Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada sekitar akhir abad ke-18 dua orang ilmuwan fisiologi bernama Prevost
dan Batelli mengadakan suatu percobaan dengan memberikan suatu terapi syok
listrik pada seekor anjing. Dalam melakukan terapi syok, mereka menemukan
bahwa beberapa syok listrik dengan energi yang lemah dapat menyebabkan suatu
fibrilasi ventrikel pada jantung seekor anjing, yang kemudian dapat dikembalikan
lagi ke dalam keadaan yang normal dengan menggunakan terapi syok listrik
berenergi lebih besar.
Hal ini pertama kali diaplikasikan pada manusia oleh seorang ahli bedah
toraks bernama Claude Black kepada seorang anak berusia 14 tahun yang sedang
menjalani operasi jantung karena mengidap suatu kelainan jantung kongenital.
Elektrode dipasang sejajar pada jantung. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan tangkai (paddle) kapasitor dan memberikan sejumlah energi listrik
dalam jumlah besar selama beberapa milidetik. Pada tahun 1980 ditemukan suatu
bifasik defibrilasi yang memerlukan energi listrik jauh lebih rendah dan
memberikan keuntungan yang sama seperti halnya monofasik defibrilasi. jadi
makalah ini akan membahas tentang defibrilasi dan kardioversi.
B. TUJUAN
1. Apa pengertian kardioversi ?
2. Apa mekanisme kerja dari kardioversi ?
3. Apa Indikasi Kardioversi ?
4. Apa persiapan Kardioversi ?
5. Apa prosedur Kardioversi Listrik ?
6. Apa hasil dari pemasangan ?
7. Apa komplikasi dari pemasangan kardioversi ?

BAB II
PEMBAHASAN
1

A. KARDIOVERSI
Kardioversi ialah suatu tindakan elektif atau emergensi untuk mengobati
takiaritmia dimana diberikan aliran listrik, biasanya dengan energi yang rendah
dan disinkronkan dengan gelombang R, dimana aliran listrik diberikan pada
puncak gelombang R. Kardioversi secara elektrik dilakukan dengan DC (direct
current) counter shock yang synchronized. Direct current (DC) counter shock
ialah impuls listrik energi tinggi yang diberikan melalui dada (ke jantung) untuk
waktu singkat. Direct current (DC) counter shock dilakukan dengan alat
defibrillator.
Defibrilasi adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan aliran
listrik yang kuat dengan metode asinkron ke jantung pasien melalui elektroda
yang ditempatkan pada permukaan dada pasien. Tujuannya adalah untuk
koordinasi aktivitas listrik jantung dan mekanisme pemompaan, ditunjukkan
dengan membaiknya cardiac output, perfusi jaringan dan oksigenasi.
American Heart Association (AHA) merekomendasikan agar defibrilasi
diberikan secepat mungkin saat pasien mengalami gambaran VT non-pulse atau
VF, yaitu 3 menit atau kurang untuk setting rumah sakit dan dalam waktu 5 menit
atau kurang dalam setting luar rumah sakit. Defibrilasi dapat dilakukan diluar
rumah sakit karena sekarang ini sudah ada defibrillator yang bisa dioperasikan
oleh orang awam yang disebut automatic external defibrillation (AED).
AED adalah defibrillator yang menggunakan system computer yang dapat
menganalisa irama jantung, mengisi tingkat energi yang sesuai dan mampu
memberikan petunjuk bagi penolong dengan memberikan petunjuk secara visual
untuk peletakan elektroda.

B. MEKANISME KERJA KARDIOVERSI


Pada kardioversi diberikan aliran listrik ke miokardium pada puncak
gelombang R. Hal ini menyebabkan terjadinya depolarisasi seluruh miokardium,
2

dan masa refrakter memanjang, sehingga dapat menghambat dan menghentikan


terjadinya re-entry, dan memungkinkan nodus sinus mengambil alih irama jantung
menjadi irama sinus. Pada fibrilasi ventrikel shock listrik menyebabkan
hiperpolarisasi membran sel sehingga fibrilasi dapat dihentikan dan kembali ke
irama sinus.
Kardioversi elektrik paling efektif dalam menghentikan takikardia karena
re-entry, seperti fluter atrial, fibrilasi atrial, takikardia nodal A V, reciprocating
tachycardia karena sindrom Wolff Parkinson White (WPW), takikardia ventrikel.
Takiaritmia dapat juga karena pembentukan impuls (automaticity) yang
bertambah seperti pada parasistol atau takikardia ideoventrikular. Gangguan irama
seperti itu tidak perlu dilakukan kardioversi listrik karena akan kembali lagi dalam
waktu singkat.

