PEMBELAJARAN EFEKTIF
1. EXAMPLE NON EXAMPLE
Contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD
2. PICTURE NON PICTURE
3. NUMBERED HEADS TOGETHER
(Kepala bernomor, Spencer Kagan 1992)
4. COOPERATIVE SCRIPT
(Dansereau Cs 1985)
5. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
(Modifikasi dari number heads)
6. STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Tim siswa kelompok prestasi
7. JIGSAW -MODEL TIM AHLI
(Aronssn Braney Stephen Sikes and Snapp 1978)
8. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
Pembelajaran berdasarkan masalah
9. ARTIKULASI
10. MIND MAPPING
11. MAKE A MATCH
mencari pasangan (lorna Curran 1994)
12. THINK PIR AND SHARE
13. DEBATE
14. ROLE PLAYING
15. GROUP INVESTIGATION
Sharan 1992
16. TALKING STICK
17. BERTUKAR PASANGAN
18. SNOWBALL THROWING
19. STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
Siswa/ peserta mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta lainnya
20. COURSE REVIEW HORAY
21. DEMONSTRATION DAN EKSPERIMEN
( Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen )
22. EXPLISIT INSTRUCTION
pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media
gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk
belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang
terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar
tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.
Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks
analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga
digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan
siswa kelas rendah seperti :
a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan,
b. kemampuan analisis ringan, dan
c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP,
Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah
jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat
dengan jelas.
B. Ciri-ciri
Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk
belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui
dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan
juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik
yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat
dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi
konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan
konsep yang ada.
Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang
sedang dibahas, sedangkan
non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi
yang sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu
konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya.
Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan
dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang
ada.
C Kelebihan dan Kekurangan.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas
pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk
membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu
konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat
beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada
bagian example.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
1. Langkah-langkah :
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
yang ingin dicapai
7. Kesimpulan
MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran
Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan
sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model
pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar
dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun
yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran.
Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu
menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat
kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah
dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang
diperoleh dari proses pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum
proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam
bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah
menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and
picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran
yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga
pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi
Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur
sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan
indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan
dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan
momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai
dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama
ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik
minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh
temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan
lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai
guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi
yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambargambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung
kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian,
sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan
indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain
untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-
penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan
atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam
pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai
indicator yang telah ditetapkan.
7. Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi
pelajaran
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:
Kelebihan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan
memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif.
3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai
KESIMPULAN
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan
gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri
Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar
sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam
proses pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and
picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang
hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain
adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk
lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok
lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu
masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena
setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh
karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.
Metode Belajar Cooperative script
metode belajar Cooperative script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ideide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi /
menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat /
Kelebihan:
Kekurangan:
Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya
sebatas pada dua orang tersebut).
kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili
kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya
tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang
sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam dalam diskusi kelompok.
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada
aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber
yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan
oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran
kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja
saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut
dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan
tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang
telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para
siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti
(Tryana, 2008). Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung
melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara
dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Kepala
bernomor struktur)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan
memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran
tertentu.
Ciri-ciri pembelajaran kepala bernomer struktur sebagai berikut:
1) Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi
siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima
orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor
berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
2) Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu
yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat
bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang
bervariasi pula.
3) Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk
menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya
sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
4) Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap
kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus
menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari
kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan.
Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
Indikator
Langkah 1
memotivasi siswa
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok- kelompok
belajar
Langkah 5
Evaluasi
Langkah 6
Memberikan penghargaan
h. Penutup.
Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh
kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis.
Sumbangan poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas ketentuan
pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD
Skor Kuis
Poin peningkatan
10
20
30
30
Nilai Perkembangan
Excellent
22,6 30
15,1 22,5
Good teams
7,6 15,0
General teams
7,5
b)
c)
Meningkatkan komitmen
d)
e)
f)
B)
a)
b)
c)
Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang
pandai lebih dominan.
1. Hubungan Penerapan Model STAD dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan
kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi
interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat motivasi yang
tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu
siswa akan lebih memahami dan mengerti konsep-konsep fisika secara benar.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsisten baik
bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi (daya lekat)
terhadap materi pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif
yang dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat
menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pengajaran fisika yang disajikan dengan
model pembelajaran STAD memungkinkan untuk memberikan pengalaman-pengalaman
sosial sebab mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya.
Keberhasilan anggota kelompok merupakan tugas bersama.
Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi yang berbedabeda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan dan kesadaran akan
perbedaan. Disamping itu pembelajaran yang disajikan dengan model STAD akan melatih
siswa untuk menceriterakan, menulis secara benar apa yang diteliti dan diamati. Apabila
ditinjau dari proses pelaksanaannya, kegiatan model pembelajaran STAD lebih membawa
siswa untuk memahami materi yang disajikan oleh guru, karena siswa aktif dalam proses
belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, pengajaran fisika yang disajikan dengan dengan
penerapan model pembelajaran STADakan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
siswa.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-studentteams.html#ixzz2uZXKTNWl
Model Pembelajaran Jigsaw
Model Pembelajaran Jigsaw
1. Pengertian
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronsons. Model
pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya.Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student
centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.
Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa kelompok
belajar yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok
asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa
anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang.
Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik
bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri
dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing
anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.
Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar
mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota
kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para
kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn
diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada
kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota
tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki
tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan
informasi dan memecahkan masalah yang biberikan.
1. Langkah- Langkah dalam metode jigsaw
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji.
Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
1. Kelemahan
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya
diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya
diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu
penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk
mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor
kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang
menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranjigsaw.html#ixzz2uZXP82Tt
4/21/2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED
INTRODUCTION)
PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Sejarah Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster University di
Kanada pada tahun 1960-an yang diresmikan pada tahun 1968. (Neufeld & Barrows, 1974),
karena siswa tidak mampu menerapkan sejumlah besar mereka pengetahuan ilmiah dasar
untuk situasi klinis. Tak lama kemudian, tiga sekolah medis lain University of Limburg di
Maastricht (Belanda), University of Newcastle (Australia), dan University of New Mexico
(Amerika) mengambil McMaster model pembelajaran berbasis masalah. (diadopsi oleh lain
program-program sekolah kedokteran (Barrows, 1996) dan juga telah diadaptasi untuk
instruksi sarjana (Boud dan Feletti, 1997; Duch et al, 2001. ; Amador et al, 2006))
Landasan Teoretik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk meningkatkan
pengajaran secara umum dan khsususnya problem based learning (PBL). Premis dasar dalam
psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang
berdasarkan pada pengetahuan terkini. Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan
bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses-proses kognitif
yang disebut metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial
dan kontektual mempengaruhi pembelajaran.
A. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Suherman (2003: 7)
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas
yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu
bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan dengan strategi,
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran.
Gijselaers ( 1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses dimana
pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik hanya berperan
dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Pendidik
harus memusatkan perhatiannya untuk membantu siswa dalam mencapai keterampilan self
directed learning.
Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Departemen Pendidikan Nasional (2003)
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya
ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil
menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta
termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu.
Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah
untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus
belajar.
Muslimin Ibrahim (2000:7)
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan
informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan
masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan
mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini
difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru mengumpulkan
informasi yang nantinya akan diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) bertujuan untuk:
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan
masalah,
2. belajar peranan orang dewasa yang otentik,
3. menjadi siswa yang mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfers
pengetahuan baru,
5. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
6. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
7. meningkatkan motivasi belajar siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
B. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran yang
berkaitan dengan PBL
1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional
didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan ke kepala
pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi
dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar
pada memorinya seperti menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali
informasi bergantung pada kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam
mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa memori
merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu
pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan
informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan
informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.
2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar
mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada
metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai elemen
esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to do), strategi seleksi
(how am I doing it?), dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah
tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga
penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan
metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari
bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?
3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini
adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki
pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan tujuan
yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh
pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa
masalah untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan
bahwa pebelajar mengalami kesulitan serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah
(Bruning et al, 1995). Studi juga menunjukkan bahwa pendidikantradisional tidak
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Tugas guru pada tahap akhir
pembelajaran berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi
proses berpikir mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen
Guru perlu memberikan seperangkat aturan, sopan santun kepada siswa untuk mengendalikan
tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan sehingga terciptanya kenyamanan,
kemudahan siswa dalam melakukan aktivitasnya.
D. Asesmen dan evaluasi
Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya terbatas dengan tes kertas dan pensil ( paper and
paper tes ) tetapi termasuk menemukan prosedur penilaian alternative yang dapat digunakan
untuk mengukur pekerjaan siswa. Penetapan kriteria penilaian tugas-tugas kinerja/ hasil karya
harus dilakukan pada awal-awal pembelajaran dan harus dapat dikerjakan oleh pebelajar
(Fottrell, 1996). Kriteria penilaian itu harus didiskusikan terlebih dahulu bersama pebelajar di
kelas. Diskusi ini meliputi berapa grade yang harus mereka capai dan siapa yang akan
menilai mereka (pembelajar, pebelajar, atau ahli luar).
Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada proses dengan tujuan untuk
menilai ketrampilan berkomunikasi, bekerjasama, penerimaan siswa terhadap tanggung
jawab belajar, kemampuan belajar bagaimanan belajar ( learning to learn ), penyelesaian dan
penggunaan sumber serta pengembangan ketrampilan memecahkan masalah. Dalam
pembelajaran berbasis masalah guru berperan dalam mengembangkan aspek kognitif dan
metakognitif siswa, bukan sekedar sumber pengetahuan dan penyebar informasi. Disamping
itu siswa bukan sebagai pendengar yang pasif tetapi berperan aktif sebagai problem.
Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan
sebagai berikut:
Guru sebagai pelatihv
Siswa sebagai problem solverv
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasiv
Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)
memonitor pembelajaran
probbing ( menantang siswa untuk berfikir )
menjaga agar siswa terlibat
mengatur dinamika kelompok
menjaga berlangsungnya proses
peserta yang aktif
terlibat langsung dalam pembelajaran
membangun pembelajaran
menarik untuk dipecahkan
menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari
Muslimin Ibrahim menjelaskan bahwa dalam menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah membutuhkan banyak latihan dan perlu membuat ke putusan-keputusan khusus pada
fase-fase perencanaan, interaksi dan setelah pembelajaran.
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar
yang diajar dengan PBL yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan ketrampilan berpikir
tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka akan melakukan operasi mental
seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan reasoning.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
Pemanfaatannya
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia
lakukan
7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan
secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan
pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu
arah.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih
banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang
diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih pada
kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda, (hal. 419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar,
terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai
bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat menantang untuk
melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa
sulit pada awalnya bagi guru untuk melepaskan kontrol dan menjadi fasilitator, mendorong
siswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi
F. Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah pertama kali dicetuskan pada akhir tahun 1960-an di sekolah
kedokteran di McMaster University di Kanada.
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu proses pembelajaran yang keterlibatan siswanya
lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh
pendidik dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa
menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan
dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan
daripada menggunakan teknik mencatat biasa..
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat
materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan
sebagai teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan
pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat
mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia
akan semakin kreatif.
