Anda di halaman 1dari 13

6/12/2016

PustakaKenDee

Home

Profil

Kontak

Daftar Isi

Label

Donatur Area

Owner

Kampus

Beasiswa

Sampaikan kebutuhan & keluhan anda di sini!

search
Selamat Menyambut Bulan Suci Ramadan

DUKUNG TERUS KAMI UNTUK TETAP MEN

W e d n e s d a y, 2 3 M a y 2 0 1 2

MekanismePertanggungjawabanKeuanganNegara
dalamHukumAdministrasi
Recommend this on Google

Opini Jambi

Untuk Parlemen Kita10/16/2014


Pembantu Rumah Tangga Juga
Manusia10/1/2014
Menutup Rapat Layanan Birahi10/1/2014
Materialisme Ekstrim: Manusia Mati
Rasa?10/1/2014

Etalase

Opini
Ibadah
Cerpen
Biografi
Contoh Surat
Resensi Buku
Khutbah Jumat
Tuntunan Shalat

Ragam

Koleksi Langka! Biografi RPP

Info Beasiswa

Lemhannas Buka Pendaftaran Beasiswa


Beasiswa S1 dan S2 Provinsi Jambi Tahun 2015
Ditiadakan, Ini Alasannya
Namanama Calon Penerima Beasiswa Pemprov.
Jambi 2015
Progress Report dan Laporan Penggunaan Dana
Beasiswa Pemprov. Jambi 2014
Batas Akhir Pendaftaran Beasiswa Pemprov. Jambi
2015

Sering dibaca

Revisi Pengumuman Beasiswa


Pemprov. Jambi 2012
REVISI PENGUMUMAN Nomor : P
/DISDIK/V/2012 Sesuai dengan
pengumuman beasiswa
Pemerintah Provinsi Jambi melalui
Dinas Pendidika...

http://www.pustakakendee.net/2012/05/mekanismepertanggungjawabankeuangan.html

LatarBelakang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat


utama pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat
pemerintah untuk mengelola perekonomian negara. Sebagai alat
pemerintah,APBNbukanhanyamenyangkutkeputusanekonomi,namun
jugamenyangkutkeputusanpolitik.Dalamkonteksini,DPRdenganhak
legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya perlu lebih
berperan dalam mengawal APBN sehingga APBN benarbenar dapat
secara efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan
mengelolaperekonomiannegaradenganbaik.
Dalam rangka mewujudkan good governance dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara, sejak beberapa tahun yang lalu
telah diintrodusir Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah.
Reformasitersebutmendapatkanlandasanhukumyangkuatdengantelah
disahkannyaUUNo.17Tahun2003tentangKeuanganNegara,UUNo.1
Tahun2004tentangPerbendaharaanNegara,danUUNo.15Tahun2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tanggal 16
Juli 2007 itu, diatur tentang pengelolaan keuangan negara dan daerah.
Didalamnya diatur wewenang Menteri Keuangan selaku Bendahara
UmumNegara(BUN),dalammengelolakasnegaraberdasarkanprinsip
prinsipkeuangan.
BendaharaUmumNegarayaituMenteriKeuangan,berwenang
mengangkat Kepala Satuan Kerja di pusat dan di daerah yang berperan
sebagai Bendahara Umum Daerah. Fungsinya antara lain mengkoordinir
pengelolaankeuangandaerah.
Selain itu, Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan
sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara, menunjuk bank atau
lembagakeuanganlainnyadalampenerimaandanpengeluarannegara.
Peraturan Pemerintah juga mengatur tentang dana dalam
anggaran, menyimpan dan menempatkan uang negara, mengelola surat
utang negara (SUN), membayar atas permintaan pejabat pengguna
1/13

6/12/2016

PustakaKenDee

Mekanisme Pertanggungjawaban Keuangan


Negara dalam Hukum Administrasi
Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama
pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya...

anggaran terhadap beban rekening kas umum, serta menyediakan

Beasiswa S1 dan S2 Pemprov.


Jambi 2013
Dalam rangka mewujudkan visi dan
misi Provinsi Jambi yaitu menuju
Jambi Emas 2015, Pemerintah
Provinsi Jambi melalui Dinas
Pendidikan Pr...

adalah mekanisme pertanggungjawaban keuangan negara dalah hukum

Surat Eksepsi, Replik dan Duplik


Eksepsi: Surat jawaban yang
mengemukakan tangkisan di luar
pokok perkara Replik : Jawaban
penggugat terhadap jawaban
tergugat atas g...

administratif.Selaindiuraikanpokokpokokmanajemenkeuangannegara
serta proses APBN, diuraikan pula peranan DPR dalam pengelolaan
anggaran negara melalui fungsifungsi yang dimilikinya, yakni fungsi
legislasi,fungsianggaran,danfungsipengawasan.
Permasalahan
Dari pemaparan latar belakang di atas, maka dalam makalah ini
penulisakanmencobamembahastentang:
1. Apa yang menjadi landasan hukum pengelolaan keuangan

Download

Software
Software
Software
Software
Software

informasikeuangannegara.
Tulisan ini menguraikan sistem dan proses pengelolaan APBN
dalam kerangka manajemen keuangan negara termasuk di dalamnya

Kamus Hukum
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kamus InggrisIndonesia
IDM
Lainnya>>

Link Donatur

Antariksa Article| Bacalah| Badan Arbitrase


Nasional Indonesia (BANI)| Balai Bahasa
Jambi| Beli Buku| Blogger| Cak Umam|
Cerpen Kompas| Devamelodica| Dunia
Download| Ejournal UMM| Ekonomi Syariah|
Etnohistori| Freedom Institute| Google|
Hukum Online| Indoprogress| Jendela
Sastra| Jurnal Ekonomi| Jurnal Lingua|
Jurnal Mlangun| Jurnal Hukum| Khoirul

144,497

http://www.pustakakendee.net/2012/05/mekanismepertanggungjawabankeuangan.html

negara?
2.Apakahpengertiandanruanglingkupkeuangannegara?
3.

