Anda di halaman 1dari 5

Nama: Nur Latifah Hajriyani

NIM

: H0814095

Kelas : AGB-B

PERAN AGRIBISNIS DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting
dalam perekonomian nasional Indonesia. Sektor agribisnis menyerap lebih
dari 75% angkatan kerja nasional termasuk di dalamnya 21,3 juta unit usaha
skala kecil berupa usaha rumah tangga diperhitungkan maka sebesar 80% dari
jumlah penduduk nasional menggantung hidupnya pada sektor agribisnis.
Peranan sektor agribisnis yang demikian besar dalam perekonomian nasional
memiliki implikasi penting dalam pembangunan ekonomi nasional ke depan.
Perkembangan sektor pertanian selanjutnya dipacu oleh kemajuan
teknologi yang sangat pesat di sektor industri (kimia dan mekanik) dan
transportasi. Pertanian menjadi semakin maju dan kompleks dengan ciri
produktivitas per hektar yang semakin tinggi berkat penggunaan sarana
produksi pertanian yang dihasilkan oleh industri (pupuk dan pestisida).
Kegiatan pertanian semakin terspesialisasi menurut komoditi dan
kegiatannya. Namun, petani hanya melakukan kegiatan budidaya saja,
sementara pengadaan sarana produksi pertanian didominasi oleh sektor
industri. Strategi pembangunan yang ideal adalah pembangunan agribisnis
(Agribusiness Led Development) yakni suatu strategi pembangunan ekonomi
yang mengintegrasikan pembangunan pertanian (termasuk perkebunan,
peternakan, perikanan, kehutanan) dengan pembangunan industri hulu dan
hilir pertanian serta sektor-sektor jasa yang terkait di dalamnya.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana peran agribisnis
dalam pembangunan nasional.
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar dapat
memahami konsep dan peranan agribisnis dalam
pembangunan nasional.

II.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agribisnis
Menurut Saragih (1998), bahwa agribisnis merupakan
sistem pertanian yang saling terkait mulai dari sistem hulu sampai dengan
sistem hilir yang memanfaatkan sumber daya yang ada dengan tujuan
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Agribisnis dari cara
pandang ekonomi ialah usaha penyediaan pangan. Pendekatan analisis makro
memandang agribisnis sebagai unit sistem industri dan suatu komoditas
tertentu, yang membentuk sektor ekonomi secara regional atau nasional.
Sedangkan pendekatan analisis mikro memandang agribisnis sebagai suatu
unit perusahaan yang bergerak, baik dalam salah satu subsistem agribisnis,
baik hanya satu atau lebih subsistem dalam satu lini komodias atau lebih dari
satu lini komoditas.
B. Prospek Pembangunan Sistem Agribisnis
Strategi pembangunan sistem agribisnis yang bercirikan yakni
berbasis pada pemberdayagunaan keragaman sumberdaya yang ada di setiap
daerah (domestic resources based), akomodatif terhadap keragaman kualitas
sumberdaya manusia yang kita miliki, tidak mengandalkan impor dan
pinjaman luar negeri yang besar, berorientasi ekspor (selain memanfaatkan
pasar domestik), diperkirakan mampu memecahkan sebagian besar
permasalahan perekonomian yang ada. Selain itu, strategi pembangunan
sistem agribisnis yang secara bertahap akan bergerak dari pembangunan yang
mengandalkan sumberdaya alam dan SDM belum terampil (factor driven),
kemudian beralih kepada pembangunan agribisnis yang digerakkan oleh
barang-barang modal dan SDM lebih terampil (capital driven) dan kemudian
beralih kepada pembangunan agribisnis yang digerakkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan SDM terampil (innovation-driven). Menurut Syaifuddin
(2005), tidak perlu diragukan bahwa pembangunan ekonomi yang berbasis
agribisnis dan agroindustri sebagai salah satu andalan pada menjelang lepas
landas atau masa-masa awal lepas landas tidak akan bisa mencapai laju
pertumbuhan yang cukup tinggi; antara 7% sampai 10% lebih per tahun
Dilihat dari berbagai aspek, seperti potensi sumberdaya yang dimiliki,
arah kebijakan pembangunan nasional, potensi pasar domestik dan
internasional produk-produk agribisnis, dan peta kompetisi dunia, Indonesia
memiliki prospek untuk mengembangkan sistem agribisnis. Prospek ini
secara aktual dan faktual ini didukung oleh hal-hal sebagai berikut: (Saragih,
2000)
Pertama, pembangunan sistem agribisnis di Indonesia telah menjadi
keputusan politik. Rakyat melalui MPR telah memberi arah pembangunan
ekonomi sebagaimana dimuat dalam GBHN 1999-2004 yang antara lain
mengamanatkan pembangunan keunggulan komparatif Indonesia sebagai

