Anda di halaman 1dari 19

FISIKA MODERN

Disusun oleh:
ANIQ RIFATUN NAJIHAH
1101135001
MOCHAMAD RIZALUL FIKRI
1101135012
TANTI SALMAH
1101135021
BUDHI NOVYANNISARI
1101135004

FISIKA SEMESTER 4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2013

LATAR BELAKANG
Teori Relativitas Einstein adalah teori yang sangat terkenal, tetapi sangat sedikit
yang kita pahami. Utamanya, teori relativitas ini merujuk pada dua elemen berbeda yang
bersatu ke dalam sebuah teori yang sama: relativitas umum dan relativitas khusus. Kedua
teori ini diciptakan untuk menjelaskan bahwa gelombang elektrimagnetik tidak sesuai
dengan gerak Newton. Gelombang elektromagnetik dibuktikan bergerak pada kecepatan
yang konstan, tanpa dipengaruhi gerakan sang pengamat. Inti pemikiran dari kedua teori
ini adalah bahwa dua pengamat yang bergerak relatif terhadap masing-masing akan
mendapatkan waktu dan interval ruang yang berbeda untuk kejadian yang sama, namun
isi hukum fisika akan terlihat oleh keduanya. Teori relativitas khusus telah diperkenalkan
dulu, dan kemudian berdasar atas kasus-kasus yang lebih luas diperkenalkan teori
relativitas umum.
Pada masa masa permulaan, jutaan triliun nukleo aktivitas terbentuk di
sepanjang kolong langit dengan berbagai ukuran. Merekalah cikal bakal semua benda
langit, mulai dari planet, satelit, sampai pada galaksi yang paling besar. Reaksi-reaksi
pada selubung nukleo aktivitas menyebabkan evolusi pada jagat raya. Pada awalnya,
selubung itu berbentuk plasma dengan temperatur yang luar biasa panas seperti pada
permukaan bintang.
Cahaya dan gelombang elektromagnetik yang terlepas dari reaksi fusi dan fisi
bisa bergerak leluasa dalam media plasma, sehingga akhirnya tercerai-berai ke segala
penjuru,yang salah satunya sampai ke bumi. Oleh pengamat di bumi, panjang gelombang
cahayatampak ditangkap retina mata, sehingga tampaklah benda langit itu bersinar.
Namun dalam hal ini penting pula mengetahui bagaimana hubungan antara teori
relativitas enstein dengan menghitung jarak benda langit terhadap titik acuan yaitu pusat
tatasurya kita yaitu matahari. Menghitung jarak benda langit khususnya planet dan satelit
lain terhadap suatu titik acuan dapat pula dilakukan dengan menerapkan rumus relativitas
enstein.

2.1 Kegagalan Relativitas Klasik


Pandangan tentang ala mini, yang sebenarnya berasal dari Galileo, mengatakan
bahwa ruang dan waktu adalah mutlak. Juga dikemukakan bahwa setiap percobaan yang
dilakukan dalam kerangka acuan (pengamatan) kita barulah bermakna fisika apabila
dapat dikaitkan dengan percobaan serupa yang dilakukan dalam kerangka acuan mutlak,
yaitu suatu system koordinat Kartesius yang padanya tercantelkan jam jam mutlak.
Sebagai contoh, pernyataan yang lazim dikenal bahwa sebuah benda yang diam
cenderung diam kecuali jika padanya dikenakan gaya luar.
Hukum hukum Newton (termasuk asas kelembaman) tidak berlaku dalam
kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap. Kerangka acuan (yang bergerak
dengan kecepatan tetap) ini, disebut kerangka lembam (inersial). Peristiwa peristiwa
yang diamati dari berbagai kerangka lembam dapat tampak berbeda bagi masing
masing pengamat dalam tiap kerangka itu. Perbandingan perbandingan pengamatan
yang dilakukan dalam berbagai kerangka lembam, memerlukan transformasi Galileo,
yang mengatakan bahwa kecepatan (relative terhadap tiap kerangka lembam) mematuhi
aturan jumlah yang paling sederhana. Transformasi Galileo menjadi :

Tampak bahwa hanya komponen x kecepatan yang terpengaruh. Dengan


mengitegrasikan persamaan pertama kita peroleh

Sedangkan diferensialnya memberikan

Atau

Gerak seorang perenang sebagaimana dilihatpengamat diam O di tepi sungai.


