Anda di halaman 1dari 31

Analisis Laporan Arus KasDampak Eksternalitas

Terhadap Industri Kelapa Sawit


Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2015

Manajemen Keuangan PublikSeminar Keuangan Publik


Kelompok 28 - Kelas 7C Reguler
SusiloAdi Wiratno (0362)
Wira Jeffris OktaromiAldy Anindita Wirmadi (0373)
Yasmine PuspasunyEstu Riska Izzati (3812)
Gerry Michel (14)
Yogie Kristianto SoebagioHeri Yulianto (3917)
Yudanto Dwi NugrohoSteven (4035)
Yogie Kristianto Soebagio (39)

Program Diploma IV Akuntansi

Politeknik Keuangan Negara STAN


September 2016

Manajemen Keuangan Pemerintah


Analisis Laporan Arus Kas
LKPP Pemerintah Pusat tahun 2015
Kelompok 8 Kelas 7-C Reguler

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
pemerintah sebagai entitas pelaporan memiliki kewajiban untuk melaporkan atas hasil
pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur dalam suatu periode tertentu.
Laporan keuangan pemerintah berupa Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas,
Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan Arus Kas (LAK) adalah bagian dari laporan finansial keuangan pemerintah
yang menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu
yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris yang menjelaskan tentang pergerakan saldo kas yang dimulai dari saldo
pada awal periode, perubahannya, dan saldo pada akhir periode.
Tujuan dari penyusunan LAK adalah untuk memberikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, dan perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi. Selain
itu, LAK juga menyajikan serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. LAK
2

wajib disusun dan disajikan hanya oleh unit organisasi yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum.
Secara umumSeperti yang telah disebutkan sebelumnya, setidaknya terdapat 4
(empat) Kkomponen Laporan Arus KasLAK, yaitu: Pemerintah Pusatadalah sebagai
berikut:
a)

Arus Kas dari Aktivitas Operasi (Operation activitiesActivities)


Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan
untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.
Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan
operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas
operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan
dari luar.
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
1) Penerimaan Perpajakan;
2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
3) Penerimaan Hibah;
4) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi Lainnya;
5) Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan
6) Penerimaan Transfer.
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk:
1) Pembayaran Pegawai;
2) Pembayaran Barang;
3) Pembayaran Bunga;
4) Pembayaran Subsidi;
5) Pembayaran Hibah;
6) Pembayaran Bantuan Sosial;
7) Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan
8) Pembayaran Transfer.

b)

Arus Kas dari Aktivitas Investasi (Investing activitiesActivities)


Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan
untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk
3

dalam setara kas. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi
yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada
masyarakat di masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
1) Penjualan Aset Tetap;
2) Penjualan Aset Lainnya;
3) Pencairan Dana Cadangan;
4) Penerimaan dari Divestasi; dan
5) Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.
Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
1) Perolehan Aset Tetap;
2) Perolehan Aset Lainnya;
3) Pembentukan Dana Cadangan;
4) Penyertaan Modal Pemerintah; dan
5) Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas.

c)

Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan (Financing activitiesActivities)


Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang yang
berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan utang
jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang
jangka panjang dan utang jangka panjang.

Arus kas dari aktivitas pendanaan

mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan


atau pemberian pinjaman jangka panjang.

Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:


1) Penerimaan utang luar negeri;
2) Penerimaan dari utang obligasi;
3) Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah;
4) Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara.
Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
1) Pembayaran pokok utang luar negeri;
2) Pembayaran pokok utang obligasi;
3) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah;
4

4) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara.

d)

Arus Kas dari Aktivitas Transitoris


Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak
termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah. Arus
kas dari aktivitas transitoris antara lain transaksi Perhitungan Fihak Ketiga (PFK),
pemberian/penerimaan kembali uang persediaan kepada/dari bendahara pengeluaran,
serta kiriman uang. PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang
dipotong dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga
misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasi kas
antar rekening kas umum negara/daerah.
Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK dan penerimaan
transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan kembali uang persediaan dari
bendahara pengeluaran.
Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK dan pengeluaran
transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang persediaan kepada
bendahara pengeluaranKelapa sawit adalah tumbuhan yang termasuk dalam genus
Elaeis. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan industri yang memiliki banyak manfaat
dan sangat cocok untuk di tanam di Indonesia yang memiliki iklim tropis. Sebagai
tumbuhan industri, kelapa sawit digunakan sebagai bahan baku minyak goreng,
margarin, sabun, kosmetika, dan sebagai campuran bahan bakar biodiesel.
Karakteristik tumbuhan ini adalah menyerupai pohon salak dengan ketinggian
mencapai 20 meter. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang pernah
dilakukan pada salah satu perkebunan di Sangatta, Kalimantan Timur, kelapa sawit
memiliki masa manfaat 20 tahun dan sudah dapat dipanen pada saat usia pohon sawit
mencapai 3 tahun.
Komoditas kelapa sawit memberikan kontribusi ekspor untuk Indonesia. Merujuk
pada data BPS, untuk tahun 2014 ekspor kelapa sawit dan turunannya mencapai 24,37
juta ton dengan total nilai sebesar US$19 milyar. Sementara pada 2015, total ekspor
mengalami kenaikan yaitu sebesar 28,29 juta ton dengan total nilai sebesar US$16,95
milyar, meskipun pada 2015 volume ekspor naik, nilai ekspor mengalami penurunan
5

dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan sepanjang tahun 2015 harga
minyak sawit global yang ditawarkan sangat rendah.
Pada tahun 2015, luas kebun kelapa sawit di Indonesia adalah sebesar 11,3 juta hektar.
Jumlah tersebut meningkat sebesar 5,07 persen jika dibandingkan luas kebun kelapa
sawit pada tahun 2014 yaitu sebesar 10,75 juta hektar. Jumlah lahan kelapa sawit
tersebut tersebar di 24 provinsi di Indonesia antara lain seluruh provinsi di Pulau
Sumatera dan Kalimantan, Provinsi Jawa Barat, Banten, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Papua, dan Papua Barat. Dari
24 provinsi tersebut, Provinsi Riau merupakan provinsi dengan kebun kelapa sawit
terluas yaitu sebesar 2,38 juta hektar atau 21,06% dari luas total area perkebunan
kelapa sawit di Indonesia. Jumlah kebun kelapa sawit pada Provinsi Riau meningkat
dari tahun 2014 yaitu dari semula 2,29 juta hektar. Namun seiring dengan
meningkatnya luas perkebunan kelapa sawit, perluasan kebun juga menimbulkan
dampak eksternalitas. Eksternalitas yang timbul tidak hanya ditinjau dari sisi positif,
melainkan juga eksternalitas negatif yaitu salah satunya adalah perusakan lingkungan
yang diakibatkan pembukaan lahan kelapa sawit (land clearing). Perlu dilakukan
tinjaun mengenai eksternalitas yang timbul dari industri kelapa sawit. Selain itu perlu
dilakukan juga tinjauan antara eksternalitas industri kelapa sawit dengan delapan
tujuan pada Millennium Development Goals (MDGs) yang telah dicanangkan.
Delapan poin tersebut adalah (i) eradicate hunger and poverty, (ii) achieve universal
primary education, (iii) promote gender equality and empower women, (iv) reduce
child mortality, (v) improve maternal health, (vi) ensure environmental sustainability,
(viii) develop global partnership for development. Tujuan pencanangan delapan target
millennium adalah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga perlu
dikaji lebih lanjut apakah industri kelapa sawit dapat mendukung tercapainya MGDs
atau justru sebaliknya.
1.3 Rumusan Masalah
a. Apakah eksternalitas yang timbul dari perluasan kebun kelapa sawit?
b. Bagaimana eksternalitas tersebut dapat berpengaruh terhadap barang publik
(public goods) dan Millennium Development Goals (MDGs)?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulis ingin menguraikan dampak eksternalitas yang timbul dari adanya perluasan
kebun kelapa sawit. Sebagaimana dengan luas yang bertambah akan berdampak pada
peningkatan jumlah produksi sehingga akan berdampak pada meningkatnya nilai
ekspor. Selain itu juga, dengan adanya industri kelapa sawit akan memberikan
kesempatan terbukanya lapangan pekerjaan pada masyarakat lokal. Namun di sisi
6

lainnya, seiring dengan adanya pembukaan lahan apakah akan berdampak langsung
terhadap lingkungan sekitar serta bagaimana korelasi dengan adanya perusakan
lingkungan dengan hubungan antar negara tetangga. Kemudian tulisan ini juga ingin
meninjau dampak yang timbul dengan pengaruh pada barang publik (public goods)
dan Millennium Development Goals.

II. Prinsip Manajemen Keuangan


PemerintahLANDASAN TEORI

2.1 Millenium Development Goals (MDGs)


Pada bulan September tahun 2000, telah dilaksanakan pertemuan Persatuan BangsaBangsa di New York. Dalam pertemuan tersebut, kepala negara dan perwakilan dari
189 negara menyepakati deklarasi millenium yang menegaskan komitmen untuk
mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan. Komitmen ini
kemudian dijabarkan menjadi beberapa tujuan dan target yang dikenal dengan
Millenium Development Goals (MDGs).
Millenium Development Goals (MDGs) terdiri atas delapan tujuan yang dijabarkan
lebih lanjut kedalam target dan indikator. Adapun kedelapan tujuan dalam MDGs
adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan


Mencapai pendidikan dasar untuk semua
Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
Menurunkan angka kematian anak
7

e.
f.
g.
h.

Meningkatkan kesehatan ibu


Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya
Memastikan kelestarian lingkungan hidup
Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

2.2 Barang Publik dan Eksternalitas


Barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya
dan seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Barang publik
ini mempunyai sifat non rivalry dan non excludable. Sifat non rivalry dapat
diartikan bahwa penggunaan barang publik oleh satu orang tidak akan
mengurangi kesempatan orang lain untuk menggunakan barang publik tersebut.
Sedangkan sifat non excludable dapat diartikan bahwa jika suatu barang publik
telah tersedia, barang tidak ada seorangpun yang dapat menghalangi orang lain
untuk menggunakan barang publik tersebut, contoh dari barang publik adalah
udara dan jalan.
Eksternalitas dapat diartikan sebagai dampak yang dirasakan oleh seseorang akibat
dari tindakan yang dilakukan oleh orang lain, eksternalitas ini timbul karena tidak
dapat dialokasikan sesuai dengan mekanisme pasar. Dengan didasarkan pada
dampaknya, ekternalitas dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
a) Eksternalitas positif
Merupakan manfaat yang dirasakan oleh seseorang akibat dari tindakan yang
dilakukan oleh orang lain, misalnya terciumnya wangi saat orang lain memakai
parfum.
b) Eksternalitas negatif
Merupakan biaya yang dikenakan pada orang lain diluar sistem pasar sebagai
akibat dari suatu tindakan produktif, misalnya limbah dari pabrik dan asap dari
dampak pembukaan lahan kelapa sawit.
Sedangkan eksternalitas berdasarkan pihak-pihak yang terkait, antara pihak yang
melakukan tindakan dengan pihak yang menerima akibat terbagi atas empat macam,
yaitu:
a) Eksternalitas Produsen ke Produsen
Kegiatan produksi suatu perusahaan mempengaruhi hasil produksi perusahaan
lain. Contoh: perusahaan membuang hasil limbah kealiran sungai, sehingga
mengganggu populasi ikan dan merugikan produsen lain yakni para nelayan.
b) Eksternalitas Produsen ke Konsumen

Tindakan seorang produsen yang menimbulkan eksternalitas bagi konsumen.


Contoh: Pabrik yang menghasilkan polusi udara berupa asap yang mengakibatkan
udara yang dihirup masyarakat menjadi kotor.
c) Eksternalitas Konsumen ke Produsen
Suatu dampak yang disebabkan oleh aktivitas konsumen terhadap aktivitas
produksi suatu produsen. Contoh: Limbah rumah tangga yang dibuang mencemari
sungai telah menggangu industri perikanan.
d) Eksternalitas Konsumen ke Konsumen
Suatu dampak konsumen terhadap konsumen yang lain terjadi jika aktivitas
seseorang atau kelompok tertentu mempengaruhi atau mengganggu konsumen
lain. Contoh: asap dari seorang perokok terhadap orang yang ada disekitarnya
yang tidak merokok.

