I. PENDAHULUAN
wajib disusun dan disajikan hanya oleh unit organisasi yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum.
Secara umumSeperti yang telah disebutkan sebelumnya, setidaknya terdapat 4
(empat) Kkomponen Laporan Arus KasLAK, yaitu: Pemerintah Pusatadalah sebagai
berikut:
a)
b)
dalam setara kas. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi
yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada
masyarakat di masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
1) Penjualan Aset Tetap;
2) Penjualan Aset Lainnya;
3) Pencairan Dana Cadangan;
4) Penerimaan dari Divestasi; dan
5) Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.
Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
1) Perolehan Aset Tetap;
2) Perolehan Aset Lainnya;
3) Pembentukan Dana Cadangan;
4) Penyertaan Modal Pemerintah; dan
5) Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas.
c)
d)
dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan sepanjang tahun 2015 harga
minyak sawit global yang ditawarkan sangat rendah.
Pada tahun 2015, luas kebun kelapa sawit di Indonesia adalah sebesar 11,3 juta hektar.
Jumlah tersebut meningkat sebesar 5,07 persen jika dibandingkan luas kebun kelapa
sawit pada tahun 2014 yaitu sebesar 10,75 juta hektar. Jumlah lahan kelapa sawit
tersebut tersebar di 24 provinsi di Indonesia antara lain seluruh provinsi di Pulau
Sumatera dan Kalimantan, Provinsi Jawa Barat, Banten, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Papua, dan Papua Barat. Dari
24 provinsi tersebut, Provinsi Riau merupakan provinsi dengan kebun kelapa sawit
terluas yaitu sebesar 2,38 juta hektar atau 21,06% dari luas total area perkebunan
kelapa sawit di Indonesia. Jumlah kebun kelapa sawit pada Provinsi Riau meningkat
dari tahun 2014 yaitu dari semula 2,29 juta hektar. Namun seiring dengan
meningkatnya luas perkebunan kelapa sawit, perluasan kebun juga menimbulkan
dampak eksternalitas. Eksternalitas yang timbul tidak hanya ditinjau dari sisi positif,
melainkan juga eksternalitas negatif yaitu salah satunya adalah perusakan lingkungan
yang diakibatkan pembukaan lahan kelapa sawit (land clearing). Perlu dilakukan
tinjaun mengenai eksternalitas yang timbul dari industri kelapa sawit. Selain itu perlu
dilakukan juga tinjauan antara eksternalitas industri kelapa sawit dengan delapan
tujuan pada Millennium Development Goals (MDGs) yang telah dicanangkan.
Delapan poin tersebut adalah (i) eradicate hunger and poverty, (ii) achieve universal
primary education, (iii) promote gender equality and empower women, (iv) reduce
child mortality, (v) improve maternal health, (vi) ensure environmental sustainability,
(viii) develop global partnership for development. Tujuan pencanangan delapan target
millennium adalah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga perlu
dikaji lebih lanjut apakah industri kelapa sawit dapat mendukung tercapainya MGDs
atau justru sebaliknya.
1.3 Rumusan Masalah
a. Apakah eksternalitas yang timbul dari perluasan kebun kelapa sawit?
b. Bagaimana eksternalitas tersebut dapat berpengaruh terhadap barang publik
(public goods) dan Millennium Development Goals (MDGs)?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulis ingin menguraikan dampak eksternalitas yang timbul dari adanya perluasan
kebun kelapa sawit. Sebagaimana dengan luas yang bertambah akan berdampak pada
peningkatan jumlah produksi sehingga akan berdampak pada meningkatnya nilai
ekspor. Selain itu juga, dengan adanya industri kelapa sawit akan memberikan
kesempatan terbukanya lapangan pekerjaan pada masyarakat lokal. Namun di sisi
6
lainnya, seiring dengan adanya pembukaan lahan apakah akan berdampak langsung
terhadap lingkungan sekitar serta bagaimana korelasi dengan adanya perusakan
lingkungan dengan hubungan antar negara tetangga. Kemudian tulisan ini juga ingin
meninjau dampak yang timbul dengan pengaruh pada barang publik (public goods)
dan Millennium Development Goals.
e.
f.
g.
h.
