Anda di halaman 1dari 13

CONVAP

Tujuan
1. Menentukan koefisien perpindahan
panas dari uap yang melewati
condenser.
2. Mengetahui laju alir
pendingin dari kondensat.

dengan

3. Mengetahui
perbedaan
antara
penguapan secara vertical dan
horizontal.
Manfaat
1. mengetahui perubahan fase yang
terjadi, dari uap menjadi liquid.
2. mengetahui prinsip kerja kondensor.
3. mengetahui
factor-faktor
yang
mempengaruhi proses pengembunan.
Tabung Horizontal
h=0,725(

K 3 ffg 1/ 4
)
T 0 D 0 f

Tabung Vertikal
3

h=0,943(

1/4

K f fg
)
T 0 Lf

2. Panaskan tangki pembangkit uap


yang telah berisi air bagian
hingga tekananPsi. Tunggu hingga
terbentuk uap yang cukup
3. Kemudian atur tekananPsi dengan
bukaan kran.
4. Selanjutnya alirkan uap dengan cara
membuka
kran
aliran
uap.
Bersamaan dengan itu, alirkan juga
air pendingin dengan cara membuka
pula kran aliran air pendingin ke pipa
pengembunan
5. Catat suhu uap masuk dan suhu uap
keluar. Catat pula suhu air pendingin
masuk dan suhu air pendingin keluar
6. Catat volume air pendingin dan
kondensat yang terbentuk tiap 5
detik dan amati jenis (embun) yang
terbentuk pada kondensor
7. Ulangi percobaan diatas dengan
variasi bukaan kran yaitu serta
variasi tekanan uap pada tangki
pemanas yaitu
Diagram Alir

Isi tangki penampung air


pendingin sampai
overflow

Prosedur :
1. Isi tangki penampung air pendingin
sampai overflow

2 3/4

Tunggu hingga terbentuk


uap yang cukup

: Thermometer, Stopwatch, Alat

Convap, Gelas Ukur

telah berisi air


bagian

Bahan : Air, Uap Air


Alat

Panaskan tangki
pembangkit uap yang

Alirkan juga pendingin


dengan cara membuka
pula kran aliran air
pendingin

Atur tekanan < 20


psi dengan bukaan
kran 1
Alirkan uap dengan
membuka kran
aliran uap

2. Memperoleh data kesetimbangan


larutan biner
3. Membuat
grafik
Putara Tekanan
Q Air
Q
Koefisien
n kran Tekanan
(Psi)
Pendingi
Kondensat
Tair
tair
VolumePerpindahan
(ml)
Waktu Debit (Cm3/s)
n
(ml/s)
(ml/s)
Panas
T
t
Ai
Bukaan
(Psi)
T2
t2
Condensat
(s)
Air Condensat
Pengembunan
1
1
r
2
(Btu/ft hrF)
konsentrasi fase uap (y) vs
Tabel Pengamatan
konsentrasi fase liquid (x)
Pipa pengembunan
vertikal

Hasil Perhitungan

Hipotesa
Pada

praktikum

condensing

vapor

diperkirakan nilai dari koefisien perpindahan


panas dipengaruhi oleh kecepatan air dan
tekanan sehingga tekanan yang tinggi atau
rdiperoleh nilai koefisien perpindahan panas
yang tinggi. Sedangkan pengaruh kecepatan
alir diduga semakin tinggi kecepatan alirnya
maka

semakin

kecil

nilai

koefisien

perpindahan panas yang didapat.

1. memahami
cara
kerja
alat
equilibrium still
2. memahami tentang destilasi larutan
biner
3. mengetahui cara pembuatan grafik
konsentrasi dari data kesetimbangan

Grafik
Tekanan (P) vs

Manfaat Percobaan

Hipotesa
Koefisien Perpindahan

Dengan berbagai variasi konsentrasi asam

Panas (h)

asetat,

EQUILIBRIUM STILL

volatilitas air terhadap asam asetat. Semakin

Tujuan Percobaan
1. Menentukan harga relative volatility

besar

dapat

ditentukan

nilai

relative

konsentrasi asam asetat, maka

semakin besar destilat yang dihasilkan maka


semakin besar pula harga volatility nya.

