TTL 2016 PDF
TTL 2016 PDF
I1
R1
I2
R2
V
Loop
Oleh :
Dwi Arnoldi, S.T., M.T.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas berkat dan rahmat serta hidayah-Nya jua dapat menyelesaikan pembuatan
modul mata kuliah Teknik Tenaga Listrik ini sebagaimana mestinya.
Tujuan dari pembuatan modul ini adalah sebagai bahan acuan bagi dosen
pengajar mata kuliah Teknik Tenaga Listrik agar dapat melaksanakan proses
belajar mengajar dengan baik, khususnya di Jurusan Mesin Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan ataupun kesalahan, baik
yang berhubungan dengan materi maupun sistimatika penulisannya. Untuk itu
saran dan kritik dari para pembaca sangat diharapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan modul mata kuliah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah banyak membantu dalam pembuatan modul mata kuliah ini, dan
semoga bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
i
KATA PENGANTAR...................................................................................
ii
DAFTAR ISI..................................................................................................
iii
BAB I. Pendahuluan......................................................................................
10
11
12
12
13
15
15
16
21
21
23
26
30
30
32
34
36
36
37
38
BAB X. Saklar...............................................................................................
41
41
41
41
44
44
45
46
48
48
49
52
12.1 Amperemeter.............................................................................
52
12.2 Voltmeter...................................................................................
52
12.3 Ohmmeter.................................................................................
53
56
56
56
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
58
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Listrik adalah kata yang tidak asing lagi bagi kita. Hampir semua alat atau
mesin yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari baik di rumah tangga maupun di
industri menggunakan tenaga listrik. Selanjutnya kita akan membahas tentang apa
itu listrik dan hal-hal yang berhubungan dengan listrik.
dengan
jumlah
muatan
negatif
elektron-elektron
yang
mengelilinginya (mengedarinya)
e. Karena suatu hal, satu atau lebih elektron-elektron dapat meninggalkan
atomnya. Dengan demikian atom ini kelebihan muatan positif. Atom ini
disebut bermuatan positif
f. Karena suatu hal, sebuah atom dapat menerima satu atau lebih elektronelektron. Muatan negatif atom ini menjadi lebih besar daripada muatan
positifnya. Atom ini disebut bermuatan negatif
g. Dalam penghantar (konduktor), elektron-elektron (pada atomnya) mudah
berpindah dari satu atom ke atom lainnya. Dalam penyekat (isolator),
elektron-elektron itu sukar berpindah dari satu atom ke atom lainnya
Berikut ini contoh beberapa model atom dari beberapa zat (unsur) :
a. Model Atom Hidrogen (H)
Garis-edar
(orbit) elektron
Elektron
1 buah.
Proton
1 buah.
Inti
1 proton
1 nukleon.
Garis-edar (orbit)
elektron-elektron
+
+
= Elektron = 2 buah
= Proton
= 2 buah
= Neutron
= 2 buah
Garis-edar (orbit)
elektron-elektron
+
+
-
= Elektron = 3 buah
= Proton = 3 buah
= Neutron = 3 buah
Agar kita mendapat gambaran yang lebih jelas tentang sifat-sifat fisik
sebuah atom perhatikan hal-hal berikut :
a. Butiran-butiran yang membentuk inti atom (proton dan netron)
dinamakan nukleon (proton = partikel bermuatan positif, netron =
partikel tidak bermuatan atau netral, nukleon = nucleus = inti)
V =
V = Voltage =
W = Work
Q = Quantity =
W
Q
1 volt = 1 joule/coulomb
joule
=
coulomb =
I =
Q
t
Q=
t =
BAB II
TAHANAN JENIS DAN KARAKTERISTIK TAHANAN
Dimana :
R = tahanan penghantar ()
l = panjang penghantar (m)
A = luas penampang penghantar (mm2)
= tahanan jenis penghantar (.mm2/m ; 10-6m ; m)
(m)
perak
0,0165
tembaga
0,0175
aluminium
0,03
besi
0,1-0,15
manganin
0,42
konstantaan
0,5
kromnikel
1,0
Contoh :
Berapa hambatan sebuah penghantar yang diameternya (d) 2 mm ? Jika
panjangnya (l) 100 m dan bahan penghantar tersebut terbuat dari tembaga.
Diketahui :
d = 2 mm
l = 100 m
= 0,0175 m
ditanya :
R=?