b)
c)
d)
Portfolio Concept
Risiko adalah hal yang pasti. Namun, risiko-risiko tersebut dapat dimitigasi. Salah
satu cara untuk memitigasi risiko yang ada, yaitu dengan mendiversifikasikan
investasi yang dimiliki sehingga akan diperoleh sebuah portofolio keuangan yang
sehat. Prinsip ini juga sering dikenal dengan pernyataan Dont put your eggs in one
basket.
e)
Agency Problem
f)
Agency problem muncul karena pemisahan kepentingan antara pemerintah dengan
stakeholder sehingga keputusan yang diambil seringkali tidak dapat memenuhi
seluruh harapan stakeholder.
g)
yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2015. Saldo Kas Bendahara Umum Negara
(BUN), Kas Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), dan Kas Badan Layanan
Umum (BLU) per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp94,17 triliunT, . Ssedangkan,
pada awal TA 2015 terjadi penyesuaian saldo awal sebesar Rp9,24 triliunT, sehingga
saldo awal Kas BUN, Kas KPPN, dan Kas BLU setelah penyesuaian menjadi Rp103,41
triliunT.
Selama TA 2015, terjadi hal-hal sebagai berikut:
Penurunan Arus kas dari aktivitas operasi sebesar minus Rp83,07 triliunT,
Arus Penurunan kas dari aktivitas investasi sebesar minus Rp274,74 triliunT,
Kenaikan Arus kas dari aktivitas pendanaan sebesar Rp382,42 triliunT, dan
Arus Kenaikan kas dari aktivitas transitoris sebesar Rp72,72 triliunT., dan penurunan kas
karena penyesuaian pembukuan sebesar Rp8,61 triliun.
Dengan demikian, saldo akhir kas BUN, KPPN, BLU dan Hibah untuk periode yang
berakhir pada 31 Desember 2015 menjadi Rp192,13 triliunT. Selain kas di atas, terdapat
Kas Pemerintah Lainnya yang terdiri Kas di Bendah ara Pengeluaran sebesar Rp329,04
miliarM, Kas di Bendahara Penerimaan sebesar Rp182,54 miliarM, Kas Lainnya dan
Setara Kas sebesar Rp9,30 triliunT, Kas pada BLU yang Belum Disahkan sebesar
Rp9,84 miliarM, dan penyesuaian dari jumlah Kaskas Pada pada BLU yang telah
Didepositokan didepositokan sebesar minus Rp4,38 triliunT sehingga saldo akhir Kas
kas dan Setara setara Kasadalah kas adalah sebesar Rp197,57 triliunT.
Adapun laporan lengkap LAK periode tahun 2015 sebagaimana terlampir dalam LKPP
tahun 2015, dapat disajikan dalam tabel berikut.
Ringkasan Laporan Arus Kas untuk periode yang berakhir pada 31Desember 2015 dapat
disajikan sebagai berikut (Rp triliun):
11
12
13
2014
Jumlah
Pertumbuhan
2015
Jumlah
1.
2.
Aktivitas Operasi
Aktivitas Investasi
(80.075.491.013.141)
(155.953.142.142.265
(83.072.978.797.409
(274.734.893.587.204)
3.
4.
Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Transitoris
)
258.229.416.662.493
72.720.277.809.642
382.421.051.971.590
3.353.789.742.647
14
Pertumbuhan
Dengan melihat pertumbuhan arus kas selama dua tahun terakhir, secara sekilas dapat di
tangkap sinyal adanya kinerja keuangan pada tahun 2014 di bandingkan tahun 2010 dan
2009. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
(narasi)
dengan
15
Arus kas masuk investasi berasal dari tiga aktivitas pemerintah yaitu pengelolaan dan
penjualan BMN senilai Rp97,43 M (turun 28,60% dibanding TA 2014), penjualan aset
program restrukturisasi senilai Rp341,73 M (turun 36,72 % dibanding TA 2014) dan
penerimaan kembali investasi lainnya senilai Rp19,13 T.