Bahan : NaOH 1 N 1000 ml, Asam Asetat


1 N 500 ml, Aquadest, Indikator PP 50 ml
Alat : 1 set alat titrasi,
1 set alat
equilibrium
still,
Neraca
Analitik,
Erlenmeyer, pipet, Gelas Ukur, corong, Labu
ukur, Beaker Glass

Prosedur :
1. Labu destilasi diisi dg larutan biner
(AirAsam asetat) pada konsentrasi
tertentu.
2. Panaskan larutan hingga mencapai
titik didihnya dan terbentuk destilat,
selanjutnya didiamkan beberapa
menit sampai keadaan steady (catat
suhu dalam keadaan konstan).
3. Ambil Sample dari bagian atas
(destilat) yg keluar dari kondensor
Tabel Pengamatan
dan sample dari labu (residu) pada
saat yang bersamaan sekitar 10 cc,
biarkan
Waktu
Volume Titrasi
Suhu (0C)
(menit)
(ml)
dingin dan
kemudian
Sam
V
Densitas (gr/ml)
ple
titrasi dg
rata
T1 T2 T3 t1 t2 t3 V1 V2 V3
NaOH 1 N.

rata 3
1
2
4. Tambahkan
3
tetes
indikator PP.
5. Kemudian titirasi dengan NaOH 1 M
6. Percobaan diulang dg variasi
konsentrasi umpan
Diagram Alir
Hasil Perhitungan

Grafik

ratarata

Hubungan antara suhu ( C) dengan XA

Alat

Hubungan antara suhu ( C) dengan XB

heat exchanger, Gelas ukur, Stopwatch,

Hubungan antara suhu ( C) dengan YA


Hubungan antara suhu ( C) dengan YB
Hubungan antara XA dan YA
Hubungan antara XB dan YB
HEAT EXCHANGER
Tujuan
1. Dapat mendemonstrasikan salah satu
jenis exchanger
2. Dapat memahami bagianbagian dari
double pipe exchanger
3. Dapat memahami analisa kinerja
heat exchanger
Manfaat
1. Dapat
menghitung
koefisien
perpindahan panas
2. dapat menghitung LMTD
3. dapat mengetahui hubungan laju alir
dengan LMTD
Hipotesa
Dalam percobaan HE dg jenis alat Single
Pass Double Pipe HE dimana dalam
percobaan ini diharapkan mendapatkan hasil
yg maksimal dg perbedaan suhu dan
temperatur yg signifikan. Yaitu semakin
besar bukaan kran semakin besar laju alir yg
diharapkan, begitu pula semakin besar
bukaan kran yg didapatkan maka semakin
kecil pula tekanan yg diperoleh. Dg selisih
perbedaan suhu antara 1-5C.
Bahan : Air

: 1 unit alat single pass double pipe

Termometer
Prosedur
1. Panaskan
air
dalam
tangki
penampung air panas sehingga
temperature tertentu
2. Isi pipa air dan hilangkan
gelembung-gelembung udara dari
pipa manometer, alirkan air melalui
bagian dalam pipa pada laju alir yang
diinginkan.
3. Alirkan air panas kedelam bagian
shell pada tekanan tertentu
4. Seelah aliran dan temperatur konstan
(tercapai keadaan steady), lakukan
pengamatan selama sedikitnya 20
menit untuk data-data berikut selama
selang waktu 2 menit :
a. Waktu
b. Pembacaaan manometer
c. Temperatur air pendingin atau air
panas masuk dan keluar
d. Tekanan air panas
5. Ulangi percobaan dengan variasi laju
alir dan temperature umpan air panas
serta variasi bukaan kran
Diagram Alir

Grafik
Grafik Laju Alir Vs T LMTD
Grafik Laju Alir Vs Ud
KOLOM BERPACKING (HETP)
Tujuan
1. menentukan nilai Height Equivalent
of Theoritical Plate (HETP)
2. menentukan jumlah plate teoritis
3. melihat pengaruh volatilitas bahan
dengan banyak plate
Manfaat
1. mengetahui konsentrasi dari destilat
yang diperoleh
2. mengetahui hubungan antara variasi
konsentrasi

dari

alcohol

yg

digunakan dg banyak destilat yg


Tabel Pengamatan

diperoleh
3. mengetahui

metode

penentuan

jumlah plate teoritis


Hipotesa
Diharapkan diperoleh jumlah plate dalam
kolom destilasi dari perhitungan dari data
data suhu, pressure drop dan konsentrasi
destilat. Serta mendapatkan nilai HETP yang
ekuivalen dengan satu plate.
Diagram Alir

Tabel Perhitungan

6. Catat temperatur
Prosedur Kalibrasi
1. Ambil air dan etanol dengan volume
air 9 ml dan volume etanol 1 ml
2. Kemudian masukkan ke dalam
piknometer 10 ml
3. Timbang piknometer yang sudah
berisi campuran air dan etanol
4. Ulangi percobaan diatas dengan
volume air dan volume etanol yang
sudah ditentukan
Kurva Kalibrasi

Bahan : Air, Limbah etanol dan teh


Alat

Vetanol

Xcr

(ml )

(gr)