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik
ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau
kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping
sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan
membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk
mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon
dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi
yang lain.
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan
seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan
kanan. Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping
Catatan biasa :
a.
Catatan Biasa
b.
c.
d.
e.
f.
Statis
Mind mapping :
a.
Peta pikiran
b.
c.
Berwarna warni
d.
e.
f.
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang
mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi
kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan
otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk
informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol,
bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.Peta
pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena
berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana
menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar
akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah
menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses
pembuatan mind mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan
Berfikir.)
Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang diatur
dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang akan dibahas di tengah-tengah
halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode
pada mind mapping yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional,
numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi,
kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan
lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran.
Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada
setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis-garis
cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk
tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis
begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat
kepentingan dari masing-masing garis.
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa
atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara
berpasangan ( 2 orang ).
Langkah-langkah pembelajarannya :
1.
2.
3.
Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4.
Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima
dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian
berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5.
Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan
teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6.
7.
Kesimpulan/penutup.
2. Prinsip Dasar Mind Mapping
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci
bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik
pohon.
3. Kelebihan dan Kekurangan mind mapping
Beberapa manfaat memiliki mind maping antara lain :
a.
Merencana
b.
Berkomunikasi
c.
Menjadi Kreatif
d.
Menghemat Waktu
e.
Menyelesaikan Masalah
f.
Memusatkan Perhatian
g.
h.
i.
j.
Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :
a.
b.
Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c.
d.
b.
c.
KESIMPULAN
Jadi model pembelajaran mind mapping adalah suatu model pembelajaran untuk
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind
mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Model
pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau
untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara
berpasangan ( 2 orang ).
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci
bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik
pohon.
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat
materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan
sebagai teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan
pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat
mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia
akan semakin kreatif.
Kelebihan :
a.
b.
Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c.
d.
Kekurangan :
a.
b.
c.
Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas,
interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang
terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang
bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka
cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara
bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban
atas permasalahan atau konsep yang dipelajari.
Ternyata suatu penelitian telah membuktikan setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar
siwa tenyata dengan pendekatan seperti itu hasil belajar siswa dirasa belum maksimal. Hal ini
tampak pada pencapaian nilai akhir siswa .
Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini, menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang
dilakukan belum efektif. Nilai akhir dari evaluasi belajar belum mencakup penampilan dan
partisipasi siswa dalam pembelajaran, hingga sulit untuk mengukur keterampilan siswa .
Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di
lingkungan sekitarnya .Atas dasar itulah mencoba dikembangkan pendekatan kooperatif
dalam pembelajaran dengan metode make a match.
Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut
Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran
kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan
positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi
proses kelompok (Lie, 2003:30)
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan
jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan metode
pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah
satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik
yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas
waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
2. PRINSIP ATAU CIRI-CIRI
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna
Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkahlangkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang
kartu yang bertuliskan bela negara akan berpasangan dengan kartu yang bertuliskan soal
sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada negara dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara .
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat
menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah
disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang
cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a
match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan
kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak
sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa
tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan
suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan oleh Lie (2002:30) bahwa,
Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan
kerja sama kelompok.
3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Pembelajaran kooperatif metode make a match memberikan manfaat bagi siswa, di antaranya
sebagai berikut:
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal
87,50% .
4. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move)
5. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
6. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
Tak ada gading yang tak retak , begitu pula pada metode ini. Di samping manfaat yang
dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode make a match berdasarkan temuan di
lapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu:
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main
dalam proses pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang muncul adalah
suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan
mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak
kedap suara. Tetapi hal ini bisa diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen
ketertiban dengan siswa sebelum pertunjukan dimulai. Pada dasarnya menendalikan kelas
itu tergantung bagaimana kita memotivasinya pada langkah pembukaan.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan pada kegiatan belajar mengajar penggunaan metode make a match, siswa
nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode
pencarian kartu pasangan ini siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di
dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara
bersama-sama.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a
match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan
kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak
sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa
tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.
Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga
pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan
dengan pendapat Hamalik (1994:116), Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan
peningkatan keaktifan siswa yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu, dan
motivasi belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi yang
dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan kreatif. Selanjutnya,
penerapan metode make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di
antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan
tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses
pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat pada siswa; mengembangkan
keingintahunan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi;
menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan
pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
Strategi think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagai adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
1. Pengertian
Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.
Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai
yang dikutip Arends (1997),menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua
resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih
banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya
melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda
tanya . Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah
dijelaskan dan dialami .Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan
tanya jawab kelompok keseluruhan.
1. Langkah-langkah
Langkah 1 : Berpikir ( thinking )
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan
meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau
masalah.
Langkah 2 : Berpasangan ( pairing )
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah
mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika
suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang
diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk
berpasangan.
Langkah 3 : Berbagi ( sharing )
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan
kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke
pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk
melaporkan. Arends, (1997) disadur Tjokrodihardjo, (2003).
Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang
dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana
mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap
mengacu pada materi/tujuan pembelajaran
Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan
dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
1. Kelebihan TPS (Think-Pair-Share)
1.
Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu
satu sama lain.
2.
3.
4.
5.
6.
Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya
untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
7.
Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kelas.
8.
Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi
antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.
9.
Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara
berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan
(diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
10. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan
yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang
diajarkan.
11. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan
temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
12. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok,
dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
13. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh
siswa sehingga ide yang ada menyebar.
14. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.
15. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS
menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan
yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami
materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
16. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain
untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa
dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir
maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar
mereka.
17. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi
siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada
pembelajaran dengan model konvensional.
18. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa
malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan
menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam
proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton
dibandingkan metode konvensional.
19. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional,
siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat
dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah
pendengar materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat
diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh
guru.
20. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih
oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi
secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih
optimal.
21. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan
dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim,
sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau
mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
1. Kelemahan TPS (Think-Pair-Share)
1.
2.
3.
Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang
berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat
meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
4.
5.
6.
7.
8.
Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu
siswa tidak mempunyai pasangan.
9.
13. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti
dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan
sendiri bagi siswa.
14. Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu
yang terbatas.
15. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
16. Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar
siswa karena siswa baru tahu metode TPS.
MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
Model pembelajaran DEBAT
A. PENGERTIAN DEBAT
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan
maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara
formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di
negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti
aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan
juri.
Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat legislatif
dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan
umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat
sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan
(format) yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan
menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang
ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif
adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.
B. DEBAT KOMPETITIF DALAM PENDIDIKAN
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk
menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuankemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan
pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan
kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas
debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah debat parlementer
sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai format debat
parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah World
Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di tingkat
universitas dan World Schools Debating Championship (WSDC) untuk tingkat sekolah
menengah atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai
pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun demikian, beberapa
kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang
hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second Language
ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia, Irlandia, dan
Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain Filipina dan
Singapura.
1. Debat kompetitif di Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi oleh
kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di tingkat
universitas adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) yang diselenggarakan
tahun 1997 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari
berbagai wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian
Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini (2006), kedua
kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih setiap
tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang diselenggarakan
oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Association for Critical Thinking
(ACT).
2. Berbagai gaya debat parlementer
Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:
1. jumlah tim dalam satu debat
2. jumlah pembicara dalam satu tim
3. giliran berbicara
4. lama waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara
5. tatacara interupsi
6. mosi dan batasan-batasan pendefinisian mosi
7. tugas yang diharapkan dari masing-masing pembicara
8. hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pembicara
9. jumlah juri dalam satu debat
10. kisaran penilaian
Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai:
Penentuan topik debat (mosi) apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau hanya beberapa
saat sebelum debat dimulai (impromptu)
Lama waktu persiapan untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar antara 15 menit
(WUDC) hingga 1 jam (WSDC)
Perhitungan hasil pertandingan beberapa debat hanya menggunakan victory point (VP)
untuk menentukan peringkat, namun ada juga yang menghitung selisih (margin) nilai yang
diraih kedua tim atau jumlah vote juri (mis. untuk panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa
menang 3-0 atau 2-1)
Sistem kompetisi sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak elimiasi (perdelapan
final, perempat final, semifinal dan final); dalam babak penyisihan, sistem yang biasa
digunakan adalah power matching
Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa dipakai di debat
parlemen sebenarnya:
Topik debat disebut mosi (motion)
Tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah (Government), tim
Negatif (yang menentang mosi) disebut Oposisi (Opposition)
Pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan sebagainya
Pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of The House
sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC. Dalam format ini, empat tim
beranggotakan masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili
Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition), dengan susunan sebagai
berikut:
Opening Government: Opening Opposition:
Prime Minister Leader of the Opposition
Deputy Prime Minister Deputy Leader of the Opposition
Closing Government: Closing Opposition
Member of the Government Member of the Opposition
Government Whip Opposition Whip
Urutan berbicara adalah sebagai berikut:
Prime Minister 7 menit
Leader of the Opposition 7 menit
Deputy Prome Minister 7 menit
Deputy Leader of the Opposition 7 menit
Member of the Government 7 menit
Member of the Opposition 7 menit
Government Whip 7 menit
Opposition Whip 7 menit
Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di antara menit ke-1
dan ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan interupsi (Points of Information).
Bila diterima, pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi diberikan waktu
maksimal 15 detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab
oleh pembicara tadi sebelum melanjutkan pidatonya.
Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat, juri
menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel,
keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel
akan membuat keputusan terakhir.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founders Trophy yang diselenggarakan
oleh Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap tahun.
d. Format World Schools
Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship (WSDC)
dapat dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri atas dua tim,
Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan pidato adalah
sebagai berikut:
Pembicara pertama Proposisi 8 menit
Pembicara pertama Oposisi 8 menit
Pembicara kedua Proposisi 8 menit
Pembicara kedua Oposisi 8 menit
Pembicara ketiga Proposisi 8 menit
Pembicara ketiga Oposisi 8 menit
Pidato penutup Oposisi 4 menit
Pidato penutup Proposisi 4 menit
Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-masing
tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak
Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information POI) mirip dengan format BP. POI hanya
dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato
penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating
Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi
debat juga menggunakan format ini.
e. American Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya dengan
susunan sebagai berikut:
Government
Prime Minister (PM)
Member of the Government (MG)
Opposition
Leader of the Opposition (LO)
Member of the Opposition (MO)
Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika Serikat di tingkat
pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary Debate Association (NPDA),
American Parliamentary Debate Association (APDA), dan National Parliamentary
Tournament of Excellence (NPTE) menyelenggarakan debat parlementer tingkat universitas
dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime Minister 7 menit
Leader of the Opposition 8 menit
Member of the Government 8 min
Member of the Opposition 8 min
Leader of the Opposition Rebuttal 4 min
Prime Minister Rebuttal 5 min
California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary Debate
League (NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah menengah dengan
susunan pidato sebagai berikut:
Prime Minister 7 menit
Leader of the Opposition 7 menit
Member of the Government 7 menit
Member of the Opposition 7 menit
Leader of the Opposition Rebuttal 5 menit
Prime Minister Rebuttal 5 menit
Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat ditanyakan
kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit pertama dan terakhir pidato.
Dalam format CHSSA, keenam pidato semuanya dapat diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.