Arus kas keluar investasi berasal dari empat aktivitas pemerintah yaitu belanja modal
senilai Rp215,52 T (naik 46,86 % dibanding TA 2014), pengeluaran dana bergulir
senilai Rp5,35 T(naik 53,04% dibanding TA 2014), penyertaan modal negara senilai
Rp71.93 T (naik 1.028,09% dibanding TA 2014), dan penyertaan modal negara
lainnya senilai Rp1,5 T.
Jika diperhatikan, dua dari tiga aktivitas arus kas masuk mengalami penurunan.
Sementara itu, keempat aktivitas arus kas keluar semuanya mengalami kenaikan.
Kenaikan yang sangat signifikan terjadi pada aktivitas penyertaan modal negara yang
mencapai 1.028,09%. Tidak hanya dari persentase kenaikannya yang signifikan
tetapi juga secara nilai, kenaikannya cukup material. Penyumbang terbesar
kenaikan ini sebesar 2.063% berasal dari penyertaan modal negara pada
BUMN. Tidak mengherankan jika arus kas dari aktivitas investasi bernilai
negatif.
Untuk meminimalisasi risiko investasi, pemerintah melakukan diversifikasi dalam
berinvestasi. Salah satunya tercermin dalam aktivitas penyertaan modal negara.
Pemerintah melakukan penyertaan modal negara tidak hanya pada BUMN,
tetapi juga pada badan internasional, pada sektor lainnya dan terakhir
melakukan investasi dalam rangka kewajiban penjaminan. Dengan demikian
dalam kaitannya dengan prinsip manajemen keuangan sektor publik,
pemerintah telah menerapkan prinsip portofolio concept yaitu tidak melakukan
investasi hanya pada satu instrumen.
Penurunan kas dari aktivitas investasi sebesar Rp274,74 triliun
(penjelasan)
16
Dalam LKPP Kenaikan kas dari aktivitas pendanaan sebesar Rp382,42 triliunTA
2015, arus kas dari aktivitas pendanaan bersaldo positif sebesar Rp382,42 triliunT,
naik Rp124,.19 trilliunT dari saldo TA 2014 yaitu Rp258,.23 trilliunT, atau sebesar
48,09%.
Peningkatan aktivitas pendanaan pada tahun 2015 sejalan dengan peningkatan di
berbagai pos belanja infrastruktur antara lain pertumbuhan belanja modal
kementerian/lembaga sebesar 45%, pertumbuhan Dana Alokasi Khusus 71,9%,
Penyertaan Modal Negara 1.200%, dan alokasi dana desa.
Arus kas masuk dalam aktivitas pendanaan TA 2015 sebesar Rp612,31 trilliunT.:
Berdasarkan prinsip manajemen keuangan, maka arus kas dari aktivitas pendanaan
yang meningkat akan berhubungan dengan prinsip sebagai berikut:
a) Portfolio Concept
Dalam mendorong kinerja ekonomi melalui defisit anggaran, Ppemerintah menjaga
risiko utang jangka panjang 2015 tetap terkendali, sebagaimana berikut:
Meski aktivitas pendanaan naik sebesar 48,09% dari tahun 2014, Ppemerintah
memastikan rasio utang terhadap PDB di Indonesia tahun 2015 masih
terkendali yaitu sebesar 27,0% (dari batas aman dalam UU adalah 60%), rata17
rata jatuh tempo utang yang cukup panjang yaitu 9,7 tahun masih berada
dalam tingkatan yang sangat aman, serta porsi utang dengan fixed rate (bunga
tetap) sebesar 86,2% dari total utang, relatif aman terhadap tingkat bunga
global.
b)
mendorong
pertumbuhan
ekonomi,
yang
18
diantaranya
adalahuntuk
4) (penjelasan)
5) Arus Kas dari Aktivitas Transitoris
Saldo arus kas bersih dari aktivitas transitoris adalah sebesar Kenaikan kas dari
aktivitas transitoris sebesar Rp72,72 triliunT, dan penurunan kas karena
penyesuaian pembukuan sebesar Rp8,61 triliun.
(penjelasan). Angka ini mengalami peningkatan yang sangat
signifikan
dibandingkan dengan saldo pada tahun 2014, yaitu sebesar Rp3,3 T. Hal ini
disebabkan karena jumlah transaksi non-anggaran pihak ketiga yang mulai ada
pada tahun 2015.
