BUPATI SEKADAU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU
NOMOR 1 TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SEKADAU
TAHUN 2015 - 2035
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SEKADAU,
Menimbang :
Mengingat
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TENTANG RENCANA TATA
RUANGWILAYAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2014 - 2034
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1.
2.
3.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga
perwakilan daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah;
4.
5.
Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;
6.
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi dan/atau
aspek fungsional;
7.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk
ruang dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup
lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya;
8.
Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang;
9.
10. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara hirarkis memiliki hubungan fungsional;
11. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya;
12. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;
13. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang
14. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya.
15. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib ruang.
16. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.
17. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
18. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang
yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah daerah, dan masyarakat.
19. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
20. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat
diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
21. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional selanjutnya disingkat RTRWN adalah hasil
perencanaan tata ruang yang merupakan strategi dan arahan kebijaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah Negara;
22. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi selanjutnya disingkat RTRWP adalah hasil
perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran RTRWN ke dalam strategi dan
struktur pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Kalimantan Barat;
23. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten selanjutnya disingkat RTRWK adalah hasil
perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran RTRWP yang mengatur rencana
struktur dan pola tata ruang wilayah Kabupaten
24. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi dan/atau
aspek fungsional;
25. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya.
26. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan;
27. Kawasan inti adalah kawasan yang mempunyai nilai budaya, sejarah, maupun nilai-nilai
lain yang menunjukkan pentingnya kawasan tersebut untuk dilestarikan, pemanfaatan
ruang kota dalam kawasan inti ini sepenuhnya harus sejiwa dengan kehidupan kawasan;
28. Kawasan penyangga adalah kawasan yang secara langsung berhubungan dengan
kawasan inti, pemanfaatan ruang kota dalam kawasan penyangga didasarkan pada
keterkaitan fungsi, dan sejarah dari kawasan penyangga dan kawasan inti.
29. Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering berpotensi tinggi mengalami
bencana alam.
30. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
dan sumberdaya buatan;
31. Kawasan Permukiman adalah bagian dari kawasan budidaya (kawasan di luar kawasan
lindung) yang diperlukan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
yang berada di daerah perkotaan atau perdesaan;
32. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan
dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, serta kegiatan ekonomi
dan budaya;
33. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, serta
kegiatan ekonomi;
34. Kawasan pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang
digunakan untuk kepentingan pertahanan;
35. Kawasan Strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
36. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi yang selanjutnya disebut PKWp adalah kawasan
perkotaan yang akan dipromosikan untuk menjadi PKW dengan fungsi untuk melayani
kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
37. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
38. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
39. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
40. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
41. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan
mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh
pelayanannya dalam satu hubungan hierarki.
42. Jalan kolektor primer adalah menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
ketiga.
43. Jalan lokal primer adalah menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga,
dan seterusnya sampai ke perumahan.
44. Terminal Penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan
dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta
mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.
45. Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang digunakan untuk melayani
angkutan sungai dan danau yang terletak di sungai dan danau.
46. Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan tempat kapal
bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan naik turun
penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang.
47. Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya.
48. Wilayah Sungai yang selanjutnya disebut WS adalah kesatuan wilayah pengelolaan
sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil
yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km.
49. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau
atau ke laut secara alami yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas
di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
50. Cekungan Air Tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidregeologis,
tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan
pelepasan air tanah berlangsung;
51. Jaringan Sumber daya air adalah bangunan air beserta bangunan lain yang menunjang
kegiatan pengelolaan sumber daya air, baik langsung maupun tidak langsung;
52. Daerah Irigasi selanjutnya disingkat DI adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari
satu jaringan irigasi ;
53. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang
satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
54. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh
Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
55. Kawasan Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya.
56. Kawasan Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang
perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
57. Kawasan Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
58. Kawasan Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
59. Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
60. Perkebunan Rakyat adalah bagian dari wilayah perkebunan tempat dilakukan kegiatan
usaha perkebunan rakyat;
61. Kawasan Perkebunan adalah areal perkebunan yang terdiri dari beberapa hamparan
dengan komoditas tanaman perkebunan tertentu dengan luasan tertentu yang
memenuhi skala ekonomi.
62. Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi adalah arahan pengembangan wilayah
untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah provinsi sesuai dengan RTRW
provinsi melalui penyusunan dan pelaksanaan program penataan/pengembangan
provinsi beserta pembiayaannya dalam suatu indikasi program utama jangka menengah
lima tahunan provinsi yang berisi rencana program utama, sumber pendanaan, instansi
pelaksana, dan waktu pelaksanaan.
63. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah arahan yang diterapkan untuk memberikan
imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan
arahan untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang
tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
64. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberi sanksi bagi siapa saja yang melakukan
pelanggaran dalam pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
yang berlaku.
65. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum
adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam penataan
ruang.
66. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
67. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut BKPRD adalah
badan bersifat adhoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Kabupaten Sekadau dan mempunyai
fungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.
Ruang Lingkup Dan Batas Wilayah Kabupaten
Pasal 2
Ruang Lingkup Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Sekadau mencakup penetapan Rencana
Tata Ruang Kabupaten yang meliputi struktur ruang, pola ruang, dan penetapan kawasan
strategis yang dilengkapi dengan upaya-upaya yang diperlukan untuk pencapaian tujuan
penataan ruang wilayah kabupaten.
Pasal 3
(1) Lingkup wilayah RTRW Kabupaten Sekadau meliputi Kecamatan Nanga Mahap, Kecamatan
Nanga Taman, Kecamatan Sekadau Hulu, Kecamatan Sekadau Hilir, Kecamatan Belitang
Hilir, Kecamatan Belitang, dan Kecamatan Belitang Hulu dengan luas wilayah kabupaten
sebesar 544.430 Ha;
(2) Batas wilayah meliputi:
a)
b)
c)
d)
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 4
Penataan ruang wilayah kabupaten bertujuan untuk mengembangkan wilayah kabupaten
sebagai wilayah dengan basis pertanian dan perkebunan yang kuat dan pusat pengembangan
industri hulu termaju di wilayah Kalimantan Barat bagian timur dengan memperhatikan semua
sektor secara terpadu, berdayaguna, dan berhasilguna, serasi, selaras, seimbang, berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan.
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 5
Kebijakan penataan ruang Kabupaten Sekadau, terdiri atas :
a. Percepatan pertumbuhan Pusat Kegiatan Wilayah di Kota Sekadau serta pengembangan
pusat-pusat kegiatan lokal dan pusat untuk menjamin keseimbangan perkembangan
wilayah, mencegah terjadinya ketimpangan perkembangan wilayah, dan menjamin
pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal di seluruh bagian wilayah kabupaten.
b. Pemantapan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan hutan serta mitigasi dan adaptasi
kawasan rawan bencana alam untuk menjaga keselamatan dan kelestarian lingkungan serta
menjamin pembangunan yang berkelanjutan terutama di hulu DAS Sekadau dan hulu DAS
Belitang.
c. Pengembangan kawasan budidaya pertanian untuk pencapaian swa sembada pangan serta
mendukung usaha pengembangan industri agro;
d. Pengembangan kawasan budidaya perkebunan dengan basis kerakyatan yang kuat dan
berwawasan lingkungan;
e. Pengembangan industri hulu berbasis pertanian dan perkebunan (agro industry) di pusat
kegiatan utama dan kawasan strategis untuk merangsang pertumbuhan sektor pertanian
dan perkebunan serta meningkatkan nilai tambah hasil-hasil pertanian dan perkebunan,
bukan saja dari dalam wilayah Kabupaten, tetapi juga dari wilayah-wilayah kabupaten lain di
Kalimantan Barat bagian timur (Kabupaten Sanggau, Sintang, Melawi dan Kapuas Hulu);
f. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.
Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang
Pasal 6
(1) Strategi percepatan pertumbuhan Pusat Kegiatan Wilayah di Kota Sekadau serta
pengembangan pusat kegiatan lokal dan pusat
untuk menjamin keseimbangan
perkembangan wilayah, mencegah terjadinya ketimpangan perkembangan wilayah, dan
menjamin pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal di seluruh bagian wilayah
kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, meliputi :
g) mengembalikan fungsi lindung secara bertahap pada kawasan lindung yang sedang
dimanfaatkan untuk kegiatan budi daya sampai masa berlakuijinnya habis;
h) memanfaatkan hutan produksi secara selektif dan berkelanjutan;
i) mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat
pengembangan kegiatan budi daya maupun bencana alam, dalam rangka
mengembalikan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah hulu Sungai Sekadau
dan hulu Sungai Belitang terutama untuk keberlangsungan ketersediaan air;
j) melakukan normalisasi sungai dan pengembangan kanal untuk mengantisipasi banjir
terutama untuk pengamanan kawasan permukiman yang sering terkena banjir;
k) mengembangkan jaringan jalan yang berfungsi efektif sebagai jalur evakuasi bencana;
l) mengembangkan kegiatan budi daya yang mempunyai daya adaptasi bencana di
kawasan rawan bencana;
(3) Strategi pengembangan kawasan budidaya pertanian untuk pencapaian swa sembada
pangan serta mendukung usaha pengembangan industri agrosebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf c, meliputi:
a. Meningkatkan produksi pertanian, pengembangan industri pengolahan hasil-hasil
pertanian serta pengembangan system pemasaran produk pertanian unggulan sebagai
satu kesatuan sistem;
b. mengembangkan sarana prasarana pendukung terutama untuk pengembangan kegiatan
pengelolaan sektor pertanian dengan penekanan pengembangan di lokasi produksi,
lokasi industri pengolahan produksi dan lokasi pemasaran produk;
c. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di bidang pertanian dengan
mengembangkan fasilitas pendidikan, pelatihan dan penelitian pertanian di pusat
kegiatan utama.
d. mengembangkan dan meningkatkan peranan sistem kelembagaan untuk menunjang
pengembangan pertanian
(4) Strategi pengembangan kawasan budidaya perkebunan dengan basis kerakyatan yang kuat
dan berwawasan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5huruf d, meliputi :
a. meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunanbaik melalui
penerapan teknologibudidaya yang baik (Good Agri-cultural Practices/GAP) berupa
penyediaan benih unggul bermutu/ bersertifikat dan sarana produksi, optimalisasi
pemanfaatan sumber daya lahan dan dukungan perlindungan perkebunan yang optimal;
b. mengembangkan komoditas perkebunan melalui upaya memprioritaskan
pengembangan komoditas unggulan yangmeliputi karet, kelapa sawit, kakao, lada dan
jarak pagar di lahan-lahan yang sesuai;
c. mendorong iklim investasi yangkondusif dalam pengembangan agribisnis perkebunan di
kawasan strategis dan pusat kegiatan, serta meningkatkanperan serta masyarakat,
UMKM, dan swasta;
d. mengembangkan sumberdaya manusia bidang perkebunan untuk mendukung
berlangsungnya proses perubahanguna terwujudnya sistem dan usaha agribisnis
perkebunan yang bertumpukepada kemampuan dan kemandirian pelaku usaha
perkebunan;
e. mengembangkan kelembagaan dan kemitraan usaha yang didorong untuk tumbuh dari
bawah, dimulai darikelompok tani, gabungan kelompok tani, sampai koperasi komoditi
yangberbadan hukum; dan
(2)
Bagian Kedua
Pusat-Pusat Kegiatan
Pasal 8
(1)
(2)
PKWp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu Kota Sekadau melayani seluruh
wilayah kabupaten;
(3)
(4)
(5)
PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yaituLandau Kodah, Tapang Semadak,
Tapang Perodah, Nanga Rambin, Nanga Belitang, Semadu, Tapang Pulau, Sungai Tapah,
Sebetung, Nanga Mahap dan Sekora.
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 9
(1) Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kabupaten Sekadausebagaimana dimaksud
dalam Pasal7ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. Sistem jaringan transportasi darat; dan
b. Sitem jaringan perkeretaapian;
(2) Sistem jaringan transportasi dan pusat-pusat kegiatan digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.2 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal10
(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a,
terdiri atas :
a. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi :
1. jaringan jalan,
2. jaringan prasarana lalu lintas; dan
3. jaringan layanan lalu lintas
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 12
(1) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal7 ayat (1) huruf c,
terdiri atas :
a. sistem jaringan energi;
b. sistem jaringan sumber daya air; dan
c. sistem jaringan telekomunikasi;
d. sistem prasarana pengelolaan lingkungan.
(2) Sistem jaringan prasarana lainnya digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.2, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi
Pasal 13
(1)
Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a, meliputi :
a. pembangkit tenaga listrik; dan
b. jaringan prasarana energi.
(2) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :
a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di seluruh pusat-pusat kegiatan dan seluruh
Ibukota Kecamatan
b. pengembangan PLTA di Terappugan, Meragun Kecamatan Nanga Taman dan Air Terjun
Sosah Kain Desa Tembaga Kecamatan Nanga Mahap untuk mendukung pengembangan
industri di pusat-pusat kegiatan;
c. pengembangan PLMH (Pembangkit Listrik Mikro Hidro) di wilayah pedesaan di hulu
Sungai Belitang untuk memenuhi kebutuhan listrik pedesaan di Kecamatan Beltang
Hulu dan Belitang Hilir yang sulit dijangkau jaringan dari PLTD
(3) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi yang merupakan bagian dari pembangunan jaringan
pipa transmisi minyak dan gas bumi Natuna Tanjung Api Pontianak Palangkaraya;
b. jaringan transmisi tenaga listrik, meliputi :
1. gardu induk, terdapat di Sekadau, Sungai Ayak, Balai Sepuak dan Nanga Taman.
2. jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang merupakan bagian dari jaringan
saluran udara tegangan tinggi Provinsi Kalimantan Barat yang menghubungkan Kota
Sambas, Singkawang, Bengkayang, Mempawah, Pontianak, Sungai Raya, Ngabang,
Sanggau, Sekadau, Sintang, Nanga Pinoh.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 14
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Sistem jaringan sumber daya air berbasis wilayah sungai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (1) huruf b berada di Kabupaten Sekadau terdiri atas:
a. Wilayah Sungai (WS);
b. Cekungan Air Tanah (CAT);
c. Jaringan Irigasi;
d. Jaringan Air Baku Untuk Air Bersih;
e. Sistem Pengendali Banjir.
Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi aspek konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air secara terpadu dengan memperhatikan arahan pola dan
rencana pengelolaan sumber daya air WS Kapuas.
Wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah WS Strategis
Nasional, WS Strategis Nasional Kapuas mencakup Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas.