Dalam pengelolaan keuangan negara terdapat beberapa prinsip yang seharusnya


diterapkan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepada Pemerintah. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya:
a)

Time Value of Money


Prinsip ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan nilai uang dari suatu periode ke
periode yang lain. Uang yang ada pada saat ini, dinilai lebih berharga dibandingkan
dengan nilai uang di masa mendatang walaupun dengan nilai nominal yang sama. Hal
ini disebabkan karena uang yang ada pada saat ini dapat digunakan untuk memperoleh
potensi keuntungan yang ada di masa mendatang.

b)

High Risk High Return


Risiko dan penerimaan kembali adalah dua hal yang selalu sejajar dan berjalan
beriringan. Dengan meningkatnya risiko dalam sebuah portofolio, maka akan
meningkat pula potensi penerimaan kembali yang akan diperoleh. Kebalikannya,
dengan menurunnya risiko dalam sebuah portofolio, maka akan menurun pula potensi
penerimaan kembali yang akan diperoleh

c)

Cash Is The King


Kas merupakan salah satu pos aktiva yang ada dalam sebuah laporan keuangan.
Selain itu, kas juga memiliki peran yang sangat vital dalam keberlangsungan sebuah
entitas. Tanpa kas yang memadai, maka entitas tidak akan dapat menjalankan
kegiatannya sesuai rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

d)

Portfolio Concept
Risiko adalah hal yang pasti. Namun, risiko-risiko tersebut dapat dimitigasi. Salah
satu cara untuk memitigasi risiko yang ada, yaitu dengan mendiversifikasikan
investasi yang dimiliki sehingga akan diperoleh sebuah portofolio keuangan yang
sehat. Prinsip ini juga sering dikenal dengan pernyataan Dont put your eggs in one
basket.

e)

Agency Problem

f)
Agency problem muncul karena pemisahan kepentingan antara pemerintah dengan
stakeholder sehingga keputusan yang diambil seringkali tidak dapat memenuhi
seluruh harapan stakeholder.
g)

Respond & Solve


Dalam kegiatan menjalankan aktivitasnya, adalah hal yang wajar jika sebuah entitas
akan menemui sebuah masalah yang menghambat untuk mencapai tujuannya. Selain
wajib bagi entitas untuk menanggapi sebuah masalah tersebut, entitas juga harus
segera mencari jalan keluar dari masalah tersebut agar masalah tidak kian membesar
dan akan menyulitkan entitas di masa mendatang.

III. Analisis Laporan Arus KasPembahasan


3.1 Eksternalitas Pada Industri Kelapa Sawit
Untuk melakukan analisis pada laporan arus kas LKPP tahun 2015, digunakan teknik
sebagai berikut:
Analisis pertumbuhan arus kas;
Aanalisis arus kas untuk pada setiap komponen dan analisis arus kas bebas untuk
mengetahui kesesuaian dengan prinsip mManajemen kKeuangan Pemerintah.;

Analisis arus kas bebas,


Pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2015, Laporan Arus KasLAK
menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas dari Kas Negara untuk tahun
10

yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2015. Saldo Kas Bendahara Umum Negara
(BUN), Kas Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), dan Kas Badan Layanan
Umum (BLU) per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp94,17 triliunT, . Ssedangkan,
pada awal TA 2015 terjadi penyesuaian saldo awal sebesar Rp9,24 triliunT, sehingga
saldo awal Kas BUN, Kas KPPN, dan Kas BLU setelah penyesuaian menjadi Rp103,41
triliunT.
Selama TA 2015, terjadi hal-hal sebagai berikut:

Penurunan Arus kas dari aktivitas operasi sebesar minus Rp83,07 triliunT,
Arus Penurunan kas dari aktivitas investasi sebesar minus Rp274,74 triliunT,
Kenaikan Arus kas dari aktivitas pendanaan sebesar Rp382,42 triliunT, dan
Arus Kenaikan kas dari aktivitas transitoris sebesar Rp72,72 triliunT., dan penurunan kas
karena penyesuaian pembukuan sebesar Rp8,61 triliun.
Dengan demikian, saldo akhir kas BUN, KPPN, BLU dan Hibah untuk periode yang
berakhir pada 31 Desember 2015 menjadi Rp192,13 triliunT. Selain kas di atas, terdapat
Kas Pemerintah Lainnya yang terdiri Kas di Bendah ara Pengeluaran sebesar Rp329,04
miliarM, Kas di Bendahara Penerimaan sebesar Rp182,54 miliarM, Kas Lainnya dan
Setara Kas sebesar Rp9,30 triliunT, Kas pada BLU yang Belum Disahkan sebesar
Rp9,84 miliarM, dan penyesuaian dari jumlah Kaskas Pada pada BLU yang telah
Didepositokan didepositokan sebesar minus Rp4,38 triliunT sehingga saldo akhir Kas
kas dan Setara setara Kasadalah kas adalah sebesar Rp197,57 triliunT.

Adapun laporan lengkap LAK periode tahun 2015 sebagaimana terlampir dalam LKPP
tahun 2015, dapat disajikan dalam tabel berikut.
Ringkasan Laporan Arus Kas untuk periode yang berakhir pada 31Desember 2015 dapat
disajikan sebagai berikut (Rp triliun):

11

12

13

SiLPA/SiKPA adalah selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan belanja,


serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam APBN/APBD selama satu periode
pelaporan. SiLPA selama periode sampai dengan 31 Desember 2015 adalah sebesar
Rp24.613.179.586.977 dengan rincian sebagai berikut:

a) Analisis Pertumbuhan Arus Kas


(narasi yang membandingkan persentase pertumbuhan LAK tahun 2014 ke tahun 2015)
N

Arus Kas Bersih

2014
Jumlah

Pertumbuhan

2015
Jumlah

1.
2.

Aktivitas Operasi
Aktivitas Investasi

(80.075.491.013.141)
(155.953.142.142.265

(83.072.978.797.409
(274.734.893.587.204)

3.
4.

Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Transitoris

)
258.229.416.662.493
72.720.277.809.642

382.421.051.971.590
3.353.789.742.647

14

Pertumbuhan

Dengan melihat pertumbuhan arus kas selama dua tahun terakhir, secara sekilas dapat di
tangkap sinyal adanya kinerja keuangan pada tahun 2014 di bandingkan tahun 2010 dan
2009. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
(narasi)

b) Analisis arus kas untuk setiap komponen

1) Arus Kas dari Aktivitas Operasi (Operation activitiesActivities)


Penurunan kas dari aktivitas operasi sebesar Rp83,07 triliun
Arus kas bersih merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan operasi
Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya tanpa menggunakan sumber
pendanaan dari luar. Selama TA 2015, terjadi penurunan kas dari aktivitas operasi
sebesar Rp83,07 T dibandingkan TA 2014. Ini berarti pendapatan operasional yang
diperoleh tidak cukup untuk membiayai kegiatan operasional Pemerintah. Salah satu
faktor penyebabnya adalah rendahnya capaian realisasi penerimaan negara yang
dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian domestik maupun global dan
tingginya belanja subsidi.
Pemerintah mencatat penerimaan dan pengeluaran dalam anggaran

dengan

menggunakan cash basis, artinya dalam pengelolaan keuangan pemerintah


memperhatikan salah satu prinsip manajemen keuangan yaitu cash is the king.
Dimana kas menjadi basis untuk mengukur value, bukan nilai pendapatan yang
masih dalam bentuk piutang. Selain itu, kas yang dimiliki juga memiliki peranan
penting dalam membiayai pengeluaran pemerintah dalam jangka pendek, diantaranya
kebutuhan operasional.
(penjelasan)
2) Arus Kas dari Aktivitas Investasi (Investing activitiesActivities)
Arus kas dari aktivitas investasi menjelaskan aktivitas penerimaan dan pengeluaran
kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya
yang tidak termasuk dalam setara kas. Pada tahun anggaran 2015, arus kas masuk dari
aktivitas investasi sebesar Rp 19,57 T dan arus kas keluar sebesar Rp294,31 T.
Dengan demikian arus kas keluar bersih dari aktivitas investasi pada TA 2015 adalah
minus Rp274,73 T. Nilai minus dari aktvitas investasi ini lebih besar dibanding nilai
minus pada TA 2014 yang hanya minus Rp118,78 T.

15

Arus kas masuk investasi berasal dari tiga aktivitas pemerintah yaitu pengelolaan dan
penjualan BMN senilai Rp97,43 M (turun 28,60% dibanding TA 2014), penjualan aset
program restrukturisasi senilai Rp341,73 M (turun 36,72 % dibanding TA 2014) dan
penerimaan kembali investasi lainnya senilai Rp19,13 T.
Arus kas keluar investasi berasal dari empat aktivitas pemerintah yaitu belanja modal
senilai Rp215,52 T (naik 46,86 % dibanding TA 2014), pengeluaran dana bergulir
senilai Rp5,35 T(naik 53,04% dibanding TA 2014), penyertaan modal negara senilai
Rp71.93 T (naik 1.028,09% dibanding TA 2014), dan penyertaan modal negara
lainnya senilai Rp1,5 T.
Jika diperhatikan, dua dari tiga aktivitas arus kas masuk mengalami penurunan.
Sementara itu, keempat aktivitas arus kas keluar semuanya mengalami kenaikan.
Kenaikan yang sangat signifikan terjadi pada aktivitas penyertaan modal negara yang
mencapai 1.028,09%. Tidak hanya dari persentase kenaikannya yang signifikan
tetapi juga secara nilai, kenaikannya cukup material. Penyumbang terbesar
kenaikan ini sebesar 2.063% berasal dari penyertaan modal negara pada
BUMN. Tidak mengherankan jika arus kas dari aktivitas investasi bernilai
negatif.
Untuk meminimalisasi risiko investasi, pemerintah melakukan diversifikasi dalam
berinvestasi. Salah satunya tercermin dalam aktivitas penyertaan modal negara.
Pemerintah melakukan penyertaan modal negara tidak hanya pada BUMN,
tetapi juga pada badan internasional, pada sektor lainnya dan terakhir
melakukan investasi dalam rangka kewajiban penjaminan. Dengan demikian
dalam kaitannya dengan prinsip manajemen keuangan sektor publik,
pemerintah telah menerapkan prinsip portofolio concept yaitu tidak melakukan
investasi hanya pada satu instrumen.
Penurunan kas dari aktivitas investasi sebesar Rp274,74 triliun
(penjelasan)

3) Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan (Financing activitiesActivities)


Arus Kkas dari Aaktivitas Ppendanaan menjelaskan aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang berhubungan dengan pemberian/pelunasan piutang/utang
jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi
piutang/utang jangka panjang.

16

Dalam LKPP Kenaikan kas dari aktivitas pendanaan sebesar Rp382,42 triliunTA
2015, arus kas dari aktivitas pendanaan bersaldo positif sebesar Rp382,42 triliunT,
naik Rp124,.19 trilliunT dari saldo TA 2014 yaitu Rp258,.23 trilliunT, atau sebesar
48,09%.
Peningkatan aktivitas pendanaan pada tahun 2015 sejalan dengan peningkatan di
berbagai pos belanja infrastruktur antara lain pertumbuhan belanja modal
kementerian/lembaga sebesar 45%, pertumbuhan Dana Alokasi Khusus 71,9%,
Penyertaan Modal Negara 1.200%, dan alokasi dana desa.
Arus kas masuk dalam aktivitas pendanaan TA 2015 sebesar Rp612,31 trilliunT.:

Berdasarkan prinsip manajemen keuangan, maka arus kas dari aktivitas pendanaan
yang meningkat akan berhubungan dengan prinsip sebagai berikut:
a) Portfolio Concept
Dalam mendorong kinerja ekonomi melalui defisit anggaran, Ppemerintah menjaga
risiko utang jangka panjang 2015 tetap terkendali, sebagaimana berikut:

Melakukan diversifikasi sumber pembiayaan TA 2015 (total arus kas masuk


sebesar Rp612,31 trilliunT) sebagai berikut:
1) Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri sebesar Rp523,.35 trilliunT
a) Pembiayaan DN - Non Perbankan sebesar Rp973.,66 milyarM
b) Penerimaan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp409.,36 trilliunT
c) Penerimaan Surat Berharga Negara (SBN) - Valas sebesar Rp113.,02
trilliunT
2) Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri sebesar Rp83,.82 trilliunT
a) Penerimaan Pinjaman Program sebesar Rp55.,08 trilliunT
b) Penerimaan Pinjaman Proyek sebesar Rp28.,73 trilliunT
3) Penerimaan Cicilan Pengembalian Penerusan Pinjaman sebesar
Rp4,.85 trilliunT