2015 (Rp)
2014 (Rp)
Naik / Turun(Rp)
(83.072.978.797.409)
(80.075.491.013.141)
(2.997.487.784.268)
215.519.285.896.214
Kas (298.592.264.693.623
146.753.013.335.371
(226.828.504.348.512
68.766.272.560.843
dari
Bebas
)
)
(71.763.760.345.111)
Menjanjikannya bisnis kelapa sawit, telah membuka peluang untuk meraih
keuntungan besar dan menjadi kunci perekonomian negara. Hal tersebut yang
mendorong pemerintah untuk mengenjot jumlah produksi dan ekspor negara
akan komoditas kelapa sawit. Pembudidayaan kelapa sawit telah ditingkatkan
secara signifikan tidak hanya oleh para pengusaha besar, para petani kecil di
Indonesia juga turut serta berpartisipasi mengembangkan bisnis sektor ini. Setiap
tahunnya jumlah produksi dan ekspor Negara terus meningkat ( lihat Tabel Produksi
dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit). Meningkatnya jumlah produksi kelapa sawit tentu
saja diimbangi dengan jumlah kuantitas wilayah perkebunan kelapa sawit yang dari
tahun ke tahun terus meningkat melalui pembukaan lahan-lahan baru (lihat Tabel Luas
Areal Kelapa Sawit Indonesia 2008 2015). Berdasarkan data Direktorat Jenderal
Perkebunan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, areal perkebunan
kelapa sawit terbesar berada di wilayah Sumatra sekitar 65-an persen, wilayah
19
Kalimantan sekitar 30-an persen dan sisanya tersebar di seluruh pulau yang
berada di Indonesia. Diprediksi pada tahun 2020, areal perkebunan kelapa sawit
akan mencapai seluas 13jt hektar.
Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit di Indonesia
Produksi
(Juta
Ton)
Ekspor
(Juta
Ton)
Ekspor
(Dollar
AS)
200
200
201
201
201
201
201
19,2
19,4
21,8
23,6
26,5
30,0
31,5
32,5
32,0*
15,1
17,1
17,1
17,6
18,2
22,4
21,7
26,4
27,0*
15,6
10,0
16,4
20,2
21,6
20,6
21,1
18,6
18,6*
2011
2016
Perkiraan
2009
2010
2011
2012
2013
2014
3,0jt
3,38jt
Perkebunan
Rakyat (PR) 2,88jt
(Ha)
Perkebunan
Negara
(PBN) (Ha)
Perkebunan
Swasta
(PBS) (Ha)
20
2015
4,74jt
*
0,77jt
*
5,93jt
*
Perkiraan
peluang
dalam
peningkatan
pendapatan
petani
dan
Budidaya kelapa sawit dilakukan dengan sistem monokultur. Hal ini tersebut
memicu hilangnya keragaman hayati dan kerusakan alam seperti penurunan
21
Dalam tujuan MDGs ini dimaksudkan untuk menurunkan angka kemiskinan pada
suatu negara. Tujuan MDGs ini kemudian dijabarkan lebih lanjut kedalam tiga
target serta sembilan indikator. Adapun ketiga target tersebut adalah:
i. Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan Tingkat
Pendapatan Kurang dari US$ 1 perhari
ii. Menyediakan seutuhnya Pekerjaan yang produktif dan layak, terutama untuk
perempuan dan kaum muda
iii. Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk yang Menderita
Kelaparan
Industri kelapa sawit di Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Oil World
Annual (2009-2015), Malaysia Palm Oil Board, menduduki peringkat pertama
negara produsen utama minyak sawit dunia dengan jumlah produksi pada tahun
2015 diperkirakan mencapai 31.284.000 Ton/tahun. Jumlah lahan kelapa sawit
tersebar di 24 provinsi di Indonesia antara lain seluruh provinsi di Pulau Sumatera
dan Kalimantan, Provinsi Jawa Barat, Banten, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Papua, dan Papua Barat.