3. Debat kompetitif selain debat parlementer
Debat Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan penentang
sebuah rencana yang berhubungan dengan topik debat yang diberikan. Topik yang diberikan
umumnya mengenai perubahan kebijakan yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim
biasanya memainkan peran Afirmatif (mendukung proposal) dan Negatif (menentang
proposal). Pada prakteknya, kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang
sama yang berlaku selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya yang sudah
ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih mengandalkan pada hasil
riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat ini juga memiliki persepsi yang lebih luas
mengenai argumen. Misalnya, sebuah proposal alternatif (counterplan) yang membuat
proposal utama menjadi tidak diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini.
Walaupun retorika juga penting dan ikut memengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang tiap
babak umumnya didasari atas siapa yang telah memenangkan argumen sesuai dengan fakta
pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai konsekuensinya, juri kadang-kadang
membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil keputusan karena semua fakta pendukung
harus diperiksa terlebih dahulu.
Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer dibandingkan debat
parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya
debat ini ikut memengaruhi bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU
diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini diselenggarakan oleh
National Debate Tournament (NDT), Cross Examination Debate Association (CEDA),
National Educational Debate Association, dan Great Plains Forensic Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang dalam tiap
debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9 menit)
yang berisi argumen-argumen baru dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak
boleh berisi argumen baru namun dapat berisi fakta pendukung baru untuk membantu
sanggahan. Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan kesempatan
untuk melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas pidato tersebut. Setiap isu
yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan dianggap sudah diterima dalam debat. Dewan juri
secara seksama mencatat semua pernyataan yang dibuat dalam suatu babak (sering disebut
flow).
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.
Lincoln-Douglas Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di Senat
Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya ini diikuti
oleh dua pedebat yang bertarung satu sama lain.
Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga sering
disebut sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta
pendukung (evidence) dan lebih mengutamakan logika dan penjelasan.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.
C. KEGIATAN LAIN YANG SERUPA
Model United Nations
Model United Nations adalah kegiatan yang banyak dilakukan di tingkat sekolah dan
universitas di dunia. Dalam kegiatan ini, peserta memainkan peran sebagai delegasi
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mewakili negara tertentu (dalam kompetisi
internasional, negara yang diwakili umumnya bukan negara asal sebenarnya dari tim
tersebut).
Di Indonesia, kegiatan ini relatif belum berkembang. Namun, Jakarta International School
(JIS), sebuah sekolah internasional di ibukota, memiliki kegiatan ekstrakurikuler ini.
Moot court
Kompetisi Moot court biasa dilakukan oleh mahasiswa hukum di tingkat universitas.
D. MODEL PEMBELAJARAB DEBATE
Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian
duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing
kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian
ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing
membuat kesimpulan dan menambahkannya bila perlu.
E. MODEL PEMBELAJARAN DEBAT AKTIF
Membuat pembelajaran yang menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa banyak sekali
caranya. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan model debat aktif.
Model debat aktif
Model pembelajaran debat aktif merupakan modifikasi dari model-model diskusi terbuka
yang terjadi di kalangan kampus. Bagaimana membawa suasana debat tersebut di pada
jenjang pendidikan yang lebih rendah. Dimana pelaku debat adalah siswa SD yang belum
banyak menguasai konsep atau argumentasi yang kuat untuk mempertahankan pendapatnya?
Model pembelajaran debat aktif tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
Buatlah sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap materi yang telah kita berikan
sebelumnya. Misalnya ayam sebenarnya juga termasuk binatang carnivora (pemakan
daging).
Bentuk siswa dalam 2 kelompok besar di dalam kelas.
Satu kelompok adalah sebagai kelompok PRO atau pendukung pernyataan tersebut,
sementara satu kelompok yang lain adalah sebagai kelompok KONTRA atau kelompok yang
menolak pernyataan tersebut.
Silahkan tanyakan kepada kelompok PRO, mengapa mereka mendukung pernyataan tersebut.
Alasan-alasan apa yang menguatkan pernyataan tersebut?
Sementara untuk kelompok KONTRA harus mempertahankan pendapatnya tersebut juga
disertai dengan argumentasi-argumentasi yang masuk akal.
Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi Debat kusir.
F. LANGKAH LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua
kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk
berbicara, saat itu ditanggapi atau dibantah oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya
sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya
4. Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide darisetiap
pembicaraan dipapan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap
6. Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau
rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
G. KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
2. Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai,
artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada
siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa
dituntut untuk bisa berperan sebagai penerima pesan sekaligus berperan sebagai penyampai
pesan.
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif
dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing
siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya
tentang materi yang baru dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam mode
pembelajaran ini.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Artikulasi
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima
dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian
berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan
teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.
3. Kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Artikulasi
Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini antara lain:
A. Kelemahannya:
a. Untuk mata pelajaran tertentu
b. Waktu yang dibutuhkan banyak
c. Materi yang didapat sedikit
d. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
e. Lebih sedikit ide yang muncul
f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah
B. Kelebihannya:
a. Semua siswa terlibat (mendapat peran)
b. Melatih kesiapan siswa
c. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
d. Cocok untuk tugas sederhana
e. Interaksi lebih mudah
f. Lebih mudah dan cepat membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranartikulasi.html#ixzz2uZYtdYcN
Model Pembelajaran Role Playing
Model Pembelajaran Role Playing
A. Metode Role Playing
adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya
dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
B. Tujuan pembelajaran Role Playing
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk: (a)
menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan
pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih
jelas dan dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan
masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan
memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.
C. langkah-langkah model pembelajaran role playing
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran,
menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok
siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah
dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil
kelompok, bimbingan penyimpulan dan refleksi.
D. Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran Role Playing
Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk menghadirkan peran-peran
yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan,
yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian
terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut,
dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran
tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam
pertunjukan, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran
.
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan
sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid
dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di
dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, role Playing sering kali
dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya
seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan
praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama temantemannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada
diri murid (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran PKn standar kompetensi memahami
kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika
mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan
suara terbanyak dan bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai
kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa
yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena
tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi
.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian sejenis yang telah dilakukan, manfaat
yang dapat diambil dari role playing adalah: Pertama, role playing dapat memberikan
semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan
terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan
jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat
memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan.
Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke
dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000: 12)
E. kelebihan dan kekurangan role playing
Kelebihan Metode Role Playing
Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai
kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa juga dapat belajar
menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan metode ini adalah, sebagai
berikut:
1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan
waktu yang berbeda.
3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan
permainan.
4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan
pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh
antusias
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butirbutir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat
menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja
Kelemahan Metode Role Playing
Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia tidak ada yang sempurna,semua ilmu
ada kelebihan dan kekurangan.Jika kita melihat metode Role Playing dalam dalam cakupan
cara dalam prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan
terdapat kelemahan.
Kelemahan metode role palying antara lain:
1. Metode bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan
ini tidak semua guru memilikinya
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu
adegan tertentu
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja
dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-roleplaying.html#ixzz2uZYxvua6
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen,
(Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman
atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk
diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian
menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
1. Langkah-Langkah dalam Menggunakan Model Group Investigation
Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007), dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi
kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan
2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun
kemampuan akademik.
2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1
diatas.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran
harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan
mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam
maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
memberikan bantuan jika diperlukan.
4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3
dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan
kelas.
5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah
dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang
luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara
individu atau kelompok, atau keduanya.
1. Tahapan-tahapan Dalam Group Investigation
Enam Tahapan di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigationdapat
dilihat pada table berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30):
Tahap I
Mengidentifikasi topik
dan membagi siswa ke
dalam kelompok.
Tahap II
Merencanakan tugas.
Tahap III
Membuat penyelidikan.
Tahap IV
Mempersiapkan tugas
akhir.
Tahap V
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.
Mempresentasikan tugas Kelompok lain tetap mengikuti.
akhir.
Tahap VI
Model pembelajaran group investigation merupakan model pembelajaran yang kompleks dan
sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran group investigation juga membutuhkan waktu yang lama.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-groupinvestigation.html#ixzz2uZZPsRyR
Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
1. Pengertian
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas
cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya
harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena
mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir
rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Jadi ,model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan suasana kelas
yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar
dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal.dan menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama
dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran., Belajar dikatakan belum selesai
jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Model pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa baru di dalam
pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata pelajaran yang diampu guru.
Karena pembelajaran cooperative learning dan beberapa hasil penelitian baik pakar
pendidikan dalam maupun luar negeri telah memberikan dampak luas terhadap keberhasilan
dalam proses pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada
siswa, dan interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator,
organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat,
keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan
de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman
belajarnya kepada siswa lain.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar Pasangan)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu dia akan memilih
manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu. Dalam hal
ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
3. Langkah-langkah pembelajarannya
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk
pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling
menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan
semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
4. Keunggulan dan Kelemahannya
Keunggulan :
1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran
menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk
mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
5. Contoh model pembelajarannya
Pada Kompetensi Dasar (KD) Menaati Peraturan Perundang-undangan Nasional. misalnya
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing masing mempunyai tugas berbeda.
Misalnya mempelajari sikap kritis terhadap peraturan perundangan yang tidak
mengakomodasi aspirasi rakyat , sikap patuh terhadap peraturan perundangan nasional.
Kemudian masing-masing anggota kelompok membentuk kelompok baru,sehingga kelompok
baru tersebut tersebut berisi siswa dari grup sikap kritis dan sikap patuh dan seterusnya.
Dalam kelompok baru tersebut setiap siswa menerangkan apa yang telah dipelajari.Ada
penilaian antar siswa dalam kelompok baru tersebut. Meliputi keaktivan, dalam diskusi serta
kemampuan menerangkan dan kemampuan menjawab pertanyaan.
KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa :
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas
cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya
harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena
mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir
pembelajaran siswa Pkn, model Snowball Throwing ini memadukan pendekatan komunikatif,
integratif, dan keterampilan proses.
Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena
kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bartanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka
juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain.
Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya
mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas.
Dalam metode (Snowball Throwing), guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka
peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman
kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling
berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan dan
lingkungan pergaulan.
Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian
masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan)
lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang
diperoleh.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan
apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang
lain selama kurang lebih 5 menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian.
7. Guru memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
9. Penutup.
Kesimpulan:
Penggunaan pendekatan pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan keaktifan
belajar siswa ini dirasakan cukup efektif karena mampu menumbuh kembangkan potensi
intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam diri siswa. Di sini siswa akan terlatih untuk
mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan
dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya untuk
menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini kurang tepat digunakan untuk mata
pelajaran atau bidang study ilmu pengetahhuan social. Karena ilmu pengetahuan social
adalah ilmu yang cakupan materi pembelajarannya sangat luas, membutuhkan pengembangan
yang mendalam karena materinya selalu berkembang. Sedangkan di sini pembelajaran hanya
berkutat pada pengetahuan siswa saja. Jadi, yang lebih tepat menggunakan model
pembelajaran snowball throwing ini adalah jenis-jenis mata pelajaran ilmu pengetahuan alam
atau eksak yang cenderung menggunakan rumus yang relatif tetap. Guru akan lebih mudah
mengarahkan jalannya pembelajaran di kelas.
