Jbptitbpp GDL Fikriyunus 22661 3 2010ta 2 PDF
Jbptitbpp GDL Fikriyunus 22661 3 2010ta 2 PDF
GEOLOGI REGIONAL
2.1
BT dan 0019 LS 10043 LS. Pulau ini terletak di bagian paling timur Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Irian
Jaya (sekarang Papua) merupakan ekspresi permukaan dari batas utara deformasi
blok kontinen Australia dan Lempeng Pasifik. Secara fisiografi, van Bemmelen
(1949) telah membagi Papua menjadi 3 bagian utama (Gambar 2.1), yaitu:
Kepala
Badan
Ekor
Lokasi Penelitian
Perbukitan Kasar
Daerah perbukitan kasar yang berarah timur timurlaut berkembang di
bagian pantai utara daratan Papua, Pulau Batanta, dan Pulau Salawati dengan
puncak tertinggi di utara Pulau Salawati yaitu setinggi 931. Sungai Warsamson
yang memiliki lembah yang lebar terbentang sejajar dengan perbukitan kasar
tersebut dan memotong di daerah Papua Timur.
7
Lembah Antargunung
Lembah antargunung mempunyai dua lembah yang dipengaruhi oleh sesarsesar di bagian timurlaut Papua, yaitu lembah Warsamson dan Dore Hum.
Lembah Warsamson berdampingan dengan Sistem Sesar Sorong yang
membentuknya. Di atasnya ditutupi oleh endapan danau, yaitu lumpur, pasir,
kerikil, dan gambut. Lembah Dore Hum dibatasi di utara dan selatan oleh sesar
dan bertemu pada ujung barat dan ditutupi oleh rawa.
Dataran Aluvium
Fisiografi terletak pada elevasi 0-50 mdpl menutup bagian selatan daerah
Papua, bagian timur, selatan, dan baratdaya, Pulau Salawati, dan sejumlah Pulau
di Selat Sele.
2.2
Stratigrafi Regional
Susunan litologi Kepala Burung periode pra-tumbukan dianggap sebagai
bagian dari Benua Indo-Australia, sehingga susunan endapan sedimen periode ini
dapat diilustrasikan melalui perkembangan tektonik dan stratigrafi cekungan Benua
Indo-Australia bagian utara (Peck dan Soulhol, 1986; dan Henage, 1993). Dua
8
kecenderungan arah cekungan ditemui pada bagian utara kerak benua ini, yaitu
cekungan Paleozoikum (600 400 jtl) dan cekungan Mesozoikum (sekitar 200 jtl).
Hal ini menunjukkan adanya dua periode pemekaran (rifting). Pemekaran
Paleozoikum, pemekaran ini tidak diikuti oleh suatu break-up, tetapi oleh penurunan
umum dan transgresi laut, membentuk pengendapan sistem rift. Pemekaran
Mesozoikum ditunjukkan oleh Formasi Tipuma sebagai endapan syn-rift pada TriasJura, diikuti oleh break-up benua dan bergesernya benua India serta pembentukan
pengendapan lingkungan pasif margin.
Daerah Sorong dapat dibedakan menjadi empat mandala geologi utama. Dari
selatan ke utara, mandala itu adalah: Bongkah Kemum, Sistem Sesar Sorong,
Bongkah Tamrau, dan Mandala Batanta-Waigeo (Gambar 2.2).
Daerah penelitian
Gambar 2.2 Mandala geologi dan unsur tektonik utama daerah Sorong (Amri dkk., 1990).
Gambar di atas merupakan pembagian mandala-mandala geologi utama di daerah penelitian. Dari
selatan ke utara terdiri dari Blok Kemum, Sistem Sesar Sorong, Bongkah Tamrau, dan Mandala
Batanta-Waigeo. Daerah penelitian termasuk ke dalam 3 mandala yang terkait, yaitu: Blok Kemum,
Sistem Sesar Sorong, dan Blok Tamrau.
10
12
Kompresi ini hasil dari interaksi yang bersifat konvergen miring (oblique
convergence) antara Lempeng Benua Indo-Australia dan Lempeng Samudera PasifikCaroline (Dow dan Sukamto, 1984) (Gambar 2.4).. Konvergensi tersebut diikuti oleh
peristiwa tumbukan yang bersifat kolisi akibat interaksi pergerakan antara busur
kepulauan dengan lempeng benua yang terjadi selama Zaman Kenozoikum (Dewey
& Bird, 1970; Abers & McCafferey, 1988 dalam Sapiie, 1998). Interaksi kolisi ini
pergerakannya hampir membentuk sudut 2460 terhadap Lempeng Australia (Quarles
van Ufford, 1996 dalam Sapiie, 1998).
Gambar 2.4 Kondisi tektonik Pulau Papua (Nillandaroe dan Barraclough, 2003).
Pada gambar di atas tampak struktur sesar geser mengiri hadir sebagai zona-zona sesar utama.
Pada bagian utara Pulau New Guinea terdapat Zona Sesar Sorong yang menerus berarah barattimur. Pada bagian selatan terdapat Zona Sesar Tarera-Aiduna yang memiliki pola mirip dengan
Zona Sesar Sorong.
Tektonik Papua, secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
Badan Burung atau Papua bagian timur dan Kepala Burung atau Papua bagian barat.