Dari 24 provinsi tersebut, Provinsi Riau merupakan provinsi dengan kebun kelapa
sawit terluas yaitu sebesar 2,38 juta hektar atau 21,06% dari luas total area
perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Potensi pengembangan industri kelapa sawit yang besar di indonesia memberikan
dampak yang besar pada perekonomian, industri kelapa sawit merupakan industri
yang menyerap cukup banyak tenaga kerja baik dalam rangka pengelolaan
perkebunan kelapa sawit, pengolahan minyak kelapa sawit sampai dengan
distribusi dan penjualan minyak kelapa sawit dalam rangka ekspor. Selain itu
juga terdapat potensi lain dari pengembangan limbah dari industri kelapa sawit
antara lain berupa briket arang, biogas serta dapat digunakan sebagai pembangkit
tenaga listrik. Pengembangan industri kelapa sawit ini dapat memberikan devisa
yang besar bagi negara serta menyediakan lapangan pekerjaan kepada
masyarakat.
Sesuai dengan MDGs pertama yakni menanggulangi kelaparan dan kemiskinan
(eradicate hunger and poverty), pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia
telah sesuai dan mendorong tercapainya MDGs pertama. Industri kelapa sawit
dapat secara berkesinambungan memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian
masyarakat serta mendorong terus berkembangnya industri lainnya. Minyak
kelapa sawit merupakan salah satu bahan bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan minyak goreng, margarin, sabun, kosmetika, dan sebagai campuran
bahan bakar biodiesel.
22
Dalam kaitannya dengan MDGs pertama ini, industri kelapa sawit dapat berperan
dalam pencapaian ketiga target MDGs pertama ini. Pengembangan perkebunan
serta industri kelapa sawit di suatu daerah dapat mendorong perkembangan
perekonomian daerah tersebut. Sesuai dengan data BPS pada tahun 2015, luas
kebun kelapa sawit di Indonesia adalah sebesar 11,3 juta hektar. Jumlah tersebut
meningkat sebesar 5,07 persen jika dibandingkan luas kebun kelapa sawit pada
tahun 2014 yaitu sebesar 10,75 juta hektar, pembukaan lahan perkebunan kelapa
sawit baru di Indonesia dapat digunakan mempercepat pengembangan ekonomi di
kawasan tersebut. Serta menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar
lahan perkebunan.
b) MDGs 7 : Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup
Tidak terkontrolnya perilaku-perilaku para pengusaha dalam mengembangkan
bisnis kelapa sawit telah memicu banyaknya eksternalitas-eksternalitas negatif
yang timbul. Eksternalitas-eksternalitas negatif yang terjadi tentu saja
bertentangan dengan Millennium Development Goals (MDGs) Indonesia pada
Tujuan 7 yaitu Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup. Aktivitas perkebunan
kelapa sawit seringkali menimbulkan dampak buruk bagi kelestarian
lingkungan di sekitarnya. Salah satu ancaman terbesar ialah eksistensi
hutan di Indonesia yang berpotensi mengalami kerusakan. Pembukaan
lahan kelapa sawit seringkali dilakukan di atas lahan yang seharusnya
dijadikan kawasan hutan lindung. Penebangan pohon dilakukan untuk
mengalihfungsikan hutan menjadi areal perkebunan kelapa sawit, hal ini
tentu saja telah merusak keanekaragaman hayati, menganggu keberadaan
mahluk hidup yang mendiami lahan yang akan dibuka dan tidak adanya
penyimpan karbon dioksida karena pohon-pohon yang berfungsi untuk
menghirup karbon dioksida telah hilang. Selain itu, pembukaan lahan areal
perkebunan dengan cara membakar hutan juga telah menyumbangkan
polusi dan emisi karbon ke udara bebas serta menimbulkan asap yang dapat
mengganggu kesehatan masyarakat
penyakit seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), penyakit mata dan
kulit.
c) MDGs 8: Mengembangkan Kemitraan Global Untuk Pembangunan.
