Anda di halaman 1dari 2

KASUS BUPATI BANYUASIN: YAN ANTON FERDIAN

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Bupati Banyuasin, Yan Anton Ferdian
sebagai tersangka penerimaan suap berkaitan dengan proyek ijon di Dinas Pendidikan
Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel). Yan merupakan Bupati Banyuasin periode
2013-2018, melanjutkan trah ayahnya, Amiruddin Inoed yang menjabat posisi yang sama
selama 2 periode dari 2003 hingga 2013.
Penetapan tersangka dilakukan setelah tim satgas KPK menggelar operasi tangkap tangan
(OTT) pada Minggu, 4 September kemarin.
OTT ini merupakan kasus Tindak Pidana Korupsi suap terkait dengan pengadaan di Dinas
Pendidikan kabupaten Banyuasin di Sumsel, kata Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan dalam
keterangan pers, Senin (5/9).
Selain Yan Anton, KPK juga menetapkan lima tersangka lainnya. Mereka adalah pengusaha
CV Putra Pratama, Zulfikar Muharami sebagai pihak pemberi suap.

Sementara pihak penerima yang ditetapkan tersangka adalah Kabag Rumah Tangga Bagian
Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Banyuasin Darus Rustami, Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Banyuasin Umar Usman, dan Kasie Pembangunan Peningkatan Mutu Pendidikan
Dasar dan Tenaga Kependidikan Bidang Program dan Pembangunan Dinas Pendidikan
Kabupaten Banyuasin Sutaryo. Serta, seorang bernama Kirman sebagai pengepul atau
penghubung antara pejabat dan pengusaha dalam proyek ini.

Basaria menjelaskan, OTT diawali dengan penangkapan Kirman pada Minggu 4 September
2016 pukul 07.00 WIB. Kirman merupakan orang kepercayaan Anton untuk mengumpulkan
dana dari para pengusaha.
Diduga, dana tersebut dimintakan Anton untuk membiayai ibadah naik haji bersama istrimya.
Kemudian tim KPK bergerak ke kediaman Sutaryo dan menangkapnya pada pukul 09.00
WIB. Setelah itu, tim bergerak ke rumah dinas Bupati Banyuasin dimana tiga orang
diamankan dalam OTT ini.
Tim amankan tiga orang yaitu YAF (sebagai) bupati, RUS sebagai Kabag Rumah Tangga
dan UU sebagai Kadisdik, ujar Basaria.
Penangkapan di rumah Bupati itu dilakukan saat diadakannya acara syukuran menunaikan
ibadah haji Anton beserta istrinya. Jadi dalam hal ini KPK menunggu dulu sampai selesai
acara, kata dia.

Sementara itu, tim lain juga bergerak menangkap Zulfikar di sebuah hotel kawasan Mangga
Dua, Jakarta. Dari beberapa lokasi penangkapan dan tersangka, tim KPK menyita sejumlah
uang maupun bukti transfer.
Basaria menjelaskan, dari tangan Yan Anton disita uang sebesar Rp 299,8 juta dan USD
11.200 atau setara Rp 150 juta. Sedangkan dari tangan Sutaryo, penyidik menyita Rp 50 juta.
Menurut Basaria, duit Rp 50 juta itu merupakan bonus yang diminta Sutaryo dari pengusaha
selain Rp 1 miliar untuk bupati. Sementara dari tangan Kirman penyidik menyita bukti
setoran biaya haji ke sebuah biro perjalanan haji yakni PT TB sebesar Rp 531,6 juta.
Uang Rp 531,6 juta ini untuk keberangkatan suami istri (bupati dan istrinya). Diduga
pemberian uang dan fasilitas pembiayaan haji itu dari ZM, paparnya.
Pemberian itu dilakukan Zulfikar atas permintaan Yan yang memanfaatkan sejumlah proyek
di wilayahnya. Yan melihat adanya kesempatan untuk meminta uang kepada para pengusaha
yang ingin mendapatkan proyek di wilayahnya.
Uang Rp 531.600.000 ditransfer ke biro perjalanan haji pada 3 September 2016. Lalu USD
11.200 diterima bupati pada 2 September 2016 serta uang Rp 299.800.000 diterima pada 1
September 2016, lanjut Basaria.
Atas perbuatannya, KPK menetapkan Yan, Rustami, Umar, Kirman, dan Sutaryo sebagai
penerima suap dengan sangkaan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal
11 Undang-undang nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-undang nomor
20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHPidana.
Kemudian KPK juga menjerat Zulfikar sebagai tersangka pemberi suap dan disangka
melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1 huruf b atau Pasal 13 Undang-undang
nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-undang nomor 20 tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Kesimpulan:
Penangkapan Bupati Banyuasin, Yan Anton Ferdian tak lain disebabkan oleh kasus korupsi
penerimaan suap berkaitan dengan proyek ijon di Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuasin,
Sumatera Selatan (Sumsel). Dana tersebut dimintakan Anton untuk membiayai ibadah naik
haji bersama istrimya.
* politik ijon atau perjanjian yang dilakukan sebelum pilkada antar-satu pihak
dengan calon terpilih. Hal ini adalah akar munculnya pemimpin yang korup.

Anda mungkin juga menyukai