Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam menjalankan tugasnya seorang dokter gigi tidak terlepaskan dari kemungkinan
untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam
saliva dan darah pasien.1 Dalam praktek kedokteran gigi resiko terjadimya infeksi silang yang
disebabkan oleh karena bakteri dan virus sangatlah tinggi. Rawannya infeksi silang antara
pasien dengan dokter gigi atau pasien dengan pasien, dapat terjadi karena pekerjaan seorang
dokter gigi langsung berkontak dengan saliva dan darah pasien.2
Ilmu bedah mulut merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang
mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan tindakan bedah mayor, minor maupun
eksodonsia. Hampir semua tindakan bedah mulut melibatkan darah dan saliva sehingga inilah
yang menyebabkan dokter gigi harus di perhatikan keselamatan dirinya dengan cara
menerapkan proteksi diri sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi silang.3
Perlengkapan perlindungan diri yang biasa digunakan petugas kesehatan gigi harus
menutupi bagian tubuh mulai dari kepala hingga telapak kaki. Perlengkapan ini mulai dari
tutup kepala, masker, sarung tangan, pelindung mata, gaun dan alas kaki. Perlengkapan ini
tidak harus digunakan secara bersamaan, tergantung dari tingkat resiko yang mengerjakan,
prosedur dan tindakan medis serta perawatan. 3
Sarung tangan akan menjadi pelindung bagi semua pekerja kesehatan dan hal yang
terpenting pada pemakaian sarung tangan adalah dalam pencegahan infeksi di rongga mulut
pada pasien. Infeksi itu bisa disebabkan oleh jenis sarung tangannya yang steril atau yang
non-steril dan sampai saat ini diperlukan penggunaan teknik perlindungan selama perawatan
pasien. Sarung tangan steril yang pada umumnya tidak digunakan secara rutin ketika
prosedur pencabutan gigi dilakukan, sekarang sudah bisa digunakan secara rutin karena
diterima sebagai pertahanan yang baik terhadap infeksi silang antara operator dengan pasien
selain itu bertujuan untuk menjaga sterilitas selama operasi dan untuk meminimalkan infeksi
pascaoperasi. Sarung tangan dapat berupa single-use-disposable non sterile exam gloves atau

single-use-diposable sterile surgical gloves yang dapat digunakan dalam mulut pasien dan
digunakan untuk mencegah kontaminasi tangan petugas kesehatan.4
Material pada sarung tangan umumnya terbuat dari tiga bahan dasar yaitu natural
rubber latex (NRL), dan dua bahan sintetis akrilonitril-butadiene (nitril), dan polyninyl
chloride (vinyl, PVC) dan sarung tangan lateks merupakan sarung tangan yang paling banyak
digunakan, karena harganya yang cukup terjangkau dan mudah dicari sehingga
memungkinkan penggantian sarung tangan pada setiap pasien.4

BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Sejarah sarung tangan medis
Sarung Tangan
Pada awal 1900an penggunaan sarung tangan karet adalah umum digunakan di
kamar

bedah

di

Eropa

dan

Amerika

Serikat.

Meskipun

penggunaan sarung tangan lateks dalam operasi menjadi rutinitas setelah perang dunia
pertama.

Sarung

tangan

seperti

sarung

tangan

pemeriksaan,

tidak

konsisten

digunakan di daerah lain dengan onset penyebaran HIV dan hepatitis.


William

Halstead

adalah

ahli

bedah

diberikan

kredit

untuk

pengenalan

sarung tangan bedah pada tahun 1896. Sebagai kepala operasi di rumah sakit Johns Hopkins,
dan perawat nya, Caroline Hampton (kemudian menjadi Istrinya), menderita dermatitis parah
dari merkuri klorida, desinfektan yang digunakan untuk membersihkan instrumen dan tangan.
Akhirnya, ia meminta perusahaan Goodyear Rubber untuk membuat sarung tangan karet.
Sarung

tangan

ini

dikembangkan

bukan

untuk

melindungi

pasien

melainkan untuk melindungi tangan mereka sebagai penyediakan perawatan kesehatan.


Goodyear

membuat

dua

pasang

sarung

tangan

karet.

