Anda di halaman 1dari 4

Ringkasan UU no 17 tahun 2003 Keuangan Negara

Bab 1 terdiri dari pasal 1 sampai pasal 5 tentang ketentun umum. Pasal 1 dan pasal 2 berisi
tentang penjelasan instrumen-instrumen yang berkaitan dengan keuangan negara. Pasal 3 berisi cara
pengelolaan keuangan negara,pertanggung jawaban APBN dan APBD, dan cara penggunaan surplus
penerimaan negara. Pasal 4 berisi tentang masa berlakunya tahun anggaran. Dan pasal 5 berisi tentang
penggunaan rupiah sebagai satuan hitung di dala APBN dan APBD dan jika menggunakan mata uang
lain harus sesuai dengan ketentuan UU dari Mentri Keuangan.
Bab 2 terdiri dari pasal 6 sampai pasal 10 tentang kekuasaan pengelolaan keuangan negara.
Pasal 6 berisi tentang tugas menteri keuangan, pimpinan lembaga-lembaga/ menteri penguna anggaran
dan pemerintan daerah yang diberi wewenang untuk mengelolaan keuangan negara yang di pimpin
oleh presiden selaku kepala pemerintahan. Pasal 7 berisi penyusunan APBN dan APBD untuk
mencapai tujuan negara. Pasal 8 berisi tentang tugas menteri keuangan. Pasal 9 berisi tentang tugas
lembaga/ menteri yang menggunakan anggaran. Pasal 10 berisi kekuasaan dan tugas pengelolaan
keuangan daerah oleh pemerintah dearah.
Bab 3 terdiri dari pasal 11 sampai pasal 15 tentang penyusunan dan penetapan APBN. Pasal 11
berisi tentang perwujudan pengelolaan negara yang diwujudkan dengan APBN, instrumen pendiri
APBN dan belanja negara. Pasal 12 berisi tentang penyusunan APBN dan RAPBN, sumber-sumber
biaya untuk menutupi defisit, penggunaan anggaran surplus harus meminta ijin kepada DPR. Pasal 13
berisi tentang pokok-pokok kebijakan fiskal, pembahasan kerangkan ekonomi makro bersama DPR,
pembahsan ekonomi umum besama DPR yang bersumber dari pokok-pokok kebijakan fiskal dan
kerangka ekonomi makro. Pasal 14 berisi tentang penyusunan RAPBN berdasarkan prestasi kerja yang
disertai dengan prakiraan belanja yang disampaikan kepada DPR yang kemudian disamapaikan kepada
menteri keuangan. Pasal 15 berisi tentang pengajuan RUU APBN yang dilengkapi dengan nota
keuangan dan dokumen yang diserahkan kepada DPR, DPR dapat merubah penerimaan maupun
pengeluaran dalam RUU APBN dan jika RUU APBN tidak disetujui oleh DPR maka menggunakan
APBN tahun sebelumnya.
Bab 4 terdiri dari pasal 16 samapi pasal 20 tentang Penyusunan dan penetapan APBD. Pasal 16
berisi tentang perwujudan pengelolaan negara yang diwujudkan dengan APBD, instrumen pendiri
APBD dan belanja negara. Pasal 17 berisi tentang penyusunan APBD yang berpedoman pada rencana
kerja pemerintah daerah, sumber-sumber biaya untuk menutupi defisit, penggunaan anggaran surplus
harus sesuai dengan perda tentang APBD. Pasal 18 berisi tentang penyampaiaan kebijakan umun
APBD yang sejalan dengan rencana kerja pemerintah daerah yang diajukan oleh pemerintah daerah

kepada DPRD jika sudah di sepakati maka pemerintah daerah bersama DPRD membahas prioritas dan
plafon anggaran yang akan dijadikan acuan setiap satuan kerja perangkat daerah. Pasal 19 berisi
tentang penyusunan RAPBD berdasarkan prestasi kerja yang desertai dengan prakiraan belanja yang
disampaikan kepada DPRD yang kemudian disamapaikan kepada pejabat pengelola keuangan
daerah. Pasal 20 berisi tentang pengajuan RUU APBD yang dilengkapi dengan penjelasan dan
dokumen yang diserahkan kepada DPRD, DPRD dapat merubah penerimaan maupun pengeluaran
dalam RUU APBD dan jika RUU APBD tidak disetujui oleh DPRD maka menggunakan APBD tahun
sebelumnya.
Bab 5 terdiri dari pasal 21 sampai pasal 23 tentang hubungan keuangan antara pemerintah pusat
dan bank sentral, pemerintah daerah, pemerintah swasta serta pemerintah /lembaga asing. Pasal 21
berisi kordinasi antara pemerintah pusat dan bank setral dalam penetapan dan pelasanaan kebijakan
fiskal dan moneter. Pasal 22 berisi tentang pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintah daerah
yang sesuai dengan UU perimbangan keuangan pusat dan daerah, pemerintah berhak untuk meberika
pinjaman/hibah kepada pemerintah daerah atau sebaliknya yang telah di setujuia oleh DPR maupun
DPRD. Pasal 23 berisi tentang