Kelebihan:
1. Melatih kesiapan siswa.
2. Saling memberikan pengetahuan.
Kekurangan:
1. Penngetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
2. Tidak efektif.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-snowballthrowing.html#ixzz2uZZZU5Zc
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran
dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik
lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan
ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang
materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama
akan lebih sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi
maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui
bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang
ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining:
1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
2. Banyak siswa yang kurang aktif
Kesimpulan
Dalam Model pembelajaran ini akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkap apabila
siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan
maka siswa akan lebih bisa mengerti dan mampu memahaminya untuk mengungkapkan ide,
selain itu juga dapat mengajak peserta didik mandiri dalam mengembangkan potensi
mengungkapkan gagasan berpendapat.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pengertian-model-pembelajaranstudent.html#ixzz2uZZdtnxx
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-talkingstick.html#ixzz2uZZyAQpF
latihan dan pemecahan masalah atau topik seperti: shalat, puasa, haji, pembangunan
masarakat dan lain-lainnya.
b. Metode Eksperimen dalam pendidikan Agama Islam
Hal yang menarik tentang metode ini dalam pendidikan agama Islam ialah bahwa
metode ini ada kolerasinya dengan pendidikan agama Islam terutama bidang studi
fiqih.
Kongkritnya adalah Ketika ingin membuktikan apakah segenangan air termasuk air
suci atau air najis atau air yang suci tidak mensucikan, maka hal ini harus di buktikan
secara langsung dan di adakan penelitian secara ilmiah, maka metode Eksperiman
dapat membuktikannya dengan tepat.
c. Target metode Eksperimen
Adapun target Metode Eksperimen adalah
1) Murit dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang berlaku
2) Diharapkan dengan metode ini murit dapat kepuasan dari hasil belajarnya
d. Langkah-langkah metode eksperimen
Menerangkan Metode Eksperimen
Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang seknifikasi untuk di angkat
Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan langkah-langkah apa saja yang
harus di variebel-variebel apa yang harus di kontrol
Setelah eksperimen di lakukan guru harus mengumpulkan laporan, memproses
kegiatan, dan mengadakan tes untuk menguji pemahaman murit
e. Kelebihan dan kekurangan Metode Eksperimen ialah:
1) Kelebihannya
Menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri sebuah permasalahan
Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik
2) Segi kekurangannya
Tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan metode ini
Murid yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat kurang baik hasilnya.
Sebaiknya Metode Eksperimen ini di terapkan bagi pelajaran-pelajaran yang belum di
ajarka atau di terangkan oleh metode lain sehingga Metode Eksperimen ini terasa
benar fungsinya bagi siswa.
Hal-hal yang Perlu di perhatikan dalam melakukan Metode Eksperimen adalah
sebagai berikut;
1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di butuhkan
2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen
3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan penjelasan dan
petunjuk-petunjuk seperlunya
tersebut.
Namun yang perlu di perhatikan oleh guru tentang Metode Demonstrasi dan
Eksperimen ialah karna kedua metode ini memiliki kekurangan dan kelebihan.
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-demonstrasi-daneksperimen.html#ixzz2uZaOCi2m
Pengertian
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan
dengan pola selangkah demi selangkah.
Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu
siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat
diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut Model
Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur,2000a :2). Arends (2001:264) juga mengatakan
hal yang sama yaitu :A teaching model that is aimed at helping student learn basic
skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes
here, the model is labeled the direct instruction model. Apabila guru menggunakan
model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk
mengudentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap
penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa,
pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan
kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang
telah dipelajari serta memberikan umpan balik.
Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar
siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap,
selangkah demi selangkah. Hal yang sama dikemukakan oleh Arends (1997:66)
bahwa: The direct instruction model was specifically designed to promote student
learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured
and can be taught in a step-by-step fashion.
Lebih lanjut Arends (2001:265) menyatakan bahwa: Direct instruction is a teachercentered model that has five steps:establishing set, explanation and/or demonstration,
guided practice, feedback, and extended practiceA direct instruction lesson requires
careful orchestration by the teacher and a learning environment that businesslike and
task-oriented. Hal yang sama dikemukakan oleh Kardi dan Nur (2000a : 27), bahwa
suatu pelajaran dengan model pengajaran langsung berjalan melalui lima fase: (1)
penjelasan tentang tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) pemahaman/presentasi
materi ajar yang akan diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu, (3)
memberikan latihan terbimbing, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan
balik, (5) memberikan latiham mandiri.
B. Prinsip
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritmaprosedural, langkah demi langkah bertahap.
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan
dengan pola selangkah demi selangkah.
Langkah-langkah:
1.Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
3. Membimbing pelatihan.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
Sintaknya adalah:
1. sajian informasi kompetensi,
2. mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural,
3. membimbing pelatihan-penerapan,
4. mengecek pemahaman dan balikan,
5. penyimpulan dan evaluasi,
6. refleksi.
C. Kesimpulan
Model pembelajaran explicit instruction merupakan model pembelajaran secara
langsung agar sisiwa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan
secara menyeluruh dan aktiv dalam suatu pembelajaran. Jadi model pembelajaran ini
sangat cocok diterapakan dikelas dalam materi tertentu yang bersifat dalil
pengetahuan agar proses berpikir siswa dapat mempunyai keterampilan procedural.
D. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
1. Siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya.
2. Semua siswa aktif / terlibat dalam pembelajaran.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama.
2. Untuk mata pelajaran tertentu.
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-explicitinstruction.html#ixzz2uZaSlNPM
berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk
membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap
kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa
belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang
masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang
eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuantemuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat
bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa
dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh temanteman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat
argumen.
C. Kelebihan Model Pembelajaran CIRC
Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik
akan dapat bertahan lebih lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai
dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang
dinamis, optimal dan tepat guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan
respek terhadap gagasan orang lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar
(Saifulloh, 2003).
D. Kekurangan Model Pembelajaran CIRC
Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan
bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan
mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.
E. Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini siswa
dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan dengan materi
yang dijelaskan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-circcooperative.html#ixzz2uZamkHzS
MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (LINGKARAN BESAR
LINGKARAN KECIL)
Teknik mengajar lingkaran besar dan lingkaran kecil (inside outside circle) dikembangkan
oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi
pada saat yang bersamaan.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang
membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa. Salah satu keunggulan teknik ini
adalah adanya struktur yang jelas yang memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan
yang berbeda dengan singkat danteratur. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Langkah-langkah :
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk
lingkaran kecil dan menghadap ke luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama menghadap ke
dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil
danhttp://www.scribd.com/doc/50827028/73/INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE-LINGKARANKECIL-LINGKARAN-BESAR besar berbagi informasi. Pertukaran informasi bisa dilakukan
oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang di lingkaran
besar bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi demikian
seterusnya.
Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda
dengan singkat dan teratur.
Kelebihan :
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.
Kekurangan :
Membutuhkan ruang kelas yang besar.
Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau, juga rumit untuk
dilakukan.
Materi yang cocok dengan model pembelajaran.
1. IPA kelas 5 Bab V
Penyesuaian Makhluk Hidup
a. Penyesuaian diri pada hewan
1. Penyesuaian diri untuk memperoleh makanan.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
b. Penyesuaian diri pada tumbuhan
1. Penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
Alasan :
Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside inside circle (lingkaran besar
lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan informasi dengan menjelaskan isi
materi (penyesuaian makhluk hidup). Menurut saya materi penyesuaian makhluk hidup
sangat cocok untuk model outside inside circle (lingkaran besar lingkaran kecil).
Karena materi ini sering ditemui anak dalam kehidupan sehari-hari, melalui penjelasan dari
guru tentang penyesuaian makhluk hidup maka anak memadukan apa yang dilihatnya dalam
kehidupan sehari-hari dengan informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga pada saat anak
membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil yang selanjutnya anak akan menyampaikan
informasi, anak mudah mengingat informasi yang akan dia sampaikan kepada teman
pasangannya, materi ini juga memiliki cakupan isi/materi yang cukup banyak sehingga
memudahkan guru untuk membagi materi sesuai dengan siswa yang membentuk lingkaran,
karna masing masing-masing anak membawa informasi yang berbeda untuk teman
pasangannya.
2. IPA Kelas 5 Bab XIV
Sumber Daya Alam
a. Sumber Daya Alam di Lingkungan Sekitar
1. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui
2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
b. Penggunaan Sumber Daya Alam
1. Mineral
2. Kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi
Alasan :
Pada pembelajaran menggunakan model outside inside circle (lingkaran besar lingkaran
kecil). saya materi ini cocok untuk model inside (outside circle) (lingkaran besar
lingkaran kecil) karena materinya dapat dikembangkan oleh anak berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman mereka. Misalnya : materi tentang kegiatan manusia yang mengubah
permukaan bumi, jika guru menggunakan soal pertanyaan dalam pertukaran pikiran dan
informasi untuk setiap anak, maka mempermudah pekerjaan guru dalam membuat
pertanyaan, pertanyaan yang sama dapat diberikan kepada beberapa anak, karena
kemungkinan jawaban yang akan mereka dapat dari teman pasangannya berbeda. Dengan
model pembelajaran outside inside circle materi akan mudah dipahami oleh anak karena
materi ini dapat disampaikan dengan singkat dan eratur, misalnya berkaitan dengan sumber
daya alam yang dapat diperbaharui, dan tidak dapat diperbaharui, sehingga dengan model
pembelajaran outside inside circle ini cakupan materi yang cukup luas dapat dipahami
dan dikembangkan oleh anak.
3. Pendidikan kewarganegaraan kls XI Semester II
Pentingnya nilai dalam kehidupan
Pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa
Pancasila sebagai sumber nilai
a. Pancasila sebagai sumber nilai hokum
b. Pancasila sebagai sumber nilai etik
Menurut saya materi ini cocok dan bias digunakan dalam model pembelajaran IOC
dikarnakan materi yang disampaikan tidak terlalu sulit dan melatih tingkat pemikiran siswa
karna yang dibahas dalam materi ini menyangkut kehidupan sehari-hari dan bangsa.
Contoh RPP model pembelajaran ini :
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
Model pembelajaran IOC
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas / semester : XI / (dua)
Hari / tanggal :
Alokasi Waktu : 2 JP x 40 menit
St standar Kompetisi :
Menganalisis pentingnya nilai dalam kehidupan
K kompetisi Dasar :
Mendiskripsikan pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa
Mendeskripsiskan pancasila sebagai sumber nilai
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma hokum
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma etik
A. Indikator :
Menjelaskan pentingnya nilai pancasila dalam kehidupan
B. Tujuan pembelajaran :
1. memahami pentingnya nilai dalam kehidupan
2. Mengetahui pentingnya nilai pancasila sebagai norma hukum
3. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sumber nilai etik
C. Materi pembelajaran :
LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik
dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong
memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial
sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan
kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan
perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan, kebijaksanaan
pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada
hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar pancasila.
Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik (norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai
pancasila adalah nilai moral
D. Metode Pembelajaran
1. Kerja kelompok
2. Presentasi
3. Diskusi
4. Tanya jawab
E. Langkah-langkah Pembelajaran :
1. Pendahuluan
1) Salam, sapa dan berdoa bersama
2) Apersepsi tentang materi
3) Membagi kelompok yng anggotanya 4 orang secara heterogen berdasarkan tingkat
kemampuan membaca.