C. INDIKASI KARDIOVERSI
Adapun indikasi dilakukannya kardioversi antara lain sebagai berikut :
1. Fibrilasi ventrikel.
2. Takikardia ventrikel, bila pengobatan medikamentosa yang adekuat tidak
berhasil menghentikan takikardia tersebut atau pasien dengan keadaan
hemodinamik yang buruk.
3. Takikardia supraventrikuler yang tidak bisa dihentikan dengan pemberian
obat-obatan atau keadaan hemodinamik yang buruk.
4. Fibrilasi atrial yang tidak bisa dikonversi menjadi irama sinus dengan obatobatan.
5. Fluter atrial yang tidak bisa dikonversi menjadi irama sinus dengan obatobatan.
D. PERSIAPAN KARDIOVERSI
1. Antikoagulan
Pada fibrilasi atrial kronik perlu diberikan antikoagulan seperti
koumadin selama dua minggu sebelum tindakan, untuk menghindari

terjadinya emboli sistemik. Bentuk takikardia yang lain tidak membutuhkan


antikoagulan. Pada fibrilasi ventrikel, DC kardioversi harus segera dilakukan,
disertai dengan pemberian pernapasan buatan dan massage kardiak, jadi
merupakan bagian dari resusitasi jantung paru.
2. Anestesia
Perlu diberikan obat anestesia karena prosedur DC defibrilasi
menimbulkan rasa sakit yang cukup berat. Obat anestesi diberikan secara
intravena, biasanya golongan barbiturat kerja pendek atau fentanil.
3. Jumlah energi untuk kardioversi
Jumlah energi yang dibutuhkan biasanya dimulai rendah, lalu dapa
dinaikkan tergantung macamnya takikardia. Pada fluter atrial biasanya cukup
25-50 Joule. Takikardia supraventrikular membutuhkan energi sebesar 50-100
Joule, sedangkan fibrilasi atrial dan takikardia ventrikular membutuhkan 100200 Joule. Pada henti jantung (cardiac arrest) dengan fibrilasi ventrikel energi
yang dibutuhkan 200-400 Joule.
E. PROSEDUR KARDIOVERSI LISTRIK
Sebelum dilakukan tindakan kerdioversi secara elektif, dilakukan
pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan pemeriksaan EKG lengkap. Pasien
sebaiknya dalam keadaan puasa selama 6-12 jam dan tidak ada tanda-tanda
intoksikasi obat seperti digitalis. Pasien juga dipantau tekanan darah, irama
jantung dan saturasi oksigen dengan pulse oxymeter. Setelah diberikan obat
sedatif secara intravena
Paddle pertama diberi jelly secukupnya dan diletakkan di dada bagian depan
sedikit sebelah kanan sternum di sela iga III, paddle kedua setelah diberi jelly
diletakkan di sebelah kiri apeks kordis; alat defibrilator dinyalakan dan dipilih

tingkat energi yang ditentukan, alat untuk sinkronisasi gelombang R juga


dinyalakan lalu kedua paddle diberi tekanan yang cukup dan alat dinyalakan
dengan energi yang dibutuhkan, misalnya untuk fluter dimulai dengan 50 Joule
sedangkan untuk fibrilasi atrial dimulai 100 Joule dan untuk fibrilasi ventrikel
diberikan energi 200 Joule. Bila belum berhasil dinaikkan menjadi 300 Joule
sampai 400 Joule. Pasien yang menderita cardiac arrest paling sedikit harus
dicoba 3 kali, sebagai awal tindakan resusitasi. Pemberian shock listrik yang
disinkronkan pada komplek QRS atau pada puncak gelombang R, biasanya
dipakai pada semua kardioversi secara elektif kecuali pada fibrilasi ventrikel atau
fluter atau takikardia ventrikel yang sangat cepat dan keadaan hemodinamik
pasien kurang baik. Pada waktu dilakukan shock biasanya terjadi spasme otot
dada dan juga otot lengan
F. HASIL
Kardioversi dapat mengembalikan irama sinus sampai 95%, tergantung
tipe takiaritmia. Tetapi kadang-kadang gangguan irama timbul lagi kurang dari 12
bulan. Oleh karena itu mempertahankan irama sinus perlu diperhatikan dengan
memperbaiki kelainan jantung yang ada dan memberikan obat anti aritmia yang
sesuai. Bila irama sinus sudah kembali maka atrium kiri dapat mengecil dan
kapasitas fungsional akan menjadi lebih baik

