13
hukum kekekalan ini ( bersama dengan hukum kekekalan momentum sudut ) dapat
diperlihatkan merupakan akibat dari kehomogenan ( homogeneity ) dan keisotopian
(isotropy ) alam semesta, jika kita mengoreksi semua efek local ( seperti perubahan pada
atmosfer atau keadaan lingkungan ), maka percobaan yang dilakukan pada suatu hari
tentu akan memberikan hasil sama seperti yang diperoleh dari percobaan serupa yang
dilakukan pada hari berikutnya.
Dengan demikian membuang konsep-konsep ini menyiratkan bahwa kita hidup
dalam alam semesta yang sangat aneh, oleh karena itu kita akan tetap beranggapan bahwa
alam semesta ini memilikisemacam struktur yang sangat serasi, dan bahwa hukumhukum kekekalan ini tetap berlaku, namun dengan catatan bahwa relativitas khusus
mungkin menghendaki suatu pendefinisian ulang terhadap besaran-besaran dinamika
dasar.
V1 =
=0
Karena semua kecepatan searah sumbu x, maka kita abaikan indeks bawak x), dan
kecepatan massa 2 adalah (dengan v = -v menurut O)
V =
kekal.
Menurut pembahasan, kita cenderung berusaha mempertahankan kekekalan
momentum linear dalam semua kerangka acuan. Telah diketahui bahwa semua kecepatan
telah ditangani dengan benar , sehingga dengan mengingat bahwa momentum hanya
melibatkan massa dan kecepatan, maka kesaahan tentu terletak pada penanganan kita
terhadap massa. Sejalan dengan pembahasan tentang penyusutan panjang dan pemuluran
waktu ,
m0 disebut massa diam, dengan panjang sejati dan waktu sejati , diukur terhadap kerangka
acuan terhadap benda diam. Dalam kerangka acuan lainnya, massa relativistic m akan
lebih besa daripada m0. Bag aimana definisi nassa relativistic ini mempertahankan
kekekalan momentum dalam kerangka acuan O dan O. Nyatakan massa yang diukur
oleh O dengan m1 ,. m2 , dan M (massa gabungan ), dan yang oleh O dengan m 1 ,. m2 , dan
M. Anggaplah kedua objek ini memiliki massa diam m0 yang sama.
Maka menurut O, kedua massa itu adalah
m1 =
dan
m2 =
karena v1 = v2 = v , maka
M = m1 + m2 =
Karena massa gabungan ini diam dalam kerangka acuan O, maka massa M adalah massa
diamnya, yang selanjutnya kita nyatakan dengan M 0.. Menuruta O, m1 diam, jadi m1 =
m0. Karena m2 bergerak dengan laju v2 = -2v/ ( 1 + v/c), maka
m2 = m0
15
maka dapat
diperoleh
M =
Tampak bahwa definisi massa yang baru ini berhasil mempertahankan kekekalan
momentum menurut O, karena Pawal = m1v1 + m2v2 tetap sama dengan nol, seperti PAKHIR .
Selanjutnya, kita buktikan pernyataa momentum awal dan akhir dalam kerangka acuan O
:
Pawal = m1v1 + m2v2
= m0 (0) + m0
Dan
Pakhir = MV =
(-v) =
Karena Pawal = Pakhir, maka definisi baru ki5ta tentang massa relativistic di
atastelah memungkinkan kita untuk mempertahankan berlakunya kekekalan momentum
dalam kedua kerangka acuan. Definisi massa relativistic ini berhasil mempertahankan
berlakunya kekekalan momentum dalam semua kerangka acuan.
Selain mendefinisikan massa relativistic, kita dapat mendefinisikan ulang momentum
relativistic sebagai berikut :
16
P=
Definisi ini ternyata merupakan pilihan yang terbaik, karena alas an sebagai
berikut : kita dapat memperluasnya dengan mudah kerumus dua atau tiga dimensi, dan
juga definisi ini menghindarkan kita dari kebingungan penggunaan massa relativistic
pada kasus kasus dimana pernyataan ini tidak berlaku. Dua massa m 1 dan m2 yang
berjarak r terpisahdan saling tarik menarik menurut hukum grafitasi. Kedua massa ini
dihubungkan oleh sebuah pegas berskala, yang mencatat gaya antara keduanya. Pengamat
O berada dalam sebuah roket yang bergerak menjauhi kedua massa itu dalam arah tegak
lurus garis hubung m1
memperlakukan persamaan dinamika seperti yang kita lakukan di atas dengan dengan
sekadar menggantikan massa klasik dengan massa relativistic. Khususnya, tidak benar
menuliskan energy kinetic sebagai mv 2 denganmengunakan massa relativistic.
Energi kinetic dalam fisika klasik didefinisikan sebagai usaha sebuah gaya luar
yang mengubah laju sebuah objek. Definisi yang sama tetap kita pertahankan berlaku
pula dalam mekanika relativisti ( dengan membatasi pembahasan kita pada satu dimensi).
Perubahan energy kinetik
= Kf Ki adalaH
=W=
Jika benda bergerak dari keadaan diam, K i = 0, maka energy kinetic akhir K
adalah
K=
Mengingat gaya masih belum
tentang bagaimana melanjutkan pembahasan ini. Tanpa bukti atau kebenaran apapun, kita
akan mencoba mempertahankan hukum kedua Newton dalam bentuk umum ( F = dp/dt )
sebagai hubungan dinamika yang sesuai.
K=
Pernyataan yang terakhir dapat kita ubah dengan menggunakan teknik standar
pengintegrasian perbagian ,, dengan d(pv) = v dp + p dv, yang memberikan
17
K = pv
K = mc -m c
Besaran mc disebut energy diam partikel dan dinyatakan dengan E. Jadi, sebuah
partikel yang bergerak, memiliki energy E dan tambahan energy K, sehingga dengan
demikian energy relativistic total partikel adalah
E = E + K = mc + K = mc
Persamaan ini merupakan hasil temuan Einstein yang menyatakan bahwa energy sebuah
benda merupakan ukuran lain dari massanya energy dan massa adalah setara, dan bahwa
perolehan atau kehilangan energy sebuah benda dapat dipandang pula sebagai perolehan
atau kehilangan massanya.
Dari penjelasan diatas maka kita dapatkan Konsep-konsep fisika adalah sebagai berikut :
1. Hukum kekekalan energy
2. Hukum kekekalan momentum linear
3. Hukum Newton kedua, F = dp/dt
Dan kita memperkenalkan konsep-konsep baru relativistic sebagai berikut :
1.
P=
2.
m=
3.
E= mc = mc + K = (p2c2 + m2c4)
Bagi semua persamaan relativistik, baik kinematika maupun dinamika, berlaku
persyaratan apabil v kecil sekali dibanding terhadap c, maka semua persamaan itu
haruslah memberikan kembali hasil . khusus
18
apabila v
DAFTAR PUSTAKA
Kenneth Krane, Fisika Modern ( Modern Physics ), Universitas Indonesia (UIPress), Jakarta, 1992.
Ronal Gautreau, Schaums Outlines Fisika Modern, Erlangga, Jakarta, 1996
http://www.scribd.com/doc/46316795/BAB-I
http://blogs.phys.unpad.ac.id/aprilia/files/2010/01/Bab-I-Teori-RelativitasKhusus.pdf
19