2. Kegiatan Inti
1) Menjelaskan pembagian tugas kelompok
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai topic pembelajaran
3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar kerja.
4) Mempresentasikan / membaca hasil kelompok.
3. Kegiatan akhir
1) Guru menyimpulkan materi bersama murid
2) Penutup
F. Sumber bahan :
Buku paket buku paket pendidikan kewarganegaraan kelas XI semester II
LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Kliping tentang pentingnya nilai dalm kehidupan berbangsa dan bernegara
G. Penilaian
Test perbuatan dalam kegiatan
Tes lisan
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-insideoutside.html#ixzz2uZauLNPm
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
A. Pengertian
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif terdapat 2 (dua)
macam, yaitu:
1. aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran,
2. aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan kesulitan.
Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus Suprijono menjelaskan pembelajaran
aktif yaitu; Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan peserta didik sebagai
center stage performance, dengan proses pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat
merespon pemelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Sedangkan aktif adalah siswa
atau peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan.
Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar
atau tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan pembelajaran dapat terlaksana
dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang
cinta terhadap lingkungan sekitar. Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu dengan
Metode Tebak kata.
Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu
teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata
dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban yang
tepat. Melalui permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga
memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran IPS dalam ingatan siswa. Jadi, guru
mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu dari kertas
karton dalam mata pelajaran IPS.
Dalam menerapkan metode permainan ada beberapa hal yang harus disiapkan adalah sebagai
berikut :
Cooperative Lerning, dengan proses pembelajaran yang menarik agar siswa menjadi berminat
atau tertarik untuk belajar, mempermudah dalam menanamkan konsep-konsep dalam ingatan
siswa. Selain itu siswa juga diarahkan untuk aktif, yaitu siswa atau peserta didik mampu dan
dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-cooperativelearning.html#ixzz2uZaxj99D
MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
Pengertian
Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang
diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah yang
diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana
disebutkan oleh Mujiman (2007)
Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan
kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotakkotak jawaban. Mirip seperti mengisi Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada
namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka
penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal
bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang
siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan untuk mempersulit siswa
namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat
dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan
belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai
alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah
diajarkan.
Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau
kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang telah
disediakan.
2.
3.
Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara
vertikal, horizontal maupun diagonal.
4.
Y
G
B
A
D
O
R
A
R
E
U
A
N
G
O
P
S
I
N
A
R
R
T
L
A
O
N
I
N
T
N
U
S
I
L
H
E
D
I
R
T
A
P
I
B
K
M
R
S
G
I
A
O
C
K
E
T
U
R
U
N
A
N
K
N
D
S
Z
I
F
U
U
CONTOH SOALNYA :
1.
Asas dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat orang tersebut
dilahirkan disebut asas
2.
Negara Indonesia memakai asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan yang disebut
asas ius
3.
Seseorang yang mempunyai dua kewarganegaraan dari dua Negara yang berbeda
disebut
4.
5.
2.
3.
4.
Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang
disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam
lembar kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban
mana yang paling tepat.
Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:
1.
2.
3.
Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi
yang dimilikinya.
Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas masing-masing,
dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan
oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak
dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word square ini.
Dari penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran word square adalah suatu pengembangan dari metode ceramah namun
untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan
lembar kerja yang didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata.
Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang ada dengan
tepat. Namun sebagaimanan model pembelajaran yang lainnya, model pembelajaran word
square mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari model pembelajaran ini yaitu
siswa hanya menerima bahan mentah dari guru dan tidak dapat mengembangkan
kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut untuk mencari jawaban bukan untuk
mengembangkan pikiran siswa masing-masing. Sedangkan kelebihannya yaitu meningkatkan
ketelitian, kritis dan berfikir efektif siswa. Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban yang
paling tepat dan harus jeli dalam mencari jawaban yangada dalam lembar kerja.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-wordsquare.html#ixzz2uZb6Ll3H
Model pembelajaran Scramble
Model Pembelajaran Scramble tampak seperti Model Pembelajaran Word Square, bedanya
jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan namun
dengan susunan yang acak, nah siswa nanti bertugas mengkoreksi ( membolak-balik huruf )
jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat/ benar.
Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya
jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan, namun
dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban
tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat / benar.
Kelebihan Model pembelajaran Scramble :
1. Memudahkan mencari jawaban
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut
3. Semua siswa terlibat
4. Kegiatan tersw dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
5. Melatih untuk disiplin
Kekurangan model pembelajaran scramble
1. Siswa kurang berfikir kritis
2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya
3. Mematikan kreatifitas siswa
4. Siswa tinggal menerima bahan mentah
Langkah-langkah Model pembelajaran scramble :
1. Guru menyajikan materi sesuai topic, misalnya guru menyajikan materi pelajaran tentang
Tata Surya
2. Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru membagikan lembar kerja dengan
jawaban yang diacak susunannya.
3. Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble :
4. Buat pertanyaan yang sesuai dengan TPK
5. Buat jawaban yang diacak hurufnya
Media :
Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Membagikan lembar kerja sesuai contoh.
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari
pertanyaan pada kolom A!
Kolom A
1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara
2. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3. Uang saat ini banyak dipalsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai
6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut
7. Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai
8. dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut
9. perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening di bank untuk membayar
sejumlah uang disebut
Kolom B
1. TARREB . ( Contoh : jawaban yang benarBARTER )
2. GANU
3. TRASEK
4. KISTRINI
5. LIRI
6. SRUK
7. MINALON .
8. SAKSITRAN
9. KEC
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranscramble.html#ixzz2uZbB3HCM
MODEL PEMBELAJARAN
TAKE AND GIVE
1. Pengertian Model Pembelajaran Take and Give
Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model
pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran
yang diberikan guru dan teman sebayanya (siswa lain).
Kelebihan :
Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena
mendapatkan informasi dari
guru dan siswa yang lain.
Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan siswa akan informasi.
Kelemahan:
Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang
diterima siswa lain pun akan kurang tepat.
b)
Setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan nama yang diberi
informasi, kompetensi dan sajian materi.
1. Contoh Kartu :
NAMA SISWA :
SUB MATERI :
NAMA YANG DIBERI :
3. dst.
1. Langkah-langkah Umum
2. Guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya.
3. Guru menjelaskan materi sesuai kompetensi yang sudah direncanakan selama 45
menit.
4. Untuk memantapkan penguasaan siswa akan materi yang sudah dijelaskan, setiap
siswa diberikan satu kartu untuk dipelajari (dihapal) selama 5 menit.
5. Kemudian guru meminta semua siswa berdiri dan mencari teman pasangan untuk
saling menginformasikan materi yang telah diterimanya. Tiap siswa harus mencatat
nama teman pasangannya pada kartu yang sudah diberikan.
6. Demikian seterusnya sampai semua siswa dapat saling memberi dan menerima materi
masing-masing (take and give).
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas
yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk
saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan
baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka
perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat
mengajar.
Pengertian
Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative Learning,dimana siswa
belajar dengan kelompoknya untuk membuat beberapa kalimat sesuai dengan kata kunci yang
telah diberikan oleh guru kepada siswa.Pembentukan kelompok didasarkan pada kartu kata
yang dimiliki oleh setiap siswa.Setiap siswa membentuk satu kalimat yang telah dipelajari
sebelumnya.Consecptsentence ini dibuat seperti games sehingga siswa bersemangat untuk
memenangkan games ini.Setiap kelompok akan membahas pola kalimat yang telah diberikan
oleh guru ,setelah diberikan batas waktu tertentu ,maka setiap kelompok harus mengirim
wakil dari masing-masing kelompok sebanyak dua orang kedepan .Wakil dari kelompok
diharuskan membuat beberapa dari kata kunci yang ada berdasarkan kata kunci yang telah
diberikan
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka
mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa perlu mengetahui
tingkat-tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas kerjasama yang telah
dilakukan.
Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan secara
sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama sebagai satu tim, dalam hal :
Seberapa baik tingkat pencapaian tujuan kelompok
Bagaimana mereka saling membantu satu sama lain
Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk memungkinkan setiap
individu dan kelompok secara keseluruhan menjadi berhasil, dan
Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan datang supaya lebih
berhasil.
Ciri-ciri
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4 kata kunci
sesuai materi yang disajikan.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan tujuan.
2. Guru menyajikan materi secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ topik yang disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata
kunci setiap kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
7. Kesimpulan.
Kelebihan:
1. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.
2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.
Kekurangan:
jawaban yang tersedia. Model pembelajaran ini sebenarna mempermudah guru namun
terkadang gurunya kurang inovatif dan kreatif dalam membuat soalnya. Dan siswanya kurang
terpacu untuk mencari jawabannya karena hanya tinggal menebak kaata-kata yang rumpang
yang jawabannya telah disediakan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-completesentence.html#ixzz2uZbQhplK
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
1. MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN
Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari
penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang
demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka
harus mengalami sebuah perubahan ke arah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Di
sepanjang proses belajar itu, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan
kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak
siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan
sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Guru
memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu 30 detik per kupon pada tiap
siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru.
Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan
siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang
masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
B. LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS
Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran Time Token Arends ini adalah
sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/ KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.
3. Guru memberi tugas pada siswa.
4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu 30 detik per kupon pada
tiap siswa.
5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau
memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi
setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh
bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya
habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.
6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa
(Pada RPP ini, tiap siswa maju ke depan untuk membacakan puisi secara bergiliran
dan siswa yang lain mengomentari puisi yang dibaca siswa dengan menggunakan
kupon berbicara)
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN TIME
TOKEN ARENDS
Menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif
(kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen
(kemampuan gender, karakter) ada control dan fasilitasi, serta meminta tanggung jawab hasil
kelompok berupa laporan atau presentasi.
Model pembelajaran ini dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok mendapat serta
pemikiran anggota lain.
v Kelebihan Round Club Atau Keliling Kelompok
1)
2)
3)
4)
Bisa saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan serta hasil
pemikiran
5)
Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala
6)
2)
3)
v Langkah-langkah pembelajaran
1)
2)
3)
4)
Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan
pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
5)
6)
Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jamk atau
dari kiri ke kanan
v unsur-unsur yang perlu diperhatikan
1)
2)
Ketika suatu kelompok mempresentasikan hasil dari deskripsinya, maka kelompok lain
lebih bertanya dari hasil deskripsi materinya
3)
Setelah selesai dari kelompok yang satu maka yang lainnya atau kelompok selanjutnya
yang mempresentasikan dan yang alinnya bisa mengajukan pandangan dan pemikiran
anggota lainnya
4)
Kegiatan tersebut terus-menerus sampai kelompok yang terakhir yang silaksanakan
arah perputaran jarum jam
Contoh RPP model pembelajaran ini :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP)
Mata Pelajaran
Tema
Kelas/Semester
: V/II
Alokasi Waktu
: 2 X 35 Menit
A. Standar Kompetensi
Mengenal berbagai macam perubahan sifat-sifat benda
B. Kompotensi Dasar
Mengetahui perubahan sifat ada yang dapat kembali dan ada yang tidak dapat kembali ke
wujud semula.
