Anda di halaman 1dari 13

IMUNISASI

A. Pengertian
Imunisasi adalah : suatu usaha untuk memberikan kekebalan secara
aktif pada bayi atau anak terhadap penyakit tertentu, dengan memasukkan
vaksin (bibit penyakit yang telah dimatikan/dilemahkan)
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah
suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi.
Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya
menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit
yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang
diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin
timbul.
Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang
serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
B. Jenis-jenis imunisasi wajib
1. Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan.
Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi
berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak
berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL.
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang
dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Kontraindikasi
untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan

(misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid


jangka panjang, penderita infeksi HIV).
2. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap
difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang
menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius
atau fatal.
Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang
ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang
melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat
menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas,
makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius,
seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi
bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak
yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam
bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha.
3. Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang
dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat
untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak
perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi
difteri dan tetanus.
4. Imunisasi TT

Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif


terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan
untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus.
Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat
kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan
5. Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.

Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu
maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan
pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan
kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
-

IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio


yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan

OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup


yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk
monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.

6. Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
campak (tampek).
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9
bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6
bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan
dalam sebanyak 0,5 mL. Kontra indikasi pemberian vaksin campak:

infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38Celsius

gangguan sistem kekebalan

pemakaian obat imunosupresan

alergi terhadap protein telur

hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

wanita hamil.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare,
konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
7. Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan
dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak
menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair.
Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga
bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak
dan bahkan kematian.
Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada
salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri.
Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan
korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga
menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi
kemandulan.
Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit
dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa
menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran
atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli).

Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi


penelitian
8. Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe
b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi
tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak.
Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak
berumur 2, 4 dan 6 bulan.
9. Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.
Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian
secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan
mengelupas.
Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar
air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella.
Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur
13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang
berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi
varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2
dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu. Cacar air disebabkan oleh
virus varicella-zoster dan sangat menular.
Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada
sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya
harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya meninggal.

Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang


lebih serius.
10.

Imunisasi HBV

Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.


Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati
dan kematian.

Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki
HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan.
Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan
antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara
suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun
setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan
dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.

Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV
pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan
kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat
anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6
bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui,
diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan,
contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif,
maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda
sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu

hamil.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan)
dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran
pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.
11.

Imunisasi Pneumokokus Konjugata

Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis


bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat
menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia
(infeksi darah).
Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat
digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap
terjadinya infeksi pneumokokus
C. Cara pemberian dan Dosis
1. Cara penyuntikan BCG

Bersihkan lengan dengan kapas air


Letakkan jarum hampir
sejajar dengan lengan anak
dengan ujung jarum yang
berlubang menghadap keatas.
Suntikan 0,05 ml intra kutan
merasakan tahan
benjolan kulit yang pucat
dengan pori- pori yang khas
diameter 4-6 mm

2. . Imunisasi DPT
Terdiri dari

toxoid difteri yaitu racun yang dilemahkan


Bordittela pertusis yaitu bakteri yang dilemahkan
toxoid tetanus yaitu racun yang dilemahkan (+) aluminium fosfat dan
mertiolat

Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan

putih didasarnya
Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis

pada bayi kecil.


Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha.
Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 minggu.
Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jika diberikan sub kutan
menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat.

3. Imunisasi Hepatitis B
Vaksin berisi HBsAg murni
Diberikan sedini mungkin setelah lahir
Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml.
Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8C
Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan immunoglobulin hepatitis B

12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B


Dosis kedua 1 bulan berikutnya
Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan)
Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian
Kadar pencegahan anti HBsAg > 10mg/ml

4. Imunisasi Polio

Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm
biakan sel-vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam

magnesium klorida dan fenol merah


Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam

flacon, pipet.
Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml)
Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu
Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI
Anak diare akibat gangguan penyerapan vaksin.
Ada 2 jenis vaksin
IPV salk
OPV sabin IgA lokal
Penyimpanan pada suhu 2-8C
Virus vaksin bertendensi mutasi di kultur jaringan maupun tubuh

penerima vaksin
Beberap virus diekskresi mengalami mutasi balik menjadi virus polio
ganas yang neurovirulen

5. Imunisasi Campak

Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane)


yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku

kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades.


Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi

yang diperoleh dari ibu.


Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri.
Disimpan pada suhu 2-8C, bisa sampai 20 derajat celsius
Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8C
Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan,
diulang 6 bulan kemudian

6. Imunisasi HIB

Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Haemofilus influenza tipe B


Diberikan MULAI umur 2-4 bulan, pada anak > 1 tahun diberikan 1

kali
Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit.
Dosis 0,5 ml diberikan IM
Disimpan pada suhu 2-8C

7. Imunisasi MMR

Merupakan vaksin hidup yang dilemahkan terdiri dari:


Measles strain moraten (campak)
Mumps strain Jeryl lynn (parotitis)
Rubela strain RA (campak jerman)
Diberikan pada umur 15 bulan. Ulangan umur 12 tahun
Dosis 0,5 ml secara sub kutan, diberikan minimal 1 bulan setelah
suntikan imunisasi lain.