Bagaimanakah Pengawasan dan Meknaisme


PertanggungjawabanAPBN

LandasanPengelolaanKeuanganNegara
LandasanpengelolaankeuangannegaraadalahPasal23CUndang
UndangDasar1945PerubahanKetiga:halhallainmengenaikeuangan
Negara ditetapkan melalui undangundang. Berangkat dari landasan
konstitusionalitulahberbagaiupayadilakukanuntukdapatmenghadirkan
UndangundangKeuanganNegara.
Hingga tahun 2003 yang lalu sebelum UU No.17/2003
diundangkan aturan yang berlaku untuk pengelolaan Keuangan Negara
masih menggunakan peraturan peninggalan pemerintahan kolonial
Belanda seperti Indische Comptabiliteits Wet yang lebih dikenal dengan
nama ICW stbl. 1925 No.488 yang ditetapkan pertama kali pada tahun
1864 dan mulai berlaku tahun 1867. Selain ICW ada juga Indische
Bedrijvenwet (IBW) stbl. 1927 No. 419 jo. Stbl. 1936 No. 445 dan
ReglementvoorhetAdministratiefBeheer(RAB)stbl.1933No.381.
Sementara
itu
untuk
pelaksanaan
pemeriksaan
pertanggungjawabanpengelolaankeuangannegaradigunakanInsctructie
en verdere bapelingen voor Algemeene Rekenkamer (IAR) stbl. 1933
No.320. Peraturanperaturan seperti ICW, IAR, IBW, dan RAB, sengaja
diciptakan dan dibuat oleh pemerintahan Kolonial Belanda sebagai
penguasa yang menjajah Indonesia saat itu dengan pendekatan untuk
menjagakepentingannegaraBelandaatasIndonesia.
Paradigma negeri jajahan itulah yang sangat kental mewarnai
peraturanperaturan itu. Ketika diterapkan kepada sebuah negara yang
berdaulatdanmerdekasepertiIndonesiasaatini,peraturanperaturanitu
sudah tidak lagi relevan dan layak dijadikan pedoman pengelolaan
keuangan negara. Merubah seluruh peraturan di atas dengan peraturan
yangbersemangatindependensidanmenjunjungtinggikedaulatansebuah
negarayangmerdekadanberdaulat,tentunyaharusdilakukan.
Selain itu muatan yang terdapat di dalam aturanaturan kolonial
itu sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini, apalagi tingkat
kompleksitaspermasalahansaatinijauhlebihtinggidarimasadulu.Oleh
karena itu, walaupun masih berlaku sebagai sebuah aturan perundang
undangan tetapi secara materil sudah tidak dapat dilaksanakan.
Kekosongan perundangundangan ini membuat lemahnya sistem
pengelolaankeuangannegara.
Selama ini, kekosongan itu hanya dilengkapi dengan Keputusan
Presiden, yang terakhir diantaranya di atur oleh Keppres No. 42 Tahun
2000 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN dan Keppres 80 tahun 2003
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Sebagaimana kita ketahui
bahwa Keputusan Presiden di dalam tata hukum tidak terlalu mengikat
sebagaimanasebuahundangundang.
2/13

6/12/2016

PustakaKenDee

Dari kelemahan tata hukum itulah kemudian menjadi salah satu


penyebab banyaknya praktik penyimpangan dan KKN di dalam
pengelolaankeuangannegaraselamaini.Puncaknyadenganterjadikrisis
moneter pertengahan 1997 yang telah memporakporandakan tatanan
ekonomiyangtelahdibangundengansusahpayaholehpemerintahanera
orde baru ditandai dengan anjloknya rupiah hingga menembus level Rp
17.000 per satu USD. Krisis berlanjut hingga menjadi krisis
multidimensionalyangkemudianmelahirkanerareformasi.Erareformasi
inilah yang memberikan momentum terciptanya tata aturan baru dalam
pengelolaankeuangannegara.
Paket UU Keuangan Negara tersebut (yang terdiri dari dua UU
yangsudahdiundangkan,yaituUUNo.17tahun2003tentangKeuangan
Negara dan UU No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan negara, serta
satu RUU, yaitu RUU Pemeriksaan pengelolaan Keuangan Negara yang
masih dibahas di DPR) merumuskan empat prinsip dasar pengelolaan
keuangannegara,yaitu:
1.Akuntabilitasberdasarkanhasilataukinerja
2.Keterbukaandalamsetiaptransaksipemerintah
3.Pemberdayaanmanajerprofessionaldan
4. Adanya lembaga pemeriksa eksternal yang kuat, professional dan
mandirisertadihindarinyaduplikasidalampelaksanaanpemeriksaan.
Perubahan mendasar yang diatur oleh Undangundang No.17
tahun2003yaitu:
a.Tentangpengertiandanruanglingkupdarikeuangannegara
b.Azasazasumumpengelolaankeuangannegara
c. Kedudukan presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangannegara
d. Pendelegasian kekuasaan presiden kepada menteri Keuangan dan
Menteri/PimpinanLembaga
e.SusunanAPBNdanAPBD
f.KetentuanmengenaipenyusunandanpenetapanAPBNdanAPBD
g.PengaturanHubungankeuanganantarapemerintahpusatdengan
banksentral,pemerintahdaerahdanpemerintah/lembagaasing
h.Pengaturanhubungankeuanganantarapemerintahdenganperusahaan
daerahdanperusahaanswasta
i.Badanpengeloladanamasyarakatdan
j. Penetapan bentuk dan batas waktu penyampaian laporan
pertanggungjawabanpelaksanaanAPBNdanAPBD.
k.PenggunaanMediumTermExpenditureFramework(MTEF)sebagai
penggantiPropenasdanRepeta.
Sedangkan perubahan mendasar dalam pengelolaan perbendaharaan
negarayangtercantumdalamUUNo.1tahun2004yaitu:
1.Penerapananggaranberbasiskinerja
2. Pemberlakuan pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
negaraberbasisakrual
3.MunculnyajabatanfungsionalPerbendaharaanNegara
4. Pemberian jasa giro atau bunga atas dana pemerintah yang disimpan
padabanksentral
5.SertifikanBankIndonesiayangselamainimenjadiinstrumenmoneter
akandigantikanolehSuratUtangNegaradll.
PengertiandanRuangLingkupKeuanganNegara
Perumusankeuangannegaramenggunakanbeberapapendekatan,yaitu:
1.Pendekatandarisisiobyek
2.Pendekatandarisisisubyek
3.Pendekatandarisisiprosesdan,
4.Pendekatandarisisitujuan.
Dari sisi obyek Keuangan Negara akan meliputi seluruh hal dan
kewajibannegarayangdapatdinilaidenganuang,didalamnyatermasuk
berbagaikebijakandankegiatanyangterselenggaradalambidangfiskal,
moneter dan atau pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Selain
http://www.pustakakendee.net/2012/05/mekanismepertanggungjawabankeuangan.html