C. Indikator
1. Menjelaskan perubahan sifat benda dan factor-faktor yang mempengaruhinya
2. Mengetahui sifat-sifat benda
3. Menjelaskan macam macam perubahan sifat benda
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengetahui perubahan sifat benda dan factor-faktor yang
mempengaruhinya
2. Siswa dapat mengetahui sifat-sifat benda
3. Siswa dapat mengetahui macam-macam perubahan sifat benda.
E. Materi Pokok
Perubahan sifat-sifat benda
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demosntrasi
4. Tugas kelompok
5. Evaluasi
G. Sumber dan Media Pembelajaran
a. Sumber
1.Buku IPA saling Temas, kelas 5, Penerbit Intan Pariwara
2.Buku Sains IPA, kelas 5, Penerbit Erlangga
b. Media Pembelajaran
Bahan-bahan buat percobaan seperti :
1.
Tanah liat
6. Buah
2.
Batu bara
7. Paku
3.
Kertas
8. Air
4.
Korek api
9. Gula
5.
Lilin
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal ( 5 menit )
a.
Guru memberi salam, berdoa, menanyakan kabar siswa dan mengabsen siswa.
b.
c.
Guru memberitahukan indicator dan tujuan yang akan di capai setelah pembelajaran
d.
b.
c.
bau
Guru menjelaskan sifat-sifat benda seperti bentuk, warna, kelenturan, kekerasan dan
d.
e.
Guru mendemostrasikan bagaimana penyebab perubahan sifat benda itu dapat terjadi
f.
g.
h.
i.
Siswa disuruh untuk mengisi table-tabel yang ada di buku paket hal.71 dan 74 dan
menyalinnya di buku tugas.
j.
Siswa disuruh memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang
mereka kerjakan
k.
Siswa dalam kelompok lain juga disuruh ikut memberikan kontribusinya dan
dilaksanakan searah dengan perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
3. Kegiatan akhir ( 5 menit )
a.
b.
c.
d.
I.
Penilaian
Penilaian dilakukan dengan tes dan tulisan
1. Tes lisan : ketepatan jawaban
keseriusan dan konsentrasi dalam menyimak
Bentuk tes : Tanya jawab
2. Tes tertulis : tugas kelompok
evaluasi
Bentuk istrumen : tes isian
J.
Evaluasi
SOAL :
1. Proses perubahan dari cair ke padat disebut ?
a. memhuap
b. membeku
c. menyublim
d. mencair
e. mengembun
Sumber :
http://rumahdesakoe.blogspot.com
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-round-clubatau.html#ixzz2uZcCRIFb
PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993
A. Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan
yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran
berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
persoalan yang diberikan. Banyak kelebihan maupun kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini
juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.
B. prinsip model pembelajaran Pair Cheks
prinsipnya adalah sebagai berikut :
1. Siswa berkelompok berpasangan sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3. pengecekan kebenaran jawaban,
4. bertukar peran
4. penyimpulan,
5. evaluasi
6. refleksi.
Berikut ini langkah dari model pair check
1. Guru menjelaskan konsep
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti ada 2 pasangan.
Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih dan ada yang patner.
Singkatnya, siswa harus mengambil tanggung jawab lebih untuk pembelajaran mereka
sendiri, dan menunjukkan kepada profesor mereka dengan cara lain dari pada ujian.
mahasiswa Marc Geisler, misalnya, menunjukkan pemahaman mereka tentang Shakespeare
dengan melakukan interpretasi kelompok mereka sendiri dan kinerja Pekerjaan Bards. Tag
Stan juga berpendapat bahwa siswa harus ditantang untuk membuat seni, untuk membuat,
untuk melakukan, dan untuk berpartisipasi dalam humaniora melalui karya mereka sendiri,
bukan hanya dengan mempelajari apa yang orang lain lakukan.
Ini menggunakan tugas yang otentik. Ini mungkin tampak jelas, tetapi pengalaman belajar
otentik harus menggabungkan tugas-tugas otentik. Ini adalah tugas, yang, sebisa mungkin,
memiliki dunia nyata yang berkualitas untuk mereka dan siswa menemukan orang yang
relevan dengan kehidupan mereka. siswa Juni Dodd mengambil peran instruktur dalam
Pengantar ke kelas Pendidikan Jarak Jauh, bergiliran isi kursus mengajar satu sama online
lainnya, dan membuat program mereka sendiri secara online berdasarkan proses desain
instruksional. Profesor Dodd bekerja dengan masing-masing siswa untuk menyesuaikan
proyek ini berdasarkan kerja masa lalu mereka dan pengalaman pendidikan serta potensi
untuk pengiriman aktual instruksi dalam kehidupan profesional mereka.
3. Ciri Pembelajaran Otentik
Pembelajaran otentik sangat berbeda dengan metode-metode pembelajaran yang tradisional.
Ciri-ciri pembelajaran otentik:
Belajar berpusat pada tugas-tugas otentik yang menggugah rasa ingin tahu siswa. Tugas
otentik berupa pemecahan masalah nyata yang relevan dengan kehidupan siswa;
Siswa terlibat dalam kegiatan menggali dan menyelidiki;
Belajar bersifat interdisipliner;
Belajar terkait erat dengan dunia di luar dinding ruang kelas;
Siswa mengerjakan tugas rumit yang melibatkan kecakapan berpikir tingkat tinggi, seperti
menganalisis, mensintesis, merancang, mengolah dan mengevaluasi informasi;
Siswa menghasilkan produk yang dapat dibagikan kepada audiens di luar kelas;
Belajar bersifat aktif dan digerakkan oleh siswa sendiri, sedangkan guru, orangtua, dan
narasumber bersifat membantu atau mengarahkan;
Guru menerapkan pemberian topangan (scaffolding), yaitu memberikan bantuan seperlunya
saja dan membiarkan siswa bekerja secara bebas manakala mereka sanggup melakukannya
sendiri;
Siswa berkesempatan untuk terlibat dalam wacana dalam masyarakat;
Siswa bekerja dengan banyak sumber;
Siswa seringkali bekerja bersama dan mempunyai kesempatan luas untuk berdiskusi dalam
rangka memecahkan masalah.
4. Kesimpulan
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan hubungan dalam konteks
yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyek-proyek yang relevan dengan peserta didik.
Istilah yang otentik didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata (Websters Revisi lengkap
Dictionary , 1998). Jika belajar adalah otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah
belajar asli yang mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi langsung
antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan mereka sebelumnya. Jenis
pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa. Bahkan, sebuah tidak adanya keterlibatan
yang berarti keturunan rendah di sekolah dan menghambat [belajar] transfer (Newmann,
Secada, & Wehlage, 1995). Siswa harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka
peregangan luar dinding kelas. Mereka membawa ke pengalaman kelas, pengetahuan,
keyakinan, dan keingintahuan dan belajar otentik menyediakan sarana untuk menjembatani
elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa tidak lagi hanya mempelajari fakta-fakta hafalan
dalam situasi abstrak atau buatan, tetapi mereka pengalaman dan informasi digunakan dalam
cara-cara yang didasarkan pada realitas. Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik
adalah kemampuan untuk secara aktif melibatkan siswa dan menyentuh motivasi intrinsik
mereka (Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode tradisional
pengajaran.
5. Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan
Siswa tidak merasa jenuh terhadap pembelajaran karena pembelaaran dapat terjadi dimana
saja.
Siswa mempunyai keterampilan yang lebih dalam menganalisis wacana social
Siswa mempunyai pengalaman belajar yang mumpuni dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya
Pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga memungkinkan siswa memahami materi
secara utuh
b. Kekurangan
Pembelajaran Otentik cenderung hanya dapat dilakukan pada siswa yang memiliki taraf
intelegensi diatas rata-rata sehingga pembelajaran berjalan secara aktif
Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan pembelajaran otentik, karena materi
yang sesuai dengan pembelajaran otentik bersifat studi social
Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga ektra dari siswa untuk melaksanakannya.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-otentik-outenticlearning.html#ixzz2uZcbsNg1
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa
dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran
yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan
kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam
kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada
siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh
Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif
dengan tipe NHT yaitu :
secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah :
1.
2.
3.
Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam
proses inkuiri.
Kondisi Umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah :
1.
Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi.
2.
3.
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses
ilmiah kedalam waktu yang relative singkat, Hasil penelitian Schlenker dalam joice dan weil
(1992) menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif
dalam berfikir kreatif dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh dan menganalisis
informasi.
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Inquiry
Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Proses berpikir itu
sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Menurut Sanjaya (2009) bahwa strategi pembelajaran inquiry, memiliki beberapa ciri utama,
yaitu:
1. Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran
melalui penjelasan guru secara verbal, akan tetapi mereka berperan untuk menemukan
sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya diri. Dalam strategi
pembelajaran inquiry, guru bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai fasilitator dan
motivator belajar siswa.
3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
Strategi Pembelajaran Inkuri efektif apabila :
1.
Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan
yang ingin dipecahkan.
2.
Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah
jadi,akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3.
Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4.
Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemamuan dan
kemampuan berpikir.
5.
Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
6.
Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat
pada siswa.
Prinsipprinsip Penggunaan Inquiri
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan inquiri menurut Sanjaya
(2009).
1.
Tujuan utama dari strategi inquiri adalah pengembangan kemampuan berfikir. Dengan
demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi
pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan
menggunkan strategi inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi
pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.
2.
Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran
sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi
sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3.
Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inquiri adalah guru sebagai
penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah
merupakan sebagian dari proses berfikir.
4.
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berfikir
(learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri
maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
5.
Prinsip Keterbukaan
Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
a.
Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai
dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.
2.
Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa
untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya,
dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang
sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berpikir.
3.
Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru
untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan
jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari
suatu permasalahan yang dikaji.
4.
Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses
mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data
bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
5.
Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data
atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan
bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan
dan dapat dipertanggungjawabkan.
6.
Merumuskan kesimpulan
5. Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur
penunjangnya.
6.
7.
8.
Kemudian pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru
terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya.
Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
1.
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi.
Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap
pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih
beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsepkonsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan
untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai
dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian
pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu
melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa
pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat
memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan
melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus
memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan
petunjuk-petunjuk dan scafoldingyang diperlukan oleh siswa.
2.
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar
dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa
seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan
permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri,
merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan
sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan
siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah
lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya
sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum
pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
a. Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu
yang sudah ditetapkan dalam kurikulum,
b. Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada
kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum,
c. Ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga
guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa,
d. Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan
kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok
atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3.
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri
sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun
begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau
mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak
dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang
belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap
memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri
terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya
terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri
penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan
permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan
memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui
diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
Keunggulan dan Kelemahan SPI
1.
Keunggulan :
2.
Kelemahan
a. SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran,maka akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa
b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam
kebiasaan siswa dalam belajar
c. Kadang kadang dalam implementasimnya,memerlukan waktu yang panjang sehingga
sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Selama ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai
materi pelajaran,maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Suchman
Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri umum, kita dapat melihat bahwa waktu dan sumber
yang tersedia merupakan permasalahan dalam pembelajaran. Menanggapi permasalahan ini,
Richard Suchman mengembangkan suatu pembelajaran inkuiri yang telah dimodifikasi. Hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Suchman tentang model inkuiri ini menunjukkan bahwa
keterampilan inkuiri siswa meningkat dan motivasi belajarnya juga meningkat.