Penyumbang pembiayaan terbesar adalah pembiayaan dalam negeri melalui


surat berharga negara, hal ini menunjukkan upaya Pemerintah untuk
memperluas dan memperdalam basis investor yang berasal dari dalam
negeriuntuk menghindari risiko nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

Meski aktivitas pendanaan naik sebesar 48,09% dari tahun 2014, Ppemerintah
memastikan rasio utang terhadap PDB di Indonesia tahun 2015 masih
terkendali yaitu sebesar 27,0% (dari batas aman dalam UU adalah 60%), rata17

rata jatuh tempo utang yang cukup panjang yaitu 9,7 tahun masih berada
dalam tingkatan yang sangat aman, serta porsi utang dengan fixed rate (bunga
tetap) sebesar 86,2% dari total utang, relatif aman terhadap tingkat bunga
global.

b)

Respond & to SolutionsSolve

Keputusan dan kebijakan dalam pendanaan merupakan respond yangPemerintah


terhadap arus kas operasi dan investasi yang bernilai negatif, serta untuk menjaga
batas defisit yang diatur dalam UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
sebesar 3% dari PDB. Defisit APBN merupakan respon terhadap kebijakan
perkembangan ekonomi secara global dan terhadap kebijakan reformasi struktural
untuk

mendorong

pertumbuhan

ekonomi,

yang

mewujudkan pembiayaan yang berkesinambungan.

18

diantaranya

adalahuntuk

4) (penjelasan)
5) Arus Kas dari Aktivitas Transitoris
Saldo arus kas bersih dari aktivitas transitoris adalah sebesar Kenaikan kas dari
aktivitas transitoris sebesar Rp72,72 triliunT, dan penurunan kas karena
penyesuaian pembukuan sebesar Rp8,61 triliun.
(penjelasan). Angka ini mengalami peningkatan yang sangat

signifikan

dibandingkan dengan saldo pada tahun 2014, yaitu sebesar Rp3,3 T. Hal ini
disebabkan karena jumlah transaksi non-anggaran pihak ketiga yang mulai ada
pada tahun 2015.

c) Analisis arus kas bebas (free cashflow)


Arus kas bebas adalah cara mengukur kinerja keuangan dengan menghitung selisih
arus kas bersih dari aktivitas operasi dan belanja modal. Arus kas bebas menunjukan
fleksibilitas keuangan suatu entitas, tersedianya arus kas bebas merepresentasikan
kemampuan untuk mengambil kesempatan dalam berinvestasi di luar rencana (Drake).
Kas
Operasi
Belanja
Modal
Arus

2015 (Rp)

2014 (Rp)

Naik / Turun(Rp)

(83.072.978.797.409)

(80.075.491.013.141)

(2.997.487.784.268)

215.519.285.896.214
Kas (298.592.264.693.623

146.753.013.335.371
(226.828.504.348.512

68.766.272.560.843

dari

Bebas
)
)
(71.763.760.345.111)
Menjanjikannya bisnis kelapa sawit, telah membuka peluang untuk meraih
keuntungan besar dan menjadi kunci perekonomian negara. Hal tersebut yang
mendorong pemerintah untuk mengenjot jumlah produksi dan ekspor negara
akan komoditas kelapa sawit. Pembudidayaan kelapa sawit telah ditingkatkan
secara signifikan tidak hanya oleh para pengusaha besar, para petani kecil di
Indonesia juga turut serta berpartisipasi mengembangkan bisnis sektor ini. Setiap
tahunnya jumlah produksi dan ekspor Negara terus meningkat ( lihat Tabel Produksi
dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit). Meningkatnya jumlah produksi kelapa sawit tentu
saja diimbangi dengan jumlah kuantitas wilayah perkebunan kelapa sawit yang dari
tahun ke tahun terus meningkat melalui pembukaan lahan-lahan baru (lihat Tabel Luas
Areal Kelapa Sawit Indonesia 2008 2015). Berdasarkan data Direktorat Jenderal
Perkebunan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, areal perkebunan
kelapa sawit terbesar berada di wilayah Sumatra sekitar 65-an persen, wilayah
19

Kalimantan sekitar 30-an persen dan sisanya tersebar di seluruh pulau yang
berada di Indonesia. Diprediksi pada tahun 2020, areal perkebunan kelapa sawit
akan mencapai seluas 13jt hektar.
Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit di Indonesia

Produksi

(Juta

Ton)
Ekspor

(Juta

Ton)
Ekspor

(Dollar

AS)

200

200

201

201

201

201

201

19,2

19,4

21,8

23,6

26,5

30,0

31,5

32,5

32,0*

15,1

17,1

17,1

17,6

18,2

22,4

21,7

26,4

27,0*

15,6

10,0

16,4

20,2

21,6

20,6

21,1

18,6

18,6*

2011

2016

Perkiraan

Sumber: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) & Kementerian


Pertanian Republik Indonesia

Luas Areal Kelapa Sawit Indonesia 2008 2015


2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

3,0jt

3,38jt

3,75jt 4,13jt 4,36jt 4,55jt

0,60jt 0,63jt 0,63jt

0,68jt 0,68jt 0,73jt 0,75jt

3,88jt 4,18jt 4,37jt

4,56jt 4,75jt 5,38jt 5,66jt

Perkebunan
Rakyat (PR) 2,88jt
(Ha)
Perkebunan
Negara
(PBN) (Ha)
Perkebunan
Swasta
(PBS) (Ha)

20

2015
4,74jt
*

0,77jt
*

5,93jt
*

Perkiraan

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian Republik


Indonesia
Melaju dengan pesatnya pertumbuhan industri kelapa sawit dikarenakan industri
tersebut memberikan

peluang

dalam

peningkatan

pendapatan

petani

dan

masyarakat, industri pengolahan yang menciptakan nilai tambah di dalam


negeri, ekspor kelapa sawit yang menghasilkan devisa dan menyediakan lapangan
pekerjaan. Akan tetapi, keberadaan industri kelapa sawit tidak selalu
berdampak positif, karena ada juga dampak negatif yang timbul karenanya,
antara lain:
a

Budidaya kelapa sawit dilakukan dengan sistem monokultur. Hal ini tersebut
memicu hilangnya keragaman hayati dan kerusakan alam seperti penurunan

kualitas lahan, erosi, serta merebaknya hama dan penyakit tanaman,


Kegiatan pembukaan lahan kelapa sawit pada umumnya dilakukan dengan
metode tebang habis untuk menghemat biaya dan waktu. Akibatnya adalah
keberadaan mahluk hidup yang mendiami lahan yang akan dibuka menjadi
terganggu dan tidak adanya penyimpan karbon dioksida karena pohon

berfungsi untuk menghirup karbon dioksida.