Sarung

tangan

tersebut

terbukti sangat efektif dalam melindungi kulit Caroline Hampton dari merkuri klorida dan
dijadikan prosedut wajib setiap melakukan operasi.5
Cuci tangan dan penggunaan sarung tangan, merupakan komponen kunci dalam
meminimalkan penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas infeksi.6
Sampai sekitar 20 tahun lalu, petugas kesehatan menggunakan sarung tangan untuk tiga
alasan, yaitu:
1. Mengurangi risiko petugas terkena infeksi bakterial dari pasien
2. Mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien
3. Mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan mikroorganisme yang
dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lainnya (kontaminasi silang)

Selanjutnya, sarung tangan terutama dipakai hanya oleh petugas yang merawat pasien yang
menderita infeksi patogen tertentu atau yang terpapar dengan pasien yang berisiko tinggi
hepatitis B. Sejak 1987, dengan adanya epidemi AIDS, terjadi lonjakan dramatis penggunaan
sarung tangan oleh petugas kesehatan dengan tujuan mencegah penularan HIV dan virus
lainnya dari pasien kepada tenaga kesehatan. Dengan demikian, dewasa ini sarung tangan
sekali pakai dan sarung tangan bedah menjadi perlengkapan pelindung yang paling banyak
dipakai. Sebagai contoh di Amerika Serikat, penggunaan sarung tangan meningkat dari 1,4
milyar pasang pada 1988 menjadi 8,3 milyar pada 1993 (NIOSH 1997).

2.2 Kapan Memakai Sarung Tangan


Sarung tangan ini harus selalu dipakai pada saat melakukan tindakan yang kontak atau
diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekret, kulit yang tidak utuh,
selaput lendir pasien dan benda terkontaminsi. Yang harus diperhatikan ketika menggunakan
sarung tangan yaitu gunakan sarung tangan yang berbeda untuk setiap pasien, segera lepas
sarung tangan apabila telah selesai dengan satu pasien dan ganti dengan sarung tangan yang
lain apabila menangani sarung tangan lain. Hindari jamahan pada benda lain selain yang
berhubungan dengan tindakan yang sedang dilakukan. Tidak dianjurkan menggunakan sarung
tangan rangkap karena akan menurunkan kepekaan. Kecuali dalam keadaan khusus seperti 15
tindakan yang menggunakan waktu lama lebih 60 menit, tindakan yang berhubungan dengan
darah atau cairan tubuh yang banyak, bila memakai sarung tangan ulang seharusnya sekali
pakai. Walaupun telah berulangkali terbukti sangat efektif mencegah kontaminasi pada
tangan petugas kesehatan, sarung tangan tidak dapat menggantikan perlunya cuci tangan.
Sarung tangan lateks kualitas terbaik pun mungkin mempunyai kerusakan kecil yang tidak
tampak. Selain itu, sarung tangan juga dapat robek sehingga tangan dapat terkontaminasi
sewaktu melepaskan sarung tangan.

2.3 Tergantung situasi, sarung tangan pemeriksaan harus dipakai bila mana:
1. Akan terjadi kontak tangan pemeriksa dengan darah atau duh tubuh lainnya, selaput
lendir atau kulit yang terbuka.
2. Akan melakukan indakan medik invasif (misalnya pemasangan alat-alat vaskular
sepertiintra-vena perifer).

3. Akan membersihkan sampah terkontaminasi atau memegang permukaan yang


terkontaminasi. Sarung tangan lain harus dipakai untuk setiap pasien untuk mencegah
kontaminasi silang. Penggunaan sarung tangan yang sama dan mencucinya di antara
pasien-pasien atau di antara bagian tubuh yang kotor dan bersih bukan merupakan
tindakan yang aman. Doebbeling dkk (1988) menemukan sejumlah bakteri pada
tangan petugas yang tidak mengganti sarung tangan di antara pasien walaupun telah
mencuci tangannya (yang memakai sarung tangan) tersebut.

2.4 Sarung tangan sekali pakai dapat digunakan kembali setelah:


1. Didekontaminasi dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Lepaskan sarung tangan
yang sudah terkontaminasi, masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi jika akan dipakai ulang, atau buang di tempat sampah.
2. Dicuci dan dikeringkan dan disterilisasi atau di disinfeksi tingkat tinggi.
3. Sarung tangan yang sudah rusak Jangan digunakan kembali
2.5 Jenis-jenis sarung tangan:
1. Sarung tangan bedah, dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau
pembedahan (misalnya seksio sesaria, laparatomi, insersi/pencabutan norplant,
persalinan per vaginam, vasektomi, laparakopi) dll. Keuntungan jenis ini, ukuran
dapat disesuaikan agar gerakan tangan selama prosedur bedah bebas. Kerugiannya;
mahal.
2. Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu
melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin, misalnya pada pemeriksaan dalam,
pemasangan dan pencabutan infus, pemasangan dan pencabutan AKDR (tanpa
menggunakan teknik sentuh). Harganya lebih murah dari sarung tangan bedah.
Biasanya tersedia dalam ukuran S.M.L. Sarung tangan dari lateks dapat dicuci dan
dikukus untuk dipakai kembali.
3. Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memroses peralatan, menangani
bahan-bahan

terkontaminasi,

dan

sewaktu

membersihkan

permukaan

yang

terkontaminasi. Biasanya murah dan dapat dicuci dan dipakai berulang-ulang.