Cekungan Air Tanah (CAT) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah CAT
Sintang
Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi:
a. Daerah Irigasi (D.I Provinsi Kalimantan Barat yaitu Rawak Hulu);
b. Daerah Irigasi (D.I Kabupaten sebanyak 16 (enam belas) D.I yang tercantum di dalam
Lampiran II.7 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini);
c. Rehabilitasi, pemeliharaan, dan peningkatan jaringan irigasi yang ada;
d. Pengembangan Daerah Irigasi (D.I) pada seluruh daerah potensial yang memiliki lahan
pertanian yang ditujukan untuk mendukung ketahanan pangan dan pengelolaan lahan
pertanian berkelanjutan;
e. Membatasi konversi alih fungsi sawah irigasi teknis dan setengah teknis menjadi
kegiatan budidaya lokal lainnya.
Jaringan air baku untuk air minum sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf d
terdiri atas:
a. Rencana pengembangan sumber air baku, meliputi:
1. Mata Air Gunung Naning untuk kebutuhan air bersih Kota Sekadau dan
sekitarnya;
2. Sungai Sekadau dan Sungai Boka untuk kebutuhan air baku untuk air bersih Kota
Sekadau;
3. Sungai Keli untuk kebutuhan air baku untuk air bersih Rawak;
4. Goa Jeroman dan atau Bukit Burus untuk kebutuhan air baku untuk air bersih
Nanga Taman;
5. Sungai Langsat untuk kebutuhan air baku untuk air bersih Nanga Mahap;
6. Sungai Ayak untuk kebutuhan air baku untuk air bersih Sungai Ayak;
7. Sungai Belitang untuk kebutuhan air baku untuk air bersih Nanga Belitang dan
balai Sepuak;
8. Sungai Ngaring untuk kebutuhan air baku untuk air bersih Sungai Tapah, dan
9. Sungai Raja Pakit untuk kebutuhan air baku untuk air bersih Tapang Pulau
(2)
(3)
Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c,
terdiri atas :
a. sistem jaringan kabel; dan
b. sistem jaringan nirkabel; dan
Sistem jaringan kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dikembangkan di
PKWp, PKL, dan PPK
Sistem jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi transmisi
nirkabel dari transmiter di PKWp Sekadau ke seluruh stasiun penerima (receiver) di PKL,
PKLp dan PPK.
Paragraf 4
Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pasal 16
(1) Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1)
huruf d, terdiri atas :
a. sistem jaringan persampahan;
b. sistem jaringan air minum;
c. sistem jaringan drainase;
d. sistem jaringan pengolahan air limbah; dan
e. jalur evakuasi bencana
(2) Sistemjaringan persampahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a meliputi :
a. pengembangan TPA (tempat pemprosesan akhir) di seluruh pusat-pusat permukiman
yang ditetapkan sebagai PKL, dan PPK dengan sistem sanitary landfill;
b. pengembangan TPA regional di pinggiran Kota Sekadau;
c. pengembangan rumah pengolahan sampah terpadu di setiap pusat kegiatan (PKWp,
PKL, PPK dan PPL;
d. Pengelolaan persampahan melalui pengurangan sampah semaksimal mungkin dari
sumbernya melalui program 3R, peningkatan peran serta masyarakat dan dunia
usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan
persampahan, penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas bagi aparat
pengelola persampahan dan peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem
pelayanan serta pengembangan alternative pembiayaan;
e. rencana rinci dan operasional atau rencana induk (masterplan) sistem pengelolaan
sampah kabupaten ditetapkan dengan peraturan/keputusan bupati.
(3) Sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b meliputi :
a) Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) terdiri dari SPAM Perpipaan dan SPAM Non
Perpipaan terlindungi;
b) SPAM perpipaan terdiri atas jaringan pipa transmisi air baku, dan instalasi pengolahan
air minum yang terdapat di Ibukota Kabupaten Sekadau dan seluruh kecamatan;
c) SPAM non perpipaan terdiri atas sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak
penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau
bangunan perlindungan mata airyang terdapat di Ibukota Kabupaten Sekadau dan
seluruh kecamatan;
d) Sumber air baku untuk kebutuhan air minum Kabupaten Sekadau terdiri atas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Mata Air Gunung Naning untuk kebutuhan air minum Kota Sekadau dan sekitarnya;
Sungai Sekadau dan dan Sungai Boka untuk kebutuhan air minum untuk Kota
Sekadau;
Sungai Keli untuk kebutuhan air minum untuk air minum Rawak;
Goa Jeroman dan atau Bukit Burus untuk kebutuhan air baku minum untuk Nanga
Taman;
Sungai Langsat untuk kebutuhan air baku untuk air minum Nanga Mahap;
Sungai Ayak untuk kebutuhan air minum Sungai Ayak;
Sungai Belitang untuk kebutuhan air minum Nanga Belitang dan Balai Sepuak;
Sungai Ngaring untuk kebutuhan air minum Sungai Tapah; dan
Sungai Raja Pakit untuk kebutuhan air minum Tapang Pulau.
e) Sistem pengolahan air minum (IPA) untuk kebutuhan air minum Kabupaten Sekadau
meliputi:
1. IPA Belitang di kecamatan Belitang;
2. IPA Sungai Ayak di kecamatan Belitang Hilir;
3. IPA Balai Sepuak di kecamatan Belitang Hulu;
4. IPA Nanga Mahap di kecamatan Nanga Mahap;
5. IPA Nanga Taman di kecamatan Nanga Taman;
6. IPA Sekadau di kecamatan Sekadau Hilir; dan
7. IPA Rawak di kecamatan Sekadau Hulu.
(4) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas:
a. pengembangan sistem jaringan drainase dalam DAS Sekadau disertai dengan
pembangunan tanggul di sepanjang pinggiran Sungai Sekadau di Kota Sekadau, Nanga
Mahap, Nanga Taman dan Rawak ;
b. pengembangan sistem jaringan drainase dalam DAS Belitang disertai pembangunan
tanggul di sepanjang pinggiran Sungai Belitang di Balai Sepuak dan Nanga Belitang
c. pengembangan normalisasi pada sungai-sungai kecil yang berada di dalam pusat-pusat
kegiatan;
d. pengembangan drainase jalan diarahkan dengan prioritas jalan arteri dan kolektor
dengan memperhatikan drainase primer dan sekunder;
e. pengembangan sistem jaringan drainase didasarkan pada master plan jaringan drainase
Kabupaten Sekadau.
(5) Penanganan sistem pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
dilaksanakan secara setempat (on site) dan terpusat (off site) dan terdiri atas:
a. Pengelolaan air limbah domestik.
b. Pengelolaan air limbah non domestik yang mencakup limbah berupa bahan kimia dan
bahan berbahaya dan beracun (B3).
BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 17
(1)
(2)
Rencana pola ruang wilayah meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Rencana pola ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.3 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 18
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), terdiri atas :
a.
Kawasan hutan lindung
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c.
kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan pelestarian alam dan cagar budaya;
e. kawasan rawan bencana alam;
Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung
Pasal 19
(1) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada Pasal 18huruf a tersebar di Kecamatan
Nanga Mahap dan Nanga Taman dengan luas keseluruhan 56.152Ha.