Jawab :
R = .l / A
A = ( / 4) d2
= ( / 4) 22
= 3,14 mm2
R1 = R0 ( 1 + ( t1 t0 ))
Keterangan :
R0 = nilai tahanan pada temperatur awal ()
R1 = nilai tahanan pada temperatur akhir ()
t1 = temperatur akhir (oC)
t0 = temperatur awal (oC)
= koefisien temperatur (oC-1)
Untuk : = - (NTC = Negatif Temperature Coefficient)
= + (PTC = Positive Temperature Coefficient)
Bahan
manganin
0,00001
konstantaan
0,00005
kromnikel
0,00009
karbon
0,0004
kuningan
0,0019
perak
0,0036
emas
0,0038
aluminium
0,0039
tembaga
0,004
besi
0,0045
Contoh :
Tahanan sebuah penghantar tembaga pada temperatur kamar adalah 0,5 .
Berapa tahanan penghantar pada temperatur 100o C.
Diketahui :
R0 = 0,5
t0 = 25 oC
t1 = 100 oC
= 0,004 oC-1
Ditanya :
R1 = ?
Jawab :
R1 = R0 ( 1 + ( t1 t0 ))
= 0,5 ( 1 + 0,004 ( 100 25 ))
= 0,65
BAB III
RESISTOR
Resistor adalah alat yang fungsinya untuk menghambat arus listrik. Dalam
prakteknya hampir semua peralatan listrik menggunakan resistor. Bahan utama
resistor adalah karbon atau nickelin.
Resistor tetap
Trimpot
100 2 W 5%
220 5 W 5%
Warna
Standar nilai
Toleransi
Contoh :
coklat-merah-kuning-emas = 12 x 104 5% = 120 k 5%
BAB IV
HUKUM OHM DAN DAYA LISTRIK
I=V/R
Dimana :
I = arus listrik (A)
V = tegangan listrik (V)
R = hambatan listrik ()
Atau :
V = I.R
Atau :
R = V/I
Contoh :
Pada
Diketahui :
V = 2,5 V
I = 0,1 A
Ditanya :
R=?
Jawab :
R=V/I
= 2,5 / 0,1
= 25
P = V.I
Dimana :
P = daya listrik (W)
V = tegangan listrik (V)
I = arus listrik (A)
Dimana :
P = daya listrik (W)
V = tegangan listrik (V)
I = arus listrik (A)
R = hambatan listrik ()
1 watt = 1 joule/detik
Contoh :
Sebuah setrika bertegangan 220 V, daya 350 W. Berapa tahanan dan arus
listrik yang mengalir pada elemen pemanas setrika tersebut ?
Diketahui :
V = 220 V
P = 350 W
Ditanya :
R=?
I =?
Jawab :
P = V . I = I2 . R = V2 / R
R = V2 / P
= 2202 / 350
= 138,286
dan
I=P/V
= 350 / 220
= 1,591 A
BAB V
HUKUM KIRCHOFF
I3
I2
I1
I4
I5
I1 + I2 + I3 + I4 + I5 = 0
Sebagai acuan : Arus masuk titik cabang = positif (+)
Arus keluar titik cabang = negatif (-)
Jadi
: I1 I2 I3 + I4 I5 = 0
Sehingga : I1 + I4 = I2 + I3 + I5
Dapat disimpulkan bahwa : Jumlah arus listrik yang masuk pada suatu titik
cabang sama dengan jumlah arus listrik yang keluar dari titik cabang tersebut.
Loop
R1
V1
R2
V2
I1
I2
V + V1 + V2 = 0
Sebagai acuan : Arus searah loop = positif (+)
Arus berlawanan loop = negatif (-)
Catatan : Untuk arah arus pada sumber tegangan (di dalam sumber tegangan) arus
listrik mengalir dari kutub (+) ke kutub negatif (-). Berlawanan dengan di luar
sumber tegangan.
Contoh :
R1 I1
I3
R3
I2
VA
LA
LB
R2
Diketahui :
R1 = 5
R2 = 10
R3 = 15
VA = 5 V
VB = 10 V
Ditanya :
I1 = ?
I2 = ?
I3 = ?
V1 = ?
V2 = ?
V3 = ?