3/13

6/12/2016

PustakaKenDee

itu segala sesuatu dapat berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut. Dari sisi subyek, keuangan negara meliputi negara,
dan/ataupemerintahpusat,pemerintahdaerah,perusahaannegara/daerah,
danbadanlainyangadakaitannyadengankeuangannegara.
Keuangan Negara dari sisi proses mencakup seluruh rangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek di atas mulai dari
proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggungjawaban. Terakhir, keuangan negara juga meliputi seluruh
kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan
pemilikandan/ataupenguasaanobyeksebagaimanatersebutdiatasdalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, pendekatan terakhir ini
dilihatdarisisitujuan.
Dengan pendekatan sebagaimana diuraikan di atas, UU No.
17/2003 merumuskan sebagai berikut: Keuangan negara adalah semua
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.(Pasal1huruf1
UUNo.17/2003).
Ruanglingkupkeuangannegarasesuaidenganpengertiantersebut
diuraikandalamPasal2UUNo.17/2003meliputi:
a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan
uang,danmelakukanpinjaman
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahannegaradanmembayartagihanpihakketiga
c.PenerimaanNegara
d.PengeluaranNegara
e.PenerimaanDaerah
f.PengeluaranDaerah
g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh
pihaklainberupauang,suratberharga,piutang,barang,sertahakhaklain
yangdapatdinilaidenganuang,termasukkekayaanyangdipisahkanpada
perusahaannegaraataudaerah
h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraantugaspemerintahandan/ataukepentinganumum
i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas
yang diberikan pemerintah. Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang
demikian luas secara ringkas dapat dikelompokkan dalam sub bidang
pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Sub bidang pengelolaan
fiskalmeliputienamfungsi,yaitu:
a. Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal. Fungsi
pengelolaankebijakanekonomimakrodanfiskalinimeliputipenyusunan
Nota Keuangan dan RAPBN, serta perkembangan dan perubahannya,
analisiskebijakan,evaluasidanperkiraanperkembanganekonomimakro,
pendapatan negara, belanja negara, pembiayaan, analisis kebijakan,
evaluasi dan perkiraan perkembangan fiskal dalam rangka kerjasama
internasionaldanregional,penyusunanrencanapendapatannegara,hibah,
belanja negara dan pembiayaan jangka menengah, penyusunan statistik,
penelitian dan rekomendasi kebijakan di bidang fiskal, keuangan, dan
ekonomi.
b. Fungsi penganggaran. Fungsi ini meliputi penyiapan, perumusan, dan
pelaksanaan kebijakan, serta perumusan standar, norma, pedoman,
kriteria,prosedurdanpemberianbimbinganteknisdanevaluasidibidang
APBN.
c.Fungsiadministrasiperpajakan.
d.Fungsiadministrasikepabeanan.
e. Fungsi perbendaharaan. Fungsi perbendaharaan meliputi perumusan
kebijakan, standard, sistem dan prosedur di bidang pelaksanaan
penerimaandanpengeluarannegara,pengadaanbarangdanjasainstansi
pemerintahsertaakuntansipemerintahpusatdandaerah,
http://www.pustakakendee.net/2012/05/mekanismepertanggungjawabankeuangan.html

4/13

6/12/2016

PustakaKenDee

Kekayaan pihak lain ini meliputi kekayaan yang dikelola oleh


orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan
yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan
negaradaerah.
pelaksanaanpenerimaandanpengeluarannegara,pengelolaankas
negaradanperencanaanpenerimaandanpengeluaran,pengelolaanutang
dalam negeri dan luar negeri, pengelolaan piutang, pengelolaan barang
milik/kekayaan negara (BM/KN), penyelenggaraan akuntansi, pelaporan
keuangandansisteminformasimanajemenkeuangan
pemerintah.
f.Fungsipengawasankeuangan.
Sementara itu, bidang moneter meliputi sistem pembayaran, sistem lalu
lintasdevisa,dansistemnilaitukar.Adapunbidangpengelolaankekayaan
negarayangdipisahkanmeliputipengelolaanperusahaannegara/daerah
AsasasasPengelolaanKeuanganNegara
Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam
penyelenggaraan

negara,

pengelolaan

keuangan

negara

perlu

diselenggarakan secara professional, terbuka, dan bertanggung jawab


sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UUD 1945.
SebagaipenjabaranaturanpokokyangtelahditetapkandalamUUD1945
tersebut, UU No. 17/2003 menjabarkannya ke dalam asasasas umum
yangtelahlamadikenaldalampengelolaankekayaannegara,sepertiasas
tahunan, asas universalitas, asas kesatuan dan asas spesialitas maupun
asasasas baru sebagai pencerminan best practices (penerapan kaidah
kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan negara, antara lain:
akuntabilitas berorientasi pada hasil, profesionalitas, proporsionalitas,
keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, dan pemeriksaan
keuanganolehbadanpemeriksayangbebasdanmandiri.