(2) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a. kawasan hutanlindung Gunung Naning di Kecamatan Nanga Taman dan Nanga
Mahapdengan luas kurang lebih44.239Ha;
b. kawasan hutan lindung Gunung Kepayang di Kecamatan Nanga Taman dan Nanga
Mahap dengan luas kurang lebih8.184Ha; dan
c. kawasan hutan lindung Gunung Biwak di Kecamatan Nanga Mahap dengan luas kurang
lebih3.729Ha;
Paragraf 2
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap
Kawasan Bawahannya
Pasal 20
1) Kawasan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya sebagaimanadimaksud dalam Pasal
18 huruf b adalah Kawasan Hutan KonservasiRersapan Air yang tersebar di DAS Sekadau
seluas kurang lebih 6.700 Ha.
2) Kawasan konservasi danresapan air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di wilayah
Kabupaten Sekadaumelputi :
a. Hutan konservasi resapan airDusun Boka Desa Merapi Kecamatan Sekadau Hilir seluas
kurang lebih 1.270 Ha;
b. Hutan konservasi resapan air Nanga Menterap Kecamatan Sekadau Hilir seluas kurang
lebih 730 Ha;
c. Hutan konservasi resapan air Desa Sekonau Dusun Gonti di perbatasan antara
Kecamatan Sekadau Hulu dan Nanga Taman seluas kurang lebih 990 Ha;
d. Hutan konservasi resapan air Nanga Manjang Kecamatan Sekadau Hulu seluas kurang
lebih 313 Ha;
e. Hutan konservasi resapan air Desa Tapang Tingang Kecamatan Nanga Taman seluas
kurang lebih 494 Ha;
f. Hutan konservasi resapan air Dusun Sekora Kecamatan Nanga Taman seluas kurang
lebih 692 Ha;
g. Hutan konservasi resapan air Dusun Leminang Kecamatan Nanga Taman seluas kurang
lebih 311 Ha; dan
h. Hutan konservasi resapan air Desa Cenayan - Tembaga Kecamatan Nanga Mahap seluas
kurang lebih 1.900 Ha.
Paragraf 3
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 21
1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf c adalah :
a) Kawasan sempadan sungai;
b) kawasan sekitar danau atau waduk; dan
c) kawasan sekitar mata air
2) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah kawasan
sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai buatan, kanal, dan saluran irigasi primer yang
lebar sempadanannya ditentukan berdasarkan peraturan yang berlaku.
3) Kawasan sekitar danau/waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah
sekeliling danau atau waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
danau/waduk, sekurang-kurangnya 50 meter dari titik pasang terendah ke arah darat, bagi
danau/waduk dengan tepian curam dan sekurang-kurangnya 100 meter dari titik pasang
terendah ke arah darat untuk danau/waduk dengan tepian landai.
4) Sempadan mata air/sumber air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah:
a) kawasan intake sumber air baku di sekitar kawasan sumber air Meragun Kecamatan
Nanga Taman, dengan radius kurang lebih 200 m di bagian hilir intake dan jalur selebar
kurang lebih 200 m di kedua sisi sungai yang merupakan bagian hulu intake yang
memanjang hingga ke batas kawasan;
b) kawasan intake air bersih di sekitar Mata Air Goa Jerman dan Mata Air Bukit Burus,
dengan radius kurang lebih 200 m dari pusat mata air; dan
c) jalur selebar 50 meter kiri kanan jaringan pipa transmisi air baku dari Meragun Nanga
Taman Rawak hingga ke Kota Sekadau.
Paragraf 4
Kawasan Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Pasal 22
(1)
(2)
(3)
Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf
d, meliputi :
a. kawasan taman wisata alam; dan
b. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Kawasan taman wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah hutan di
muara Sungai Sekadau Desa Tanjung Kecamatan Sekadau Hilir seluas lebih kurang 250 Ha.
Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b meliputi :
a. Gua Batu Lawang Kuari di Desa Seberang Kapuas Kecamatan Sekadau Hilir
b. Batu Bertulis / Prasasti Batu Pait di Kecamatan Nanga Mahap
c. Makam Panglima Naga di Desa Lubuk Tajau Kecamatan Nanga Taman
d. Makam Raja Sekadau di Desa Mungguk Kecamatan Sekadau Hilir
Paragraf 5
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 23
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf e, meliputi :
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 24
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), terdiri atas :
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 25
1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a
meliputi kawasan hutan produksi tetap (HP) dan hutan produksi terbatas (HPT).
2) Kawasan Hutan Produksi Tetap sebagaimana dimaksud ayat (1) luasnya kuranglebih
72.657hektar tersebar di tujuh lokasi yaitu :
a) Hutan Produksi Hulu Sungai Belitang Kecamatan Belitang Hulu seluas 40.475 hektar;
b) Hutan Produksi Di Desa Semadu Kecamatan Belitang Hilir seluas 17.185 Ha
c) Hutan Produksi Dusun Merbang Kecamatan Belitang Hilir seluas 2.665 Ha
d) Hutan Produksi Desa Timpuk Kecamatan Belitang Hilir seluas 5.157 Ha
e) Hutan Produksi Desa Semabi dan Desa desa Seberang Kapuas Kecamatan Sekadau Hilir
seluas 2.993 Ha
f) Hutan Produksi desa Nanga Engkulun di Kecamatan Nanga Taman seluas 3.008 Ha
g) Hutan Produksi Desa Cenayan Kecamatan Nanga Mahap seluas 778 Ha; dan
h) Hutan Produksi Desa Karang Betung Kecamatan Nanga Mahap seluas 396Ha
3) Kawasan Hutan Produksi Terbatas sebagaimana dimaksud ayat (1) luasnya kurang lebih
25.525hektar tersebar di dua lokasi yaitu :
a) HPTdesa Tapang Tingang, Senangak, dan Nanga Mongko Kecamatan Nanga Taman
seluas 10.511 Ha
b) HPT Desa Tembaga, Teluk Kebau, Lembah Beringin, Sebabas dan Karang Betung
Kecamatan Nanga Mahap seluas 15.014Ha
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Pasal 26
Kawasan Hutan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b seluas kurang lebih
35.546 hektar tersebar di dua belas lokasi yaitu :
a) Kawasan Hutan Rakyat Dusun Ensawak Kecamatan Sekadau Hilir seluas kurang lebih 338
hektar;
b) Kawasan Hutan Rakyat Desa Nanga Kerabat Kecamatan Sekadau Hulu seluas kurang lebih
1.583 hektar;
c) Kawasan Hutan Rakyat Desa Nanga Suak hingga Nanga Biaban Kecamatan Sekadau Hulu
seluas kurang lebih 8.112 hektar;
d) Kawasan Hutan Rakyat Dusun Emperak Desa Tapang Perodah Kecamatan Sekadau Hulu
seluas kurang lebih 278 hektar;
e) Kawasan Hutan Rakyat Dusun Kelampuk Kecamatan Nanga Taman seluas kurang lebih 4.083
hektar;
f) Kawasan Hutan Rakyat Desa Meragun Kecamatan Nanga Taman seluas kurang lebih 1.900
hektar;
g) Kawasan Hutan Rakyat Desa Pantok Kecamatan Nanga Taman seluas kurang lebih 482
hektar;
h) Kawasan Hutan Rakyat Desa Nanga Engkulun Kecamatan Nanga Taman seluas kurang lebih
496 hektar;
i) Kawasan Hutan Rakyat Desa Tapang Tingang hingga Nanga Mongko Kecamatan Nanga
Taman kurang lebih seluas 5.561 hektar;
j) Kawasan Hutan Rakyat Desa Cenayan hingga Desa Tembaga Kecamatan Nanga Mahap
seluas kurang lebih 7.697 hektar;
k) Kawasan Hutan Rakyat Desa Karang Betung Kecamatan Nanga Mahap seluas kurang lebih
1.632 hektar;
l) Kawasan Hutan Rakyat Desa Nanga Suri Kecamatan Nanga Mahap seluas kurang lebih 3.382
hektar.