Timbulnya konflik horizontal antara penduduk setempat dengan industri
perkebunan kelapa sawit atau konflik antara pemilik perkebunan dengan

perangkat pemerintahan yang ada disekitar area kelapa sawit.


Tumbuhan Kelapa sawit membutuhkan air dalam jumlah yang sangat banyak dan
dapat mengganggu persediaan air disekitar perkebunan kelapa sawit.

Aktivitas pembukaan areal perkebunan yang dilakukan dengan cara membakar


hutan yang menimbulkan pencemaran udara melalui asap dan emisi. Bahkan asap
pencemaran ini bisa terbawa angin sampai kemana-mana yang dapat menganggu
sistem pernapasan dan jarak pandang.

3.2 Kaitan Eksternalitas pada Industri Kelapa Sawit dengan MDGs


Pengembangan industri kelapa sawit memberikan beberapa eksternalitas, baik
eksternalitas positif maupun negatif. Apabila eksternalitas pada industri kelapa sawit
dikaitkan dengan Millenium Development Goals (MDGs), dapat dianalisis sebagai
berikut:
a) MDGs 1: Menanggulangi Kelaparan Dan Kemiskinan

21

Dalam tujuan MDGs ini dimaksudkan untuk menurunkan angka kemiskinan pada
suatu negara. Tujuan MDGs ini kemudian dijabarkan lebih lanjut kedalam tiga
target serta sembilan indikator. Adapun ketiga target tersebut adalah:
i. Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan Tingkat
Pendapatan Kurang dari US$ 1 perhari
ii. Menyediakan seutuhnya Pekerjaan yang produktif dan layak, terutama untuk
perempuan dan kaum muda
iii. Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk yang Menderita
Kelaparan
Industri kelapa sawit di Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Oil World
Annual (2009-2015), Malaysia Palm Oil Board, menduduki peringkat pertama
negara produsen utama minyak sawit dunia dengan jumlah produksi pada tahun
2015 diperkirakan mencapai 31.284.000 Ton/tahun. Jumlah lahan kelapa sawit
tersebar di 24 provinsi di Indonesia antara lain seluruh provinsi di Pulau Sumatera
dan Kalimantan, Provinsi Jawa Barat, Banten, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Papua, dan Papua Barat.
Dari 24 provinsi tersebut, Provinsi Riau merupakan provinsi dengan kebun kelapa
sawit terluas yaitu sebesar 2,38 juta hektar atau 21,06% dari luas total area
perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Potensi pengembangan industri kelapa sawit yang besar di indonesia memberikan
dampak yang besar pada perekonomian, industri kelapa sawit merupakan industri
yang menyerap cukup banyak tenaga kerja baik dalam rangka pengelolaan
perkebunan kelapa sawit, pengolahan minyak kelapa sawit sampai dengan
distribusi dan penjualan minyak kelapa sawit dalam rangka ekspor. Selain itu
juga terdapat potensi lain dari pengembangan limbah dari industri kelapa sawit
antara lain berupa briket arang, biogas serta dapat digunakan sebagai pembangkit
tenaga listrik. Pengembangan industri kelapa sawit ini dapat memberikan devisa
yang besar bagi negara serta menyediakan lapangan pekerjaan kepada
masyarakat.
Sesuai dengan MDGs pertama yakni menanggulangi kelaparan dan kemiskinan
(eradicate hunger and poverty), pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia
telah sesuai dan mendorong tercapainya MDGs pertama. Industri kelapa sawit
dapat secara berkesinambungan memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian
masyarakat serta mendorong terus berkembangnya industri lainnya. Minyak
kelapa sawit merupakan salah satu bahan bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan minyak goreng, margarin, sabun, kosmetika, dan sebagai campuran
bahan bakar biodiesel.
22

Dalam kaitannya dengan MDGs pertama ini, industri kelapa sawit dapat berperan
dalam pencapaian ketiga target MDGs pertama ini. Pengembangan perkebunan
serta industri kelapa sawit di suatu daerah dapat mendorong perkembangan
perekonomian daerah tersebut. Sesuai dengan data BPS pada tahun 2015, luas
kebun kelapa sawit di Indonesia adalah sebesar 11,3 juta hektar. Jumlah tersebut
meningkat sebesar 5,07 persen jika dibandingkan luas kebun kelapa sawit pada
tahun 2014 yaitu sebesar 10,75 juta hektar, pembukaan lahan perkebunan kelapa
sawit baru di Indonesia dapat digunakan mempercepat pengembangan ekonomi di
kawasan tersebut. Serta menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar
lahan perkebunan.
b) MDGs 7 : Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup
Tidak terkontrolnya perilaku-perilaku para pengusaha dalam mengembangkan
bisnis kelapa sawit telah memicu banyaknya eksternalitas-eksternalitas negatif
yang timbul. Eksternalitas-eksternalitas negatif yang terjadi tentu saja
bertentangan dengan Millennium Development Goals (MDGs) Indonesia pada
Tujuan 7 yaitu Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup. Aktivitas perkebunan
kelapa sawit seringkali menimbulkan dampak buruk bagi kelestarian
lingkungan di sekitarnya. Salah satu ancaman terbesar ialah eksistensi
hutan di Indonesia yang berpotensi mengalami kerusakan. Pembukaan
lahan kelapa sawit seringkali dilakukan di atas lahan yang seharusnya
dijadikan kawasan hutan lindung. Penebangan pohon dilakukan untuk
mengalihfungsikan hutan menjadi areal perkebunan kelapa sawit, hal ini
tentu saja telah merusak keanekaragaman hayati, menganggu keberadaan
mahluk hidup yang mendiami lahan yang akan dibuka dan tidak adanya
penyimpan karbon dioksida karena pohon-pohon yang berfungsi untuk
menghirup karbon dioksida telah hilang. Selain itu, pembukaan lahan areal
perkebunan dengan cara membakar hutan juga telah menyumbangkan
polusi dan emisi karbon ke udara bebas serta menimbulkan asap yang dapat
mengganggu kesehatan masyarakat

karena mengakibatkan berbagai

penyakit seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), penyakit mata dan
kulit.
c) MDGs 8: Mengembangkan Kemitraan Global Untuk Pembangunan.
Tujuan 8 Pembangunan Milenium adalah mengembangkan kemitraan global
untuk pembangunan. Dalam tujuan megembangkan kemitraan global ini
tertuang target-target lebih detil yang dapat membantu mengukur
keberhasilan pencapaian tujuan tersebut, antara lain:
23

1) Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan


yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi.
2) Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang berkembang,
dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan
kecil. Ini termasuk pembebasan-tarif dan -kuota untuk ekspor mereka;
meningkatkan pembebasan hutang untuk negara miskin yang berhutang
besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan
pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen untuk mengurangi
kemiskinan.
3) Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang
negara-negara berkembang.
4) Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan
masalah hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk
membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang.
5) Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum muda.
6) Dalam kerja sama dengan pihak "pharmaceutical", menyediakan akses
obat penting yang terjangkau dalam negara berkembang
7) Dalam kerja sama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan
keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan
komunikasi.

Target 8D Menangani Utang Negara Berkembang Melalui Upaya Nasional


maupun Internasional untuk dapat Mengelola Utang dalam Jangka Panjang

Membaiknya kemampuan pengelolaan utang luar negeri Pemerintah dapat dilihat


dari penurunan rasio pembayaran kewajiban utang luar negeri Pemerintah
terhadap Penerimaan Hasil Ekspor (debt service ratio/ DSR).
Sebagai negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia, hasil ekspor CPO serta
produk turunannya selama ini telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi
pendapatan negara Indonesia, terutama melalui bea keluar. Rendahnya harga
24

CPO di pasar internasional menjadi salah satu penyebab turunnya nilai ekspor
Indonesia pada tahun 2015. Pajak ekspor atau bea keluar minyak sawit mentah
(CPO) berada di antara 0%-22,5% tergantung pada harga minyak sawit
internasional. Indonesia memiliki mekanisme otomatis sehingga ketika harga
CPO acuan Pemerintah (berdasarkan harga CPO lokal dan internasional) jatuh di
bawah 750 dollar Amerika Serikat (AS) per metrik ton, pajak ekspor dipotong
menjadi 0%. Harga CPO di pasar internasional pada tahun 2015 masih di bawah
750 dollar AS per metrik ton, maka tarif yang dikenakan adalah 0%,
menyebabkan turunnya realisasi pendapatan negara dari bea keluar.
Kondisi ini menyebabkan beban pembayaran utang luar negeri berpotensi
meningkat, sebaliknya kapasitas membayar utang luar negeri berpotensi
menurun.

Pemerintah memutuskan untuk memperkenalkan pungutan ekspor minyak sawit


di pertengahan 2015 sebesar 50 dollar Amerika Serikat (AS) per metrik ton
diterapkan untuk ekspor minyak sawit mentah dan pungutan senilai 30 dollar AS
per metrik ton ditetapkan untuk ekspor produk-produk minyak sawit olahan.
Pungutan-pungutan ekspor minyak sawit ini hanya perlu dibayar oleh para
eksportir ketika harga CPO acuan Pemerintah jatuh di bawah batasan 750 dollar
AS per metrik ton (secara efektif memotong pajak ekspor minyak sawit menjadi
0%). Pendapatan dari pungutan baru ini akan digunakan untuk mendanai
program subsidi biodiesel Pemerintah.
Keterlibatan Indonesia dalam berbagai bentuk kerjasama pembangunan
internasional, melalui penjalinan hubungan dan diplomasi luar negeri baik dalam
konteks bilateral, regional, maupun multilateral sangat erat terkait dengan
pencapaian tujuan pembangunan millennium, khususnya pada sejumlah agenda
25

pembangunan yang menjadi perhatian global, kawasan, dan Indonesia secara


spesifik.
Indonesia merupakan salah satu participating member Global Green Growth
Institute (GGGI) merupakan organisasi internasional yang fokus terhadap
kebutuhan negara berkembang dalam meningkatkan pembangunan ekonomi
yang selaras dengan keberlangsungan lingkungan hidup, dengan melakukan
promosi

pengembangan

pertumbuhan

ekonomi,

konsep

green

growth

menanggulangi

untuk

memperkuat

kemiskinan,

menciptakan

kesempatan kerja dan menjaga kelestarian lingkungan. Keanggotaan


Indonesia pada GGGI, sejalan dengan visi Pemerintah Indonesia yang
memandang penting green growth sebagai strategi pengembangan ekonomi
yang

bertumpu

pada

pemanfaatan

sumber

daya

alam

secara

berkesinambungan.
Permasalahan kebakaran hutan dan lahan terjadi setiap tahun terutama pada
musim kemarau karena oknum yang membuka lahan sawit baru dengan cara
membakar hutan. Struktur tanah di pulau Sumatra dan Kalimantan adalah tanah
gambut, dan asap dari kebakaran lahan gambut memproduksi tiga sampai enam
kali lebih banyak partikel dibanding kebakaran dari jenis tanah lain. Api, dan
asap yang dihasilkannya, telah menyebabkan kerugian ekonomi, sosial, dan
lingkungan bagi Indonesia dan negara-negara tetangga terutama Singapura dan
Malaysia.
Adanya reaksi-reaksi dari penduduk maupun pemerintah Singapura dan Malaysia
mengesankan hubungan bilateral yang kurang harmonis. Sentimen negatif dari
penduduk Singapura dan Malaysia juga memicu reaksi balik dari warga
Indonesia. Hubungan kemitraan dengan negara-negara tersebut juga terkena
dampak dari masalah kabut asap.