KekuasaanatasKeuanganNegara
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan
pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan.(Pasal6UUNo.17/2003)PadadasarnyaPresidenselaku
Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan atas pengelolaan keuangan
negarasebagaibagiandarikekuasaanpemerintahan.
Sebagian kekuasaan itu diserahkan kepada Menteri Keuangan
yang kemudian berperan sebagai pengelola fiskal dan wakil pemerintah
dalam kepemilikan negara dalam kekayaan negara yang dipisahkan.
Sebagiankekuasaanlainnyadiberikankepadamenteri/pimpinanlembaga
sebagai pengguna anggaran/pengguna barang lembaga/kementrian yang
dipimpinnya.
Jika Presiden memiliki fungsi sebagai Chief Executive Officer
(CEO) maka Menteri Keuangan berperan dan berfungsi sebagai Chief
Financial Officer (CFO) sedangkan menteri/pimpinan lembaga berperan
sebagaiChiefOperatingOfficers(COOs).
Pemisahan fungsi seperti di atas dimaksudkan untuk membuat
kejelasan dan kepastian dalam pembagian wewenang dan tanggung
jawab. Sebelumnya fungsifungsi tersebut belum terbagi secara tegas
sehingga seringkali terjadi tumpang tindih antar lembaga. Pemisahan ini
juga dilakukan untuk menegaskan terlaksananya mekanisme checks and
balances.Selainitu,denganfokusnyafungsimasingmasingkementrian
ataulembagadiharapkandapatmeningkatkan
profesionalismedidalampenyelenggaraantugastugaspemerintah.
Menteri Keuangan dengan penegasan fungsi sebagai CFO akan
memilikifungsifungsiantaralain:
1.Pengelolaankebijakanfiskal
2.Penganggaran
3.AdministrasiPerpajakan
4.AdministrasiKepabeanan
http://www.pustakakendee.net/2012/05/mekanismepertanggungjawabankeuangan.html

5/13

6/12/2016

PustakaKenDee

5.Perbendaharaan(Treasury)dan
6.PengawasanKeuangan.
Sepertihalnyapemerintahpusat,pengelolaankeuangandaerahjuga
menggunakanpendekatanpembagianfungsiyangtidakberbeda.
Gubernur/Bupati/Walikota akan memiliki fungsi sebagai pemegang
kekuasaan
pengelolaanKeuanganDaerahatauCEO,dinasdinassebagaiCOO,dan
pengelolaKeuanganDaerahsebagaiCFO.
PengertiandanRuangLingkupAPBN
AnggaranPendapatandanBelanjaNegara(APBN)adalahrencana
keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
PerwakilanRakyat.(Pasal 1 angka 7, UU No. 17/2003). Merujuk Pasal
12 UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, APBN dalam satu
tahunanggaranmeliputi:
a. Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih
b. Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaanbersih
c. Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya. Semua penerimaan dan
pengeluarannegaradilakukanmelaluirekeningkasumumnegara.(Pasal
12ayat(2)UUNo.1/2004)Tahunanggaranadalahperiodepelaksanaan
APBNselama12bulan.
Sejaktahun2000,Indonesiamenggunakantahunkalendersebagaitahun
anggaran, yaitu dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember.
Sebelumnya, tahun anggaran dimulai tanggal 1 April sampai
dengan 31 Maret tahun berikutnya. Penggunaan tahun kalender sebagai
tahun anggaran ini kemudian dikukuhkan dalam UU Keuangan Negara
danUUPerbendaharaanNegara(Pasal4UUNo.17/2003danPasal11
UU No. 1/2004). Sebagaimana ditegaskan dalam Bagian Penjelasan UU
No. 17/2003, anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan
kebijakan ekonomi. Sebagai fungsi akuntabilitas, pengeluaran anggaran
hendaknya dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan hasil
(result) berupa outcome atau setidaknya output dari dibelanjakannya
danadanapubliktersebut.Sebagaialatmanajemen,sistempenganggaran
selayaknya dapat membantu aktivitas berkelanjutan untuk memperbaiki
efektifitas dan efisiensi program pemerintah. Sedangkan sebagai
instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan
pertumbuhandanstabilitasperekonomiansertapemerataan.
Anggaran Pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara,
merujuk Pasal 3 Ayat (4) UU No. 17/2003, APBN mempunyai fungsi
otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi.
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran
negaramenjadipedomanbagimanajemendalammerencanakankegiatan
pada tahun yang bersangkutan. Fungsi pengawasan mengandung arti
bahwaanggarannegaramenjadipedomanuntukmenilaiapakahkegiatan
penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Fungsialokasimengandungartibahwaanggarannegaraharusdiarahkan
untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta
meningkatkanefisiensidanefektifitasperekonomian.
Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran
negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Fungsi
stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.
Uraian di bawah ini menyajikan strukturAPBN. Struktur APBN
terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara, keseimbangan
http://www.pustakakendee.net/2012/05/mekanismepertanggungjawabankeuangan.html