8. Imunisasi Typhus

Tersedia 2 jenis vaksin:


suntikan (typhim) >2 tahun
Typhim (Capsular Vi polysaccharide-Typherix) diberikan dengan dosis

0,5 ml secara IM. Ulangan dilakukan setiap 3 tahun.


Disimpan pada suhu 2-8C
Tidak mencegah Salmonella paratyphi A atau B
Imunitas terjadi dalam waktu 15 hari sampai 3 minggu setelah

imunisasi
oral (vivotif) > 6 tahun, 3 dosis

9. Imunisasi Varicella

Vaksin varicella (vaRiLrix) berisi virus hidup strain OKA yang

dilemahkan. Bisa diberikan pada umur 1 tahun, ulangan umur 12


tahun.
Vaksin diberikan secara sub kutan Penyimpanan pada suhu 2-8C.

10. Imunisasi Hepatitis A


Imunisasi diberikan pada daerah kurang terpajan, pada anak umur >

2 tahun. Imunisasi dasar 3x pada bulan ke 0, 1, dan 6 bulan


kemudian. Dosis vaksin (Harvix-inactivated virus strain HM 175) 0,5
ml secara IM di daerah deltoid. Reaksi yag terjadi minimal kadang
demam, lesu, lelah, mual- muntah dan hialng nafsu makan.
D. Jadwal Imunisasi
Jadwal imunisasi pada bayi dan anak
JENIS

WAKTU PEMBERIAN

BCG

3 14 BULAN

DPT

I. 3 Bln atau lebih.


II. 4 Bln atau lebih
III. 5 Bln atau lebih
IV. 1 - 2 Tahun
V. 5 tahun Masuk SD
I.
3 Bln atau lebih
II.
4 Bln atau lebih
III.
5 Bln atau lebih
IV.
1 - 2 Tahun
V.
5 Tahun Masuk SD
9 Bulan atau lebih (cukup
sekali).

Polio

Campak

Jadwal Pemberian imunisasi bayi lahir di rumah sakit.


UMUR

VAKSIN

0 Bln

HB 1

BCG

Polio 1

2 Bln

HB 2

DPT 1

Polio 2

3 Bln

DPT 2

Polio 3

4 Bln

DPT 3

Polio 4

9 Bln

HB 3

Campak

umur
Saat

Vaksin
Hepatitis

keterarang
Hepatitis B-1 HB-1 harus diberikan dalam waktu 12

lahir

B-1

jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6


bulan. Apabila status HbsAg-B
ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir
diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin
HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak
diketahui dan ternyata dalam perjalanan
selanjutnya
diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih
dapat

Polio-0

diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.


Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama.
Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan
saat bayi dipulangkan (untuk menghindari
transmisi virus vaksin kepada bayi lain)

1 Bulan

Hepatitis

0-2

B-2
BCG

Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1


dan HB-2 adalah 1 bulan.
BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG

Bulan

akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya

2 Bulan

diberikan apabila uji tuberkulin negatif.


DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu,

dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG


DTP-1

dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1


diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP- T)
Hib-1

Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan


interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara

Polio-1

terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.


Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1

4 Bulan

DTP-2

DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara


terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).

HIB-2

Hib-2 dapat diberikan terpisah atau


dikombinasikan dengan DTP-2

6 Bulan

Polio-2

Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

DTP-3

DTP-3 dapat diberikan terpisah atau

Hib-3

dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T)


Apabila mempergunakan Hib- OMP, Hib-3 pada
umur 6 bulan tidak perlu diberikan

9 Bulan

Polio-3

Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3

Hepatitis

HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan

B-3

respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3

Campak-1

minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.


Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2
merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6
tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur
15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.

15-18

MMR

imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada

Bulan

18
Bulan
2 Tahun

Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan


umur 12 bulan.

Hib-4

Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-

DTP-4

OMP).
DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah

Polio-4
Hepatitis A

DTP-3.
Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.
Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2
tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12

2-3
Tahun

Tifoid

bulan.
Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan
untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida
injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.

5 Tahun

DTP-5

DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)

6 Tahun

Polio-5
MMR

Polio-5 dibberikan bersamaan dengan DTP-5


Diberikan untuk catch-up immunization pada anak
yang belum mendapatkan MMR-1.

10

dT/TT

Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau


TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama

Tahun

25 tahun.
Varisela

Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

Anda mungkin juga menyukai