26

Berdasarkan data di atas dapat kita ketahui bahwa Pemerintah Pusat tidak memiliki
arus kas bebas sebagai indikator fleksibilitas keuangan Pemerintah Pusat dalam
melakukan investasi berupa Belanja Modal. Di sisi lain, pada tahun 2015 terjadi
penurunan arus kas dari aktivitas operasi sebesar

Rp2,99 T atau sekitar 4%

dibandingkan Tahun 2014. Sedangkan jika dilihat dari sisi Belanja Modal justeru
terjadi kenaikan yang signifikan hingga mencapai Rp68,77T atau sekitar 47% dari
Tahun 2014. Hal tersebut patut menjadi perhatian bagi Pemerintah Pusat agar tetap
memperhatikan kebijakan peningkatan Belanja Modal yang lebih hati-hati mengingat
arus kas bebas dari aktivitas operasi masih menunjukan angka minus. Kebijakan
Belanja Modal yang ekspansif selain mempertimbangkan manfaat yang akan
diperoleh secara luas di masa mendatang dengan menggunakan pembiayaan perlu
memperhatikan risiko-risiko yang mungkin timbul, khususnya dalam hal fleksibilitas
keuangan yang semakin kecil ketika arus kas dari aktivitas operasi belum menunjukan
hal yang positif. Penggunaan skema kerja sama antara pemerintah dengan Swasta
(Public Private Partnership) juga dapat menjadi alternatif apabila Pemerintah
Pusat ingin meningkatkan laju pertumbuhan infrastruktur dalam rangka mendorong
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan melalui peningkatan akses yang lebih
luas.

IV.

27

V. KesSimpulan dan Saran

Atas paparan yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai
berikut:.
a) Keberadaan industri kelapa sawit memiliki dampak yang positif terhadap
perekonomian namun juga menimbulkan eksternalitas, diantaranya menurunnya
keragaman hayati, kerusakan alam, konflik horizontal antara penduduk setempat
dengan industri perkebunan kelapa sawit, serta areal perkebunan pencemaran
udara melalui asap dan emisi yang disebabkan cara yang salah dalam membuka
lahan baru.
b) Pemerintah memperhatikan salah satu prinsip manajemen keuangan dalam
mengelola keuangan negara, yaitu cash is the king. Hal ini dapat dilihat dari
pencatatan penerimaan dan pengeluaran dalam anggaran dengan menggunakan
cash basis.Pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia telah sesuai dan
mendorong tercapainya MDGs pertama, yaitu menanggulangi kelaparan dan
kemiskinan (eradicate hunger and poverty). Industri kelapa sawit dapat secara
berkesinambungan memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian masyarakat
serta mendorong terus berkembangnya industri lainnya yang berperan dalam
pengurangan kelaparan dan kemiskinan.
c)
d) Pembukaan lahan areal perkebunan dengan cara membakar hutan menyebabkan
kerusakan lingkungan dan menyumbangkan polusi serta emisi karbon ke udara
bebas dan dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Hal ini bertentangan dengan
MDGs yang ketujuh yakni menjamin kelestarian lingkungan hidup.
e) Keterlibatan

Indonesia

dalam

Global

Green

Growth

Institute

(GGGI)

menunjukkan komitmen Indonesia mengembangkan kemitraan global untuk


pembangunan sesuai dengan MDGs yang kedelapan.
a) Perlu menjadi perhatian bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan
peningkatan belanja modal dengan memperhatikan bahwa arus kas bersih pada
aktivitas operasi masih bernilai minus.
b) Pemerintah

telah

melakukan

diversifikasi

dalam

berinvestasi

untuk

meminimalisasi risiko investasi dalam portofolionya. Salah satunya tercermin

28

dalam aktivitas penyertaan modal negara, yang dilakukan tidak hanya pada
BUMN, tetapi juga pada organisasi internasional.
c) Dalam mendorong kinerja ekonomi melalui defisit anggaran, pemerintah menjaga
batasan pembiayaan tahun 2015 tetap terkendali. Keputusan dan kebijakan dalam
pendanaan merupakan respon Pemerintah terhadap arus kas operasi dan
investasi yang bernilai negatif
Selain itu, saran yang dapat dipertimbangkan berdasarkan pembahasan dalam
paper ini adalah sebagai berikut.
a) Pemerintah sebaiknya menjaga disiplin anggaran diantaranya dengan menjaga
arus kas bersih pada aktivitas operasi bernilai positif. Sehingga fleksibilitas
keuangan dapat dicapaiberupaya untuk meminimalisasi eksternalitas yang
disebabkan oleh industri kelapa sawit. Terutama yang terkait dengan isu
kelestarian lingkungan hidup dan kondisi sosial masyarakat yang terdampak dari
industri kelapa sawit.
b)
c) Pemerintah perlu mendiversifikasikan investasinya ke pos-pos investasi yang
lebih beragam. Besaran dan rincian yang dialokasikan pemerintah untuk kegiatan
investasi juga baiknya dilakukan secara cermat untuk kegiatan yang produktif dan
berpotensi menghasilkan imbal balik yang sebanding dengan tingkat risiko. Selain
itu, monitoring secara berkala juga perlu dilakukan atas investasi yang telah
dilakukan sebelumnya.diharapkan senantiasa aktif menjaga kemitraan dengan
berbagai pihak untuk mendukung pencapaian Millenium Development Goals
(MDGs) dengan mengutamakan kesejahteraan rakyatnya.

RReferensi

a) PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


b) Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2015 Audited.
c) Drake, Pamela Peterson. What is Free Cash Flow and How Do I Calculate
It?.Florida Atlantic University. (Diakses pada 20 September 2016)

29

d) Siaran Pers Biro KLI: Rasional Penambahan Utang Pemerintah Tahun 2015
tanggal 8 Januari 2016.
e) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43489/1/syamsul%20bahri.pdf)
f) Situs BPS (https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1026)
g) Situs GAPKI (http://gapki.id/refleksi-industri-kelapa-sawit-2015-dan-prospek2016/)
h) Kajian kelapa sawit oleh BPS
(https://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Kelapa-Sawit-Indonesia2015--.pdf)
i) http://www.tamamikece.tk/2015/03/eksternalitas.html diakses 26 September 2016
j)
k)
l)
m)

pukul 22.00
http://sekretariatmdgs.or.id/?page_id=889 diakses 26 September 2016 pukul 23.00
Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Di Indonesia Tahun 2014
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2015
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151008_indonesia_peme

rintah_terpojok
n) http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/09/150914_trensosial_terimakasih_i
o)
p)
q)
r)

ndonesia
http://www.dw.com/id/dikritik-singapura-indonesia-balas-menggertak/a-18745719
http://themiddleground.sg/2015/09/28/kalla-jusuf/
http://gapki.id/refleksi-industri-kelapa-sawit-2015-dan-prospek-2016/
http://ksp.go.id/pemerintah-terus-bekerja-keras-atasi-kebakaran-hutan/

30

Anda mungkin juga menyukai