Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok dan kelima, guru mendorong siswa
untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan
gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Kelima hal tersebut harus dikuasai oleh guru dalam mempraktekkan Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Tulisan ini akan mengulas tentang
konsep Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) yang akhirakhir ini menjadi pembicaraan dan pembahasan menarik dalam pembelajaran.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, makan penulis dalam penelitian ini
merumuskan suatu masalah pokok sebagai berikut :
1
I.3 TUJUAN
Untuk memperoleh dan mengetahui konsep pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan (PAIKEM). Sekaligus mengetahui prinsip-prinsip dasar untuk menerapkan
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) agar mencapai hasil
belajar yang maksimal. Juga dapat dipergunakan untuk referensi para akademisi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
No.
1.
Indikator Proses
Penjelasan
Metode
Pekerjaan Peserta
PAIKEM sangat
Guru membimbing
Didik (Diungkapkan
mengutamakan agar
dengan bahasa/kata-kata
memajang hasil
berpikir, berkata-kata,
dan mengungkap
saling belajar.
sendiri.
2.
mengalami atau
mengerjakan sendiri,
hasil pekerjaan
peserta didik
dipajang untuk
melakukan sendiri)
meningkatkan
motivasi.
3.
Ruangan Kelas
(penuh pajangan hasil
karya peserta didik dan
alt peraga sederhana
buatan guru dan peserta
didik)
Pengamatan ruangan
untuk dipajang, di
mana, dan
yang sering
bagaimana
dipergunakan
memajangnya.
diletakkan strategis.
4.
Guru melaksanakan
Diskusi, kerja
Kursi
kegiatan pembelajaran
kelompok, kerja
5.
dengan berbagai
mandiri, pendekatan
cara/metode/teknik,
individual guru
fleksibel)
prestasinya kurang
secara individual.
sebagainya.
untuk mengungkapkan
peserta didik
mendengarkan dan
menghargai pendapat
tulisan, maupun
kegiatan lain.
Suasana bebas
(Peserta didik memiliki
dukungan suasana bebas
untuk menyampaikan
atau mengungkapkan
pendapat).
6.
7.
Sudut Baca
(Sudut kelas sangat baik
bila diciptakan sebagai
sudut baca untuk peserta
didik)
individual.
Guru memberikan
Penugasan individual
atau kelompok;
peserta didik
bimbingan langsung;
dan penyelesaian
Observasi kelas,
diskusi, dan
Pos, Puskesmas,
pendekatan terhadap
orangtua.
dioptimalkan
pemanfaatannya untuk
pembelajaran.
8.
Lingkungan Sekitar
(Lingkungan sekitar
sekolah dijadikan media
pembelajaran)
Sawah, lapangan,
Observasi lapangan,
eksplorasi, diskusi
Pos, Puskesmas,
kelompok, tugas
dioptimalkan
lain.
pemanfaatannya untuk
pembelajaran.
Maksud pembelajaran Aktif adalah dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga siswa dapat berperan aktif untuk bertanya, mempertanyakan,
dan mengemukakan gagasan atau ide dalam suasana belajar-mengajar. Belajar aktif adalah
mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan aktif. Pembelajaran
aktif atau sering dikenal dengan active learning adalah proses belajar dimana peserta didik
mendapat kesempatan untuk lebih banyak melakukan aktivitas belajar, berupa hubungan
interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong untuk menyimpulkan pemahaman
daripada hanya sekedar menerima pelajaran yang diberikan. Meyer & Jones (1993)
mengemukakan bahwa dalam pembelajaran aktif terjadi aktivitas berbicara dan mendengar,
menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan mengenai isi pelajaran,
ide-ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan satu topik yang sedang dipelajari. Dalam
pembelajaran aktif, guru lebih berperan sebagai fasilitator bukan pemberi ilmu.
Pembelajaran aktif mempunyai beberapa karakteristik yaitu; a) Refleksi yang dilakukan
dengan cara mengungkapkan pengalaman kepada teman dan guru berpotensi membuka ruang
dialog di dalam kelas sehingga memungkinkan muncul pengalaman atau pengetahuan baru
(Fink, 2003), b) Pengamatan terhadap beberapa model atau contoh yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk melihat dan mengetahui, c) Pemecahan masalah yang disajikan
memungkinkan siswa berada di dalam kondisi higher-order thinking (Bonwell & Eison, 1991),
d) Vicarious learning yang diperoleh pada saat siswa menyaksikan perdebatan mengenai topik
tertentu, dan e) Self explanation adalah suatu proses menjelaskan mengenai pemahaman siswa,
baik kepada temannya maupun guru yang memungkinkan terjadinya pemahaman yang lebih
kuat.
II.2.2
Setidaknya terdapat tiga model pembelajaran inovatif yaitu pertama, Model Reasoning
and Problem Solving yaitu kemampuan reasoning and problem solving yang merupakan
keterampilan utama yang harus dimiliki siswa ketika mereka meninggalkan kelas untuk
memasuki dan melakukan aktivitas di dunia nyata. Siswa dituntut untuk menggunakan dan
mengedepankan rasio dalam melaksanakan tujuan pendidikan dan mencari solusi yang terbaik
dalam menghadapi permasalahan seputar pendidikan. Reasoning adalah bagian berpikir yang
berada di atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking, critical thinking, dan
creative thinking. Sedangkan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki
sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut (Krulik &
Rudnick, 1996).
Kedua, Model Problem-Based Instruction. Model ini merupakan pembelajaran yang
berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan
pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001). Keterlibatan aktif para siswa dalam
mendapatkan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik sangat diperlukan.
Siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan
menginvestigasi
masalah,
mengumpulkan
dan
menganalisis
data,
menyusun
fakta,
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru kepada
siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai
secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan serta mendidik mereka dalam
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh siswa harus dilibatkan secara
penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif
dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif, karena mereka merupakan
pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Siswa harus didorong untuk
menafsirkan informasi yang di sajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh
akal sehat. Dalam pelaksanaannya perlu proses penukaran pikiran, diskusi, dan perdebatan
dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar yang harus dikuasai
siswa.
Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan belajar yang
memadai/kondusif. Oleh karena itu guru harus mampu mengelola siswa, mengelola kegiatan
pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar.
Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa
dilakukan secara parsial,melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
Proses pelaksanaan pembelajaran efektif dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
1
2
Melakukan appersepsi.
Melakukan eksplorasi, yaitu memperkenalkan materi pokok dan kompetensi dasar yang
sebagai berikut: (1) pengelolaan tempat belajar, (2) pengelolaan siswa, (3) pengelolaan kegiatan
pembelajaran, (4) pengelolaan konten/materi pelajaran, dan (5) pengelolaan media dan sumber
belajar.
II.2.5
BAB III
KESIMPULAN