Pengamat O bergerak bersama aliran sungai dengan laju u.

Gejala gelombang secara umum dapat kita definisikan sebagai rambatan


gangguan periodic melalui suatu zat perantara. Maxwell memperlihatkan bahwa
kehadiran gelombang electromagnet diramalkan berdasarkan persamaan persamaan
electromagnet klasik, para fisikawan segera melakukan berbagai upaya untuk
mempelajari sifat zat perantara yang berperan bagi perambatan gelombang electromagnet
ini. Zat perantara ini disebut eter; namun, kerena zat ini belum pernah teramati dalam
percobaan; maka dipostulatkan bahwa ia tidak bermassa dan tidak tampak, tetapi mengisi
seluruh ruang, dan fungsi satu satunya hanyalah untuk merambatkan gelombang
electromagnet. Pengertian dasar eter dengan gagasan Newton tentang ruang mutlak eter
dikaitkan dengan Sistem Koordinat Semesta Agung. Dengan demikian, keuntungan
sampingan yang akan diperoleh dari penyelidikan terhadap eter ini adalah bahwa dengan
mengamati gerak bumi mengurangi eter, akan terungkap pula gerak Bumi relative
terhadap Ruang Mutlak.
Sebelum datangnya era Einstein, dipercayai secara mutlak bahwa pengamat yang
diistimewakan ini sama dengan pengamat yang menganut persamaan Maxwell.
Persamaan Maxwell menjelaskan teori elektromagnetika dan memperkirakan bahwa
gelombang

elektromagnetik

akan

merambat

dengan

kecepatan:

Ruang yang berada dalam posisi diam terhadap pengamat yang diistimewakan dinamakan
Ruang Mutlak Semua pengamat yang bergerak terhadap ruang mutlak ini akan
mendapatkan ini akan mendapati kecepatan cahaya yang berbeda dengan c. oleh karena
cahaya merupakan gelombang elektromagnetik, maka yang dirasakan oleh para fisikawan
abad 19 adalah harus tersedianya suatu medium sebagai tempat perambatan cahaya.
Dengan demikian dipostulatkan eter untuk mewakili seluruh ruang mutlak.

2.2 Postulat Einstein


Albert Einstein (1879-1955), warga Jerman-Amerika Serikat). Seorang filsuf dan
pencinta damai yang ramah. Dia adalah guru intelektual bagi dua generasi fisikawan teori
yang meninggalkan sidik karyanya dalam hampir setiap bidang kajian fisika modern.
Permasalahan yang dimunculkan pada percobaan Michelso-Morley ini ternyata
baru berhasil terpecahkan oleh teori relativitas khusus, yang membentuk landasan bagi
konsep konsep baru tentang ruang dan waktu. Einstein menyatakan bahwa semua
pengamat yang tidak mengalami percepatan seharusnya diperlakukan sama terhadap
apapun. Teori ini didasarkan pada dua postulat berikut, yang diajukan Albert Einstein
pada tahun 1905.
1. Prinsip Relativitas
Hukum-hukum fisika tetap sama pernyataannya dalam semua system lembam.
2. Prinsip Kekonstanan Kecepatan Cahaya
Cahaya dapat merambat dalam vakum (misalnya, ruang vakum, atau ruang
bebas), kecepatan cahaya dinotasikan dengan c,yang konstan terhadap gerak
benda yang meiliki radiasi
Postulat pertama pada dasarnya menegaskan bahwa tidak ada satupun percobaan
yang dapat kita gunakan untuk mengukur kecepatan terhadap ruang mutlak , yang dapat
kita ukur hanyalah laju relative dari dua system lembamnya. Postulat pertama kelihatan
lebih masuk akal, tetapi bagaimanapun juga postulat kedua merupakan revolusi besar
dalam ilmu fisika. Einstein sudah memperkenalkan teori foton cahaya dalam makalahnya
pada efek fotolistrik (yang menghasilkan kesimpulan ketidakperluan eter).