negara agraris dan maritim. Arahan GBHN tersebut tidak lain adalah
pembangunan sistem agribsinis.
Kedua, pembangunan sistem agribisnis juga searah dengan amanat
konstitusi yakni No. 22 tahun 1999, UU No. 25 tahun 1999 dan PP 25 tahun
2000 tentang pelaksanaan Otonomi Daerah.
Ketiga, Indonesia memiliki keunggulan komparatif (comparative
advantage) dalam agribisnis. Kita memiliki kekayaan keragaman hayati
(biodivercity) daratan dan perairan yang terbesar di dunia, lahan yang relatif
luas dan subur, dan agroklimat yang bersahabat untuk agribisnis. Dari
kekayaan sumberdaya yang kita miliki hampir tak terbatas produk-produk
agribisnis yang dapat dihasilkan dari bumi Indoensia.
Keempat, pembangunan sistem agribisnis yang berbasis pada
sumberdaya domestik (domestic resources based, high local content) tidak
memerlukan impor dan pembiayaan eksternal (utang luar negeri) yang besar..
Kelima, dalam menghadapi persaingan ekonomi global, Indonesia tidak
mungkin mampu bersaing pada produk-produk yang sudah dikuasai negara maju.
Indonesia tidak mampu bersaing dalam industri otomotif, eletronika, dll dengan
negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Jerman atau Perancis.
C. Strategi Pengembangan Agribisnis
Pembangunan agribisnis juga dipengaruhi oleh faktor fisik. Faktor
fisik, seperti tanah dan iklim, akan menentukan pola produksi agribisnis.
Besarnya keragaman fisik-kimia tanah dan keragaman iklim dapat
menyulitkan pengembangan usaha yang berbasis tanaman, terutama bijibijian (grains), dalam skala yang luas. Disamping itu subsistem usaha tani di
Indonesia cenderung didominasi oleh usaha-usaha yang berskala kecil yang
menghasilkan produk dengan variasi yang cukup tinggi dalam hal kuantitas
maupun kualitas. Kondisi ini menyebabkan transaction cost menjadi
komponen yang penting. (Saragih, 2000). Oleh sebab itu pembangunan
kelembagaan di sektor agribisnis menjadi faktor yang cukup penting, agar
keunggulan komparatif agribisnis Indonesia dapat dikembangkan menjadi
keunggulan kompetitif. Perkembangan agribisnis di Indonesia tidak saja
dipengaruhi oleh faktor domestik (internal), tetapi juga sangat dipengaruhi
oleh faktor internasional (eksternal).

III.

PENUTUP

Dari beberapa strategi yang ada dan memenuhi beberapa karakteristik


adalah pembangunan agribisnis, yakni suatu strategi pembangunan ekonomi
yang mengintegrasikan pembangunan pertanian (termasuk perkebunan,
peternakan, perikanan, kehutanan) dengan pembangunan industri hulu dan hilir
pertanian serta sektorsektor jasa yang terkait di dalamnya.
Strategi pembangunan sistem agribisnis yang bercirikan yakni
berbasis pada pemberdayagunaan keragaman sumberdaya yang ada di setiap
daerah (domestic resources based), akomodatif terhadap keragaman kualitas
sumberdaya manusia yang kita miliki, tidak mengandalkan impor dan pinjaman
luar negeri yang besar, berorientasi ekspor diperkirakan mampu memecahkan
sebagian besar permasalahan perekonomian yang ada. Selain itu, strategi
pembangunan sistem agribisnis secara bertahap akan bergerak dinamis menuju
pembangunan agribisnis yang digerakkan ilmu pengetahuan, teknologi dan
SDM terampil (innovation-driven), diyakini mampu mengantarkan
perekonomian Indonesia memiliki daya saing dan bersinergis dalam
perekonomian dunia.

DAFTAR PUSTAKA
Saragih, B. 2000. Pembangunan Sistem Agribisnis Di Indonesia Dan Peranan
Public Relation. http://www.mb.ipb.ac.id/ Diakses pada tanggal 15
Desember 2015
Saragih, B. 2000. Agribisnis Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Dalam Era Millenium Baru. Jurnal Studi Pembangunan,
Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol 2, No.1/Feb. 2000, 1-9
Saragih, B. 1998. Kumpulan Pemikiran Agribisnis: Paradigma Baru
Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Yayasan Persada Mulia
Indonesia.
Syaifuddin, 2009. Pengembangan Agribisnis Sebagai Penggerak Utama
Perekonomian Nasional. Medan: Fakultas Ekonomi Universitas
Karo Kabanjahe

Anda mungkin juga menyukai