Biasanya tidak terdapat di semua negara, bila tidak ada tersedia maka dapat dipakai
sarung tangan lateks. Sarung tangan bedah yang baik terbuat dari bahan lateks, karena
elastis, sensitif dan tahan lama, dan dapat disesuaikan dengan ukuran tangan. Karena
meningkatnya masalah alergi lateks, sedang dikembangkan bahan serupa, yang
disebut nitril yang merupakan bahan sintetik seperti lateks.

2.6

Sarung tangan pemeriksaan

Penentuan sarung tangan pemeriksaan apa yang terbaik untuk sesuatau pemeriksaan
bergantung pada tingkat risiko paparan terhadap darah atau tubuh terinfeksi (rendah atau
tinggi risikonya), lamanya tindakan, dan kemungkinan alergi terhadap lateks atau nitril.
1. Sarung tangan vinil adalah yang paling murah. Baik untuk pemeriksaan singkat dan
risiko paparan rendah. Jenis ini kurang elastis dan mudah robek. Digunakan untuk
mengosongkan tempat muntah, memindahkan jarum infus, dll (jika hanya sarung
tangan pemeriksaan yang tersedia dan risiko akan terpapar oleh darah dan cairan
tubuh cukup tinggi, ganti sarung tangan lebih sering dan pertimbangkan untuk
menggunakan sarung tangan rangkap)
2. Sarung tangan Lateks. Memberikan perlindungan terbaik. Digunakan untuk
tindakan bedah atau pemeriksaan yang berisiko sedang sampai tinggi terhadap
paparan darah atau duh tubuh yang potensial terkontaminasi. Jangan dipakai oleh
petugas yang diketahui atau disangka alergi terhadap lateks atau pada kontak yang
lama (1 jam) dengan disinfektan tingkat tinggi seperti gluteraldehid (dapat
menghilangkan efektivitas lateks karena berubah).
3. Sarung tangan nitril. Dianjurkan untuk staf yang alergi terhadap lateks dan dapat
digunakan untuk kegiatan dengan risiko sedang sampai tinggi. Sarung tangan nitril
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan lateks, tetapi lebih tahan terhadap bahanbahan dari minyak.

Yang dilakukan dan jangan dilakukan dalam pemakaian sarung tangan:


1. Pakailah sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya sarung tangan bedah.
Jika ukuran tidak sesuai dengan tangan pada pelaksanaan prosedur, dapat terjadi
gangguan atau mudah robek.
2. Gantilah sarung tangan secara berkala pada tindakan yang memerlukan waktu lama.
3. Potonglah kuku cukup pendek untuk mengurangi risiko robek atau berlubang.
4. Tariklah sarung tangan sampai meliputi tangan baju.
5. Pakailah cairan pelembab yang tidak mengandung lemak untuk mencegah kulit
tangan dari kekeringan/berkerut.
6. Jangan memakai cairan atau krim yang berbasis minyak, karena akan merusak sarung
tangan bedah dan sarung tangan pemeriksaan dari lateks.
7. Jangan pakai cairan pelembab yang terlalu wangi karena dapat merangsang kulit dan
menyebabkan iritasi.
8. Jangan simpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas atau terlalu
dingin, karena dapat merusak bahan sarung tangan tersebut.

Prosedur Pemasangan Sarung Tangan


Prosedur Pemasangan Sarung Tangan :
Tujuan
a.

Melindungi tangan dari kontak darah,semua jenis cairan tubuh,secret,eksreta ,

selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi.


b. Sarung tangan harus selalu dipakai oleh setiap petugas sebelum kontak dengan
darah atau semua jenis cairan tubuh,sekret,ekskreta dan benda yang
terkontaminasi
c. Mengurangi kontaminasi mikroorganisme yang dapat berpindah dari satu
orang ke orang lain.
d. Mencegah penularan flora dan penyakit lainnya serta mempertahankan
lingkungan bebas infeksi.
Indikasi
a. Kontak /diperkirakan kontak dengan darah dll.
b. Tindakan yang berhubungan dengan jumlah darah yang banyak seperti tindakan
c.

operasi, pertolongan pada persalinan.


Sarung tangan tidak digunakan untuk tindakan yang kemungkinan tidak terpajan
darah atau cairan tubuh seperti memandikan pasien dengan kulit normal,memberi
makan pasien, membantu untuk jalan.

Persiapan
a.

Sarung tangan yang digunakan harus sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan

dan harus steril


b. Kuku dijaga agar selalu pendek
c. Lepas cicin, jam tangan, gelang dan perhiasan lain
d. Cuci tangan sesuai dengan prosedur

CARA MEMASANG SARUNG TANGAN

1. Memasang sarung tangan pada diri sendiri


a. Sarung tangan disiapkan steril dalam keadaan separuh terlipat keluar. Bagian yang terlipat
dipegang dengan tangan kiri untuk mengenakan sarung ke tangan kanan.
b. Dengan tangan kiri ambillah sarung tangan kanan pada lipatan. Kemudian masukkan
tangan kanan ke dalam sarung tangan
c. Tangan kanan mengambil sarung tangan kiri dengan menyelipkan jari-jari di bawah lipatan
sarung tangan (bagian yang harus tetap steril dipegang oleh tangan yang sudah mengenakan
sarung tangan steril), masukkanlah jari-jari tangan kiri ke dalam sarung tangan tersebut
d. Cuuf baju /jubah operasi (ujung lengan baju harus masuk ke dalam sarung tangan tersebut.
Ingat anda sudah steril, maka harus hati hati tidak boleh terkontaminasi.
2. Memasang sarung tangan untuk orang lain
a. Ambil sarung tangan sebelah kanan (tangan kanan didahulukan)
b. Pegang sarung tangan setinggi pinggang dengan ibu jari kearah dokter dengan lipatan cuf
di atas jari-jari anda
c. Kemudian pemakai akan akan memasukan tangan kanannya ,kemudian mendorong
tangannya masuk ke dalam sarung tangan
d. Lepaskan lipatan sarung tangan di atas cuf baju

e. Ulangi prosedur di atas untuk tangan kiri

1. Bakar, A. 2008. Kedokteran Gigi Klinis. Edisi 2. Quantum Sinergis Media.


2. Chrismawaty E. (2006) Peran struktur mukosa rongga mulut dalam mekanisme blockade
fisik terhadap iritan. MIKGI, 244.
3. Crow, S. Asepsis The Foundation of Infection Control Practices. Louisiana State
University Health Care Centre.
4. Philips P. 2002. the latex glove manufacturing process, director surgical materials testing
labolatory bincess of walles hospital, bridgend walles.

5. Ansel. Hazards associated with gloves powder. diakses tanggal 12 april 2016.
http://www.ansellhealthcare.com/pdf/ceu/hazards_powder.pdf
6. Tietjen L, Bossemeyer D, McIntosh N. Panduan pencegahan infeksi untuk fasilitas
pelayanan kesehatan dengan sumber daya terbatas. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
prawirohardjo; Jakarta; 2004.
7. JNPK_KR. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pwlayanan Kesehatan
Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
8. Bisono. 2003. Petunjuk Praktis Operasi Kecil. Jakarta : EGC. Hal 20-21

KESIMPULAN

Sarung tangan memiliki berbagai jenis, di antaranya sarung tangan bedah, sarung
tangan pemeriksaan, dan sarung tangan rumah tangga. Sarung tangan pemeriksaan terdiri dari
dari sarung tangan vinil, sarung tangan lateks, dan sarung tangan nitril. Penentuan sarung
tangan pemeriksaan apa yang terbaik untuk sesuatu pemeriksaan bergantung pada tingkat

risiko paparan terhadap darah atau tubuh terinfeksi (rendah atau tinggi risikonya), lamanya
tindakan, dan kemungkinan alergi terhadap lateks atau nitril.
Sarung tangan karet umum digunakan di kamar bedah di Eropa dan Amerika Serikat
pada awal tahun 1900an.Cuci tangan dan penggunaan sarung tangan, merupakan komponen
kunci dalam meminimalkan penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas
infeksi.Petugas kesehatan menggunakan sarung tangan untuk tiga alasan, yaitu mengurangi
risiko petugas terkena infeksi bakterial dari pasien, mencegah penularan flora kulit petugas
kepada pasien, serta mengurangi kontaminasi silang antara petugas kesehatan dengan pasien.
Walaupun telah berulangkali terbukti sangat efektif mencegah kontaminasi pada
tangan petugas kesehatan, sarung tangan tidak dapat menggantikan perlunya cuci tangan.
Sarung tangan pemeriksaan harus dipakai bila akan terjadi kontak tangan pemeriksa dengan
darah, semua jenis cairan tubuh,sekret, ekskreta, selaput lendir pasien dan benda yang
terkontaminasi.

Anda mungkin juga menyukai