Postulat kedua, adalah sebuah konsekuensi dari foton yang tak bermassa bergerak
dengan kecepatan c pada ruang hampa. Eter tidak lagi memiliki peran khusus sebagai
5

kerangka acuan inersia mutlak alam semesta, jadi bukan hanya tidak perlu, tetapi juga
secara kualitatif tidak berguna di dalam relativitas khusus. Postulat kedua kelihatan tegas
dan sederhana. Percobaan Michelson Morley memang tampaknya menunjukan bahwa
laju cahaya dalam arah lawan turut dan silang adalah sama. Dan postulat kedua sematamata menegaskan fakta ini : bahwa laju cahaya adalah sama bagi semua pengamatan,
sekalipun mereka dalam gerak relatif.

2.3 Akibat Postulat Einstein


Efek dari Relativitas Khusus
Relativitas khusus menghasilkan beberapa konsekuensi dari penggunaan
transformasi Lorentz pada kecepatan tinggi (mendekati kecepatan cahaya).
Diantaranya adalah :

Dilatasi waktu (termasuk paradok kembar yang terkenal)

Konstraksi panjang

Transformasi kecepatan

Efek doppler relativistik

Simultanitas dan sinkronisasi waktu

Momentum relativistik

Energi kinetik relativistik

Massa relativistik

Energi total relativistik


Tinjauan dua pengamatan O dan O, O menembakan seberkas cahayamenuju

sebuah cermin berjarak L dan kemudian mengukur selang waktu 2t yang dibutuhkan
berkas tersebut untuk menempuh jarak- jarak kecermin dan kemudian dipantulkan
kembali ke O.

L =c t
6

Pengamatan O sedang bergerak dengan laju tetap . Menurut pandangan O, titik


pengiriman dan penerimaan berkas cahaya ini sama, dan O bergerak menjauhi O dari
arah tegak lurus.
L
O

--------------

Gambar 2,4

O
O
Gambar 2.5
Gambar 2.5 memperlihatkan percobaan yang sama dari sudut pandang O. yang
menurut O sedang bergerak dengan kecepatan -. Menurut pandangan O ini,, berkas
cahaya dikirim dati titik titik A dan dan diterima oleh titk B setelah selang waktu 2t .
Jarak AB baginya adalah 2t. Menurut O, berkas cahaya menempuh jalak 2L dalam
selang waktu 2t, sedangkan menurut O, berkas cahaya itu menempuh lintasan AMB
yang berjarak 2L2+ (T)2 dalam selang waktu 2 t.
Menurut relativitas Galileo
t=t, dan O mengukur laju cahaya c sehingga laju cahaya menurut pengukuran O
adalah c2+.

Menurut Postulat Eintein ini tidak mungkin, karena baik O maupun O keduaduanya harus mengukur laju cahaya yang sama, yakni c. Oleh karena itu, t dan t harus
7

berbeda. Hubungan antara t dan t dapat dicari dengan kedua pengukuran laju cahaya
sama dengan c.
Menurut O
c = 2L/2T
L= c.t
Menurut O,
c = 2L + (t)/2t

jadi

c t = L+ (t)

Dengan menggabungkan keduanya :


