ego dan unsur rasional yang menentukan pencapaian intelektual dan sosial terdiri dari sumber
energi, motif, dan rasa tertarik. Pada dasarnya tidak ada satu teori pun yang secara lengkap
menjelaskan perkembangan jiwa anak dan menyimpulkan secara holistik tentang
penyimpangan kesehatan jiwa pada anak termasuk landasan intervensi yang perlu dilakukan.
Oleh karena itu dalam keperawatan jiwa pada anak dapat digunakan suatu pendekatan yang
berfokus pada keterampilan kompetensi ego anak.
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), pendekatan ini sangat efektif dan sensitif secara
kultural dalam merencanakan dan mengimplementasikan intervensi keperawatan apapun
diagnosis psikiatri atau dimanapun tatanan pelayanan kesehatan jiwa diberikan.
Sembilan keterampilan kompetensi ego yang perlu dimiliki oleh semua anak untuk menjadi
seorang dewasa yang kompeten menurut Strayhorn (1989) adalah :
a. Menjalin hubungan dekat dengan penuh rasa percaya
b. Mengatasi perpisahan dan membuat keputusan yang mandiri
c. Membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal secara bersama
d. Mengatasi frustrasi dan kejadian yang tidak menyenangkan
e. Menyatakan perasaan senang dan merasakan kesenangan
f. Mengatasi penundaan kepuasan
g. Bersantai dan bermain
h. Proses kognitif melalui kata-kata, simbol dan citra (image)
i. Membina perasaan adaptif terhadap arah dan tujuan
B.
meliputi keadaan gizi termasuk berat badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan
tertentu, tidur termasuk kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan
masalah yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.
2) Fisik
Perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, pernafasan,
kardiovaskular, muskuloskeletal, dan neurologis anak. Pemeriksaan fisik lengkap sangat
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku anak.
Selain itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan pengobatan yang
diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah
dialami anak.
3) Status mental
Pemeriksaan status mental bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai fungsi ego
anak. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego anak dari waktu ke waktu.
Oleh karena itu, status mental anak perlu dkaji setiap waktu dengan suasana yang santai dan
nyaman bagi anak.
Pemeriksaan atatus mental meliputi keadaan emosi, proses berpikir, dan isi pikiran; halusinasi
dan persepsi; cara bicara dan orientasi; keinginan untuk bunuh diri atau membunuh.
Pengkajian terhadap hubungan interpesonal anak dilihat dalam hubungannya dengan anak
sebayanya, yang penting untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia.
4) Riwayat personal dan keluarga
Meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang anak, biasanya
dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk mengerti perilaku anak
dan membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga
merupakan bagian penting dari pengkajian melalui pengalihan fokus anak sebagai indivdu ke
sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang
bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan, data yang telah dikumpulkan kemudian
dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan selanjutnya.dalam keperawatan
psikiatri dapat digunakan PND (Psychiatric Nursing Diagnosis), NANDA (North American
Nursing Diagnosis Association) dan DSM-III R (Diagnosis and Statistical Manual of Mental
Disorders).
b. Perencanaan
Tujuan asuhan keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak, seperti modifikasi
penyesuaian anak sekolah, dan perubahan lingkungan anak. Untuk anak yang dirawat di unit
perawatan jiwa, tujuan umumnya adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai
2. Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berperilaku defensive
3. Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain
4. Membantu mengembangkan identitas diri anak
5. Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan perkembangan terdahulu
yang belum terselelsaikan secara tuntas
6. Membantu anak berkomunikasi secara efektif
7. Mencegah anak untuk menyakiti baik dirinya maupun diri orang lain
8. Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya
9. Meningkatkan uji coba realitas yang tepat
c. Implementasi
Berbagai bentuk terapi pada anak dan kelurga dapat diterapkan, yang terdiri dari :
1. Terapi bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk mengekspresikan konflik yang
belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk :
a. Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat dikendalikan
sebelumnya.
b. Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari
c. Berkomunikasi dengan orang lain
d. Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengandiri sendiri, dunia luar, dan
orang lain
e. Mencocokkkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas
2. Terapi keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orangtua perlu belajar
secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang dihadapi dan bertanggung
jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan keluarga. Biasanya cukup sulit bagi
keluarga untuk menyadari bahwa keadaan dalam keluarga turut meninbulkan gangguan pada
anak. Oleh karena itu perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga.
3. Terapi kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau berbicara.
Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas, mengendalikan
impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan,
kematangan dan keterampilan sosial anak. Kelompok dengan lingkungan yang terapeutik
memungkinkan anggotanya untuk menjalin hubungan dan pengalaman sosial yang positif
dalam suatu lingkungan yang terkendali.
4. Psikofarmakologi
Walaupun terapi obat bekum sepenuhnya diterima dalm psikiatri anak, tetap bermanfaat
untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsif, dan ansietas) dan membantu agar
pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat ini tetap diawasi oleh dokter dan menggunakan
pedoman yang tepat.
5. Terapi individu
Ada berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalitis, psikoanalitis berdasarkan
psikoterapi, dan terapi bermain pengalaman. Hubungan antara anak dengan therapist
memberikan kesempatan apda anak untuk medapatkan pengalaman mengenai hubungan
positif dengan orang dewasa dengan penuh kasih sayang dan uji realitas.
6. Pendidikan pada orang tua
Pendidikan terhadap orang tua merupkan hal yang penting untuk mencegah gangguan
kesehatan jiwa anak, begitu pula untuk meningkatkan kembali penyembuhan setelah dirawat.
Orang tua diajarkan tentang tahap tumbuh kembang anak, sehingga orang tua dapat
mengetahui perilaku yang sesuai dengan usia anak. Keterampilan berkomunikasi juga
meningkatkan pengertian dan empati antara orangtua dan anak. Teknik yang tepat dalam
mengasuh anak juga diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal lain seperti
psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa, dan penggunaan pengobatan, juga diajarkan.
7. Terapi lingkungan
Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang
dialami anak. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur dan terprogram,
memungkinkan anak untuk mencapai tugas terapeutik dari rencana penyembuhan dengan
berfokus pada modifikasi perilaku. Program yang berfokus pada perilaku, memungkinkan
staf keperawatan untuk memberikan umpan balik terus menerus kepada anak-anak tentang
perilaku mereka sesuai jadwal kegiatan. Untuk perilaku yang baik, mereka menerima pujian,
stiker atau nilai, tergantung pada tingkat perkembangannya. Sebaliknya, perilaku negatif
tidak ditoleransi.
d. Evaluasi
Pada umumnya fasilitas penyembuhan bagi anak dengan gangguan jiwa mempunyai program
yang dirancang untuk jangka waktu tertentu. Waktu perawatan jangka pendek biasanya
berkisar antara 2 sampai 4 minggu, dan direncanakan untuk diagnosa dan evaluasi, intervensi
krisis, serta perencanaan yang komprehensif. Pada umunya pengamatan perawat berfokus
pada perubahan perilaku anak. Apakah anak menunjukkan kesadaran dan pengertian tentang
dirinya sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk membuat keputusan
secara rasional? Anak harus mulai beradaptasi dengan lingkungannya dan tidak impulsif.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
1. Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku
2. Kemampuan untukberhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa dan orang tua secara
wajar
3. Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
4. Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi dan proses belajar
5. Respons terhadap peraturan dan rutinitas.
6. Status mental secara menyeluruh
7. Koordinasi dan rencana pemulangan