G. KOMPLIKASI
Aritmia dapat timbul sesudah kardioversi secara listrik karena sinkronisasi
terhadap gelombang R tidak cukup sehingga shock listrik terjadi pada segmen ST

atau gelombang T dan dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel (dalam hal ini dapat
dilakukan DC countershock sekali lagi). Juga dapat timbul bradiaritmia atau
asistol sehingga perlu disiapkan obat atropin dan pacu jantung sementara.
Peristiwa tromboemboli dilaporkan terjadi 1-3% pada pasien fibrilasi atrial kronik
yang dikonversi menjadi irama sinus, oleh karena itu pada pasien dengan fibrilasi
atrial yang sudah lebih dari 2-3 hari sebaiknya diberi antikoagulan selama 2
minggu sebelum dilakukan tindakan kardioversi. Hal ini terutama untuk pasien
dengan stenosis mitral dengan atrium kiri yang membesar dan terjadi fibrilasi
atrial yang baru

H. SISTEM KONDUKSI DAN KELISTRIKAN JANTUNG


Sistem kelistrikan bersumber dan dimulai dari nodus sinoatrial (NSA)
yang terletak diantara pertemuan di antara vena cava superior dan atrium kanan.
Sinyal listrik kemudian disebarkan ke seluruh atrium melalui nodus interatrial
(anterior, media dan posterior) dan ke atrium kiri melalui bundle dari Bachman.
Diantara atrium dan ventrikel pada sulcus atrioventrikuler terdapat suatu struktur
jaringan ikat (cardiac skeleton) yang berfungsi sebagai tempat melekatnya katup
jantung. Secara elektris komponen ini bersifat sebagai penyekat (insulator)
sehingga sinyal listrik tadi tidak dapat lewat ke ventrikel kecuali melalui nodus
atrioventrikular (NAV). NAV terletak di atrium kanan pada bagian bawah septum
interatrial. Saat memasuki NAV impuls mengalami perlambatan yang tergambar
sebagai interval PR pada EKG permukaan. Selanjutnya impuls masuk ke bundle
his yang merupakan bagian pangkal (proksimal) dari sistem his-purkinje yang

bersifat menghantarkan listrik dengan sangat cepat kemudian sinyal listrik ini
diteruskan ke berkas cabang kanan dan kiri dan berakhir pada serabut Purkinje
dan miokard untuk membuat otot jantung berkontraksi.
NSA merupakan pembangkit listrik alamiah yang dominan (automatisasi
dengan laju yang paling cepat) sehingga mengendalikan seluruh pacuan. Bagian
lain dari jantung terutama jaringan konduksi, pada dasarnya juga mampu
membangkitkan impuls listrik. Bila NSA tidak dapat membangkitkan impuls
karena satu dan lain hal maka diambil alih oleh bagian lain seperti atrium, NAV
atau bundle his. Demikian pula bila terjadi blok atrioventrikel (keadaan bila
impuls dari NSA tidak dapat diteruskan ke ventrikel) maka NAV atau bundle his
akan menjadi pembangkit listrik cadangan tentu dengan laju yang lebih lambat
dari NSA.

I. KONTRAINDIKASI
1. Intoksikasi digitalis. Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaupun dilakukan
kardioversi

sinkron,

Stimulasi

cepat

atrium

dengan

pemacu

temporer(TPM) dapat merubah atritmia supraventrikular.


2. Penyakit sistem konduksi. Blok atrioventrikular dipasang profilaktik
Temporer Pace Maker (TPM).
3. Pasien dengan tidak mampu bertahan pada irama sinus.
4. Fibrilasi atrial yang telah lama atu bertahun.
5. Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis kuinidin
profilaktik.
6. Post operasi baru katup jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM
dapat menghentikan takiaritmia.
J. EVALUASI PASIEN
Evaluasi tentang hipertiroidisme, intake, digitalis, hipoksemia, stress
psikologik, anemia, hipokalemia, hiperkalemia, hipokalsemia, hipomagnesemia,
7

atau

gangguan

metabolic

autonom

lain

yang

menyebabkan

aritmia.