c t = (c+t)+ (t)
t = t/1-/c2.
Penyusutan panjang merupakan

suatu hasil umum, dan tidak ada sangkut

pautnya dengan pengukuran panjang yang dilakukan secara langsung. Panjang objek
yang diukur dalam suatu kerangka pengamatan dimana objeknya diam, dikenal sebagai
panjang sejati (proper length), sedangkan panjang yang diukur dalam kerangka
pengamatan yang bergerak dengan laju tetap terhadap kerangka diam objek akan menjadi
lebih pendek. Penyusutan panjang hanya terjadi sepanjang arah gerak-semua komponen
panjang lainnya (tegak lurus arah gerak) tidak terpengaruh.
Gambar pengamatan tentang objek yang bergerak ini adalah hal yang idealkarena mata kita tidak dapat melihat penyusutan panjang seperti yang terlihat. Ingatlah,
untuk memahaminya bahwa retina mata atau film kamera, hanya memberi tanggapan
terhadap suatu deretan bayangan yang jatuh mengenai permukaan retina atau film pada
saat yang sama.
Dalam fisika klasik,efek Doppler bagi gelombang suara menerangkan bahwa
bila sumber dan pengamat bergerak dengan laju vs dan vo relative terhadap zat perantara,
maka frekuensi v yang didengar pengamat O berbeda dari frekuensi v yang dipancarkan
sumber S. hubungannya adalah
v = v

Postulat pertama Einstein mengatakan bahwa situasi yang terjadi tidak mungkin
berlaku bagi gelombang cahaya, karena gelombang cahaya tidak memerlukan zat
perantara. Oleh karena itu dapat mengisyaratkan bahwa bagi gelombang cahaya terdapat
rumus pergeseran Doppler yang berbeda, yang tidak membedakan antara gerak sumber
dan gerak pengamat, melainkan hanya melibatkan gerak relative.
Hubungan Massa-Energi
Enstein mampu menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara massa dan energi,
melalui rumus yang sangat terkenal E=mc 2. Hubungan ini telah dibuktikan dengan
peristiwa yang sangat dramatis di dunia, ketika bom nuklir melepaskan energi dari massa
di Hiroshima dan Nagasaki pada akhir perang dunia kedua.
Kecepatan Cahaya
Tak ada objek bermassa yang dapat bergerak dipercepat menuju kecepatan
cahaya. Hanya objek tak bermassa, seperti foton, yang dapat bergerak dengan kecepatan
cahaya. (foton tidak bergerak dipercepat menuju kecepatan cahaya, tetapi foton selalu
bergerak dengan kecapatan cahaya).
Tetapi bagi objek fisis, kecepatan cahaya adalah terbatas. Energi kinetik pada kecepatan
cahaya menjadi tak terbatas, jadi tidak pernah dapat dicapai dengan percepatan. Beberapa
telah menunjukkan bahwa sebuah objek secara teori dapat bergerak melebihi kecepatan
cahaya, tetapi sejauh ini tidak ada entitas fisik yang dapat menujukkan itu.

2.4 Transformasi Lorentz


Transformasi Lorentz sebenarnya pertama kali telah diperkenalkan oleh Joseph
Larmor pada 1897. Versi yang sedikit berbeda telah diperkenalkan pada beberapa dekade
sebelumnya oleh Woldemar Voigt, tetapi versinya memiliki bentuk kuadrat pada
persamaan dilatasi waktu. Tetapi, persamaan dilatasi waktu kedua versi tersebut dapat
ditunjukkan sebagai invarian dalam persamaan Maxwell.
Seseorang Matematikawan dan fisikawan Hendrik Antoon Lorentz mengusulkan
gagasan waktu lokal untuk menjelaskan relatif simultanitas pada 1895, walaupun dia
juga bekerja secara terpisah pada transformasi yang sama untuk menjelaskan hasil nol
pada percobaan Michelson dan Morley. Dia mengenalkan transformasi koordinatnya pada
1899 dan menambahkan dilatasi waktu pada 1904.
9

Pada

1905

Henri

Poincare

memodifikasi

formulasi

aljabar

dan

menyumbangkannya kepada Lorentz dengan nama Transformasi Lorentz formulasi


Poincare pada transformasi tersebut pada dasarnya identik dengan apa yang digunakan
Einstein.
Cahaya merambat dengan kecepatan tertentu, dalam ruang hampa sebesar c.
Bagaimanapun cepatnya, untuk mencapai jarak tertentu cahaya memerlukan waktu
tertentu juga. Jika jarak OP OP, maka cahaya dari O tidak akan sampai dalam waktu
yang sama di titik P dan P. Jika jarak OP > OP seperti yang digambarkan dalam gambar
4 berikut, dan jika waktu tiba cahaya di P adalah t 1 dan waktu tiba cahaya di P adalah t2,
maka bisa disimpulkan bahwa t2 > t1.