6/13

6/12/2016

PustakaKenDee

primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak TA 2000, Indonesia telah


mengubahkomposisi APBN dari Taccount menjadi Iaccount sesuai
dengan standar statistik keuangan pemerintah, Government Finance
Statistics(GFS).
PendapatanNegaradanHibah.
PenerimaanAPBNdiperolehdariberbagaisumber.Secaraumum
yaitu penerimaan pajak yang meliputi pajak penghasilan (PPh), pajak
pertambahan nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan Pajak
lainnya,sertaPajakPerdagangan(beamasukdanpajak/pungutanekspor)
merupakansumberpenerimaanutamadariAPBN.Selainitu,penerimaan
negarabukanpajak(PNBP)meliputipenerimaandarisumberdayaalam,
setoran laba BUMN, dan penerimaan bukan pajak lainnya, walaupun
memberikan kontribusi yang lebih kecil terhadap total penerimaan
anggaran,jumlahnyasemakinmeningkatsecarasignifikantiaptahunnya.
Berbedadengansistempenganggaransebelumtahunanggaran2000,pada
system penganggaran saat ini sumbersumber pembiayaan (pinjaman)
tidaklagidianggapsebagaibagiandaripenerimaan.
Dalam

pengadministrasian

penerimaan

negara,

departemen/lembaga tidak boleh menggunakan penerimaan yang


diperolehnyasecaralangsunguntukmembiayaikebutuhannya.Beberapa
pengeculian dapat diberikan sesuai dengan peraturan perundang
undanganterkait.
BelanjaNegara.
Belanja negara terdiri atas anggaran belanja pemerintah pusat,
dana perimbangan, serta dana otonomi khusus dan dana penyeimbang.
SebelumdiundangkannyaUUNo.17/2003,anggaranbelanjapemerintah
pusat dibedakan atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
UUNo.17/2003mengintrodusinguniffiedbudgetsehinggatidaklagiada
pembedaan antara pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum
(DAU), dan dana alokasi khusus (DAK). Sementara itu, dana otonomi
khusus dialokasikan untuk provinsi Daerah IstimewaAceh dan provinsi
Papua.
DefisitdanSurplus.
Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan
pengeluaran. Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit
sebaliknya,penerimaanyangmelebihipengeluarandisebutsurplus.Sejak
TA2000,Indonesiamenerapkananggarandefisitmenggantikananggaran
berimbangdandinamisyangtelahdigunakanselamalebihdaritigapuluh
tahun.
DalamtampilanAPBN,dikenalduaistilahdefisitanggaran,yaitu:
keseimbangan primer (primary balance) dan keseimbangan umum
(overall balance). Keseimbangan primer adalah total penerimaan
dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga. Keseimbangan
umum adalah total penerimaan dikurangi belanja termasuk pembayaran
bunga.
Pembiayaan.
Pembiayaandiperlukanuntukmenutupdefisitanggaran.Beberapa
sumber pembiayaan yang penting saat ini adalah: pembiayaan dalam
negeri (perbankan dan non perbankan) serta pembiayaan luar negeri
(netto)yangmerupakanselisihantarapenarikanutangluarnegeri(bruto)
denganpembayarancicilanpokokutangluarnegeri.
ProsesAPBNPascaReformasi
PenyusunandanPenetapanAPBN
PembicaraanPendahuluanantaraPemerintahdanDPR.
Tahapaninidimulaidenganpenyampaianpokokpokokkebijakan
fiskal dan kerangka ekonomi makro oleh Pemerintah kepada DPR
http://www.pustakakendee.net/2012/05/mekanismepertanggungjawabankeuangan.html

7/13

6/12/2016

PustakaKenDee

selambatlambatnya pertengahan Mei tahun berjalan. (Pasal 13 ayat (1)