Tujuan 8 Pembangunan Milenium adalah mengembangkan kemitraan global
untuk pembangunan. Dalam tujuan megembangkan kemitraan global ini
tertuang target-target lebih detil yang dapat membantu mengukur
keberhasilan pencapaian tujuan tersebut, antara lain:
23
CPO di pasar internasional menjadi salah satu penyebab turunnya nilai ekspor
Indonesia pada tahun 2015. Pajak ekspor atau bea keluar minyak sawit mentah
(CPO) berada di antara 0%-22,5% tergantung pada harga minyak sawit
internasional. Indonesia memiliki mekanisme otomatis sehingga ketika harga
CPO acuan Pemerintah (berdasarkan harga CPO lokal dan internasional) jatuh di
bawah 750 dollar Amerika Serikat (AS) per metrik ton, pajak ekspor dipotong
menjadi 0%. Harga CPO di pasar internasional pada tahun 2015 masih di bawah
750 dollar AS per metrik ton, maka tarif yang dikenakan adalah 0%,
menyebabkan turunnya realisasi pendapatan negara dari bea keluar.
Kondisi ini menyebabkan beban pembayaran utang luar negeri berpotensi
meningkat, sebaliknya kapasitas membayar utang luar negeri berpotensi
menurun.
pengembangan
pertumbuhan
ekonomi,
konsep
green
growth
menanggulangi
untuk
memperkuat
kemiskinan,
menciptakan
bertumpu
pada
pemanfaatan
sumber
daya
alam
secara
berkesinambungan.
Permasalahan kebakaran hutan dan lahan terjadi setiap tahun terutama pada
musim kemarau karena oknum yang membuka lahan sawit baru dengan cara
membakar hutan. Struktur tanah di pulau Sumatra dan Kalimantan adalah tanah
gambut, dan asap dari kebakaran lahan gambut memproduksi tiga sampai enam
kali lebih banyak partikel dibanding kebakaran dari jenis tanah lain. Api, dan
asap yang dihasilkannya, telah menyebabkan kerugian ekonomi, sosial, dan
lingkungan bagi Indonesia dan negara-negara tetangga terutama Singapura dan
Malaysia.
Adanya reaksi-reaksi dari penduduk maupun pemerintah Singapura dan Malaysia
mengesankan hubungan bilateral yang kurang harmonis. Sentimen negatif dari
penduduk Singapura dan Malaysia juga memicu reaksi balik dari warga
Indonesia. Hubungan kemitraan dengan negara-negara tersebut juga terkena
dampak dari masalah kabut asap.
26
Berdasarkan data di atas dapat kita ketahui bahwa Pemerintah Pusat tidak memiliki
arus kas bebas sebagai indikator fleksibilitas keuangan Pemerintah Pusat dalam
melakukan investasi berupa Belanja Modal. Di sisi lain, pada tahun 2015 terjadi
penurunan arus kas dari aktivitas operasi sebesar
dibandingkan Tahun 2014. Sedangkan jika dilihat dari sisi Belanja Modal justeru
terjadi kenaikan yang signifikan hingga mencapai Rp68,77T atau sekitar 47% dari
Tahun 2014. Hal tersebut patut menjadi perhatian bagi Pemerintah Pusat agar tetap
memperhatikan kebijakan peningkatan Belanja Modal yang lebih hati-hati mengingat
arus kas bebas dari aktivitas operasi masih menunjukan angka minus. Kebijakan
Belanja Modal yang ekspansif selain mempertimbangkan manfaat yang akan
diperoleh secara luas di masa mendatang dengan menggunakan pembiayaan perlu
memperhatikan risiko-risiko yang mungkin timbul, khususnya dalam hal fleksibilitas
keuangan yang semakin kecil ketika arus kas dari aktivitas operasi belum menunjukan
hal yang positif. Penggunaan skema kerja sama antara pemerintah dengan Swasta
(Public Private Partnership) juga dapat menjadi alternatif apabila Pemerintah
Pusat ingin meningkatkan laju pertumbuhan infrastruktur dalam rangka mendorong
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan melalui peningkatan akses yang lebih
luas.
IV.