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 27
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(1)
(2)
Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
terdapat di kecamatan Sekadau Hilir, Belitang Hilir, Belitang Hulu, dan Nanga Mahap;
(3)
Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b
terdapat di (Desa Balai Sepuak, Kumpang Ilong, Kumpang Danau) Kecamatan Belitang
Hulu, Kecamatan Sekadau Hilir, (Desa Nanga Ansar, Nanga Kalon, Sekojam, Sekuntong,
Batang, Setalon I dan Belitang II) Kecamatan Belitang, dan (Desa Rawak Hilir, Cupang
Gading, Nanga Biaban, Nanga Pemubuh) Kecamatan Sekadau Hulu.
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 29
(1)
(2)
(3)
Kawasan peruntukan minyak bumi dan gas tersebar di seluruh kecamatan Kabupaten
Sekadau kecuali Nanga Mahap, Nanga Taman, Belitang Hulu, Belitang Hilir, Belitang,
Sekadau Hilir dan Sekadau Hulu.
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 30
(1)
Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf f terdiri atas:
a) Kawasan peruntukan industri menengah; dan
b) Kawasan peruntukan industri rumah tangga.
(2)
Kawasan peruntukan industri menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
adalah tersebar di Kota Sekadau, Tapang Pulau dan Nanga Taman (industri pengolahan
hasil-hasil pertanian, perkebunan, peternakan, pertambangan dan kehutanan);
(3)
Kawasan peruntukan industri rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
adalah tersebar di seluruh kecamatan (industri penghasil alat pertanian ringan, industri
makanan ternak, industri kerajinan, industri bahan bangunan dan meubel).
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 31
(1)
Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
terdiri atas:
a) Makam Raja Sekadau di Desa Mungguk;
b) Makam Panglima Naga di Nanga Taman;
c) Batu Bertulis / Prasasti Batu Pait di Nanga Mahap;
d) Makam Bukong di Desa Sebabas;
e) Makam Paha Demang Kuning di Sekadau Hilir;
f) Rumah Panjang Sungai Antu di Belitang Hulu; dan
g) Tiang Sanonk di Desa Seraras Kecamatan Sekadau Hilir;
h) Situs Kematu di Desa Rawak Hilir Kec. Sekadau Hulu.
(3)
Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b
terdiri atas:
a) Air Terjun Semirah Desa Tinting Boyok Kecamatan Sekadau Hulu;
b) Air Terjun Sirim Punti di Desa Meragun Kecamatan Nanga Taman;
c) Air Terjun Tangayi, Sosah Kain dan Entugun di Kecamatan Nanga Mahap;
d) Air Terjun Bindang, Air Terjun Bukit Jundak di Desa Tapang Perodah Kecamatan
Sekadau Hulu;
e) Air Terjun Gurung Sumpit di Desa Sumpit Kecamatan Belitang Hilir;
f) Gua Batu Lawang Kuari di Sekadau;
g) Gua Jeroman di Kecamatan Nanga Taman;
h) Wisata Danau Engkaluk Merapi;
i) Sumber air panas seburuk di Kecamatan Belitang Hulu; dan
j) Riam Segiam di Kecamatan Sekadau Hulu.
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 32
(1)
(2)
Kawasan peruntukan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
a meliputi :
a) Ibukota kabupaten yaitu Kota Sekadau dengan luas potensial sekitar 11.930 hektar;
b) ibukota kecamatan yaitu Rawak Ibukota Kecamatan Sekadau Hulu seluas 2.923
hektar, Nanga Taman Ibukota Kecamatan Nanga Taman seluas 1.430 hektar, Nanga
Mahap Ibukota Kecamatan Nanga Mahap seluas 797 hektar, Sungai Ayak ibukota
Kecamatan Belitang Hilir seluas 3.185 hektar, Nanga Belitang Ibukota Kecamatan
Belitang seluas 955 hektar, dan Balai Sepuak Ibukota Kecamatan Belitang Hulu seluas
678 hektar; serta
c) pusat-pusat desa potensial untuk berkembang menjadi kawasan perkotaan yaitu
Tapang Pulau seluas 1.632 hektar, Tapang Semadak seluas 1.191 hektar dan Sungai
Tapah seluas 257 hektar.
(3)
(4)
(5)
Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 33
Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud pada pasa 24 huruf i, adalah kawasan
pertahanan dan keamanan yang meliputi:
a. Koramil yang terdapat di kecamatan di wilayah Kabupaten Sekadau .
b. Polres dan polsek yang ada di wilayah Kabupaten Sekadau.
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 34
(1)
Kawasan strategis yang ada di Kabupaten Sekadau terdiri atas Kawasan Strategis
Kabupaten;
(2)
Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000
sebagaimana tercantum di dalam Lampiran I.3 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 35
(1)
Kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) merupakan
bagian wilayah kabupaten yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena memiliki
pengaruh yang sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap peningkatan ekonomi,
sosial / budaya, dan/atau pengaruh lingkungan;
(2)
Kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas:
a) Kawasan strategis koridor arteri primer Sanggau Sekadau Sintang;
b) Kawasan strategis percepatan pembangunan wilayah utara dari wilayah utara
Kecamatan Belitang Hilir hingga ke perbatasan dengan Kecamatan Ketungau Hulu
(Kabupaten Sintang);
c) Kawasan strategis pelestarian lingkungan Hulu Sungai Sekadau di Kecamatan Nanga
Taman dan Nanga Mahap; dan
d) Kawasan strategis penguatan swasembada pangan yaitu kawasan sepanjang tepian
Sungai Belitang bagian hilir.
BAB V
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 36
(1)
Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten berpedoman pada rencana struktur ruang dan
pola ruang;
(2)
(3)
(1)
Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) disusun
berdasarkan indikasi program utama lima tahunan yang ditetapkan dalam Lampiran III
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini;
(2)
(3)
(1)
(2)
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 39
(1)
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun
peraturan zonasi;
(2)
Paragraf 1
Ketentuan Peraturan Zonasi Pada Struktur Ruang Daerah
Pasal 40
(1)
Arahan peraturan zonasi pada struktur ruang daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
39 ayat (2) huruf a, terdiri atas:
a) Ketentuan peraturan zonasi untuk sistem perkotaan;
b) Ketentuan peraturan zonasi untuk jaringan transportasi;
c) Ketentuan peraturan zonasi untuk jaringan telekomunikasi;
d) Ketentuan peraturan zonasi untuk jaringan sumber daya air; dan
e) Ketentuan peraturan zonasi untuk jaringan Prasarana Lingkungan.
(2)
Ketentuan peraturan zonasi untuk sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a meliputi:
a) Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan sesuai dengan hierarki dan
skala pelayanan baik berskala internasional, nasional, regional, maupun kabupaten
dan lokal yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai
dengan kegiatan ekonomi yang dilayani;
b) Pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dengan tingkat
intensitas pemanfaatan ruang menengah yang kecenderungan pengembangan
ruangnya kea rah horizontal dikendalikan; dan
c)
(3)
Ketentuan peraturan zonasi untuk jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b, meliputi:
a) Pemanfaatan ruang di sisi sepanjang jalan arteri primer dengan tingkat intensitas
menengah hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;
b) Ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan
nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan lokal; dan
c)
Penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan sesuai dengan klasifikasi jalan yang
memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan.