Jawab :
Sesuai dengan Hukum Kirchoff I :
I1 + I3 = I2 ..........................( 1 )
VB
Eliminasikan ( 4 ) dan ( 5 ) :
3I1 + 2 I3 = 1
x2
6I1 + 4 I3 = 2
2 I1 + 5 I3 = 2
x3
6 I1 + 15 I3 = 6
- 11 I3 = - 4
I3 = 4 / 11
I3 = 0,364 A
I1 + I3 = I2
2 I2 + 3I3 = 2
I2 = I1 + I3
2 I2 + 3 (0,364) = 2
= 0,091 + 0,364
I2 = 0,455 A
2 I2 + 1,092 = 2
2 I2 = 2 1,092
2 I2 = 0,908
I2 = 0,908 / 2
I2 = 0,454 A
V1 = I1 . R1
= 0,091 . 5
= 0,455 V
V2 = I2 . R2
Atau
V2 = VA V1
= 0,455 . 10
= 5 0,455
= 4,55 V
= 4,545 V
V3 = I3 . R3
Atau
V3 = VB V2
= 0,364 . 15
= 10 4,55
= 5,46 V
= 5,45 V
Jadi :
I1 = 0,091 A
I2 = 0,455 A
I3 = 0,364 A
V1 = 0,455 V
V2 = 4,55 V
V3 = 5,46 V
BAB VI
HUBUNGAN RESISTOR
R1
R2
Rn
It
Vt
Loop
R1
V1
R2
V2
I1
I2
Vt = V1 + V2
Jika R1 dan R2 kita anggap sebuah resistor Rt (R total) maka :
It.Rt = I1.R1 + I2.R2
Karena :
It = I1 = I2
Maka :
Rt = R1 + R2
Sehingga :
Rt = R1 + R2 + ... + Rn
Contoh :
It
Vt
Loop
R1 = 5
R2 = 10
Vt = 10 V
Ditanya :
It = ?
I1 = ?
I2 = ?
V1 = ?
V2 = ?
Jawab :
It = I1 = I2
V1 + V2 = Vt
Rt = R1 + R2
= 5 + 10
= 15
V1
R2
V2
I1
I2
Diketahui :
R1
It = Vt / Rt
= 10 / 15
= 0,667 A
It = I1 = I2 = 0,667 A
V1 = I1 . R1
= 0,667 . 5
= 3,335 V
V2 = Vt V1
= 10 3,335
= 6,665 V
R1
R2
Rn
Loop
R1
I2
R2
V1 = V2
It = I1 + I2
Jika R1 dan R2 kita anggap sebuah resistor Rt (R total) maka :
Vt/Rt = V1/R1 + V2/R2
Karena :
Vt = V1 = V2
Maka :
1/Rt = 1/R1 + 1/R2
Sehingga :
1/Rt = 1/R1 + 1/R2 + ... + 1/Rn
Khusus untuk dua resistor hubungan paralel :
1 / Rt = 1 / R1 + 1 / R2
= (R2 / R1 . R2) + (R1 / R1 . R2)
= (R1 + R2) / (R1 . R2)
Rt = (R1 . R2) / (R1 + R2)
Contoh :
It
I1
Vt
Loop
R1
I2
R2
V1 = V2
Diketahui :
R1 = 10
R2 = 15
Vt = 10 V
Ditanya :
It = ?
I1 = ?
I2 = ?
Jawab :
It = I1 + I2
Rt = (R1 . R2) / (R1 + R2)
= (10 . 15) / (10 + 15)
= 150 / 25
=6
It = Vt / Rt
= 10 / 6
= 1,667 A
V1 = V2 = Vt
I1 = V1 / R1
= 10 / 10
=1A
I2 = V2 / R2
= 10 / 15
= 0,667 A
R1
R2
R3
R1
R3
R2
R4
R1
R2
R3
R4
Contoh :
It
R1
I1
Vt
Loop
I2
R2
Diketahui :
R1 = 5
R2 = 10
R3 = 15
Vt = 10 V
Ditanya :
It = ?
I1 = ?
I2 = ?
I3 = ?
V1 = ?
V2 = ?
V3 = ?