UU No. 17/2003)5 Guna memudahkan DPR dalam memahami dan
mendiskusikan kerangka ekononomi makro, pemerintah mengirimkan
laporan triwulanan update fiskal dan makroekonomi serta outlook dan
estimasikedepankepadaDPRpadaawalApril.
Laporan ini disiapkan oleh Badan Analisa Fiskal (BAF),
DepartemenKeuangan.Denganlaporanini,diharapkanDPRmemahami
gambaranumumperkembanganfiskaldanmakroekonomiterkinibeserta
outlook dan estimasi ke depannya. Laporan ini menyajikan tampilan
fiskaldanmakroekonomiduatahunterakhir,estimasikinerjafiskaltahun
anggaran berjalan, serta proyeksi kinerja fiskal tiga tahun ke depan.
Variabelvariabelfiskaldanmakroekonomiyangdisajikandalamlaporan
tersebutmeliputipertumbuhanekonomi,tingkatinflasi,nilaitukarrupiah,
tingkat bunga, harga minyak internasional, neraca pembayaran,
penerimaan, pengeluaran, surplus primer, defisit anggaran, pembiayaan,
danestimasikedepan.
Kerangka ekonomi makro yang disampaikan kepada DPR berisi
antara lain prospek ekonomi dunia (pertumbuhan, perdagangan, dll.),
kebijakanekonomimakro(kebijakanfiskal,kebijakanmoneter,kebijakan
investasi, neraca pembayaran), serta asumsi dasar APBN (pertumbuhan
ekonomi,inflasi,nilaitukar,hargaminyak,produksiminyak,dantingkat
sukubungaSBIratarata).
Sementara itu, pokokpokok kebijakan fiskal yang disampaikan
kepada DPR mencakup kaidah utama yang melatari kebijakan fiskal,
kebijakan fiskal Sebelum UU No. 17/2003, pemerintah tidak
menyampaikan Pokokpokok kebijakan fiskal dalam dokumen yang
spesifik.Pemerintahhanyamenyampaikanpokokpokokkebijakanfiskal
dan anggaran dalam Nota Keuangan dan RAPBN yang disampaikan
kepada DPR tanggal 16 Agustus. Meskipun demikian, isinya berbeda
dengan apa yang dimaksudkan dalam UU No. 17/2003 tersebut bidang
pendapatannegaradanhibah,kebijakanfiskalbidangbelanjanegara,dan
kebijakan fiskal pembiayaan anggaran. Pemerintah dan DPR membahas
kerangka ekonomi makro dan pokokpokok kebijakan fiskal yang
diajukanolehpemerintahdalampembicaraanpendahuluanRAPBNtahun
anggaran berikutnya. Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok
pokok kebijakan fiskal tersebut, pemerintah dan DPR membahas
kebijakanumumdanprioritasanggaranuntukdijadikanacuanbagisetiap
kementeriannegara/lembagadalampenyusunanusulananggaran.(Pasal
13ayat(2)(3)UUNo.17/2003).
Dalam rangka penyusunan RAPBN, berdasarkan Surat Edaran
yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan c.q. DJA, menteri/pimpinan
lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana
kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga tahun berikutnya.
Rencana kerja dan anggaran tersebut disusun berdasarkan prestasi kerja
(kinerja)yangakandicapaidandisertaidenganprakiraanbelanjauntuk
tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun.
Selanjutnya, rencana kerja dan anggaran tersebut disampaikan kepada
DPR untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN. Hasil
pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri
Keuangan sebagai bahan penyusunan RUU tentang APBN tahun
berikutnya. (Pasal 14 UU No. 17/2003).6 Pada awal bulan Juli
pemerintah menyampaikan laporan semester pertama perkembangan
fiskal dan makroekonomi serta outlook kepada DPR. Laporan ini
merupakan update atas laporan triwulan yang telah disampaikan kepada
DPRpadaawalbulanApril.
Pengajuan,PembahasandanPenetapanAPBN.
Tahapan ini dimulai dengan pengajuan RUU tentang APBN
disertai nota keuangan dan dokumendokumen pendukungnya oleh
pemerintah kepada DPR pada bulan Agustus tahun sebelumnya. (Pasal
15 ayat (1) UU No. 17/2003) Selama pembahasan, dokumendokumen
pendukung disampaikan kepada DPR. Sebagaimana diatur 6 Saat ini
pemerintah sedang menyiapkan RPP tentang Rencana Kerja dan
http://www.pustakakendee.net/2012/05/mekanismepertanggungjawabankeuangan.html

8/13

6/12/2016

PustakaKenDee

AnggaranInstansiPemerintah.dalamPasal15ayat(4)UUNo.17/2003,
pengambilan keputusan oleh DPR mengenai RUU tentang APBN
dilakukan selambatlambatnya dua bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutandilaksanakan.Batasaninidiperlukanagarpemerintahpunya
cukupwaktuuntukmenyiapkanseluruhdokumenpelaksanaananggaran.
Di samping itu, waktu dua bulan itu juga diperlukan oleh Pemerintah
Daerahuntukmenyiapkananggaranmereka,mengingatsalahsatusumber
keuangan utama Pemerintah daerah adalah dana perimbangan yang
diperolehdariAPBN.
APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi,
fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. (Pasal15 ayat(5) UUNo.
17/2003). Apabila DPR tidak menyetujui RUU APBN yang diajukan
pemerintah,pemerintah dapat melakukanpengeluaransetinggitingginya
sebesarangkaAPBNtahunanggaransebelumnya.(Pasal15ayat(6)UU
No.17/2003)
PelaksanaanAPBN
Setelah APBN ditetapkan, Menteri Keuangan memberitahukan
kepada semua menteri/pimpinan lembaga agar menyampaikan dokumen
pelaksanaan anggaran untuk masingmasing kementerian/lembaga.
Selanjutnya menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen pelaksanaan
anggaran untuk kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya
berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh Presiden. Di dalam
dokumen pelaksanaan anggaran, diuraikan sasaran yang hendak dicapai,
fungsi,programdanrinciankegiatan,
anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana
penarikandanatiaptiapsatuankerja,sertapendapatanyangdiperkirakan.
Pada dokumen pelaksanaan anggaran tersebut juga dilampirkan
rencana kerja dan anggaran badan layanan umum dalam lingkungan
kementerian negara yang bersangkutan. Setelah dokumen pelaksanaan
anggaran tersebut disahkan oleh Menteri Keuangan, dokumen tersebut
kemudian disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga, kuasa
bendahara umum negara, dan BPK. (Pasal 14 ayat (1) (5) UU No.
17/2003)
Berdasarkan
dokumen
pelaksanaan
anggaran,
kementerian/lembaga sebagai pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran melaksanakan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen
pelaksanaan anggaran. Untuk keperluan kegiatan tersebut, pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran berwenang mengadakan
ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah
ditetapkan. (Pasal 17 ayat (1) (2) UU No. 1/2004) Selanjutnya,
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran berhak untuk menguji,
membebankan pada mata anggaran yang telah disediakan, dan
memerintahkanpembayarantagihantagihanatasbebanAPBN.(Pasal18
ayat (1) UU No. 1/2004) Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban
APBNdilakukanolehBendaharaUmum
Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara. (Pasal 19 ayat (1) UU No.
1/2004)PemerintahmenyusunlaporanrealisasisemesterpertamaAPBN
dan prognosis untuk enam bulan berikutnya, yang disampaikan kepada
DPR selambatlambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang
bersangkutan,untukdibahasbersamaantaraDPRdanpemerintah.(Pasal
27ayat(1)(2)UUNo.17/2003).
Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan
keadaan dibahas bersama DPR dengan Pemerintah Pusat dalam rangka
penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahun anggaran yang
bersangkutan,apabilaterjadi:
a.perkembanganekonomimakroyangtidaksesuaidenganasumsiyang
digunakandalamAPBN
b.perubahanpokokpokokkebijakanfiskal
c.keadaanyangmenyebabkanharusdilakukanpergeserananggaranantar
unitorganisasi,antarkegiatan,danantarjenisbelanja
d. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya
harus digunakan untuk pembiayaan anggaran yang berjalan. (Pasal 27
ayat (3) UU No. 17/2003) Dalam keadaan darurat pemerintah dapat
http://www.pustakakendee.net/2012/05/mekanismepertanggungjawabankeuangan.html