(4)
(5)
Ketentuan peraturan zonasi untuk jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf d, meliputi:
a) Pemanfaatan ruang kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap menjada
kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan; dan
b) Pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas provinsi maupun lintas kabupaten
secara selaras dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di provinsi atau
kabupaten yang berbatasan.
(6)
Ketentuan Peraturan Zonasi untuk prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud dala ayat
(1) huruf e, meliputi :
a)
b)
c)
d)
(7)
e.
f.
g.
(8)
d.
e.
(9)
pemanfaatan
sumber
air
untuk
kebutuhan
air
minum
wajib
memperhatikankelestarian lingkungan;
pembangunan instalasi pengolahan air minum tidak diijinkan dibangunlangsung pada
sumber air baku;
pembangunan dan pemasangan jaringan primer, sekunder dan sambunganrumah
(SR) yang memanfaatkan bahu jalan wajib dilengkapi ijin galian yangdikeluarkan oleh
instansi yang berwenang;
pembangunan dan pemasangan jaringan primer, sekunder dan sambunganrumah
(SR) yang melintasi tanah milik perorangan wajib dilengkapipernyataan tidak
keberatan dari pemilik tanah; dan
pembangunan fasilitas pendukung pengolahan air minum yang diijinkanmeliputi
kantor pengelola, bak penampungan/reservoir, tower air, bakpengolahan air dan
bangunan untuk sumber energi listrik dengan:
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) setinggi-tingginya 30 %
KoefisienLantai Bangunan (KLB) setinggi-tingginya 60 %
c.
d.
tidak diijinkan membangun pada kawasan resapan air dan tangkapan air
hujan(catchment area);
setiap pembangunan wajib menyediakan jaringan drainase lingkungan dan/atau
sumur resapan yang terintegrasi dengan sistem drainase sekitarnya sesuai ketentuan
teknis yang berlaku;
tidak memanfaatkan saluran drainase untuk pembuangan sampah,air limbah atau
material padat lainnya yang dapat mengurangi kapasitas dan fungsi saluran; dan
pengembangan kawasan terbangun yang didalamnya terdapat jaringan drainase
wajib dipertahankan secara fisik maupun fungsional dengan ketentuan tidak
mengurangi dimensi saluran serta tidak menutup sebagian atau keseluruhan ruas
saluran yang ada.
(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk lokasi pengolahan air limbah adalah:
a. tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air di
permukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah;
b. jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 meter.
Paragraf 2
Ketentuan Peraturan Zonasi Pada Pola Ruang Daerah
Pasal 41
Arahan peraturan zonasi pada pola ruang daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat
(2) huruf b, terdiri atas:
a)
Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan lindung; dan
b)
Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan budidaya;
Pasal 42
(1)
Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 huruf a terdiri atas:
a) Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan hutan lindung;
b) Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan konservasi dan resapan air;
c) Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan sempadan sungai, danau, dan mata air;
dan
d) Ketentuan peraturan zonasi kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
(2)
Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a meliputi:
a) Pemanfaatan ruang alam untuk kegiatan pendidikan, penyelidikan, dan penelitian
tanpa mengubah bentang alam;
b) Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan
hutan dan tutupan vegetasi, dan penurunan keanekaragaman hayati spesifik lokal;
c) Pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budi daya hanya diizinkan bagi
penduduk sekitar kawasan hutan dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi
lindung kawasan; dan
d) Kegiatan penambangan boleh dilakukan dengan cara pinjam-pakai dan mengacu
kepada ketentuan peraturam perundang-undangan yang berlaku di bidang
kehutanan.
(3)
Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan konservasi dan resapan air sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b meliputi:
a) Pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata alam;
b) Ketentuan pelarangan pemanfaatan biota yang dilindungi peraturan perundangundangan;
c) Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan daya
tamping lingkungan;
d) Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengubah bentang alam dan ekosistem;
dan
e) Hak akses masyarakat terhadap kawasan konservasi dan resapan air sebagai fungsi
wisata.
(4)
Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan sempadan sungai, danau, dan mata air
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c meliputi:
Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar
budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d meliputi:
a) Pemanfaatan ruang alam untuk kegiatan pendidikan, penyelidikan, dan penelitian
tanpa mengubah bentang alam;
b) Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan
hutan dan tutupan vegetasi, dan penurunan keanekaragaman hayati spesifik lokal;
c) Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan daya
tamping lingkungan;
d) Hak akses masyarakat terhadap kawasan konservasi dan resapan air sebagai fungsi
wisata.
Pasal 43
(1)
Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 huruf b terdiri atas:
a) Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan hutan produksi;
b) Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan pertanian;
c) Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan perikanan;
d) Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan pertambangan;
e) Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan industri;
f) Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan pariwisata;
g) Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan permukiman; dan
h) Ketentuan Peraturan zonasi pada kawasan pertahanan dan keamanan.
(2)
Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a,meliputi:
a) Pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam;
b) Kemampuan untuk melakukan pemulihan kondisi sumber daya alam;
c) Mengutamakan pemanfaatan hasil hutan melalui pembangunan hutan tanaman;
d) Larangan pendirian bangunan pada hutan produksi kecuali hanya untuk menunjang
kegiatan pemanfaatan hasil hutan;
e) Pembatasan penggunaan kawasan hutan produksi; dan
f) Dimungkinkannya dilakukan kegiatan penambangan, namun harus mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang kehutanan.
(3)
Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b, meliputi:
a) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan harus
disusun dengan memenuhi ketentuan mengenai:
1. Pemanfaatan ruang untuk permukiman pertain dengan kepadatan rendah;
2. Ketentuan luasan sawah berkelanjutan dan kawasan pertanian pangan non
sawah;
3. Perluasan areal kawasan sawah beririgasi;
4. Ketentuan pelarangan alih fungsi lahan sawah menjadi lahan budi daya non
pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan infrastruktur utama dan
prasarana sumber daya air dengan penerapan sistem kompensasi.
Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan perikanan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf c, meliputi:
a) Pemanfaatan ruang untuk kegiatan budi daya perikanan;
b) Pemafaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan konservasi;
c) Pemanfaatan ruang untuk kawasan agroindustri perikanan;
d) Kelestarian sumber daya perikanan; dan
e) Ketersediaan infrastruktur perikanan.
(5)
(6)
Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf e, meliputi:
a) Pemanfaatan ruang kegiatan industri baik yang sesuai dengan kemampuan
penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia wilayah
di sekitarnya;
b) Pembatasan pembangunan perumahan baru di sekitar kawasan peruntukan industri;
dan
c) Pembangunan perumahan secara terbatas dapat diizinkan dengan memenuhi
ketentuan persyaratan bangunan sesuai dengan rencana rinci tata ruang.
(7)
Ketentuan peraturan zonasi pada kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf f, meliputi:
a) Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung lingkungan;
b) Perlindungan terhadap situs-situs peninggalan kebudayaan masa lampau;
c) Pembatasan pendirian bangunan untuk menunjang kegiatan pariwisata dengan
memenuhi ketentuan persyaratan bangunan sesuai dengan rencana rinci tata ruang;
d) Ketentuan pembatasan dan pelarangan bangunan selain untuk menunjang kegiatan
pariwisata; dan
e) Pembangunan bangunan dengan fungsi permukiman dapat diizinkan dengan
memenuhi ketentuan persyaratan bangunan sesuai dengan rencana rinci tata ruang.