Gambar 4 : Sebaran Cahaya Memerlukan Waktu Perambatan


Karenanya jika ada materi yang bergerak dari koordinat P ke P, pada saat cahaya
merambat dari O ke P atau P, kita akan selalu bisa menemukan bahwa materi tersebut
sudah bergerak lebih lama dari waktu. Karenanya materi tersebut akan memiliki jarak
dengan koordinat P. Konsekuensinya, materi tersebut akan sampai pada suatu titik dimana
jarak materi tersebut ke P saat t 1 akan lebih dekat dibanding jarak materi tersebut ke P
saat t2.
Begitu juga dengan benda yang bergerak dari koordinat O. Ketika cahaya tiba di
P dalam waktu
t1, benda tersebut sudah bergerak dalam waktu yang lebih lama dari waktu.
Karenanya benda tersebut akan memiliki jarak dengan koordinat O. Dan saat cahaya
sampai di P dalam waktu t2, benda tersebut akan berada dalam jarak yang lebih jauh dari
O.

10

Sekarang kita analisa transformasi Lorentz menggunakan arah sebaran cahaya


dalam salah satu sumbu ruang, misalnya sumbu x, seperti dalam gambar 5 berikut. Posisi
O menurut pengamat P yang diam adalah x dan posisi O menurut pengamat P yang
bergerak adalah x.

Gambar 5 : Transformasi Lorentz


Sama halnya dengan transformasi Galileo, ia ,mengkaitkan dengan koordinat dari
suatu peristiwa (x, y, z, t) sebagaimana diamati dari kerangka acuan O dengan koordinat
peristiwa yang sama (x y z t) yang diamati dari kerangka acuan O yang bergerak
dengan kecepatan u terhadap O. Seperti didepan, kita menganggap bahwa gerak
relatifnya sepanjang arah x (atau x) positif (O bergerak menjauhi O). bentuk persamaan
transformasi Lorentz adalah

Seperti disarankan dalam RSTR, dalam pembahasan gerak relative, kita harus
memperhatikan fakta bahwa cahaya menyebar dari objek menuju pengamat. Dengan
memperhatikan arah sebaran cahaya dari objek menuju pengamat, kita bisa melihat
bahwa dalam transformasi Lorentz yang selama ini dikenal, terdapat kesalahan
fundamental dalam hal pengabaian arah sebaran cahaya. Pengabaian ini membuat titik
temu P, yang bergerak, dianggab sebagai titik temu dari kejadian Vp.t dan c.t, meskipun
kedua kejadian tersebut berada dalam waktu yang berbeda.

11

Sesuai dengan prinsip dilasi waktu, untuk pengamat dan objek yang bergerak,
jika t dan t dimulai dari waktu 0 yang sama, maka t t. Konsekuensinya, titik temu P
akan menyalahi konsep titik temu koordinat ruang dan waktu seperti dipaparkan dalam
pembahasan dibagian awal tulisan ini. Untuk mengatasi ini, Lorentz memperkenalkan
variable k sebagai penyama persamaan, sedemikian hingga bisa dituliskan persamaan
berikut :
c.t = k(c.t vp.t)

(1)

Tetapi walau bagaimanapun hal ini tidak akan menghasilkan kesimpulan yang
valid, karena titik P yang bergerak tidak bisa disebut sebagai titik temu dalam dimensi
ruang dan waktu untuk dua kejadian Vp.t dan c.t karena t t. P hanya akan merupakan
titik temu dari dua kejadian dalam waktu yang berbeda, jika dan hanya jika P diam.
Selain itu sesuai dengan konsep titik materi dalam koordinat ruang dan waktu, jika P
adalah pengamat yang semula dalam satu koordinat dengan P, tentu P adalah P itu
sendiri. Konsekuensinya ketika P berada dalam koordinat ruang yang berbeda dengan P,
maka tentu P berada dalam waktu yang berbeda dengan P. Karenanya penggambaran O
dan O dalam transformasi Lorentz dalam rentang waktu yang sama dengan P dan P,
hanya akan berada dalam koordinat ruang yang sama jika dan hanya jika O adalah diam.
Dalam kondisi ini, transformasi Lorentz akan menjadi seperti digambarkan dalam gambar
6 berikut.