(v/v)

Densitas

Xct

Etanol

( mol /
mol )

(Kg/m )

: Serangkaian alat kolom berpacking

X bottom (xw)

X destilat
(xd) t

xf
T kolom

T
labu

(c)

(c)

Prosedur Percobaan (meni


t)

1. Rangkai alat destilasi


2. Buat larutan limbah alkohol 40%
500ml
3. Masukkan larutan alkohol ke
dalam labu leher tiga
4. Kemudian
panaskan

hingga

terjadi boil up rate yang minimal dan


terbentuk distilat
5. Biarkan beberapa

menit

mencapai keadaan steady

untuk

bottom
m. piknometer
+
campuran
destilat

destilat

m.
piknometer
+
campuran
bottom

(Kg/m3)

(Kg/m3)

Data Kesetimbangan Uap Cair Sistem

Tabel Volume Destilat dan Bottom pada


Akhir Setiap Run

Pada proses leaching, bahan yang digunakan


adalah teh dan pelarutnya etanol dan
mendapatkan

Tabel
Perhitungan
HETP
(Height
Equivalent
of
Theoritical Plate)

No
Run

Kondisi
Refluks

fed

V destilat
(ml)

V
bottom

(ml)

yang rendah. Karena


proses leaching teh ini
bertujuan

untuk

mengurangi kadar kafein pada teh.


Bahan
Tinggi Kolom
(cm)

Grafik

kafein

Grafik Hubungan
Antara X Etanol dengan Densitas Etanol

Jumlah
Plate

HETP

Teh,

Alkohol 70%
Alat

Beaker glass, Gelas ukur , Erlenmeyer, Kaca

Grafik Hubungan Antara Xd, Xb Terhadap


Waktu

arloji, Spatula, Corong, Kertas saring,

LEACHING

Oven

Loyang, Neraca analitik, Magnetic stirrer,

Tujuan
1. Untuk pengambilan suatu konstituen
dalam

suatu

padatan

dengan

menggunakan pelarut.
2. Untuk mengetahui berat masingmasing komponen di dalam pelarut.
3. Untuk
menentukan
pengaruh
kecepatan putaran pengadukan.
Manfaat
1. dapat mengetahui cara pengambilan
suatu konstituen dalam suatu padatan
dengan menggunakan pelarut.
2. dapat mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi ekstraksi padat-cair.
3. dapat mengetahui macam-macam
metode opersi ekstraksi pada cair
Hipotesa

Diagram Alir

Grafik
Hubungan antara Berat Awal Padatan (gr)
dengan Recovery (%)
BILANGAN REYNOLD
Tujuan
Prosedur

1. Menentukan Bilangan Reynold kritis

1. Bahan dikeringkan
2. Tumbuk bahan sampai halus
3. Kemudian ayak dengan ayakan
Waktu
(menit)

Berat
Padatan
Awal (gr)

Berat
Padatan
Akhir (gr)

Massa
Terlarut
(gr)

Recovery
(%)

4. Setelah diayak, masukkan ke dalam


beaker glass dg berat (ditentukan)
dan tambahkan pelarut (etanol 70%)
sampai volumeml
5. Kemudian aduk dg waktu 5 menit
menggunakan magnetic stirrer

6. Setelah itu pisahkan filtrat dan ampas


dengan kertas saring. Filtrat dibuang
dan ampas dikeringkan kemudian
timbang berat ampas tersebut.
7. Kemudian hitung nilai berat masingmasing komponen yg terdapat dalam
padatan

Berat
Padatan
Awal (gr)

Tabel Perhitungan

vertikal dG berdasarkan pengamatan


langsung
2. Untuk pengukuran laju alir suatu
aliran
3. Menentukan faktor friksi pada setiap
run percobaan
Manfaat
1. dapat mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh pada pola aliran
2. dapat mengetahui hubungan antara
friction loss dengan Nre
3. dapat mengetahui macam-macam
aliran yang terjadi pada percobaan
Hipotesa
Semakin besar bukaan kran dan lama waktu
pengamatan, maka aliran yang terjadi adalah
aliran turbulen. Sedangkan semakin kecil
bukaan kran, maka aliran yang terjadi adalah

Tabel Pengamatan
Waktu
(menit)

untuk fluida yg mengalir secara

aliran laminar.
Berat
Padatan
Akhir (gr)

Diagram Alir

Bahan : Air, KMnO4


Alat

: 1 set peralatan Bilangan Reynold,

Gelas ukur, Stopwatch


Prosedur
1. Alirkan air ke tangki penampungan
dan

kemudian

tunggu

hingga

konstan. Selanjutnya buka kran zat


warna.
2. Catat kecepatan volumetrik air
3. Amati pola aliran yang diindikasi
oleh pola aliran zat warna (laminar
atau turbulen)
4. Ulangi percobaan dengan variasi laju
volumetrik air.