Jawab :
It = I1 = I2 + I3
V1 = V2
I3
R3
Vt = V1 + V2 = V1 + V3
Rt = R1 + (R2 . R3) / (R2 + R3)
= 5 + (10.15) / (10+15)
= 5 + (150 / 25)
=5+6
= 11
It = Vt / Rt
= 10 / 11
= 0,909 A
I1 = It = 0,909 A
V1 = I1 . R1
= 0,909 . 5
= 4,545 V
V2 = Vt V1
= 10 4,545
= 5,455 V
I2 = V2 / R2
= 5,455 / 10
= 0,546 A
V3 = V2 = 5,455 V
I3 = V3 / R3
= 5,455 / 15
= 0,364 A
Jadi :
It = 0,909 A
I1 = 0,909 A
I2 = 0,546 A
I3 = 0,364 A
V1 = 4,545 V
V2 = 5,455 V
V3 = 5,455 V
BAB VII
TRANSFORMASI - DAN -Y
Rc
R1
R2
Rb
Ra
R3
Contoh :
Ra = 5
Rb = 10
Rc = 15
Maka :
R1 = ( Ra.Rb + Rb.Rc + Ra.Rc ) / Ra
= (5.10 + 10.15 + 5.15) / 5
= ( 50 + 150 + 75 ) / 5
= 275 / 5
= 55
Rc
R1
R2
Rb
Ra
R3
Ra = ( R2.R3 ) / (R1 + R2 + R3 )
Rb = ( R1.R3 ) / (R1 + R2 + R3 )
Rc = ( R1.R2 ) / (R1 + R2 + R3 )
Contoh :
R1 = 5
R2 = 10
R3 = 15
Maka :
Ra = ( R2.R3 ) / (R1 + R2 + R3 )
= (10.15) / (5 + 10 + 15 )
= 150 / 30
=5
Rb = ( R1.R3 ) / (R1 + R2 + R3 )
= (5.15) / (5 + 10 + 15 )
= 75 / 30
= 2,5
Rc = ( R1.R2 ) / (R1 + R2 + R3 )
= (5.10) / (5 + 10 + 15 )
= 50 / 30
= 1,667
BAB VIII
JEMBATAN WHEAT STONE
R1
A
R3
V
R2
V
R4
Kondisi jembatan dikatakan setimbang jika tegangan antara titik A dan titik B
sama dengan nol (Vab = 0 ).
Ini berarti :
V1 = V3
dan
V2 = V4
Atau :
V1 / V2 = V3 / V4
Atau :
I1.R1 / I2.R2 = I3.R3 / I4.R4
Karena :
I1 = I2 dan
I3 = I4
Maka :
R1 / R2 = R3 / R4
Atau
R1 . R4 = R2 . R3
Contoh :
R1 = 5
R2 = 10
R3 = 15
Maka :
R4 = ( R2 . R3 ) / R1
= ( 10. 15 ) / 5
= 150 / 5
= 30
BAB IX
MAGNET
Magnet ialah besi atau baja yang dapat menarik potongan-potongan besi
atau baja lainnya yang berada di sekitarnya.
Magnet buatan dibuat pertama kali dengan cara menggosokkan magnet
alam pada sepotong baja. Arah penggosokannya diambil satu arah, sedangkan
arah yang berlawanan dengan arah tadi, dijauhkan dari batang baja itu. Sekarang
telah banyak dibuat orang magnet buatan dengan menggunakan arus listrik yang
kuat.
Setiap magnet selalu mempunyai dua kutub, yaitu: kutub-utara dan kutubselatan.
M
S
U
S
B
U
S
C
A.
B.
C.
D.
S
S
Magnet jarum.
Magnet batang.
Magnet ladam dengan medan magnetis homogen.
Magnet sentral dengan medan magnetis radial.
B
UU
TE
RE
A
+B
b.
BAB X
SAKLAR
atau
atau
push on
push off
- Single Pole Triple Throw (SPTT) / Single Pole Multi Throw (SPMT)
- Triple Pole Single Throw (TPST) / Multi Pole Single Throw (MPST)
- Triple Pole Double Throw TPDT) / Multi Pole Double Throw (MPDT)
- Triple Pole Triple Throw (TPTT) / Multi Pole Multi Throw (MPMT)
BAB XI
HUBUNGAN SAKLAR
Untuk lebih jelasnya kita berikan sumber tegangan dan sebuah lampu untuk
melihat hasilnya.
Model matematikanya :
A.B=x
Hasil operasinya :
A.B=x
0.0=0
1.0=0
1.1=1
0.1=0
Tabel logikanya :
A.B=x
A
Untuk lebih jelasnya kita berikan sumber tegangan dan sebuah lampu untuk
melihat hasilnya.
A
Model matematikanya :
A+B=x
Hasil operasinya :
A+B=x
0+0=0
1+0=1
1+1=1
0+1=1
Tabel logikanya :
A+B=x
A
C
B
Untuk lebih jelasnya kita berikan sumber tegangan dan sebuah lampu untuk
melihat hasilnya.