(8)
(9)
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertahanan dan keamanan sebagai mana
dimaksud dalam ayat (1) huruf h meliputi:
a. dibolehkan kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat mendukung fungsi kawasan
pertahanan dan keamanan.
b. pemabatasan kegiatan didalam dan atau disekitar kawasan pertahanan dan
keamanan yang dapat mengganggu fungsi kawasan.
c. pelarangan kegiatan yang dapat mengganggu dan atau merubah fungsi utama
kawasan
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 44
(1)
Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian
izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan
dalam Peraturan Daerah ini;
(2)
Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
kewenangannya;
(3)
Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
(4)
Bentuk-bentuk izin pemanfaatan ruang, mekanisme pemberian izin dan arah pengambilan
keputusan terkait perizinan yang akan diterbitkan berdasarkan peraturan perundangundangan.
Pasal 45
(1)
Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Sekadau sebagaimana
dimaksud pada Pasal 40 ayat (2):
a) Izin prinsip;
b) Izin peningkatan pemanfaatan ruang;
c) Izin lokasi;
d) Izin mendirikan bangunan;
(2)
Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a d diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Pasal 46
(1)
Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) huruf c
merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pemberian insentif dan pengenaan
disinsentif;
(2)
Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang,
rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan
Daerah ini;
(3)
Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau
dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 47
(1)
(2)
Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai
dengan kewenangannya.
Pasal 48
(1)
Insentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat
(1), terdiri atas:
a) Keringanan pajak;
b) Pemberian kompensasi;
c) Imbalan;
d) Sewa ruang;
e) Urun saham;
f) Penyediaan infrastruktur;
g) Kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
h) Penghargaan.
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif diatur dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 49
(1)
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan disinsentif diatur dengan Peraturan
Bupati.
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 50
(1)
Arahan sanksi sebagamana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) huruf d, merupakan acuan
Pemerintah Daerah dalam pengenaan sanksi terhadap:
a) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan rencana
pola ruang;
b) Pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c) Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
rencana tata ruang wilayah kabupaten;
d) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan rencana tata ruang wilayah kabupaten;
e) Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang
yang diterbitkan rencana tata ruang wilayah kabupaten;
f) Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g) Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.
(2)
Pelanggaran terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi pidana.
Pasal 51
(1)
Bentuk sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2) diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, meliputi:
a) Peringatan tertulis;
b) Penghentian sementara kegiatan;
c) Penghentian sementara pelayanan umum;
d) Penutupan lokasi;
e) Pencabutan izin;
f) Pembatalan izin;
g) Pembongkaran bangunan;
h) Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i) Denda administratif.
(2)
Sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2), dikarenakan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan bidang Penataan Ruang maka sanksi pidana
diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB VIII
KELEMBAGAAN
Pasal 52
(1)
(2)
Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja BKPRD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
DALAM PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 53
Berperan dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan tata ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang;
Mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah;
Menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari
penataan ruang;
Mengejukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;
Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang;
Mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila
kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan
kerugian.
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 54
a)
b)
c)
d)
Pasai 55
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 54 dikenai
sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 ayat (1);
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 56
(1)
(2)
Peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
dalam:
a) Perencanaan tata ruang;
b) Pemanfaatan ruang; dan
c) Pengendalian pemanfaatan ruang.
(3)
Tata cara dan bentuk peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 57
Bentuk peran masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 57 ayat (2) huruf a dapat berupa:
a)
b)
c)
Melakukan kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau semua unsur
masyarakat.
Pasal 58
Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
ayat (2) huruf b dapat berupa:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Melakukan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan;
Menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
Memberikan dukungan bantuan teknik, keahlian, dan/atau dana dalam pengelolaan
pemanfaatan ruang;
Meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat,
ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal
serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Melakukan kerjasama pengelolaan ruang dengan Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau pihak lainnya secara bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan penataan
ruang;
Menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan dan sumber daya
alam;
Melakukan usaha investasi dan/atau jasa keahlian; dan
Mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah atau pihak lain apabila kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan merugikan.
Pasal 59
Pasal 60
(1)
Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan secara langsung dan/atau
tertulis;
(2)
Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disampaikan kepada
bupati;
(3)
Peran masyarakat sebagimana dimaksud pada ayat (1), juga dapat disampaikan melalui
unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.
Pasal 61
Pasal 62
Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 63
(1)
(2)
Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sekadau dan album peta sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3)
(4)
(5)
Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan disusun untuk semua kawasan perkotaan di
dalam wilayah kabupaten yang akan dikembangkan
(6)
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten disusun untuk semua kawasan
strategis kabupaten yang ditetapkan
Pasal 64
Pasal 65
(1)
Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sekadau adalah 20 (dua puluh)
tahun sejak tanggal ditetapkan dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun;
(2)
Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar dan/atau perubahan batas territorial wilayah yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan, Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sekadau dapat ditinjau
kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun;
(3)
Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan apabila terjadi
perubahan kebijakan nasional dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang
kabupaten dan/atau dinamika internal wilayah.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 66
(1)
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan pelaksanaan yang
berkaitan dengan penataan ruang daerah yang telah ada dinyatakan berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini;
(2)
c)
1.
2.
3.
Pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan Peraturan
Daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2.
Yang sesuai dengan rencana tata ruang dalam Peraturan Daerah ini dipercepat
untuk mendapatkan izin yang diperlukan.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 67
(1)
(2)
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2006
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sekadau (Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Sekadau Tahun 2006 Nomor 01) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku;
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sekadau
Ditetapkan di Sekadau
pada tanggal 29 Juli 2015011
BUPATI SEKADAU,
TTD
SIMON PETRUS
Diundangkan di Sekadau
Ditetapkan di Sekadau
pada tanggal 29 Juli 2015
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SEKADAU,
TTD
YOHANES JHON
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 NOMOR 1
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU
NOMOR 1 TAHUN 2015 2011
I. PENJELASAN UMUM
Ruang sebagai wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara
termasuk ruang dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk
hidup lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidunya adalah ruang
wilayah Kabupaten Sekadau yang dilindungi, dikelola, dan dilestarikan pemanfaatannya
secara optimal dan berkelanjutan demi terciptanya kelangsungan hidup yang berkelanjutan.
Ruang wilayah Kabupaten Sekadau sebagai suatu unsur lingkungan hidup, terdiri atas
berbagai ruang wilayah yang masing-masing sebagai sub sistem yang terdiri dari aspek
alamiah (fisik lingkungan), ekonomi, sosial budaya dengan beragam corak dan daya dukung
yang berbeda antara sub sistem yang satu dengan yang lainnya. Pengaturan pemanfaatan
ruang wilayah didasarkan kepada corak dan daya dukungnya serta didukung oleh
penggunaan teknologi yang sesuai guna meningkatkan keselarasan, keseimbangan antar sub
sistem, yang berarti juga akan meningkatkan kemampuan daya tampung sub sistem itu
sendiri. Pengelolaan antar sub sistem yang satu akan memberikan pengaruh secara langsung
maupun tidak langsung terhadap sub sistem yang lainnya pada pada akhirnya akan
mempengaruhi sistem ruang di Kabupaten Sekadau secara keseluruhan. Oleh karena itu,
pengaturan ruang menuntut dikembangkannya suatu sistem dengan keterpaduan sebagai
ciri utamanya. Hal ini berarti perlu adanya suatu kebijaksanaan nasional penataan ruang
yang memadukan berbagai kebijaksanaan pemanfaatan ruang.