Dahlan dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Suchman berkeyakinan bahwa siswa akan
menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur
ilmiah secara langsung. Selajutnya, Suchman berpendapat tentang pentingnya membawa
siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan bersifat tentative. Joyce dalam Trianto (2009)
menyatakan, bahwa teori Suchman dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4. Memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawabannya
ya atau tidak.
5.
Perbedaan utama antar inkuiri Suchman dengan Inkuiri umum terletak pada proses
pengumpulan data.
Suchman mengembangkan suatu motode penemuan baru yang menuntun siswa
mengumpulkan data melalui bertanya, maka dari itu model pembelajaran inkuiri menurut
Schuman harus memperhatikan :
1. Struktur Sosial Pembelajaran. Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting
dalam pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa
dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau
lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya jika
dibanding bila siswa bekerja sendiri.
2. Peran Guru. Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor pertanyaan siswa
untuk mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan permainan tebakan. Hal ini
memerlukan dua aturan penting, yaitu : Pertanyaan harus dapat dijawab ya atau tidak dan
harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan
melakukan pengamatan; Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak
mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi mengarahkan siswa
untuk menemukan jawabannya sendiri.
3. Sintaks Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan konsep , misalnya konsep IPA
Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada siswa, tidak cukup hanya sekedar
ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan
terlibat secara aktif dalam menemukan konsep-konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari
lingkungan dengan bimbingan guru.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan
pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak dalam Trianto (2009).
Adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
Tahap Pembejaran Inkuiri
Fase
1. Menyajikan pertanyaan atau
masalah
2.
Membuat hipotesis
3.
Merancang percobaan
Perilaku Guru
Guru membimbing siswa mengidentifikasi
masalah dan masalah dituliskan di papan.
Guru membagi siswa dalam kelompok.
Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk curah pendapat dalam membentuk
hipotesis. Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalahan dan memproiritaskan
hipotesis mana yang menjadi prioritas
penyelidikan.
Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk menentukan langkah-langkah yang
sesuai dengan hipotesis yang akan
dilakukan . Guru membimbing siswa
mengurutkan langkah-langkah percobaan
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah seorang warga negara asing dan ibu
warga negara Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia, tetapi
ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tsb.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayangya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia.
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia.
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang di
akui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak tsb berusia 18 tahun atau belum kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
kewarganegaraan ayah ibunya.
10. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah Indonesia selam ayah dan ibunya tidak di
ketahui.
11. Anak yang di wilayah Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki
kewarganegaraan atau tidak di ketahui keberadaanya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah Indonesia dari seorang ayah da ibu warga negara
Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tsb dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah di kabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan
sumpah atau janji setia.
2.Asas Kewarganegaraan
Pada umumnya, asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan antara asas ius
sanguinis dan asas ius soli.
a. Ius soli
Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut daerah atau
negara tempat dimana ia dilahirkan.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, maka ia akan menjadi warga negara A,
walaupun orangtuanya warga negara B. Asas ini di anut oleh negara Inggris, Mesir Amerika
Serikat dan lain-lain.
b. Ius sanguinis
Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut
pertalian darah atau keturunan dari orang tsb.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, tetapi orangtuanya warga negara B, maka
orang tsb tetap menjadi warga negara B.(asas ini dianut leh RRC)
3.Pengertian Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Pewarganegaraan atau naturalusasi adalah pemerolehan kewarganegaraan bagi negara asing
setelah memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Didalam UU RI No.12 tahun 2006, permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh
pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin.
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertampat tinggal di wilayah negara Indonesia
paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD negara
Republik Indonesia tahun 1945.
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini secara tegas termuat dalam konstitusi
tertinggi kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai Bab XIV pasal 27 sampai pasal 34. berikut ini
dijelaskan secara lebih rinci terntang persamaan kedudukan warga negara, dalam
berbagai bidang kehidupan.
1. Persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintah
Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya. Pasal ini juga memperlihatkan kepada kita adanya kepedulian adanya hak
asasi dalambidang hukum dan politik.
2. Persamaan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini memencarkan persamaan akan
keadilan sosial dan kerakyatan. Ini berarti hak asasi ekonomi warga negara dijamin dan diatur
pelaksanaanya.
3. Persamaan dalam hal kemerdekaan berserikat dan berkumpul (politik)
Pasal 28 E ayat (3) menetapkan warga negara dan setiap orang untuk berserikat, berkumpul,
dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat
demokratis dan memberi kebebasan yang bertanggung jawab bagi setiap warga negaranya
untuk melaksanakan hak dan kewajibannya dalam bidang politik.
4. Persamaan dalam HAM
Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan secara tertulis bahwa negara
memberikan dan mengakui persamaan setiap warga negara dalam menjalankan HAM.
Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan melalui pasal 28 A sampai dengan
pasal 28 J.
5. Persamaan dalam agama
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu. Berdasar pasal ini tersurat jelas bahwa begara menjamin persamaan
setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keinginannya. Agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan YME dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
6. Persamaan dalam upaya pembelaan negara
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara. Lebih lanjut, pasal 30 UUD 1945 memuat ketentuan
pertahanan dan keamanan negara. Kedua pasal tersebut secara jelas dapat kita ketahui bahwa
negara memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang ingin membela
Indonesia.
7. Pesamaan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan
Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan
kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan kebudayaan. Kedua pasal ini
menunjukan bahwa begitu konsen dan peduli terhadap pendidikan dan kebudayaan warga
negara Indonesia. Setiap warga negara mendapat porsi yang sama dalam kedua masalah ini.
Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling
dipertukarkan. Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi
pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan
atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson,
1989:9dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan
pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi,
dan brain storming dari siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani
bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri.
Collins dan Dixon (1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai
berikut :
integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving
force in the curriculum.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif
dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu
bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan
perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan
otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalahmasalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran terpadu juga menekankan
integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan
kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak.
Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan
suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan
perkembangan siswa.
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran
maupun antarmata pelajaran.
Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai
beberapa ciri yaitu :
1. berpusat pada siswa (student centered)
2. proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung
3. pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.
Jadi, sesuai dengan pengertian-pengertian di atas, bahwa dengan adanya pemaduan itu siswa
akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi
bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu
siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan nyata yang menghubungkan antarkonsep dalam intramata pelajaran maupun
antarmata pelajaran. Pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan keterlibatan siswa
dalam belajar, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk pembuatan
keputusan. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di
masyarakat dan bakal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh
karena itu pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam
mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang
cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.
B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
disiplin ilmu;
4. memperluas wawasan dan apresiasi guru.
b. Kekurangan
1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan yakin
dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang pengembangan;
2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
3. sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga
mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;
4. dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari
keterkaitan dan mencari tema.
F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu
1. Kelebihan
Kelebihan tersebut didasari oleh beberapa alasan.
1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah
memahami sekaligus melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran
yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan
belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
4. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar
siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
2. Kekurangan
1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan
metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan
mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku
agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini,
maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik
yang relatif baik, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi
karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai),
kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif
(menggali dan menemukan). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model
pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan
atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet.
Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila
sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan
pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu
diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan
pembelajaran peserta didik.
5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh
(komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang
kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan
teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut
untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah
satu bidang kajian dan tenggelamnya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat
mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan
substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan
guru itu sendiri.
G. Cara/Strategi Pembalajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan siswa dan
memadukan materi-materidari matapelajaran-matapelajaran.
1. Integrasi melalui pemaduan siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1 pembelajaran kelas
diikuti oleh lebih dari satu tungkat usia siswa. Misalnya kelas 1 dan kelas 2 SD diajar
matematika bersama-sama. Cara ini tentunya memerlukan keahlian guru untuk memberikan
tugas yang bertingkat sehingga siswa belajar dari yang mudah menuju tingkat yang lebih
sulit. Siswa kelas 1 dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih pengetahuannya,
sedangkan siswa yang lebih tua (kelas 2) dapat mengajarkan pengetahuannya kepada siswa
yang lebih muda.
2. Integrasi materi/mata pelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan kegiatan
pembelajaran. Dalam 1 kegiatan pembelajaran siswa belajar berbagai mata pelajaran misal
matematika, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini biasanya dilakukan dengan memadukan topiktopik (tema-tema) menjadi satu kesatuan tema yang disebut tematik unit. Tematik unit
merupakan rangkaian tema yang dikembangkan dari suatu tema dasar. Sedangkan tema dasar
merupakan pilihan atau kesepakatan antara guru dengan siswa berdasarkan kajian keseharian
yang dialami siswa dengan penyesuaian dari materi-materi yang ada pada kurikulum.
Selanjutnya tema dasar tersebut dikembangkan menjadi banyak tema yang disebut unit tema
(subtema).
H. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu
Pada dasarnya ada 2 tahap yang harus dilalui dalam prosedur pembelajaran terpadu yaitu
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
1. Tahap Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah rangkaian yang memuat isi dan kegiatan
pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan sistematis, yang akan digunakan sebagai
pedoman oleh guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Dalam pembalajaran terpadu
perencanaan yang harus dilakukan seorang guru adalah sebagai berikut :
a. Pemilihan tema dan unit-unit tema
Pemilihan tema ini dapat dating dari staf pengajar yaitu guru kelas atau guru bidang studi dan
siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan dengan musyawarah siswa memilih
unit tema. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan
materi-materi pada pokok bahasan pada setiap mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum.
Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu tema yang dipilih merupakan
consensus antar siswa, misal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang
beredar di masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai
dengan tingkat perkembanagn siswa.
1) Tema dasar-Unit tema
Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru melontarkan
tema dasar, kemudian siswa mengembangkan unit temanya.
2) Curah pendapat
Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian dikembangkan
menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih maka akan terbentuk jaringjaring.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam satu atau beberapa
mata pelajaran.
Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terpadu dalam
materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar oleh para
siswa.
Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa sehingga asas perkembangan berpikir
anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Tema harus bersifat cukup problematik atau popular sehingga membuka kemungkinan luas
untuk melaksanakan pembelajaran yang beragam yang mengandung substansif yang lebih
luas yang apabila dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa.
Beberapa prosedur pemilihan tema adalah sebagai berikut :
Model ke-1
Pada model ini tema sudah ditentukan atau dipilih oleh guru berdasar pada beberapa
kurikulum beberapa mata pelajaran yang kemudian dapat dikembangkan menjadi sub-sub
tema atau unit tema.
Model ke-2
Pada model ini tema ditentukan bersama antara guru dengan siswa. Meskipun demikian tema
tidak boleh lepas dari materi yang akan dipelajari.