9/13

6/12/2016

PustakaKenDee

melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang


selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN dan/atau
disampaikandalamLaporanRealisasiAnggaran.
Pemerintah mengajukan rancangan undangundang tentang
Perubahan APBN tahun anggaran yang bersangkutan berdasarkan
perubahan tersebut untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan berakhir. (Pasal 27 ayat (4) (5) UU No.
17/2003)
PengawasandanPertanggungjawabanAPBN
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan
pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip
prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintahyangtelahditerimasecaraumum.
Dalam UU No. 17/2003 ditetapkan

bahwa

laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN disampaikan berupa laporan


keuangan yang setidaktidaknya terdiri dari Iaporan realisasi anggaran,
neraca,laporanaruskasdancatatanataslaporankeuanganyangdisusun
sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Laporan keuangan
pemerintah yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus
disampaikan kepada DPR selambatlambatnya (enam) bulan setelah
berakhirnyatahunanggaranyangbersangkutan.
Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara
menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang
bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam
UndangundangtentangAPBNdarisegimanfaat/hasil(outcome).
SedangkanPimpinanunitorganisasikementeriannegara/lembaga
bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam
Undangundang tentang APBN dari segi barang dan/atau jasa yang
disediakan (output). Sebagai konsekuensinya, dalam UU No. 17/2003
diatur sanksi yang berlaku bagi menteri/pimpinan lembaga, serta
Pimpinan unit organisasi kementerian negara/lembaga yang terbukti
melakukanpenyimpangankebijakan/kegiatanyangtelahditetapkandalam
UU tentang APBN. Ketentuan sanksi tersebut dimaksudkan sebagai
upaya preventif dan represif, serta berfungsi sebagai jaminan atas
ditaatinyaUndangundangtentangAPBNyangbersangkutan.
Selain itu perlu ditegaskan pula prinsip yang berlaku universal
bahwabarangsiapayangdiberiwewenanguntukmenerima,menyimpan
danmembayarataumenyerahkanuang,suratberhargaataubarangmilik
negara bertanggungjawab secara pribadi atas semua kekurangan yang
terjadi dalam pengurusannya. Kewajiban untuk mengganti kerugian
keuangan negara oleh para pengelola keuangan negara dimaksud
merupakanunsurpengendalianinternyangandal.
OptimalisasiPerananDPR
Peranan DPR dalam penganggaran dapat dijalankan berdasarkan
fungsifungsi yang dimilikinya. Berdasarkan Pasal 20A UUD 1945
Perubahan Pertama, DPR mempunyai tiga fungsi, yaitu fungsi legislasi,
fungsianggaran,danfungsipengawasan.
FungsiLegislasi.
Dalam menjalankan fungsi legislasinya, DPR menetapkan dan
menyetujui RUU APBN yang diajukan oleh Pemerintah. Proses
penetapanitusendiridiaturdalamPeraturanTataTertibDPRRI.Sebelum
menetapkandanmenyetujuiRUUAPBNyangdiajukanolehPemerintah,
DPR terlibat secara intens dalam keseluruhan proses penyusunan dan
penetapansebagaimanatelahdiuraikansebelumnya.
FungsiAnggaran.
Berkenaandenganfungsianggaran,DPRmempunyaihakbudget
sebagaimanadiaturdalamPasal23ayat(2)UUD1945PerubahanKetiga
http://www.pustakakendee.net/2012/05/mekanismepertanggungjawabankeuangan.html