Gambar 6 : Transformasi Lorenz valid untuk kondisi P dan O diam.


Dalam kondisi P dan O diam atau relative diam, sesuai dengan gambar 6, maka
persamaan (1) konsep dasar transformasi Lorentz akan menjadi :
c.t = k(c.t)

.(2)

Dan k akan bernilai 1, sehingga persamaan (2) akan menjadi :


t = t

..(3)

12

Dengan demikian menurut RSTR, bisa disimpulkan bahwa penurunan transformasi


Lorentz hanya valid untuk kondisi pengamat dan objek yang diam.
Dalam penggambaran penurunan transformasi Lorentz, seperti dalam gambar 5, jika
posisi P dalam waktu yang berbeda berada dalam koordinat yang berbeda (P), maka
untuk objek O yang bergerak maka O harus berada dalam koordinat ruang yang berbeda
juga. Hal ini bisa digambarkan seperti dalam gambar 7 berikut.

Gambar 7 : Koreksi transformasi Lorentz jika objek bergerak.


Vp adalah kecepatan inersia P, Vo adalah kecepatan inersia O, t adalah waktu
inersia yang berlaku sama bagi P dan O, dan t adalah waktu pengamatan. Dengan
demikian untuk gerak dalam sumbu tersebut, akan didapatkan persamaan :
Vp.t+c.t = c.t+vo.t ..(4)
Sebagai pengganti persamaan (1) yang merupakan dasar penurunan transformasi
Lorentz untuk sumbu yang sama. Dengan cara ini, transformasi Lorentz yang semula
mengabaikan arah gerak sebaran cahaya dari objek kepada pengamat, bisa direvisi.
2.5 Dinamika Relativitas
Sebelumnya kita telah membahas tentang kedua postulat Einstein menuntun kita
kepada suatu penafsiran relatif baru terhadap konsep-konsep mutlak yang di anggap
sebelumnya seperti panjang dan waktu. Dan dapat kita simpulkan bahwa konsep klasik
tentang laju relatif tidak lagi benar. Dengan demikian, cukup beralasan bagi kia untuk
menanyakan sejauh mana sejauh manakah revolusi konsep ini mengubah tafsiran kita
terhadap berbagai konsep fisika. Oleh karena itu, kita sekarang membahas ulang besaranbesaran dinamika seperti massa, energy, momentum, dan gaya, agar kita dapat
mengkajinya dari sudut pandang teori relativitas khusus.

Hukum kekekalan dasar dari

fisika klasik, seperti

kekekalan energy dan

kekekalan momentum linear, semua konsep itu begitu penting dalam fisika klasik. Kedua
13

hukum kekekalan ini ( bersama dengan hukum kekekalan momentum sudut ) dapat
diperlihatkan merupakan akibat dari kehomogenan ( homogeneity ) dan keisotopian
(isotropy ) alam semesta, jika kita mengoreksi semua efek local ( seperti perubahan pada
atmosfer atau keadaan lingkungan ), maka percobaan yang dilakukan pada suatu hari
tentu akan memberikan hasil sama seperti yang diperoleh dari percobaan serupa yang
dilakukan pada hari berikutnya.
Dengan demikian membuang konsep-konsep ini menyiratkan bahwa kita hidup
dalam alam semesta yang sangat aneh, oleh karena itu kita akan tetap beranggapan bahwa
alam semesta ini memilikisemacam struktur yang sangat serasi, dan bahwa hukumhukum kekekalan ini tetap berlaku, namun dengan catatan bahwa relativitas khusus
mungkin menghendaki suatu pendefinisian ulang terhadap besaran-besaran dinamika
dasar.