27
Atas paparan yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai
berikut:.
a) Keberadaan industri kelapa sawit memiliki dampak yang positif terhadap
perekonomian namun juga menimbulkan eksternalitas, diantaranya menurunnya
keragaman hayati, kerusakan alam, konflik horizontal antara penduduk setempat
dengan industri perkebunan kelapa sawit, serta areal perkebunan pencemaran
udara melalui asap dan emisi yang disebabkan cara yang salah dalam membuka
lahan baru.
b) Pemerintah memperhatikan salah satu prinsip manajemen keuangan dalam
mengelola keuangan negara, yaitu cash is the king. Hal ini dapat dilihat dari
pencatatan penerimaan dan pengeluaran dalam anggaran dengan menggunakan
cash basis.Pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia telah sesuai dan
mendorong tercapainya MDGs pertama, yaitu menanggulangi kelaparan dan
kemiskinan (eradicate hunger and poverty). Industri kelapa sawit dapat secara
berkesinambungan memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian masyarakat
serta mendorong terus berkembangnya industri lainnya yang berperan dalam
pengurangan kelaparan dan kemiskinan.
c)
d) Pembukaan lahan areal perkebunan dengan cara membakar hutan menyebabkan
kerusakan lingkungan dan menyumbangkan polusi serta emisi karbon ke udara
bebas dan dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Hal ini bertentangan dengan
MDGs yang ketujuh yakni menjamin kelestarian lingkungan hidup.
e) Keterlibatan
Indonesia
dalam
Global
Green
Growth
Institute
(GGGI)
telah
melakukan
diversifikasi
dalam
berinvestasi
untuk
28
dalam aktivitas penyertaan modal negara, yang dilakukan tidak hanya pada
BUMN, tetapi juga pada organisasi internasional.
c) Dalam mendorong kinerja ekonomi melalui defisit anggaran, pemerintah menjaga
batasan pembiayaan tahun 2015 tetap terkendali. Keputusan dan kebijakan dalam
pendanaan merupakan respon Pemerintah terhadap arus kas operasi dan
investasi yang bernilai negatif
Selain itu, saran yang dapat dipertimbangkan berdasarkan pembahasan dalam
paper ini adalah sebagai berikut.
a) Pemerintah sebaiknya menjaga disiplin anggaran diantaranya dengan menjaga
arus kas bersih pada aktivitas operasi bernilai positif. Sehingga fleksibilitas
keuangan dapat dicapaiberupaya untuk meminimalisasi eksternalitas yang
disebabkan oleh industri kelapa sawit. Terutama yang terkait dengan isu
kelestarian lingkungan hidup dan kondisi sosial masyarakat yang terdampak dari
industri kelapa sawit.
b)
c) Pemerintah perlu mendiversifikasikan investasinya ke pos-pos investasi yang
lebih beragam. Besaran dan rincian yang dialokasikan pemerintah untuk kegiatan
investasi juga baiknya dilakukan secara cermat untuk kegiatan yang produktif dan
berpotensi menghasilkan imbal balik yang sebanding dengan tingkat risiko. Selain
itu, monitoring secara berkala juga perlu dilakukan atas investasi yang telah
dilakukan sebelumnya.diharapkan senantiasa aktif menjaga kemitraan dengan
berbagai pihak untuk mendukung pencapaian Millenium Development Goals
(MDGs) dengan mengutamakan kesejahteraan rakyatnya.
RReferensi
29
d) Siaran Pers Biro KLI: Rasional Penambahan Utang Pemerintah Tahun 2015
tanggal 8 Januari 2016.
e) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43489/1/syamsul%20bahri.pdf)
f) Situs BPS (https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1026)
g) Situs GAPKI (http://gapki.id/refleksi-industri-kelapa-sawit-2015-dan-prospek2016/)
h) Kajian kelapa sawit oleh BPS
(https://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Kelapa-Sawit-Indonesia2015--.pdf)
i) http://www.tamamikece.tk/2015/03/eksternalitas.html diakses 26 September 2016
j)
k)
l)
m)
pukul 22.00
http://sekretariatmdgs.or.id/?page_id=889 diakses 26 September 2016 pukul 23.00
Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Di Indonesia Tahun 2014
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2015
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151008_indonesia_peme
rintah_terpojok
n) http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/09/150914_trensosial_terimakasih_i
o)
p)
q)
r)
ndonesia
http://www.dw.com/id/dikritik-singapura-indonesia-balas-menggertak/a-18745719
http://themiddleground.sg/2015/09/28/kalla-jusuf/
http://gapki.id/refleksi-industri-kelapa-sawit-2015-dan-prospek-2016/
http://ksp.go.id/pemerintah-terus-bekerja-keras-atasi-kebakaran-hutan/
30