v
(cm/detik
)

Nre

Tabel Pengamatan
Wak Buka
tu
an
V rataQ
(s)
V1
rata Kran
(ml/deti
(ml)
k)

Volume (ml)
VAliran
V3
2

Tabel Perhitungan

Wak
tu

Buka
an

V
rat
arat
a
(ml
)

Q
(ml/det
ik)

Grafik
Hubungan antara Bukaan kran dengan
Kecepatan volumetric
Hubungan antara Bukaan kran dengan
Kecepatan linear
Hubungan antara Kecepatan Linear dengan
Bilangan Reynold (Nre)
Hubungan antara Bilangan Reynold (Nre)
dengan Faktor friksi (f)
WWC
Tujuan

1.

menentukan

menentukan

harga

koefisien perpindahan massa dan panas


2.

mempelajari pengaruh laju alir udara

air

dan air terhadap koefisien perpindahan

Atur laju alir dan


tekanan agar
membentuk film

massa dan panas


3.

mengetahui dan memahami proses

konsta

kerja alat WWC


Manfaat
1 dapat mengetahui proses dari percobaan
wetted wall column
2 dapat

menegetahui

data-data

yang

diperlukan dalam wetted wall column


3 dapat

mengetahui

persamaan

dalam

percobaan wetted wall column

Mengamati laju alir


udara, suhu air dan
keluar, suhu ruang,
tekanan barometer,
diameter gelas pipa,
Bahan : Air
dan tinggi pipa
Alat : dimana
Gelas terjadi
ukur, kontak
Beaker

Thermometer,

Ember,

glass,

Seperangkat

alat

wetted wall column, Stopwatch, Penggaris


Prosedur

Hipotesa
Semakin besar laju alir udara dan laju alir air

1. Mengisi

tangki penampung atas

maka harga koefisien perpindahan panas dan

sampai penuh dan membuka kran

perpindahan

besar.

yang ada dibawah tangki (dibuka

Sebaliknya, semakin besar bukaan kran

sedikit), lalu biarkan beberapa saat

maka semakin besar pula perpindahan panas

hingga

dan massanya.

constanta head tank. Selanjutnya atur

Diagram Alir

aliran pada suatu tekanan tertentu

massanya

semakin

dan
Menyiapkan alat

terjadi

overflow

pada

ukur laju alirnya, aliran air

tersebut harus dapat membentuk film


air yang tipis dan merata pada setiap

air

dinding
Mengisi tangki
penampung hingga
penuh

Buka kran dan


biarkan overflow

pipa

gelas

(tangki

penampung air yang paling atas


harus seringkali diisi dengan air agar
ketinggiannya selalu konstan)
2. Menjalankan
blower
untuk
mengalirkan uadara kedalam pipa

gelas, bila keadaan suda steady state,


atur laju alir
3. Bila keadaan sudah steady state,
amati laju alir air, laju alir udara,

H
Udar
a

H
Air

(cm)

(cm
1 2 3 4
)

Tw 1
ratarata

suhu air masuk dan keluar, suhu


ruangan,

tekanan

barometer,

diameter pipa gelas dan tinggi pipa

Tw 2
3
4

rata-rata

dimana terjadi kontak udara dan air


4. Kemudian bila memungkinkan,
ulangi untuk variabel laju air dan
Td 1 (oC)

udara.
Tabel Kalibrasi Pada Air
h air
cm

V1
mL

V2
mL

V3
mL

rata
rata

mL/deti
k

dengan suhu
L/det

Grafik

Hubungan antara Q air dengan h


Tabel Kalibrasi Pada udara
h air
cm

ratarata

Hubungan antara laju alir hasil kalibrasi

V rata rata
mL

1 2 3 4

Td 2 (oC)

V1
mL

V rata rata
mL

Q
udara
(L/s)

Tw 1
F

Tw 2
F

Td 1
F

Td 2
F

Tabel Perhitungan

V2
mL

Q
mL/detik

Q air
(L/s)

V3
mL

L/det

Q Air

Q
udara

(liter/d (liter/d
etik)
etik)

kG

hG

(lbmol
/jam.
ft2.atm
)

(Btu/ja
m.ft2.
F)

Grafik

Grafik

Hubungan antara Q udara dengan H

Hubungan antara koefisien perpindahan

Hasil Pengamatan Suhu

massa (kG) dan debit aliran air Q (L/detik)

Hubungan antara koefisien perpindahan


panas (hG) dan debit air Q (L/detik)

Anda mungkin juga menyukai