Anda di halaman 1dari 15

PLANNING OF ACTION ( POA ) PROGRAM IMUNISASI

UPTD PUSKESMAS PENYANDINGAN KECAMATAN SOSOH BUAY RAYAP


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu
dan daya saing Sumber Daya Manusia Indonesia.
Pembangunan jangka panjang bidang kesehatan sejalan dengan Visi Departemen
Kesehatan RI yaitu menuju Indonesia sehat 2015 dan selanjutnya dijabarkan dalam Misi
Depkes yaitu memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau dengan semakin mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Dalam melaksanakan misi tersebut diatas maka, ada beberapa strategi yang diterapkan
yaitu terciptanya paradigma sehat, profesionalisme, JPKM dan desentralisasi. Kebijakan
Pemerintah Republik Indonesia yang dalam hal ini juga tertuang dalam bentuk keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas). Puskesmas merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan
Kesehatan Nasional. Untuk mencapai kondisi tersebut perlu diselenggarakan berbagai upaya
kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu serta berkesinambungan.
Puskesmas merupakan salah satu unit fungsional terdepan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara langsung kepada masyarakat dengan 7 program pokok dan 16 program
inovatif sebagai usaha poko kesehatan ( Basic Health Service ) yang dilaksanakan baik
didalam maupun diluar gedung, utamanya program prioritas dalam rangka meningkatkan
jangkauan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
dengan tidak mengesampingkan peningkatan sumber daya.
Dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas mengacu

pada

empat

azas

penyelenggaraan, yaitu azas pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan masyarakat,


azas keterpaduan, dan azas rujukan. Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan
pengelolaan program kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen yang
baik. Manajemen puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan serta pengendalian, pengawasan dan
penilaian.
Salah satu penerapan fungsi manajemen puskesmas adalah penyusunan rencana
kegiatan ( POA ) puskesmas. POA ini disusun berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan
puskesmas, yang termasuk fungsi perencanaan. Perencanaan adalah proses penyusunan
rencana puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerjanya dengan tetap
mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai sebelumnya.
Dengan POA ini diharapkan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban dengan tetap mempertimbangkan


hambatan, dukungan dan potensi yang ada.
1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat penyakit yang
dapat di cegah dengan iunisasiPD3I.
1.2.2.Tujuan Khusus:
1. Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu cakupan imunisasi lengkap
minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/ kelurahan pada tahun 2010
2. Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per 1.000
kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2005.
3. ERAPO (Eradikasi polio) diharapkan untuk tidak ada lagi virus polio di Indonesi pada
tahun 2014.
4. Tercapainya reduksi campak (RECAM) dimana angka kesakitan campak turun sampai
95% disbanding sebelum ada program imunisasi.
5. Mutu pelayanan sesuai standar WHO.
6. Pemeratan pelayanan sampai kedesa-desa.
7. Tercapainya komitmen global.
1.2.3Target
Pada Imunisasi adalah masyarakat di wilayah Puskesmas Penyandingan
1.3 VISI, MISI DAN TATA NILAI PROGRAM TB PARU
1.3.1 VISI PROGRAM TB PARU
Menurunkan angka kesakitan 10 penyakit menular di wilayah Puskesmas

Penyandingan tahun 2016


Meningkatkan cakupan penjaringan suspek TB, khususnya pada masyarakat di
wilayah Puskesmas Penyandingan tahun 2016

1.3.2

BAB lll
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Imunisasi
Imunisasi adalah : suatu usaha untuk memberikan kekebalan secara aktif pada bayi atau
anak terhadap penyakit tertentu, dengan memasukkan vaksin (bibit penyakit yang telah
dimatikan/dilemahkan)
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit.
Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi
terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu
membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.

Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh
lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul.
Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini
sudah jarang ditemukan.
A. Jenis-jenis imunisasi wajib
1. Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG
diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada
lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak
berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL.
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan,
sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita
gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan
steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).
2. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan
tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat
yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa
minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan
atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan
kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang
serta kejang
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang
dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot
lengan atau paha.
3. Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman
penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang
tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi
difteri dan tetanus.
4. Imunisasi TT

Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif)
maupun pengobatan penyakit tetanus.
Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7
bulan dan 8 bulan
5. Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.
Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua
lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot
untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
-

IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah
dimatikan dan diberikan melalui suntikan

OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV)
efektif melawan 1 jenis polio.

6. Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada
kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin
disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL. Kontra indikasi pemberian vaksin campak:
-

infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38Celsius

gangguan sistem kekebalan

pemakaian obat imunosupresan

alergi terhadap protein telur

hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

wanita hamil.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan
gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
7. Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak
Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk,
hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia.
Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan
bahkan kematian.
Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun

kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi
pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga
menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan.
Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan
kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan
perdarahan.
Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan
pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli).
Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian
8. Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa
menyebabkan anak tersedak.
Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6
bulan.
9. Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.
Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan
mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.
Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk
menjalani imunisasi varisella.
Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya
memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum
pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya
diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu. Cacar air disebabkan oleh virus
varicella-zoster dan sangat menular.
Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus
terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan
beberapa diantaranya meninggal.
Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius.
10. Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.
Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa

diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan.


Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I
dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi
ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan
dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri
dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah
lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat
anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam
waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan
status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1
minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benarbenar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam
ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa
hari.
11. Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering
menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius,
seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).
Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada
anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus
B. Cara pemberian dan Dosis
1. Cara penyuntikan BCG

Bersihkan lengan dengan kapas air


Letakkan jarum hampir
sejajar dengan lengan anak
dengan ujung jarum yang
berlubang menghadap keatas.
Suntikan 0,05 ml intra kutan
merasakan tahan
benjolan kulit yang pucat
dengan pori- pori yang khas
diameter 4-6 mm

2. . Imunisasi DPT
Terdiri dari

toxoid difteri yaitu racun yang dilemahkan


Bordittela pertusis yaitu bakteri yang dilemahkan
toxoid tetanus yaitu racun yang dilemahkan (+) aluminium fosfat dan mertiolat
Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan putih didasarnya
Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada bayi kecil.
Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha.
Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 minggu.
Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jika diberikan sub kutan menyebabkan iritasi
lokal, peradangan dan nekrosis setempat.

3. Imunisasi Hepatitis B

Vaksin berisi HBsAg murni

Diberikan sedini mungkin setelah lahir

Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml.

Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8C

Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan immunoglobulin hepatitis B 12 jam setelah lahir
+ imunisasi Hepatitis B

Dosis kedua 1 bulan berikutnya

Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan)

Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian

Kadar pencegahan anti HBsAg > 10mg/ml


4. Imunisasi Polio

Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm biakan sel-vero :
asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium klorida dan fenol merah
Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet.
Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml)
Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu
Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI
Anak diare akibat gangguan penyerapan vaksin.
Ada 2 jenis vaksin
IPV salk
OPV sabin IgA lokal
Penyimpanan pada suhu 2-8C
Virus vaksin bertendensi mutasi di kultur jaringan maupun tubuh penerima vaksin
Beberap virus diekskresi mengalami mutasi balik menjadi virus polio ganas yang
neurovirulen

5. Imunisasi Campak

Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan +
kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut
aquades.
Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari
ibu.
Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri.
Disimpan pada suhu 2-8C, bisa sampai 20 derajat celsius
Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8C
Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian

6. Imunisasi HIB

Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Haemofilus influenza tipe B


Diberikan MULAI umur 2-4 bulan, pada anak > 1 tahun diberikan 1 kali
Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit.
Dosis 0,5 ml diberikan IM
Disimpan pada suhu 2-8C

7. Imunisasi MMR

Merupakan vaksin hidup yang dilemahkan terdiri dari:


Measles strain moraten (campak)
Mumps strain Jeryl lynn (parotitis)
Rubela strain RA (campak jerman)
Diberikan pada umur 15 bulan. Ulangan umur 12 tahun
Dosis 0,5 ml secara sub kutan, diberikan minimal 1 bulan setelah suntikan imunisasi lain.

8. Imunisasi Typhus

Tersedia 2 jenis vaksin:


suntikan (typhim) >2 tahun
Typhim (Capsular Vi polysaccharide-Typherix) diberikan dengan dosis 0,5 ml secara IM.
Ulangan dilakukan setiap 3 tahun.
Disimpan pada suhu 2-8C
Tidak mencegah Salmonella paratyphi A atau B
Imunitas terjadi dalam waktu 15 hari sampai 3 minggu setelah imunisasi
oral (vivotif) > 6 tahun, 3 dosis

9. Imunisasi Varicella

Vaksin varicella (vaRiLrix) berisi virus hidup strain OKA yang dilemahkan. Bisa
diberikan pada umur 1 tahun, ulangan umur 12 tahun.
Vaksin diberikan secara sub kutan Penyimpanan pada suhu 2-8C.

10. Imunisasi Hepatitis A

Imunisasi diberikan pada daerah kurang terpajan, pada anak umur > 2 tahun. Imunisasi
dasar 3x pada bulan ke 0, 1, dan 6 bulan kemudian. Dosis vaksin (Harvix-inactivated
virus strain HM 175) 0,5 ml secara IM di daerah deltoid. Reaksi yag terjadi minimal
kadang demam, lesu, lelah, mual- muntah dan hialng nafsu makan.
C. Jadwal Imunisasi
Jadwal imunisasi pada bayi dan anak
JENIS

WAKTU PEMBERIAN

BCG

3 14 BULAN

DPT

I.
II.
III.
IV.
V.
I.
II.
III.

Polio

3 Bln atau lebih.


4 Bln atau lebih
5 Bln atau lebih
1 - 2 Tahun
5 tahun Masuk SD
3 Bln atau lebih
4 Bln atau lebih
5 Bln atau lebih

Campak

IV.
1 - 2 Tahun
V.
5 Tahun Masuk SD
9 Bulan atau lebih (cukup sekali).

Jadwal Pemberian imunisasi bayi lahir di rumah sakit.


UMUR

VAKSIN

0 Bln

HB 1

BCG

Polio 1

2 Bln

HB 2

DPT 1

Polio 2

3 Bln

DPT 2

Polio 3

4 Bln

DPT 3

Polio 4

9 Bln

HB 3

Campak

umur

Vaksin

Saat lahir

Hepatitis B-1

keterarang
Hepatitis B-1 HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status
HbsAg-B
ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5
ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status
HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan
selanjutnya
diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat
diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.

Polio-0

Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi


yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan
(untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain)

Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2


adalah 1 bulan.

1 Bulan

Hepatitis B-2

0-2 Bulan

BCG

2 Bulan

DTP-1

DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat


dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara
kombinasi dengan Hib-1 (PRP- T)

Hib-1

Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan.


Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan
dengan DTP-1.

BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan


diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji
tuberkulin negatif.

Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1


Polio-1

4 Bulan

DTP-2

DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau


dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).

HIB-2

Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan


DTP-2

Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2


Polio-2

6 Bulan

DTP-3

DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan


Hib-3 (PRP-T)

Hib-3

Apabila mempergunakan Hib- OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan


tidak perlu diberikan

Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3


Polio-3

Hepatitis B-3

9 Bulan

Campak-1

15-18

MMR

HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons


imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik
5 bulan.
Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan
program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah
mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu
diberikan.

Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi


campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.

Bulan
Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).
Hib-4
DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.
18 Bulan

DTP-4
Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.
Polio-4

2 Tahun

Hepatitis A

2-3 Tahun

Tifoid

5 Tahun

DTP-5

Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan


dua kali dengan interval 6-12 bulan.
Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur
> 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang
setiap 3 tahun.
DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)

Polio-5 dibberikan bersamaan dengan DTP-5


Polio-5

6 Tahun

MMR

Diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum


mendapatkan MMR-1.

10 Tahun

dT/TT

Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan


untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun.

Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.


Varisela

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1

Identifikasi Masalah
Beberapa potensi masalah yang berhasil diidentifikasi di Puskesmas Penyandingan

adalah :
1. Pengetahuan masyarakat tentang Imunisasi masih rendah
2. Rendahnya cakupan kunjungan bayi / balita di posyandu
3. Bayi / balita mendapat imunisasi di fasilitas kesehatan lain
4.2.

Prioritas Masalah
1. Pengetahuan masyarakat tentang Imunisasi masih rendah
2. Rendahnya cakupan kunjungan bayi / balita di posyandu

4.3 Penyebab Masalah


1) Minimnya penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas
2) Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan
3) Jarak tempuh yang jauh dari tempat tinggal beberapa pasien ke tempat pelayanan
posyandu di beberapa desa wilayah kerja UPTD Puskesmas Penyandingan
4) Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang imunisasi
5) Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gratisnya pelayanan pemeriksaan
dan penatalaksanaan imunisasi di Posyandu

6) Persepsi masyarakat untuk lebih baik imunisasi langsung ke Rumah Sakit daripada ke
Posyandu atau Puskesmas
7) Kurangnya alokasi dana pemerintah untuk pelaksanaan kegiatan imunisasi

BAB IV
RENCANA USULAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN WAJIB
UPTD PUSKESMAS PENYANDINGAN
TAHUN 2016
UPAYA
NO KESEHATAN
1.

Cakupan
UCI (95%)

KEBUTUHAN SUMBER DAYA


KEGIATAN

TUJUAN

SASARAN

TARGET

DANA

ALAT

TENAGA

SUMBER
INDIKATOR
PEMBIAYAAN
KEBERHASILAN
Ada Peningkatan Dana BOK
Pengetahuan
Masyarakat
Tentang Penyakit
Imunisasi

Promosi aktif
dengan
Penyuluhan di
Posyandu dan
melibatkan
kader

Meningkatkan penge- Masyarakat di 80 %


tahuan masyarakat
wilayah
tentang Imunisasi dan UPTDPuskesmas
manfaat imunisasi
Penyandingan

11 desa x Rp 100.000 Pamflet Petugas


Leaflet Kesehatan:
Petugas
imunisasi

Sweeping
Imunisasi

Meningkatkan angka Masyarakat di


80 %
cakupan Imunisasi
wilayah kerja
UPTDPuskesmas
Penyandingan

11 desa x Rp 100.000 Buku Petugas


Kunjun Kesehatan:
gan
Petugas
Imunisasi

Adanya
Dana BOK
peningkatan angka
cakupan Imunisasi

Melakukan
Imunisasi di
Posyandu

Meningkatkan angka Masyarakat di


80 %
cakupan Imunisasi
wilayah kerja
UPTDPuskesmas
Penyandingan

11 desa x Rp 100.000 Buku Petugas


Kunjun Kesehatan:
gan
Petugas
Imunisasi

Adanya
Dana BOK
peningkatan angka
cakupan Imunisasi

BAB V
PENUTUP
Pembuatan PLANNING Of Action ( POA ) dilakukan dengan dasar pencapaian program
2015 .Upaya kegiatan promosi kesehatan yang sudah dilakukan di

UPTD Puskesmas

Penyandingan dengan bersumber daya masyarakat. Program Promosi Kesehatan ini merupakan
pedoman pelaksanaan dari berbagai program di dalam kegiatan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat, terutama di wilayah Puskesmas Pembantu (Pustu), Poskesdes dalam berbagai Upaya
Kesehatan Bersumber daya Masyarakat ( UKBM ) dan dalam melakukan pembinaan program
Kesehatan Panca indra Oleh karena itu dalam pembentukan maupun pengembangan UKBM yang
dilaksanakan oleh masyarakat sebagai bentuk partisipasinya , hendaknya selalu mendapat
bimbingan / pembinaan dari petugas kesehatan baik dari petugas kesehatan desa / kelurahan
setempat maupun dari Puskesmas serta dari Dinas Kesehatan.
Rencana Kegiatan Operasional ini bersifat dinamis, artinya dapat disempurnakan kembali
bila ada masukan untuk penyempurnaan. Demikian yang dapat disampaikan dalam penyusunan
POA tahun 2016 dengan satu harapan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan / pelayanan kesehatan
dapat berhasil guna dan berdaya guna.
5.1

Kesimpulan
Pencapaian UPTD Puskesmas Penyandingan untuk program imunisasi mencapai 70 %.

Hal-hal

yang

dapat

menyebabkan cakupan imunisasi belum mencapai target adalah masih

rendahnya pengetahuan dan kemauan masyarakat agar segera mendatangi petugas kesehatan
untuk memeriksakan diri sesegera mungkin untuk divaksinasi
Kurangnya penyuluhan di dalam dan di luar puskesmas mengenai Imunisasi berpengaruh
terhadap hasil cakupan. Di

puskesmas

Penyandingan juga terlihat kurangnya pemanfaatan

media informasi seperti papan informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang Imunisasi.
5.2

Saran
Promosi kesehatan :
1. Melakukan pembinaan Kader
2. Melakukan penempelan poster dan penyebaran pamflet mengenai imunisasi di
tempat-tempat umum, seperti pada papan pengumuman mesjid, sekolah-sekolah,
balai pemuda dan pasar, bekerjasama dengan organisasi mahasiswa
Penanggungjawab P2TB :
1. Melakukan

kunjungan rumah pada bayi yang belum mendapat imunisasi

lengkap, bekerjasama dengan kader.


Kepala Puskesmas :

Melakukan sosialisasi tentang manfaat imunisasi pada setiap desa di kecamatan sosoh
buay rayap.

Anda mungkin juga menyukai