A
C
Model matematikanya :
(A+B)C=x
Hasil operasinya :
(A+B)C=x
(0+0)0=0
(1+0)0=0
(1+1)0=0
(1+1)1=1
(0+1)1=1
(0+0)1=0
(1+0)1=1
(0+1)0=0
Tabel logikanya :
(A+B)C=x
A
Model matematikanya :
A=x
Hasil operasinya :
0=1
1=0
Tabel logikanya :
A=x
A
: x = 0 or x = 1
P2
: 0.0=0
P3
: 1+1=1
P4
: 0+0=0
P5
: 1.1=1
P6
: 1.0=0.1=0
P7
: 1+0=0+1=1
: Commutative Law
a. A + B = B + A
b. A . B = B . A
T2
: Assosiative Law
a. ( A + B ) + C = A + ( B + C )
b. ( A . B ) . C = A . ( B . C )
T3
: Distributive Law
a. A . ( B + C ) = A . B + A . C
b. A . ( B . C ) = A . B . A . C
T4
: Identity Law
a. A + A = A
b. A . A = A
T5
: Negation Law
_
_
a. ( A ) = A
_ _ _
b. A . A = A
T6
: Redundance Law
a. A + ( A . B ) = A
b. A . ( A + B ) = A
T7
: a. 0 + A = A
b. 1 . A = A
c. 1 + A = 1
d. 0 . A = 0
T8
T9
T10
_
: a. A + A = 1
_
c. A . A = 0
_
: a. A + ( A . B ) = A + B
_
c. A . ( A + B ) = A . B
: De Morgans Theorem
_____
_ _
a. ( A + B ) = A . B
____
_ _
b. ( A . B ) = A + B
Contoh :
Sederhanakanlah rangkaian saklar di bawah ini dan buat tabel logikanya.
A
B
A
_
_ _
_
A(A.B(B.C+A.C)+B.C)=x
_
_ _
_
_
A(A.B.B.C+A.B.A.C +B.C)=x
_
_
_
_
_
A . A . B . B . C + A . A . B . A . C + A .B . C = x
_
A.B.C=x
_
B
Tabel logikanya :
_
A.B.C=x
A
BAB XII
MULTIMETER
12.1 Amperemeter
Amperemeter adalah alat yang fungsinya hanya untuk mengukur arus
listrik.
Simbolnya :
A
V
12.2 Voltmeter
Voltmeter adalah alat yang fungsinya hanya untuk mengukur tegangan
listrik.
Simbolnya :
12.3 Ohmmeter
Ohmmeter adalah alat yang fungsinya hanya untuk mengukur hambatan
listrik.
Simbolnya :
5k
0 B 100 50E 30 D 20
0
k
5
2
10 C
00
2
k
1
60 8 0
40
10 0
0
2
5
1
0
2
1
0 2
12
0
5
5
3
DCV,A
3 4 5
&
AC
1 2
ACV
6
6 VOLT
0 V,A
ADJ.
SAKLAR
PUTAR
X1
X 10 X 100 X 1k
X 10k
300V
120V
30V
1200V
1200V
DCV
0 ADJ.
300V
ACV
30V
12V
3V
D
0.3mA
6V
0.3A
3mA
COM
120V
30mA
DCmA
BAB XIII
SUMBER ARUS LISTRIK
Arus listrik yang terjadi dalam kawat penghantar disebabkan oleh adanya
beda tegangan listrik yang terdapat pada antara kedua ujung kawat panghantar itu.
Agar beda tegangan listrik antara kedua ujung kawat penghantar selalu ada, maka
ujung-ujung kawat itu haruslah dihubungkan dengan suatu alat yang selalu dapat
menimbulkan beda tegangan atau beda potensial listrik. Ada dua macam sumber
arus listrik yaitu sumber listrik arus searah dan sumber listrik arus bolak-balik.
T
90o
90
90o
+
o
180
270
1/2
3/4
360o
t
1/4
270o
1 perioda
180
270o
Pada arus sinus atau disebut juga arus bolak-balik, jumlah perpindahan
muatan listrik ke jurusan positif pada setengah perioda pertama, sama dengan
jumlah perpindahan muatan listrik ke jurusan negatif pada setengah perioda
kedua.
DAFTAR PUSTAKA