hak pemerintah pusat untuk memeberikan atau menerima

pijaman/hibah dari pemerintah/lembaga asing, pinjaman tersebut dapat diberika kepada pemerintah
daerah.
Bab 6 terdiri dari pasal 24 sampai pasal 25 tentang hubungan keuangan antara pemerintah dan
perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta serta badan pengelola dana masyarakat.
Pasal 24 berisi tentang hak pemerintah untuk memeberikan atau menerima pinjaman/hibah/penyertaan
modal dari persahaan negara/daerah yang telah ditetapka dalam APBN/APBD, pembinaan dan
pengawasan yang dilakukan oelh menteri keuangan, gubernur, bupati/walikota kepada perusahaan
negara/ daerah, hak pemerintah pusat/daerah untuk menjual/ privatisasi perusahaan nedara /daerah
setelah mendapatkan persetujuan dari DPR/DPRD dan pemerintah pusat memilikiwewengang untuk
menyelamatkan perekonomian negara dalam keadan tertentu setelah mendapatkan persetujuan DPR.
Pasal 25 berisi tentang pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh menteri keuangan, gubernur,
bupati/ walikota kepada badan pengelola dana masyarakay yang mendapat fasilitas dari pemerintah.
Bab 7 terdiri dari pasal 26 sampai pasal 29 tentang pelaksanaan APBN dan APBD. Pasal 26
berisi tentang keputusan presiden yang menjadi landasan pelaksanaan APBN dan keputusan
gubernur/bupati/walikota yang menjadi landasan pelaksanaan APBD. Pasal 27 berisi tentang
penyusunan laporan realisasi semester pertama APBN dan prognosis untuk 6 bulan selajutnya
kemudian disampikan kepada DPR, perkembangan/perubahan keadaan yang tidak sesuai dengan
APBN maka pemerintah dan DPR melakukan penyesuaian APBN dan pemerintah berhak untuk

melakukan pengeluaran yang tidak ada dalam anggaran jika terjadi keadaan yang darurat dan
mengajukan perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan dari DPR. Pasal 28 berisi tentang berisi
tentang penyusunan laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 bulan selajutnya
kemudian disampikan kepada DPRD, perkembangan/perubahan keadaan yang tidak sesuai dengan
APBD maka pemerintah daerah dan DPRD melakukan penyesuaian APBD dan pemerintah daerah
berhak untuk melakukan pengeluaran yang tidak ada dalam anggaran jika terjadi keadaan yang darurat
dan mengajukan perubahan APBD untuk mendapatkan persetujuan dari DPRD. Pasal 29 berisi tentang
ketentuan pengelolaan keuangan negara dalam pelasanaan APBN dan APBD yang ditetapkan oleh
perbendaharaan negara.
Bab 8 terdiri dari pasal 30 sampai pasal 33 tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan
APBD. Pasal 30 berisi tentang penyampaian pertanggungjawaban laporan keuangan oleh presiden
kepada DPR yang telah diperiksa oleh BPK, laporan keuangan terdiri dari laporan realisasi APBN,
neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan laporan keuangan perusahaan pemerintah
dan

badan.

Pasal

31

penyampain

pertanggungjawaban

laporan

keuangan

oleh

gubernur,bupati/walikota kepada DPRD yang telah diperiksa oleh BPK, laporan keuangan terdiri dari
laporan realisasi APBD, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan laporan keuangan
perusahaan pemerintah daerah.Pasal 32 berisi tentang cara penyajian laporan keauangan sesuai standar
akuntansi pemerintahan yang disusun oleh komite standar independen yang telah mendapat
pertimbangan dari BPK. Pasal 33 berisi tentang adanya UU dalam memeriksa pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara.
Bab 9 terdiri dari pasal 34 sampai pasal 35 tentang ketentuan pidana, sanksi administratif dan
ganti rugi. Pasal 34 berisi tentang hukuman penjara dan denda untuk menteri/pimpinan
lembaga/bupati/walikota/pimpinan unit organisasi kemetrian negara/lembaga/satuan perangkat negara
yang terbukti melakukan penyimpangan kebijakan dan pentimpangan kegiatan anggaran dan untuk
presiden diberika sanksi administratif sesuai sengan ketentuan UU. Pasal 35 berisi tentang ganti rugi
bagi pejabat dan pegawai negeri bukan bendahara yang melanggar hukum atau melalaikan
kewajibannya, kewajiban bendahara untuk menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada BPK
dan jika terjadi kerugian negara saat dalam pengurusannya maka dia bertanggung jawab secara pribadi
yang kekentuanya sudah diatu oleh UU perbendaharaan negara.
Bab 10 terdiri dari pasal 36 tentang ketentuan peralihan yang berisi tentang pengakuan dan
pengukuran pendapan belaja berbasis akrual dan batas pelaksanaan penyampaian laporan keuangan.
Bab 11 terdiri dari pasal 37 sampai pasal 39 tentang ketentuan penutup. Pasal 37 berisi tentang
UU sebelum UU no 17 tahun 2003 yang tidak berlaku ketika UU no 17 tahun 2003 ini berlaku. Pasal

38 berisi tentang ketentuan tindak lanjut UU yang sudah tidak berlaku. Pasal 39 yang berisi tentang
berlakunya UU setelah UU ini diundangkan.

Anda mungkin juga menyukai