V1 =

=0

Karena semua kecepatan searah sumbu x, maka kita abaikan indeks bawak x), dan
kecepatan massa 2 adalah (dengan v = -v menurut O)
V =

Kecepatan massa gabungan 2m adalah :


V =

Menurut O, momentum linear sebelum dan sesudah tumbukan adalah


P awal = m1v1 + m2v2 = mv + m (-v) = 0
Pakhir = (2m)(v)
Menurut O
Pawal = m1v1 + m2v2 = m (0 ) + m

Pakhir = 2mv = 2m (-v) = -2mv


14

Karena menurut pengukuran O, Pawal,

Pakhir ,, maka bagi O momentum linear tidak

kekal.
Menurut pembahasan, kita cenderung berusaha mempertahankan kekekalan
momentum linear dalam semua kerangka acuan. Telah diketahui bahwa semua kecepatan
telah ditangani dengan benar , sehingga dengan mengingat bahwa momentum hanya
melibatkan massa dan kecepatan, maka kesaahan tentu terletak pada penanganan kita
terhadap massa. Sejalan dengan pembahasan tentang penyusutan panjang dan pemuluran
waktu ,

kiita dapat membuat

anggapan bahwa bagi besaran massa terdapat pula

pertambahan massa relativistic menurut hubungan berikut :


m=

m0 disebut massa diam, dengan panjang sejati dan waktu sejati , diukur terhadap kerangka
acuan terhadap benda diam. Dalam kerangka acuan lainnya, massa relativistic m akan
lebih besa daripada m0. Bag aimana definisi nassa relativistic ini mempertahankan
kekekalan momentum dalam kerangka acuan O dan O. Nyatakan massa yang diukur
oleh O dengan m1 ,. m2 , dan M (massa gabungan ), dan yang oleh O dengan m 1 ,. m2 , dan
M. Anggaplah kedua objek ini memiliki massa diam m0 yang sama.
Maka menurut O, kedua massa itu adalah
m1 =

dan

m2 =

karena v1 = v2 = v , maka
M = m1 + m2 =

Karena massa gabungan ini diam dalam kerangka acuan O, maka massa M adalah massa
diamnya, yang selanjutnya kita nyatakan dengan M 0.. Menuruta O, m1 diam, jadi m1 =
m0. Karena m2 bergerak dengan laju v2 = -2v/ ( 1 + v/c), maka
m2 = m0

15

massa gabungan M bergerak dengan laju V = -v, jadi


M =

Substitusikan hasil yang kita peroleh bagi m0 , yaitu M0 = 2m0

maka dapat

diperoleh
M =

Tampak bahwa definisi massa yang baru ini berhasil mempertahankan kekekalan
momentum menurut O, karena Pawal = m1v1 + m2v2 tetap sama dengan nol, seperti PAKHIR .
Selanjutnya, kita buktikan pernyataa momentum awal dan akhir dalam kerangka acuan O
:
Pawal = m1v1 + m2v2
= m0 (0) + m0

Dan
Pakhir = MV =

(-v) =

Karena Pawal = Pakhir, maka definisi baru ki5ta tentang massa relativistic di
atastelah memungkinkan kita untuk mempertahankan berlakunya kekekalan momentum
dalam kedua kerangka acuan. Definisi massa relativistic ini berhasil mempertahankan
berlakunya kekekalan momentum dalam semua kerangka acuan.
Selain mendefinisikan massa relativistic, kita dapat mendefinisikan ulang momentum
relativistic sebagai berikut :

16

P=

Definisi ini ternyata merupakan pilihan yang terbaik, karena alas an sebagai
berikut : kita dapat memperluasnya dengan mudah kerumus dua atau tiga dimensi, dan
juga definisi ini menghindarkan kita dari kebingungan penggunaan massa relativistic
pada kasus kasus dimana pernyataan ini tidak berlaku. Dua massa m 1 dan m2 yang
berjarak r terpisahdan saling tarik menarik menurut hukum grafitasi. Kedua massa ini
dihubungkan oleh sebuah pegas berskala, yang mencatat gaya antara keduanya. Pengamat
O berada dalam sebuah roket yang bergerak menjauhi kedua massa itu dalam arah tegak
lurus garis hubung m1

dan m2.Seperti yang akan kita buktikan, sungguh keliru

memperlakukan persamaan dinamika seperti yang kita lakukan di atas dengan dengan
sekadar menggantikan massa klasik dengan massa relativistic. Khususnya, tidak benar
menuliskan energy kinetic sebagai mv 2 denganmengunakan massa relativistic.
Energi kinetic dalam fisika klasik didefinisikan sebagai usaha sebuah gaya luar
yang mengubah laju sebuah objek. Definisi yang sama tetap kita pertahankan berlaku
pula dalam mekanika relativisti ( dengan membatasi pembahasan kita pada satu dimensi).
Perubahan energy kinetik