Kedua bagian ini menunjukkan pola kelurusan barat-timur yang ditunjukan oleh
14
Tinggian Kemum di Kepala Burung dan Central Range di Badan Burung, kedua pola
ini dipisahkan oleh Jalur Lipatan Anjakan Lengguru berarah baratdaya-tenggara di
daerah Leher Burung dan juga oleh Teluk Cenderawasih.
Para ahli berpendapat mengenai kejadian utama kolisi yang terjadi
berdasarkan data-data penentuan umur kelompok batuan. Visser dan Hermes (1966)
berpendapat bahwa kejadian kolisi terjadi pada Oligosen setelah pengendapan
sedimen karbonat yang berubah menjadi pengendapan sedimen klastik akibat proses
pengangkatan. Batuan metamorf yang hadir di kawasan ini memberikan umur proses
kolisi terjadi pada Miosen (Pigram dkk., 1989 dalam Darman dan Sidi, 2000). Dari
kedua fakta terjadinya umur batuan tersebut, maka Dow dkk (1988 dalam Darman
dan Sidi, 2000) menyimpulkan bahwa Irian Jaya dan Papua Nugini merupakan
produk dari dua kolisi utama yang terjadi pada Kala Oligosen (Orogenesa Peninsula)
dan diikuti oleh proses kolisi yang terjadi pada Miosen (Orogenesa Melanesia).
Daerah Kepala Burung mengalami kompresi ke selatan sejak Oligosen sampai
Resen. Elemen-elemen struktur utama adalah Sesar Sorong, Blok Kemum Plateu
Ayamaru di utara, Sesar Ransiki, Jalur Lipatan-Anjakan Lengguru dan Cekungan
Bintuni dan Salawati di timur dan Sesar Tarera-Aiduna, Antiklin Misool-OninKumawa dan Cekungan Berau di selatan dan baratdaya. Cekungan-cekungan Bintuni,
Berau dan Salawati diketahui sebagai cekungan-cekungan Tersier.
Sistem Sesar Sorong memanjang dari daratan Irian Jaya bagian utara yang
mengikuti garis pantai melewati Selat Sele dan bagian utara Pulau Salawati. Lebarnya
sampai 10 km dan berarah barat-baratdaya. Sistem sesar itu berkembang sebagai hasil
proses yang sangat rumit. Strike-slip dan sesar normal berkembang di sepanjang
bidang sesar yang terputus-putus. Sungai Warsamson yang berarah timur-barat dan
perbukitan sempit yang memanjang di utaranya dipengaruhi oleh sesar dan
merupakan batas selatan struktur tersebut.
Sistem Sesar Sorong merupakan strike-slip bergerak mengiri sebagai hasil
interaksi antara Lempeng Australia-India di selatan dan lempeng-lempeng di sebelah
utara (Visser & Hermes, 1962; Hamilton, 1979; Dow & Sukamto, 1984; Pieters dkk,
1983). Pergerakan Sesar Sorong ditunjukkan oleh kehadiran struktur yang relatif
15
tegak dan menyamping dan jenis batuan yang memiliki sejarah geologi yang berbedabeda. Pergerakan Sesar Sorong yang terjadi di sepanjang Sistem Sesar Sorong itu
kemungkinan berlangsung dari Miosen Akhir sampai Pliosen dan setelah itu terjadi
pensesaran disertai pengangkatan wilayah bagian utara dan timur Kepala Burung
pada kala Pliosen dan Kuarter.
Blok Kemum adalah bagian dari tinggian batuan dasar, dibatasi oleh Sesar
Sorong di utara dan Sesar Ransiki di timur. Dicirikan oleh batuan metamorf, pada
beberapa tempat diintrusi oleh granit Permo-Trias. Batas selatannya dicirikan oleh
kehadiran sedimen klastik tidak termetamorfosakan berumur PaleozoikumMesozoikum dan batugamping-batugamping Tersier (Pigram dan Sukanta, 1981;
Pieters dkk., 1983). Blok Kemum terangkat pada masa Kenozoikum Akhir dan
merupakan daerah sumber sedimentasi utama pengisian sedimen klastik di utara
Cekungan Bintuni.
Cekungan Bintuni merupakan cekungan Tersier di selatan Blok Kemum, di
bagian timurnya dibatasi oleh Jalur Lipatan Anjakan Lengguru. Cekungan ini
dipisahkan dari Cekungan Salawati oleh Paparan Ayamaru dan dari Cekungan Berau
oleh Perbukitan Sekak (Gambar 2.5).
Plateu Ayamaru dan Pematang Sekak merupakan tinggian di tengah Kepala
Burung, dicirikan oleh sedimen tipis berumur Mesozoikum dan Tersier. Kedua
tinggian ini memisahkan Cekungan Bintuni dan Salawati (Visser and Hermes, 1962;
Pigram and Sukanta, 1981).
Antiklin Misol-Onin-Kumawa merupakan bagian antiklinorium bawah laut
yang memanjang dari Peninsula Kumawa sampai ke Pulau Misool (Pigram dkk.,
1982).
Jalur Lipatan Anjakan Lengguru berarah baratdaya-tenggara diperlihatkan
oleh suatu seri bentukan ramps dan thrust. Di bagian selatannya, jalur ini terpotong
oleh Zona Sesar Tarera-Aiduna (Hobson, 1997).
16
Gambar 2.5. Elemen Tektonik Kepala Burung (dimodifikasi dari Pigram dkk., 1982).
17
18