Di sisi lain ruang wilayah Kabupaten Sekadau merupakan wilayah-wilayah Kecamatan
yang merupakan satu kesatuan wilayah yang meliputi satuan-satuan ruang disebut dengan
kawasan. Dengan berbagai kawasan yang ada terdapat berbagai macam budaya manusia
yang berbeda-beda, sehingga masing-masing kawasan tersebut seringkali terjadi perbedaaan
tingkat pemanfaatan dan perkembangan kawasannya. Hal ini apabila tidak ditata dengan
baik cenderung akan menimbulkan ketidakseimbangan pembangunan wilayah. Oleh karena
itu rencana tata ruang wilayah Kabupaten Sekadau, secara teknis harus mempertimbangkan
keseimbangan antara kemampuan ruang dan kegiatan manusia dalam memanfaatkan serta
meningkatkan kemampuan ruang dan keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam
pemanfaatan ruang antar kawasan dalam rangka meningkatkan produktivitas manusia
dalam arti yang lebih luas.
Peraturan Daerah Kabupaten tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Sekadau ini
adalah suatu sarana untuk menciptakan arahan dan kemudahan dalam melaksanakan
pembangunan wilayah Kabupaten Sekadau, dan merupakan sarana untuk memberikan
informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat mengenai kebijakan pembangunan
wilayah Kabupaten Sekadau yang bertujuan untuk menciptakan pemanfaatan ruang yang
optimal, merata dengan memperhatikan kepentingan secara terpadu, berdayaguna, dan
berhasil guna, serasi, selaras, seimbang melalui pengembangan wilayah yang berbasis
kepada sektor perkebunan dan pertanian tanaman pangan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
Pasal 8
Pusat Kegiatan Wilayah promosi untuk selanjutnya disebut sebagai PKWp adalah Pusat
Kegiatan Wilayah yang dipromosikan oleh Provinsi Kalimantan Barat berupa PKL yang
potensial dikembangkan menjadi PKW.
Pusat Kegiatan Lokal untuk selanjutnya disebut sebagai PKL adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa
kecamatan.PKL ditetapkan oleh Provinsi Kalimantan Barat dalam Peraturan Daerah
Provinsi Kalimantan Barat tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan
Barat.
Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.PPK ditetapkan
oleh Kabupaten Sekadau dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau tentang Rencana
Tata Ruang Kabupaten Sekadau.
Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.PPL ditetapkan oleh Kabupaten
Sekadau dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau tentang Rencana Tata Ruang
Kabupaten Sekadau.
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan jalan arteri primer adalah jalan yang didesain dengan
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah adalah 60 km per jam dengan
lebar badan jalan paling sedikit 11 meter; lalu lintas jarak jauh tidak boleh
terganggu oleh lalu-lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal; jalan
arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan
pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
Huruf b dan huruf c
Yang dimaksud dengan jalan kolektor primer adalah jalan yang didesain dengan
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km per jam dengan lebar
badan jalan paling sedikit 9 meter; jalan kolektor primer yang memasuki
kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh
terputus.
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Yang dimaksud dengan jalan lokal primer adalah jalan yang didesain berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 20 km per jam dengan lebar badan jalan paling
sedikit 7,5 meter; jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak
boleh terputus.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan Gerbang Darat Interregional adalah kawasan yang
berfungsi sebagai pintu masuk dan keluar dari/ke kabupaten lain.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Sekadau merupakan gambaran rencana
pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Sekadau yang terdiri dari pemenfaatan ruang
wilayah yang berfungsi lindung dan yang berfungsi budidaya yang belum ditetapkan di
dalam RTRW Nasional dan RTRW Provinsi Kalimantan Barat
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Kawasan resapan air adalah adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang
berguna sebagai sumber air
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Kawasan peruntukan hutan produksi ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor
kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling
besar 124 (seratus dua puluh empat);
Kawasan hutan produksi terbatas ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor
kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan skor 125 (seratus
dua puluh lima) sampai dengan 174 (seratus tujuh puluh empat);
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 26
Kawasan hutan rakyat adalah kawasan hutan yang berada di kawasan budidaya dan
dikelola oleh rakyat untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
tetap mempertahankan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Pasal 27
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Ayat (1)
Kawasan peruntukan pertambangan adalah wilayah yang memiliki potensi
sumberdaya bahan tambang yang berwujud padat, cair atau gas berdasarkan
peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya sebagian atau
seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, operasi produksi dan pasca tambang, baik di wilayah daratan
maupun perairan, serta tidak dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan
budidaya maupun kawasan lindung
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 30
Ayat (1)
Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukan bagi
kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundan-undangan
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 31
Ayat (1)
Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan dengan luasan tertentu yang
dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat (1)
Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:
a.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Ketentuan umum peraturan zonasi adalah ketentuan umum yang mengatur
pemanfaatan ruang/penataan Kabupaten Sekadau dan unsur-unsur
pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi
peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan rencana rinci tata ruang
Yang dimaksud dengan arahan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau
upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan
dengan rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata
ruang.
Yang dimaksud dengan arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi
bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.
Sanksi pidana terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini mengacu pada
ketetapan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas
Pasal 46
Cukup Jelas
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
Cukup Jelas
Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52
Cukup Jelas
Pasal 53
Cukup Jelas
Pasal 54
Cukup Jelas
Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 56
Cukup Jelas
Pasal 57
Cukup Jelas
Pasal 58
Cukup Jelas
Pasal 59
Cukup Jelas
Pasal 60
Cukup Jelas
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Cukup Jelas
Pasal 63
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 65
Cukup Jelas
Pasal 66
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a)
Cukup Jelas
Huruf b)
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai sebagaimana dimaksud pada Pasal
ini adalah:
a. yang sah; dan/atau
b. sesuai menurut rencana tata ruang sebelumnya baik rencana
umum tata ruang perkotaan maupun rencana detail tata ruang
yang sah dan berlaku; dan/atau
c. diterbitkan ijinnya sebelum pemberlakuan Undang-undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan dapat dibuktikan
bahwa ijin tersebut diperoleh sesuai dengan prosedur yang benar;
dan/atau
d. dikecualikan perubahan fungsi pemanfaatan ruang, perluasan
lokasi dan/atau peningkatan kapasitas pemanfaatan ruang atau
usaha.
Untuk pemanfaatan ruang yang telah memenuhi persyaratan
sebagaimana disebutkan di atas tetapi belum termasuk yang dilakukan
penyesuaian, akan diberi masa transisi selama 3 (tiga) tahun, terhitung
sejak ditetapkannya RTRW Kabupaten ini. Selama berlakunya masa
transisi tidak dapat dilakukan penertiban secara paksa.
Penertiban secara paksa dilakukan pada saat masa transisi berakhir dan
pemanfaatan ruang tidak dilakukan upaya penyesuaian dengan RTRW
Kabupaten yang telah ditetapkan.
Angka 1
Cukup Jelas
Angka 2
Cukup Jelas
Angka 3
Hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap
perubahan status semula yang dimiliki oleh masyarakat sebagai
akibat pelaksanaan RTRW Kabupaten Sekadau diselenggarakan
dengan cara musyawarah antara pihak yang berkepentingan;
Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang
layak, maka penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Huruf c)
Cukup Jelas
Huruf d)
Cukup Jelas
Pasal 67
Cukup Jelas
Diundangkan
pada tanggal 11 Agustus 2015
di
Sekadau