Model ke-3
Pada model ini tema ditentukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
b. Langkah perencanaan aktivitas
Langkah perencanaan aktivitas di sini meliputi : pemilihan sumber, pemilihan aktivitas, dan
perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam pembalajaran terpadu meliputi berikut ini :
1. Janis evaluasi yaitu evaluasi otentik.
2. Sasaran evaluasi berupa proses dan dan hasil belajar siswa.
3. Aspek yang dievaluasi. Keseluruhan aspek kepribadian siswa dievaluasi yaitu
meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4. Teknik-teknik evaluasi yang digunakan meliputi :
a. Observasi (mengamati prilaku hasil belajar siswa) dengan menggunakan daftar cek atau
skala penilaian.
b. Wawancara guru dan siswa dengan menggunakan pedoman wawancara.
c. Evaluasi siswa
d. Jurnal siswa
e. Portofolio
f. Tes prestasi belajar (baku atau buatan guru)
c. Kontrak belajar
Kontrak belajar ini akan memeberikan arah dan isi aktivitas siswa dan merupakan suatu
kesepakatan antara guru dan siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dan Evaluasi
Pada tahap pelaksanan ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas siswa
Aktivitas dapat berupa : pengumpulan informasi baik kelompok maupun individual,
membaca sumber, wawancara dengan narasumber, pengamatan lapangan, eksperimen,
pengolahan informasi, dan penyusunan laporan.
b.Kulminasi (Sharing)
Kulminasi (Sharing) dalam bentuk penilaian proses (merupakan dampak dari proses
pembelajaran, dampak pengiring, prosedur formal dan informal terutama untuk memperoleh
balikan) yaitu penyajian laporan, diskusi dan balikan, unjuk kerja dan pameran, serta
evaluasi.
I. Kesimpulan
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran
maupun antarmata pelajaran. Disini dituntut keprofesionalan seorang guru dalam
mengkaitkan beberapa materi dalam satu mata pelajaran atau bahkan dari berbagai macam
mata pelajaran. Guru sangat dituntut untuk berwawasan yang luas, sehingga dalam
mengkaitkan antar beberapa mata pelajaran tidak terpisah-pisah, melainkan menjadi suatu
kesatuan yang utuh.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranterpadu.html#ixzz2uZczpIaO
bentuk alternatif pemecahan masalah riil tertentu, dan pebelajar mengalami proses belajar
pemecahan masalah itu secara langsung.
Menurut banyak literatur, konstruktivisme adalah teori belajar yang bersandar pada ide
bahwa pebelajar mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri di dalam konteks pengalaman
mereka sendiri (Murphy, 1997; Brook & Brook, 1993, 1999; Driver & Leach, 1993; Fraser,
1995). Pembelajaran konstruktivistik berfokus pada kegiatan aktif pebelajar dalam
memperoleh pengalaman langsung (doing), ketimbang pasif menerima pengetahuan.
Dari perspektif konstruktivis, belajar bukanlah murni fenomena stimulus-respon sebagaimana
dikonsepsikan para behavioris, akan tetapi belajar adalah proses yang memerlukan
pengaturan diri sendiri (self-regulation) dan pembangunan struktur konseptual melalui
refleksi dan abstraksi (von Glaserfeld, dalam Murphy, 1997). Kegiatan nyata yang dilakukan
dalam proyek memberikan pengalaman belajar yang dapat membantu refleksi dan
mendekatkan hubungan aktivitas dunia nyata dengan pengetahuan konseptual yang
melatarinya yang diharapkan akan dapat berkembang lebih luas dan lebih mendalam (Barron,
Schwartz, Vye, Moore, Petrosino, Zech, Bransford, & The Cognition and Technology Group
at Vanderbilt, 1998).
Hal ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek, yang mendasarkan pada aktivitas
dunia nyata, berpotensi memperluas dan memperdalam pengetahuan konseptual dan
prosedural (Gagne, 1985), yang pada khasanah lain disebut juga knowing that dan knowing
how (Wilson, 1995). Knowing that and how is not sufficient without the disposition to do
(Kerka, 1997). Perluasan dan pendalaman pemahaman pengetahuan tersebut dapat diamati
dengan mengukur peningkatan kecakapan akademiknya.
Peranan guru yang utama adalah mengendalikan ide-ide dan interpretasi siswa dalam belajar,
dan memberikan alternatif-alternatif melalui aplikasi, bukti-bukti, dan argumen-argumen.
2. Katakteristik pembelajaran berbasis proyek / tugas
Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberikan pengalaman
belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa ( Gear, 1998). Sedangkan menurut Buck
Institute For Education (1999)dalam Made (2000, 145) belajar berbasis proyek memiliki
karakteristik yaitu :
1. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja
2. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
3. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil
4. Siswa bertanggunga jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang
dikumpulkan
5. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu
6. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan
7. Hasil akhir berupa produk dan di evaluasi kualitasnya
Pengajar merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat dalam
menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dalam mengembangkan pemikiran
terhadap proyek tersebut sesuai dengan kerangka yang ada, dan menyediakan sumber yang
dapat membantu pengerjaannya. Hal ini akan mendukung keberhasilan pelajar dalam
menyelesaikan suatu proyek dan cukup membantu dalam menjawab pertanyaan, beraktifitas
dan berkarya. Kerangka menjadi sesuatu yang penting untuk dibaca dan digunakan oleh
pelajar. Oleh karenanya, pengajar harus melakukan perannya dengan baik dalam menganalisa
dan mengintegrasikan kurikulum, mengumpulkan pertanyaan, mencari web site atau sumber
yang dapat membantu pelajar dalam menyelesaikan proyek, dan menyimpannya di dalam
web.
1. Penugasan/menentukan topik.
Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar maupun pilihan sendiri, pelajar
akan memperoleh dan membaca kerangka proyek, lalu berupaya mencari sumber yang dapat
membantu. Dengan berdasar pada referensi alamat web yang berisi materi relevan, pelajar
dengan cepat dan langsung mendapatkan materi yang berkualitas yang sesuai dengan
kebutuhan proyek. Lalu pelajar berupaya berpikir dengan kemampuannya berdasar pada
pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik, dan mengembangkan gagasannya
dalam menentukan sub topik suatu proyek.
1. Merencanakan kegiatan.
Pelajar bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu kelas atau antar kelas. Pelajar
menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub topiknya,
merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik dan menyimpannya di dalam web. Jika
bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan dan memiliki rasa
tanggungjawab. Sedangkan pengajar berkewajiban menyampaikan isi dari rencana proyeknya
kepada orang tua, sehingga orang tua dapat ikut serta membantu dan mendukung anaknya
dalam menyelesaikan proyek.
1. Investigasi dan penyajian.
Investigasi disini termasuk kegiatan : menanyakan pada ahlinya melalui e-mail, memeriksa
web site, dan saling tukar pengalaman dan pengetahuan serta melakukan survei melalui web.
Dalam perkembangannya, terkadang berisi observasi, eksperimen, dan field trips. Diskusi
dapat dilakukan secara sinkron dan asinkron melalui chating. Lalu penyajian hasil dapat
berupa gambar, tulisan, diagram matematika, pemetaan dan lain-lain. Secara rutin, orang tua
dan pengajar berkomunikasi untuk memantau kegiatan dan prestasi yang dicapai oleh pelajar.
1. Finishing.
Pelajar membuat laporan, presentasi, halaman web, gambar, dan lain-lain. Sebagai hasil dari
kegiatannya. Lalu pengajar dan pelajar membuat catatan terhadap proyek untuk
pengembangan selanjutnya. Peserta menerima feedback atas apa yang dibuatnya dari
kelompok, teman, dan pengajar. Fasilitas feedback online disajikan untuk memungkinkan
setiap individu secara langsung berkomentar dan memberikan kontribusi, dan agar dilihat dan
bermanfaat bagi orang lain.
1. Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar
berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.
2. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis proyek / tugas adalah sebuah metode penyajian bahan pembelajaran
yang diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa seperangkat tugas yang harus
dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran
dan memberikan kesempatan peserta didik melakukan sendiri kegiatan belajar yang
ditugaskan. empat prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam perjalana mereka menjadi
pembelajar mandiri yang efektif.
1. Membuat tugas bermakna, jelas, dan menantang
Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka menggunakan
pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga siswa tetap terlibat. Pada saat bekerja
sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk kehilangan minat dan melalukan tindakan yang tidak
relevan, khususnya apabila tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah mandiri yang
dapat mempertahankan keterlibatan siswa memiliki tujuan yang jelas. Siswa perlu
mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus kerjakan, mengapa mereka mengerjakan
pekerjaan itu, dan apa yang dibutuhkanuntuk menyelsaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu
tetap berada dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah apabila
mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secar bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa guru jarang menaruh perhatian pada tujuan
pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang telibat. Sebaliknya, guru menekankan pada
arahan-arahan procedural. Sebagai contoh guru dpat menghabiskan waktu banyak
menjelaskan kepad siswa di mana menulis nama di kertas atau bagaimana menyusun
jawaban-jawabannya. Sementar petunjuk-petunjuk tentang apa yang dilakukan adalah
penting guru tidak menyertakan penjelasan tentang mengapa sesuatu harus dikerjakan dan
proses-proses pembelajaran yang terlibat. Sebelum memberikan suatu tugas, guru hendaknya
mempertimbangkan cirri penting itu secara seksama dan kemudian menyediakan waktu
cukupuntuk menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.
1. Menganekaragamkan Tugas-tugas
Sama dengan kehidupan pada umumnya, keanekaragaman menambah daya tarik tugas
pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah.siswa kemungkinan besar ttap terlibata dan
mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi dan menarik daripada
rutindan monoton. Guru yang efektif mengubah panjang dan cara tugas yang diberikan di
samping hakikat tugas beljar dan strategi-strategi kognitif yang telibat. Membaca di dalam
hati, laporan proyek-proyek khusus, dan bahan-bahan multimedia menawarkn berbagai
macam cara untuk menyelesaikan pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan
tidak aka alasan bagi guru untuk membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.
Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun
sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan
pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa
belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
1. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan
perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya
untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak
sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi
lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
1. Meningkatkan kolaborasi.
Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi ( Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja
kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari
sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar
adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif
(Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
1. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.
Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan
tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik
memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan
membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas.
1. Increased resource management skills
Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik menberikan kepada siswa
pembelajaran dan praktik dalam pengorganisasian proyek dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperi perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Kelemahan dari pembelajaran ini yaitu :
1. Kebanyakan permasalahan dunia nyata yang tidak terpisahkan dengan masalah
kedisiplinan , untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih dan menfasilitasi
peserta didik dalam menghadapi masalah .
2. Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.
3. Memerlukan biaya yang cukup banyak
4. Banyak peralatan yang harus disediakan
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek seorang peserta didik dapat
mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah , membatasi
B. Ciri-ciri
Seperti yang telah kita ketahui di atas, bahwa pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan
salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu, ciri-ciri pembelajaran
berbasis jasa layanan harus sesuai dengan cirri-ciri pembelajaran kontekstual. Cirri-ciri
tersebut antara lain:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran
kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu
pengetahuan alam atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, berarti mereka
menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan
pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan
keterkaitan inilah inti dari CTL
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works)
Pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam
kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran
dengan kehidupan siswa.
3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan
kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang
berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa
menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4. Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok,
membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami
bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap
tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara
teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan,
memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu
kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian serta ketajaman pemahaman dalam
mengembangkan sesuatu
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual)
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuankemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas
pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dan sebagainya. Guru
dalam pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor dan mentor. Tugas dan
kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan
kemampuannya.
7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai
keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan dia dibantu oleh
gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.