Persiapan Pasien:
1. Jelaskan prosedur secara penuh kepada pasien, termasuk komplikasi
potensialnya dan dapatkan izin tertulis.
2. Berikan antikoagulan profilaktik, dianjurkan pada pasien atrial fibrilasi
dengan riwayat embolisme, stenosis mitral, gagal jantung kongestif, atau
pembesaran atrium kiri.
3. Hentikan digitalis, 24 jam sebelum kardioversi dan 48-72 jam pada pasien
tua. Digoxin bekerja selama 2-5 hari.
4. Berikan kuinidin(300 mg tiap 6 jam) selama 2 hari sebelum kardioversi,
menurunkan 40% pemulihan ke irama sinus, tetapi kadang pencetus VT
atau VF.
5. Puasakan pasien 6 jam sebelum tindakan kardioversi.
6. Rawat pasien dengan monitor EKG, untuk evaluasi irama dan evaluasi
EKG 12 lead.
7. Letakkan lempeng resusitasi jantung di bawah dada pasien.
K. PERSIAPAN ALAT
1) Kardioverter arus searah (DC) dengan monitor osiloskop, modus
sinkronisasi tombol seleksi tingkat energi, pedal elektroda dan jelly
elektroda.
2) Obat sedasi:

amnesia

atau

anastesi

selama

kardioversi

dengan

diazepam(valium), pentothal atau brevithal.


3) Resusitasi: Lempeng dipunggung, section, oksigen, intubasi set(ETT,
lavingoskope, guidel, jelly, spatel) ambubag dan obat atropine serta
antiaritmia.
L. PENATALAKSANAAN KARDIOVERSI.
1) Letakkan pasien terlentang di atas lempeng resusitasi jantung.
2) Pasang elektroda monitor EKG pada dada pasien.
3) Nyalakan tombol kardioversi dan sinkronisasi.
4) Singkirkan oksigen atau peralatan atau bahan yang mudah terbakar.

5) Berikan obat sedative perlahan, pantau frekuensi jantung, respirasi dan


tekanan darah.
6) Berikan jelly pada pedal elektroda kardioversi, bantalan kasa larutan
garam tidak dipakai karena menyebabkan lengkungan arus.
7) Tipe kardioverter anteroapikal, elektroda pertama diletakkan di bawah
klavikula kanan tepat lateral sternum dan elektroda kedua diletakkan di
bawah putting susu anterior aksilaris.
8) Pilih tingkatan energi 100 joule.
9) Pastikan tidak ada kontak operator, orang lain dan pasien terhadap bahan
konduktor(logam, air, ventrikulator).
10) Berikan renjatan listrik bila sedasi pasien memadai dengan tekanan
mantap 11,25 kg pada pedal elktroda.
11) Periksa nadi pasien, EKG, dan jalan napas segera setelah renjatan listrik
kardioversi. Reaksi kardiovaskuler setelah renjatan listrik tampak vagal
dengan bradikardia disusul takikardia 30 detik reaksi simpatis.
Aritmia ventrikel atau kelainan gelombang ST dapat menunjukkan
kerusakan miokard akibat renjatan atau interaksi obat denga renjatan
listrik.
12) Bila renjatan gagal, tingkatkan dosis energi secara bertahap 100, 200,
300, 360 joules sampai aritmia dikonversi atau sampai 360mjoules
gagal, Biarkan 2 menit di antara renjatan listrik untuk supraventrikular
takikardia, karena lambat berkonversi.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kardioversi elektrik paling efektif dalam menghentikan takikardia

Pada

kardioversi diberikan aliran listrik ke miokardium pada puncak gelombang R.


Gangguan irama seperti itu tidak perlu dilakukan kardioversi listrik karena akan
kembali lagi dalam waktu singkat. Kardioversi dapat mengembalikan irama sinus
sampai 95%, tergantung tipe takiaritmia. Tetapi kadang-kadang gangguan irama
timbul lagi kurang dari 12 bulan.

B. SARAN
Semoga makalah yang dibuat bisa menjadi acuan bagi perawat, dalam
memahami konsep kardioversi. semoga apa yang didapat bisa diterapkan dalam
melakukan asuhan keperawatan dan bisa diberikan pendidikan kesehatan kepada
pasien yang melakukan kardioversi.

DAFTAR PUSTAKA

Rapid, Recal. Arrhytmia Management & Cardiac Arrest. Florida : ECG Press,
2001.

10

Gurvinder, Rull. Patient UK. Diakses pada tanggal 2 oktober 2015 . Available
from:URL:http:///www.patient.co.uk.
Resuscitation Guidelines 2005. London : Resuscitation Council (UK), 2005.
Theory And Practice of Defibrillation: Defibrillation for Ventricular Defibrillation.
Adgey. s.l. : Heart, 2005, Vol. 91.
Sudoyo, Aru, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan FKUI, 2006.

11

Anda mungkin juga menyukai