= Kf Ki adalaH

=W=

Jika benda bergerak dari keadaan diam, K i = 0, maka energy kinetic akhir K
adalah
K=
Mengingat gaya masih belum

berlaku dari segi relativiskit maka kita belum yakin

tentang bagaimana melanjutkan pembahasan ini. Tanpa bukti atau kebenaran apapun, kita
akan mencoba mempertahankan hukum kedua Newton dalam bentuk umum ( F = dp/dt )
sebagai hubungan dinamika yang sesuai.
K=

Pernyataan yang terakhir dapat kita ubah dengan menggunakan teknik standar
pengintegrasian perbagian ,, dengan d(pv) = v dp + p dv, yang memberikan

17

K = pv

Dengan melakukan integrasi maka kita peroleh


K=

K = mc -m c
Besaran mc disebut energy diam partikel dan dinyatakan dengan E. Jadi, sebuah
partikel yang bergerak, memiliki energy E dan tambahan energy K, sehingga dengan
demikian energy relativistic total partikel adalah
E = E + K = mc + K = mc
Persamaan ini merupakan hasil temuan Einstein yang menyatakan bahwa energy sebuah
benda merupakan ukuran lain dari massanya energy dan massa adalah setara, dan bahwa
perolehan atau kehilangan energy sebuah benda dapat dipandang pula sebagai perolehan
atau kehilangan massanya.
Dari penjelasan diatas maka kita dapatkan Konsep-konsep fisika adalah sebagai berikut :
1. Hukum kekekalan energy
2. Hukum kekekalan momentum linear
3. Hukum Newton kedua, F = dp/dt
Dan kita memperkenalkan konsep-konsep baru relativistic sebagai berikut :
1.

P=

2.

m=

3.

E= mc = mc + K = (p2c2 + m2c4)
Bagi semua persamaan relativistik, baik kinematika maupun dinamika, berlaku

persyaratan apabil v kecil sekali dibanding terhadap c, maka semua persamaan itu
haruslah memberikan kembali hasil . khusus
18

apabila v

2.6 Keserempakan dan Paradoks Kembar


Dari sekian banyak akibat teori relativitas khusus yang menantang tetapi juga
mengesalkan, salah satunya menyangkut pengertian keserempakan dan pensinkronan
(synchronization) jam. Masalah mensinkronkan arloji atau jam bukanlah suatu proses
yang sulit, sebagai contoh dalam pengaturan jam dapat diatur dengan melihat jam yang
berada disekitar dengan menyamakan angkanya. Akan tetapi metode ini mengabaikan
waktu yang dibutuhkan cahaya dari jarum jam untuk merambat ke mata. Jika sebuah jam
berada pada jarak 1 m dari arloji maka, arloji tersebut akan terlambat sekitar 3 ns (3 x 10 -9
s). Meskipun keterlambatan pada arloji sangat kecil tapi bagi seorang fisikawan
eksperimen itu merupakan hal yang serius, karena pengukuran selang waktu yang lebih
kecil dari 1 ns merupakan hal yang biasa.

DAFTAR PUSTAKA

Kenneth Krane, Fisika Modern ( Modern Physics ), Universitas Indonesia (UIPress), Jakarta, 1992.
Ronal Gautreau, Schaums Outlines Fisika Modern, Erlangga, Jakarta, 1996
http://www.scribd.com/doc/46316795/BAB-I
http://blogs.phys.unpad.ac.id/aprilia/files/2010/01/Bab-I-Teori-RelativitasKhusus.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai