Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Kambing pedaging atau kambing potong adalah tipe kambing yang


dipelihara dan dikembangbiakan untuk menghasilkan dagingsebagai produk
utamanya. Secara umum, kambing (baik tipe pedaging maupun tipe perah)
memiliki ciri-ciri berkuku genap, bertanduk sepasang menggantung dan sebagian
besar senang hidup di lereng-lerang curam, sehingga sering digolongkan sebagai
hewan pegunungan.

Kambing memiliki kebiasaan makan hijauan dari jenis

dedaunan. Namun kambing mampu bertahan hidup di daerah yang kondisinya


gersang.
Menurut sejarah, kambing merupakan ternak tertua kedua setelah anjing.
Ternak kambing dapat menyumbangkan 14% 25% dari pendapatan petani
Indonesia, sehingga sangat nyata peran ternak kambing terhadap nilai ekonomi,
sosial dan budaya. Namun peran dan potensi yang tinggi dari ternak ini akan sulit
dipertahankan jika petani/peternak tidak memiliki pengetahuan mengenai
manajemen dan tatalaksana peternakan dari usaha ternak kambing ini, yaitu:

bibit

Perkandangan

Pakan

Penyakit dan pengendaliannya

panen dan pemasaran

Berdasarkan itulah diperlukan upaya dari berbagai pihak (termasuk koperasi)


dalam proses alih ilmu dan teknologi kepada peternak melalui program
penyuluhan dengan tetap memperhatikan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
setempat. Masyarakat awam mungkin banyak yang mengira bahwa kambing
adalah domba dan domba adalah kambing.

Namun kedua ternak tersebut

sebenarnya berbeda yang ditandai oleh beberapa faktor pembeda, Jika menilik
kepada sistem pencernaan, kebutuhan nutrisi dan tujuan utama hasil produksi,
maka kambing pedaging tergolong ke dalam ternak ruminansia, selain sapi
pedaging, sapi perah, kerbau, domba dan kambing perah

Bangsa-Bangsa Kambing Perah

Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang cukup digemari dan
telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, namun skala usahanya masih
terbatas dengan sistem pemeliharaan dan perkembangbiakan yang masih
tradisional. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan,
jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif),
pertambahan berat badannya dapat mencapai 50-150 gr/hari atau dilakukan
pemerahan susu, maka hasilnya akan meningkat dan dapat dijadikan cabang usaha
tani ataupun usaha pokok. Ada hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha
ternak kambing, yaitu : harus mengenal bangsa kambing dan ciri-ciri kambing
untuk bibit, bahan pakan dan cara pemberiannya, dan tata laksana.
Pemeliharaan ternak kambing yang sangat mudah karena tidak
membutuhkan keterampilan yang khusus, sehingga peternak barupun mampu
secara cepat belajar manajemen pemeliharaan. Usaha ternak di pedesaan, tidak
memerlukan modal yang besar, karena dapat dilakukan dengan sistem gaduhan
(bagi hasil anak), ataupun dengan pembelian induk yang tidak terlalu mahal bila
dibandingkan ternak besar serta siklus perputaraan modal relatif singkat.
Penyediaan sumber pakan hijauan yang ada di pedesaan umumnya cukup
berlimpah seperti rumput lapangan, leguminosa, limbah pertanian (limbah
sayuran, tanaman pangan, perkebunan), dan lainnya. Selain itu, dalam berusaha
ternak kambing/domba tidak perlu memiliki lahan yang luas, hanya diperlukan

kandang (sesuai dengan jumlah yang dipelihara), pakan yang dapat diambil dari
kebun, lapangan umum, atau di gembalakan di lahan-lahan umum (lapangan,
dibawah perkebunan dan lainnya).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas beberapa
bangsa-bangsa kambing perah, baik yang dikembangkan di Indonesia atau yang
tidak. Selain kambing penghasil daging, ada kambing yang digunakan sebagai
penghasil susu atau kambing tipe perah. Kambing ini mampu menghasilkan susu
walaupun produktivitasnya rendah, namun harga susu kambing lebih mahal
dibanding susu sapi. Berikut beberapa kambing tipe perah:

Kambing Etawah (Jamnapari)


Kambing Etawah asli atau dikenal dengan kambing Jamnapari berasal dari

daerah Jamnapari India. Kambing Etawah mempunyai ciri-ciri dahi dan


hidungnya cembung, telinga panjang (30 cm) dan terkulai ke bawah, baik jantan
maupun betina bertanduk pendek, kaki panjang dan berbulu panjang pada garis
belakang kaki, warna bulu belang hitam putih atau merah, atau coklat putih.
Tinggi kambing jantan berkisar antara 90 sentimeter hingga 127 sentimeter dan
yang betina hanya mencapai 92 sentimeter. Bobot yang jantan bisa mencapai
sekitar 68-91 kilogram, sedangkan betina hanya mencapai 36-63 kilogram.
Kambing jenis ini mampu menghasilkan susu hingga 3 liter/ekor/hari,
dengan ambing relatif besar dan panjang seperti botol. Keturunan silangan
(hibrida) kambing etawa dengan kambing lokal dikenal sebagai kambing
Peranakan etawa atau PE. Kambing PE berukuran hampir sama dengan etawa
namun lebih adaptif terhadap lingkungan lokal Indonesia.

PE

Peranakan kambing etawa adalah jenis kambing perah yang banyak


dikembangkan di Indonesia. Pada awalnya kambing etawa diberi nama kambing
Jamnapari. Sampai sekarang di India kambing ini diberi nama kambing perah
Jamnapari. Kambing ini adalah kambing perah yang sangat terkenal di Negara
India. Di India, kambing ini lebih akrab dengan sebutan Pari. Jika diartikan
dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya adalah anggun. Dari segi fisiknya,
kambing jenis ini memang tinggi, lehernya jenjang, dan wajahnya senantiasa
tersenyum. Jika dilihat dari asal muasalnya kambing Jamnapari berasal dari
Cakarnagar, ETAWAH, Negara Bagian Utar Prades. Mereka hidup di sepanjang
daratan (delta) antara sungai Jamuna dan Sungai Cambal. Dan juga di sepanjang
sungai Kwari di Districk Bhind, Negara bagian Madya Prades, yang berada di
sebelah Timur kota Dehli (deket Taj Mahal) merupakan tempat asalnya kambing
PE.
Kambing perah jenis Jamnapari ini sudah sangat lama tinggal di daerah
subur di sekitaran sungai, sehignga ia tidak mampu beradaptasi di tempat yang
lainnya. Jika dilihat dari struktur tubuhnya, warna kambing ini adalah putih
bersih. Memiliki bulu yang pendek, kecuali pada bagian paha belakang.
Hidungnya bengkok, tanduknya menjulang ke atas. Untuk kambing dewasa,
tanduknya bisa mencapai 25 cm. Sementara kuping kambing Jamnapari ini
panjang dan melambai ke bawah. Leher kambing ini panjang dan kuat. Kambing
ini memiliki ekor yang pendek. Kambing Jamnapari di tempat asalnya hanya
dipelihara dengan cara melepaskan untuk mencari rumput segar di sekitar sungai.
Dalam memilih induk yang digunakan untuk pembiakan, seharusnya mengikuti
ktriteria di bawah ini:
1. Yang pertama adalah warna harus putih bersih, dan ini tak bisa di tawartawar lagi. Pejantan harus berasal dari Ibu yang sudah berumur tua, dan

tidak boleh dari kelahiran pertama kedua dan ketiga, jadi harus dari
kelahiran ke empat atau lebih.
2. Tanduk tidak boleh yang lurus, tapi harus melengkung ke atas,
melengkung kebawah juga tidak boleh.
3. Bulu harus pendek dan bersinar mengkilap, bulu yang di paha dan
kakibelakang harus panjang.
4. Hidung harus melengkung seperti hidung orang romawi, yang jantan harus
berjanggut.
5. Tidak boleh ada warna hitam terutama pada hidung dan kepala.

Ini adalah persyaratan ideal untuk kambing Jamnapari yang berada di India.
Namun untuk kambing PE yang merupakan keturunan dari kambing Jamnapari
tidak bisa masuk dalam kategori ini. Karena memang sangat berbeda secara
fisiknya. Peranakan etawa ini mungkin lebih tepatnya diberikan mama jenis
sendiri. Jenis Jamnapari ini memang lebih bisa hidup di tempat asalnya. Satu
satunya kambing perah yang paling susah untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang baru. Di negeri asalnya kambing perah ini juga mengalami berbagai
masalah, seperti halnya masalah yang dihadapi oleh para peternak di ndonesia,
yaitu:
1. Tidak ada tenaga ahli bidang peternakan yang bersedia tinggal dan
merawat serta mengontrol proses perkembangan hewan ternak
2. Kurangnya perhatian pemerintah dalam mengembangkan peternakan,
selain itu juga banyaknya korupsi dan banyaknya pemerasan ilegal.
3. Pada musim kemarau, kesulitan mendapatkan makanan segar.
4. Gangguan atau serangan binatang buas.
5. Perkembangan Jamnapari di Indonesia

Dalam beberapa catatan sejarah, orang pertama yang memperkenalkan


kambing Jamnapari adalah orang Inggris yang pernah menjajah India. Jamnapari
di bawa kedaratan eropa dan sebagian dikawinkan dengan kambing lokal Inggris.
Untuk anak hasil persilangan antara kambing Jamnapari dengan kambing lokal
Inggris dinamai dengan sebutan kambing Anglo-nubian. Dari daratan Eropa inilah
Jamnapari kemudian menyebar keseluruh penjuru dunia, bersamaan dengan
menyebarnya kapal dagang bangsa-bangsa Eropa yang berlayar dan berniaga
keseluruh penjuru dunia.
Di Amerika Jamnapari di akui sebagai nenek moyangnya kambing AmericanNubian, yang terkenal banyak susunya. Pada jaman Kompeni dulu, kapal
dagangnya VOC kalau berlayar ke daratan Indonesia selalu datang dalam keadaan
kosong ruang kargo nya, ruang kargo yang kosong ini akan di isi muatan rempahrempah dan hasil bumi lainnya, untuk kemudian di bawa ke daratan Eropa. Pada
suatu pelayaran kapal dagang VOC dari negara Belanda menuju Pulau Jawa di
Indonesia, ada sepasang penumpang bangsa Belanda yang bernama Tuan
Hollanda dan Nyonya Netherlandia. Meraka adalah pejabat perkebunan dari
Belanda yang akan di tugaskan di Pulau Jawa, sebagai pengawas perkebunan yang
biasanya di sebut Tuan Amtenar atau Juragan Kontrol.
Mengetahui kekosongan ruang kargo di kapal tersebut maka pasangan tersebut
membawa beberapa pasang Kambing Jamunapari peliharaan kesayangannya, yang
tidak ingin mereka tinggalkan di Belanda, sehingga mereka bawa untuk di
pelihara di tempat tugasnya yang baru yaitu di Pulau Jawa, tepatnya di
perkebunan yang berada di Jawa-Tengah. Tuan dan Nyonya tersebut selalu
menyebut Kambing Peliharaannya sebagai Kambing Asal Etawah, dan selalu
memperkenalkan kambingnya kepada masyarakat di Jawa Tengah sebagai
Kambing Etawah, dan masyarakat Jawa Tengah menyebutnya dengan nama
Kambing Etawa tanpa bunyi dari huruf H. Seiring berjalannya waktu dan untuk

menjaga populasi kambing jamnapari, maka kambing jamnapari di kawinkan


dengan kambing-kambing lokal. Dan berkembang biak sampai sekarang yang
lebih kita kenal dengan sebutan Peranakan Etawa (PE) Susu kambing peranakan
etawa inilah yang sekarang ini sedang ramai untuk dicari orang. Kandungan dan
manfaat susu kambing etawa sangatlah banyak. Inilah yang menjadikan orang
beramai-ramai memburu susu kambing etawa. Demikian kiranya sejarah atau asal
usul kambing peranakan etawa. Semoga dapat menambah wawasan dan lebih
yakin lagi untuk dapat menkonsumsi susu kambing etawa ini.

Kambing Peranakan Etawa (PE)


Kambing PE merupakan salah satu ternak yang cukup potensial sebagai
penyedia protein hewani baik melalui daging maupun susunya. Sementara ini,
pengembangan kambing PE sebagai penghasil susu belum banyak diperhatikan
dan pemeliharaan masih bersifat tradisional. Pakannya sebagian besar hanya
rumput lapangan saja sehingga belum bisa mencukupi kebutuhan fisiologis ternak
terutama dari sumber energi dan protein. Di satu sisi, ternak yang sedang laktasi
terutama pada 8 minggu pertama masa laktasi aktivitas metabolisme kelenjar
ambingnya meningkat.
Untuk itu, diperlukan pasokan nutrien yang cukup tinggi dalam upaya
memenuhi kebutuhan ternak untuk sintesis air susu. Namun di sisi lain, pada awal
laktasi induk kambing sangat sensitif terhadap kekurangan protein dan energi
sebagai akibat menurunnya nafsu makan. Telah ketahui bahwa kualitas hijauan di
daerah tropis adalah rendah sehingga jumlah hijauan yang dikonsumsi tidak
mampu memenuhi kebutuhan ternak akan energi di luar kebutuhan hidup pokok
ternak. Ketersediaan karbohidrat mudah terlarut pada hijauan adalah rendah.
Karena itu, suplementasi konsentrat yang mengandung campuran bahan-bahan
sumber energi, protein serta mineral (mikro dan makro) merupakan salah satu

solusi untuk dapat meningkatkan produk fermentasi rumen yang pada giliran
berikutnya dapat menyediakan nutrien yang cukup untuk pembentukan air susu.
Konsentrat diharapkan dapat bertindak sebagai sumber karbohidrat mudah
terlarut, protein lolos degradasi, dan sebagai sumber glukosa untuk bahan baku
produksi susu. Konsentrat memperluas peluang terbentuknya asam lemak atsiri
(volatile fatty acid = VFA) terutama asam propionat yang lebih banyak dengan
produksi metan semakin kecil, sehingga efisiensi penggunaan energinya lebih
tinggi.

Manfaat dan Khasiat Susu Kambing Etawa

Memiliki rantai asam lemak yang lebih pendek dibanding susu sapi,
menyebabkan susu kambing menjadi lebih mudah dicerna dan diserap oleh sistem
pencernaan manusia
Molekul proteinnya lebih halus dari susu sapi, sehingga mudah diserap usus,
hanya perlu waktu 20 menit saja (sedangkan susu sapi perlu waktu 120 menit!
atau 2 jam!)
Kandungan asam lemak rantai pendek seperti asam kaprik dan kaprylik yang
tinggi, mampu menghambat tumbuhnya jamur Candida dan infeksi jamur yang
disebabkannya.
Susu kambing tidak mengandung agglutinin, yaitu senyawa yang membuat
molekul lemak menggumpal seperti yang terjadi di dalam susu sapi.
Anak-anak yang diberi konsumsi susu kambing memiliki pertumbuhan fisik
yang lebih baik, juga menyangkut pertambahan berat badan yang disebabkan oleh
kepadatan tulang yang lebih baik, kadar hemoglobin darah merah yang meningkat
serta kecukupan akan Vitamin A, B, dan D yang penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan otak.

Kambing Etawa
Disebut sebagai kambing peranakan etawa, kambing PE atau kambing etawah
merupakan hasil peranakan kambing jamnapari dari India dengan kambing lokal
Indonesia. Dikenal dengan ukuran tubuh yang besar dan penghasil susu kambing
(kambing susu).
Kambing Etawa Ras Kaligesing
Asal Usul
Pada sekitar tahun 1930-an, pemerintah kolonial Belanda membawa kambing
jamnapari dari India ke daerah Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. Kambing
jamnapari ini kemudian disilangkan dengan kambing lokal (kambing jawa randu
atau kacang). Hasil keturunan dari silangan ini dikenal sebagai Kambing Etawa
ras Kaligesing.
Kambing memiliki ciri khas pada tekstur kepala menonjol (roman nosed) dan
bentuk kuping yang panjang terlipat. Pada awalnya kambing ini dikembangkan
untuk breeding dan produksi susu.
Kontes
Dengan semakin populernya kambing etawa, kambing ini dikembangkan juga
untuk kontes. Kambing ini memiliki harga pasaran yang relatif mahal (premium)
dibandingkan kambing lainnya. Adanya aspek seni seperti panjang & lipatan
telinga, gelambir, bentuk muka, corak warna dll membuat harga menjadi mahal.
Di kalangan penghobi kontes kambing jenis ini beralih fungsi menjadi kambing
koleksi, bukan untuk pedaging atau perah.
Kambing Etawa Ras Senduro
Asal Usul
Presiden Sukarno membawa kambing Jamnapari ras dari Etawah, Uttar Pradesh
India ke Indonesia untuk keperluan pengembangan silang pada tahun 1947.

Kambing jenis ini disilangkan dengan kambing lokal Lumajang (Kambing


Menggolo). Kambing Menggolo memiliki ukuran lebih besar daripada kambing
kacang. Hasil silangan ini disebut dengan Kambing Etawa Ras Senduro (Etsen).
Kambing etawa putih hanya dapat ditemui di Senduro, sebuah desa yang terletak
di kaki gunung berapi Semeru. Menurut peternak setempat, kambing etawa putih
dapat tumbuh sampai ukuran sangat besar, hingga 170kg. Selain memberikan
daging yang sangat bergizi dan susu, kambing etawa juga membawa
keberuntungan dan perdamaian kepada peternak. Kisah yang melatar belakangi
anggapan ini adalah pada tahun 1956 terjadi letusan gunung Semeru di Senduro.
Lebih dari 1000 orang meninggal dalam bencana itu, namun secara mengagumkan
30 peternak kambing etawa putih selamat.

Kambing Alpine

Kambing Alpine dalah jenis kambing yang berasal dari pegunungan Alpine,
Perancis. Jenis kambing ini tersebar di negara Perancis, Swiss dan Amerika. Jenis
yang paling besar dilihat dari bentuk dan besarnya nilai produksi adalah jenis
yang dibawa ke Amerika.

Warna bulu kambing ini adalah putih murni terdapat warna coklat kekuningan,
abu-abu, cokelat, hitam, merah, menggertak, belang-belang, atau berbagai
bayang-bayang atau kombinasi dari warna-warna ini. Warna muka ada garis putih
di atas hidung. Kedua jenis kelamin umumnya berbulu pendek, tapi biasanya
betina memiliki bulu panjang sepanjang tulang belakang. Janggut juga dapat
ditemukan pada jenis kelamin betina. Kambing ini ada yang bertanduk dan ada
yang tidak bertanduk, tubuhnya besar dan tingginya sama dengan kambing
Saanen. Telinga dalam Alpine berukuran sedang, bertekstur halus, dan lebih tegak.

Ukuran kambing alpines adalah : Betina : tinggi sekitar 30 inchi, berat 135 ponds.
Jantan : tinggi sekitar 34-44 inchi, berat : 170 ponds.

Kambing betina adalah penghasil susu yang baik untuk anaknya karena jenis
ambing yang berbentuk kerucut menyerupai dot. Sehingga anak kambing sangat
mudah untuk menyusu. Walaupun aslinya hidup di daerah yang dingin tapi jenis
kambing alpines sangat mudah berdaptasi dan berkembang biak di jenis cuaca
tempatnya hidup.

Kambing (Anglo)-Nubian
Kambing Anglo Nubian dikembangkan di Inggris, di Amerika dikenal

dengan nama Nubia. Kambing Anglo Nubian ini hasil dari persilangan antara
Kambing asal Afrika dengan kambing asal

India. Kambing Anglo Nubian

merupakan kambing serba guna, berguna sebagai kambing perah dan kambing
potong yang diambil daging atau susunya. Jenis Ini bukan produsen susu yang
baik namun memiliki rata-rata kandungan lemak mentega yang tinggi (antara
empat dan lima persen). Musim kawin Kambing Anglo Nubian lebih lama dari
pada kambing keturunan Swiss sehingga memungkinkan untuk menghasilkan
susu sepanjang tahun.
Kambing Anglo Nubian ini paling cocok untuk diternakkan di daerah yang
panas. Karena merupakan kambing yang dapat digunakan sebagai kambing perah
dan kambing potong banyak negara yang telah menggunakan jenis kambing
Anglo Nubian ini untuk proses Grading Up ( proses memperbaiki keturunan )
hasil susu dan daging dari kambing keturunan lokal.
Kambing Anglo Nubian adalah kambing perah yang menghasilkan susu
dengan jumlah lumayan banyak dan dapat diperah dalam jangka waktu yang
lama, selain itu juga dapat digunakan sebagai kambing potong. Hal tersebut yang

menjadikan menternakkan kambing jenis ini sangat bagus prospeknya. Kambing


ini dinamakan Nubia karena awalnya ditemukan di daerah timur laut Afrika, Arab
dan India. Peternak dari Inggris mengimport kambing ini pada tahun 1895 untuk
dikembangkan lebih lanjut di negaranya. Kambing yang merupakan kambing dual
purpose ini disebut Nubia di Amerika.
Penampilan jenis kambing Anglo-Nubian dianggap sebagai aristokrat
kaarena telinga yang panjang, terjumbai dan tergantung dekat kepala dan
membawa jelas hidung romawi dan selalu berbulu pendek, berkaki panjang dan
dapat menyesuaikan diri di daerah panas. Kambing Anglo nubia mempunyai
banyak kombinasi warna, namun yang umum adalah merah hitam dan coklat
biasanya datang dengan kombinasi dengan warna putih. Jenis kambing Anglo
Nubian jantan memiliki bulu yang pendek di bagian dada, punggung dan paha.
Kambing betina memiliki bagian ambing yang besar dan terjumbai, jika
dibandingkan dengan kambing keturunan swiss atau eropa, jumbai pada
ambingnya lebih panjang. Susu yang dihasilkan memang lebih sedikit
dibandingkan dengan kambing keturunan swiss namun memiliki kadar lemak susu
( butterfat ) yang lebih tinggi. Kambing ini merupakan kambing yang subur
(beranak kembar) dan ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk.
Kambing betina memiliki tinggi kira-kira 76cm beratnya sekitar 60 kg,
sedangkan yang jantan tingginya mulai 88cm dan beratnya 78 kg. Bagian kepala
berkembang dengan karakteristik yang khas, profil wajah diantara mata dan
moncongnya sangat cembung. Mempunyai telinga yang panjang yang terjumbai
lebih dari moncongnya namun tidak lebar dan tidak melipat seperti kambing
Ettawa, bentuk telinganya tersebut agak kaku.
mengkilap.

Kambing Hitam Anatolia

Rambut kepalanya halus dan

Kambing ini berkembang biak daerah anatolia, turki, dikembang biak kan
sebagai kambing perah, potong atau pedaging dan diambil serat atau bulunya.
kambing jenis ini termasuk jenis kambing yang berasal dari daerah Suriah.

Kambing Appenzel
Kambing ini berbulu putih dengan

bulu yang panjangnya sedang,

memiliki perpaduan anggota tubuh yang baik. Bentuk tubuh yang lebih lebar dan
lebih kecil dibandingkan kambing saanen. Jantan tingginya berkisar 75-85cm
berat 65kg sedangkan betina 70-80cm berat 45kg.
Kambing ini berkembang biak di Negara Swiss, daerah sebaran nya sekitar
Canton Appenzell, St.Gallen (Togeburg), di Canton Zurich dibiakkan jenis salah
satu jenis Appenzell yang merupakan hasil dari persilangan antara Appenzell
dengan Saanen. Saat ini jumlahya sangat sedikit. Produksi susu pada periode
menyusui hamper sama dengan kambing jenis lain yaitu: 700-800kg, Lemak
2,9%, protein 2,7% , durasi laktasi 270 hari.

Kambing Argentata
Kambing Argentata dari sekitar Gunung Etna di bagian timur sisilia dan

daerah penyebarannya ada sekitar di Provinsi Catania, Messina, Enna, dan


Palermo. Asal Usul jenis ini sangat tidak dikenal dan sekarang sudah menjadi
sangat langka. Namanya yang diterjemahkan Sebagai Argentata Perak diambil
dari warna bulunya, yaitu percampuran antara putih dan abu-abu hitam. Jenis
kambing ini adalah kambing yang diambil susunya dan secara tradisioal susunya
diperah untuk bahan pembuatan keju dari timur Sisilia.

Kambing Bhuj

Kambing bhuj ini juga dikenal dengan nama Bhuj Brasileira. Kambing
Bhuj ini ditemukan di daerah tenggara Brazil. Kambing ini adalah kambing
dwiguna, sebagai kambing perah yang diambil susu dan Kambing potong yang
diambil dagingnya. Kambing ini biasanya berwarna hitam dengan sedikit warna
putih di bulunya. Bentuk hidung kambing Bhuj ini convex, atau dikenal juga
dengan bentuk roman nose, bentuk yang sama dengan bentuk hidung kambing
ettawa. Asal kambing ini adalah dari kambing jenis Kutchi di India.

Kambing Bionda Deladamello


The Bionda dell Adamello adalah kambing lokal dari Italia utara

Region Lombardia. Namanya diambil dari warna bulunya. Bionda dalam bahasa
Italia berarti Fair dan dari gunung Adamello yang merupakan bagian dari
Pegunungan Alpen Italia. Termasuk dalam populasi kambing yang disebut
kambing Alpine.
Pada awal perkembangannya kambing ini merupakan jenis kambing yang
menyebar luas di kawasan Val Camonica-Region Lombardia, district of Brescia,
Italia Utara. Banyak foto dan saksi-saksi lisan mengkonfirmasi kehadirannya.
Hari ini, kambing jenis Bionda dellAdamello masih dibesarkan terutama di
lembah ini dan secara keseluruhan terdapat 40 kelompok yang berjumlah hampir
1.200 kambing di Lombardia.
Pembiakan kambing jenis Bionda dell Adamello biasanya dibesarkan
dalam kawanan kecil 15 hingga 20 hewan. Kambing ini merupakan kambing
perah yang diambil susunya, yang digunakan untuk produksi keju, pemerahan
dilakukan setelah penyapihan anak-anak. Kambing ini memiliki bulu sangat
panjang dengan warnanya cokelat muda. Pada bagian kaki, telinga, bagian dalam
paha dan perut berwarna putih.

Kambing Toggenburg

Kambing Toggenburg adalah kambing perah yang ditemukan dan berkembang


biak di lembah Toggenburg, Swiss. Kambing Toggenburg memiliki bentuk tubuh
yang sedang dan memiliki produksi susu yang jumlahnya tidak banyak jika
dibandingkan kambing perah lainnya seperti misalnya kambing Saanen, Anglo
Nubian, Argentata atau Bionda DelAdamello. Kandungan lemak susu ( butterfat )
nya pun termasuk rendah , hanya sekitar 2-3 %, sedangkan kadar protein nya
2,8%.

http://1.bp.blogspot.com/dgqqGsZiQog/UXpdLameN8I/AAAAAAAAATE/S0aBD-HtxC0/s1600/883300x297.jpg

Kambing perah ini memiliki warna seragam dan jarang yang memiliki beberapa
warna sekaligus dalam satu tubuh. Warnanya mulia dari coklat keuningan sampai
coklat tua gelap. Pada bagian kepala memiliki warna putih demikian juga pada
bagian telinga dan kakinya (mulai dari bagian lutut ke bawah).
Kambing ini memiliki tanda putih yang berbeda: telinga putih dengan bercak
gelap di tengah, dua garis putih di wajah dari atas masing-masing mata untuk
moncong, kaki belakang putih dari hocks untuk kuku, kaki depan dari lutut ke
bawah putih dengan garis gelap di bawah lutut diterima, sebuah segitiga putih di
kedua sisi ekor.

http://3.bp.blogspot.com/-S9FXijWS88o/UXpda4PGGI/AAAAAAAAATM/t_XoShcahbA/s1600/lollee-300x222.jpg

Produksi susu dapat maksimal jika kambing ini dikembang biakkan pada suhu
atau cuaca yang dingin. Memilik waktu laktasi sekitar 5 bulan atau 257 hari.
Untuk memproduksi susu secara maksimal kambing ini harus dikandangkan dan
tidak dibiarkan berkeliaran di padang rumput secara bebas. Jika diperah terus
selama 365 hari maka akan didapatkan jumlah susu 2-4liter/harinya.
Kuku kambing harus rutin dipotong setiap 4 8 minggu sekali. Mereka
memerlukan pakan yang mengandung 12-18% protein agar bisa berkembang biak
secara maksimal. Tidak diperkenankan yang mengandung Urea karena sangat
mempengaruhi pencernanaan mereka. Kambing ini memerlukan air yang cukup,
dan harus selalu tersedia di sekitaan mereka. Kambing Toggenburg jantan sudah
dapat dikatakan dewasa sejak umur 7 bulan dan siap kawin. Sedangkan betinanya
mulai umur 7 8 bulan.
Kambing Toggenburg adalah salah satu kambing perah yang sudah sejak lama
dikenal manusia, dapat dibilang termasuk yang tertua. Sudah mulai diperah sejak
tahun 1600. Kambing perah ini sudah menyebar ke seluruh dunia, bahkan sudah
masuk ke Amerika sejak tahun 1853.
Kambing Toggenburg yang baik haruslah memiliki badan yang kompak. Memiliki
tubuh yang tidak terlalu tinggi. Ambing susunya lumayan besar namun tidak
menjuntai kebawah, kencang. .Bulunya pendek dan halus. Bentuk kepalanya
lurus atau dishes. Telinganya tegak kea rah atas. Berat kambing Toggenburg
dewasa rata-rata sekitar 55 kg. Perilakunya tenang dan ramah sehingga banyak
juga dijadikan hewan peliharaan

Sumber: http://taufiqazzam.blogspot.com/2013/04/bangsa-bangsa-kambingperah.html

KESIMPULAN

Kambing perah yang sangat dikenal di indonesiaadalh kambing etawa (kambing


jampari) dan peranakannnya yaitu peranakan etawa (PE), memang produksi
kambing perah ini laebih unggul dari kambing jenis lainnya, hal ini lah yang
menyebabkan para peternak memilih kambing ini untuk dipelihara dan
dikembangkan.
Di indonesia pada saat sekarang ini sudah banyak mengembangakan peternakan
kambing perah ini terutama di daerah jawa, indonesia pun sudah melaksanakan
kontes kambing untuk memilih kambing yang berkualitas paling bagus yang
nantinya akan dignakan untuk meninkatkan produksi susu kambing di indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.etawajaya.com/etawa/
http://taufiqazzam.blogspot.com/2013/04/bangsa-bangsa-kambing-perah.html
http://higoatjember.blogspot.com/2012/07/darimanakah-asal-usul-dansejarah.html

Anda mungkin juga menyukai