10/13

6/12/2016

PustakaKenDee

yang menyebutkan bahwa RUU APBN diajukan oleh Presiden untuk


dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD. DPR
sesuai 7 Bagian ini banyak merujuk pada: Abdullah Zainie, Peranan
DPR dalam Reformasi Pengelolaan Anggaran Negara, Jurnal Forum
Inovasi Vol. 5: DesemberFebruari 2003, pp. 2025, 7780. dengan hak
budgetnyadapatmenyetujuiataupuntidakmenyetujuiRUUAPBNyang
diajukan oleh Pemerintah dan mengadakan pembahasan. Pembahasan
RUUAPBNsecarabersamaolehDPRdanPresidenselaindalamrangka
melaksanakan fungsi legislasi juga dimaksudkan agar DPR dapat
mengetahui dan mengidentifikasi dengan jelas bahwa terhadap alokasi
yang dicantumkan dalam RAPBN tersebut tidak terjadi penyelewengan.
Selain itu, DPR juga mempunyai hak untuk mengajukan usul yang
mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam
RUUAPBN.
Dalam konteks optimalisasi peranan DPR dalam penganggaran,
khususnyapadatahappenyusunandanpenetapanAPBN,AbdullahZainie
(2003)menggarisbawahibeberapahal,diantaranya:
1. DPR harus mempunyai waktu khusus untuk membahas proses
anggaran dengan mengkaji secara teliti sehingga proses tersebut dapat
berjalanlancar
2. DPR harus menguasai keseluruhan struktur dan proses anggaran
sehingga bisa memberikan peran yang maksimal terhadap proses
anggaran
3. DPR dengan didukung oleh Undangundang seharusnya mampu
memberikankontribusilebihbesarbukanhanyasekedarmenerimaatau
menolak RUU APBN. DPR seharusnya dapat mendiskusikan anggaran
sebagaisebuahinstrumenkebijakandanuntukmenjaminbahwaanggaran
tersebut sesuai dengan prinsipprinsip yang tercantum dalam konstitusi.
DPR juga harus bisa mengkaji dan menganalisis anggaran secara
terperinciberdasarkanfungsifungsiyangada
4. Anggaran seharusnya digunakan oleh Pemerintah dan DPR untuk
bertindak sebagai mitra yang berkepentingan dalam pencapaian tujuan
yang sama 5. Kepentingan tertinggi partai harus didahulukan di atas
kepentinganpartai
FungsiPengawasan.
PengawasanyangdilakukanolehDPRterdiridariduahal,yaitu:
1. Pengawasan terhadap Pemerintah dalam melaksanakan Undang
undang
2.PengawasanterhadapPemerintahdalammelaksanakanAPBN
PengawasanDPRterhadapPemerintahdalammelaksanakanAPBNdapat
dilakukanmelaluiduahal,yaitu:
1. Melalui rapatrapat kerja yang dilakukan oleh komisikomisi DPR
dengan departemendepartemen pemerintahan. Dalam rapat kerja
tersebut, DPR dapat mengadakan pembahasan mengenai berbagai hal
dengan Pemerintah. Selain itu, DPR juga membahas hasil dengar
pendapat komisikomisi dengan masyarakat, NGO, akademisi. Fungsi
pengawasan dan fungsi penganggaran akan beririsan ketika DPR
melakukan pembahasan dengan Pemerintah untuk menyetujui RUU
APBNatauPANyangdiajukanolehPemerintah.
2.MenerimadanmembahaslaporandariBPK.
Berdasarkan Pasal 23E UUD 1945 Perubahan Ketiga, ditetapkan bahwa
hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD,
DPRD,sesuaidengankewenangannya.Hasilpemeriksaanyangdilakukan
oleh BPK akan digunakan oleh DPR untuk mengevaluasi
pertanggungjawaban Pemerintah dalam pelaksanaan APBN. Menurut
Pasal145PeraturanTataTertibDPR,DPRmembahashasilpemeriksaan
tersebut yang diberitahukan oleh BPK dalam bentuk Hasil Pemeriksaan
Semester,yangkemudiandisampaikandalamrapatparipurnaDPRuntuk
dipergunakan sebagai bahan pengawasan. Hasil pemeriksaan juga
membantu DPR dalam rangka memberikan persetujuan atas PAN yang
diajukanolehPemerintah.
http://www.pustakakendee.net/2012/05/mekanismepertanggungjawabankeuangan.html

11/13

6/12/2016

PustakaKenDee

Penutup
Reformasi manajemen keuangan pemerintah yang telah
menelorkan UU No. 17/2003 dan UU No. 1/2004 beserta peraturan
peraturan pendukungnya telah memberikan landasan yang cukup kuat
untuk memperbaiki kinerja pengelolaan keuangan negara RI. Kedua
Undangundang tersebut dan diharapkan dilengkapi dengan UU
PemeriksaanpengelolaanKeuanganNegarayangmasihdibahasdiDPR
menyediakan instrument dan wahana yang kondusif untuk mewujudkan
good governance. Keindahan aturan, tentunya tidak akan berguna
manakalatidakdiimplementasikansebagaimanamestinya.
Dalam konteks ini, Pemerintah dan DPR diharapkan mampu
mengawal pelaksanaan paket undangundang dibidang keuangan negara
tersebut sekaligus melanjutkan proses reformasi manajemen keuangan
pemerintah. DPR dengan fungsifungsi yang dimilikinya, yakni fungsi
legislasi,fungsianggaran,danfungsipengawasan,dapatberperanoptimal
dalammemperbaikikinerjaanggarannegaradenganketerlibatannyayang
efektifsepanjangsiklusAPBN.
at 02:34:00
Labels: Makalah Hukum

Nocomments:
PostaComment
Untuk perbaikan ke depan silakan tinggalkan saran ataupun komentar...

Enteryourcomment...

Commentas:

Publish

Unknown(Google)

Signout

Notifyme

Preview

Linkstothispost
Create a Link
Newer Post

Home

Older Post

Subscribe to: Post Comments (Atom)

Link Pustaka

Link Beasiswa

Link Kampus

Scopus

Beasiswa S3

IAIN Jambi

Academia

Beasiswa Dikti

Politeknik Jambi

Perpustakaan UI

Beasiswa Unggulan

Universitas Jambi

Perpustakaan Nasional

Beasiswa Pemprov. Jambi

Universitas Indonesia

Perpustakaan Hukum Online

Lembaga Pengelola Dana Pendidikan

Universitas Gadjah Mada

Perpustakaan Daerah Prov. Jambi

Neso Indonesia

Universitas Islam Indonesia

Belanja Buku

Belbuk
http://www.pustakakendee.net/2012/05/mekanismepertanggungjawabankeuangan.html

Link Organisasi

Greenpeace

Info Kontak

Sekretariat:
12/13

6/12/2016

PustakaKenDee

Buku Kita

LIPI

Gramedia

UNESCO

Ini Buku

Walhi

PustakaKenDee[dot]Net
AstonGrahaR24
Muarojambi,Jambi,Indonesia

Copyright 2012 2016 PUSTAKAKENDEE.NET, All rights reserved Kebijakan Privasi | Syarat & Ketentuan | Disclaimer

http://www.pustakakendee.net/2012/05/mekanismepertanggungjawabankeuangan.html

13/13

Anda mungkin juga menyukai