individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetic. (Yosep, 2009)
1) Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan
mengalami stress dan kecemasan.
2) Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut
merasa kesepian dilingkungan yang membesarkannya.
3) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stress yang
berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti buffofenon dan dimethytrenferase (DMP).
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif.
Berpengaruh pada ketidakmampuanklien dalam mengambil keputusan demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa factor
keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
Factor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak aman, gelisah, bingung, dan lainnya.
Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penyalahgunaan obat, demam,
kesulitan tidur.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi berupa
perintah memaksa dan menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahyakan. Klien
asyik dengan halusinasinya seolah merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri
dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah
dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.
Mulut komat-kamit
Gelisah
Menyendiri, melamun
bersifat menyenangkan. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi mengalami
keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa takut serta mencoba memusatkan penenangan pikiran untuk
mengurangi ansietas.
Tahap kedua
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat kecemasan yang berat. Adapun karakteristik
yang tampak pada individu yaitu individu merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya
dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari
orang lain.
Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat ansietas berat, pengalaman sensori yang
dirasakan individu menjadi penguasa. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi
menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya dan membiarkan halusinasi tersebut menguasai dirinya, individu
mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir.
Tahap keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas panic. Adapun karakteristik yang
tampak pada individu adalah pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, dimana
halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau beberapa hari, apabila tidak ada intervensi terapeutik.
5. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian
masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan melindungi diri. Mekanisme koping
menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain
(sublimasi), mengamuk (displacement), mengalihkan kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang
logis (rasionalisme), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke objek lain, memarahi
tanaman atau binatang (proyeksi).
6. Penatalaksanaan (Yosep, 2009)
Medis (Psikofarmako)
1) Chlorpromazine
a) Indikasi
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri
terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental seperti:
waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan
rutin.
b) Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya system ekstra pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar sadar atau tidak sadar.
- Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti mulut kering, kesulitan dalam
miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
- Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome parkinsontren, atau bradikinesia
regiditas.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan kesadaran),
kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran
disebabkan oleh depresan.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg. Apabila kondisi klien sudah stabil
Keperawatan
Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi berkelompok (TAK) Terapi Aktifitas Kelompok.
Data objektif
Data subjektif
Halusinasi
dengar
bercakap-cakap
- Menyedengkan telinga -
kearah tertentu
menyuruh
- Menutup telinga
Halusinasi
Penglihatan
kearah tertentu
- Ketakutan pada
Mendengar suara
melakukan
Menunjuk-nunjuk -
Melihat bayangan,
sesuatu
penghidu
bauan tertentu
feces,
kadang-kadang
- Menutup hidung
Halusinasi
- Sering meludah
pengecapan
- Muntah
Halusinasi
Perabaan
Menggaruk-garuk -
permukaan kulit
Mengatakan ada
serangga
dipermukaan
kulit
-
Merasa seperti
tersengat listrik
b. Isi halusinasi
Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis halusinasi.
c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan
halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya halusinasi
apakah terus menerus atau hanya sekal-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian
tertentu. Hal ini dilakukan untuk menetukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari
situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasinya dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan pada
pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga
atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi
timbul.
2. Pohon masalah
Resiko perilaku mencederai diri
Menurut Yosep, 2009
Akibat
Gangguan sensori/persepsi:
Halusinasi penglihatan
Masalah utama
Isolasi sosial
Penyebab
Harga diri rendah
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yosep, 2009 diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
b. Isolasi sosial
c. Resiko periaku mencederai diri
d. Harga diri rendah
4. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
6. Strategi Pelaksanaan
Halusinasi
Pasien
Keluarga
Sp1
SP 1 k
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan
pasien
masalah
yang
dirasakan
pasien
2.
Menjelaskan
keluarga
menimbulkan halusinasi
dialami
pasien
beserta
terjadinya.
proses
merawat
SP II k
1. Melatih keluarga
SP II p
mempraktekkan
Melaih
pasien
halusinasi dengan
mengendalikan
cara
bercakap-
pasien
halusinasi
2. Melatih keluaraga
melakukan
merawat
kepada
cara
langsung
pasien
halusinasi
SP III k
1. Membantu keluarga
membuat
SP III p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2.
jadwal
kegiatan aktifitas di
halusinasi
kegiatan
dengan
(kegiatan
melakukan
yang
biasa
rumah
termasuk
minum obat
2. Menjelaskan follow
up
pasien
setelah
pulang
dilakukan pasien)
3. Menganjurkan pasien memasukan
dalam kegiatan harian
SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur
3. Menganjurkan pasien memasukan
dalam kegiatan harian
7. Evaluasi
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien.
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir.
S : respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah masih ada, munculnya
masalah baru, atau ada data yang berlawanan dengan masalah yang masih ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
4. PSIKOSOSIAL
Genog
ra
m
: Perempuan
Ke
: Orang yang tinggal serumah
11
Konsep
terdiri
1
1)
an Citra tubuh
2)
n:: Identitas diri
Pasien mampu menyebut identitasnya dengan baik, yaitu nama, umur, agama, alamat, status perkawinan
La
Pa
3)
: Peran
kisie
lakPasien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Sedangkan di rumah sakit pasien berperan sebagai pasien.
n
4)
i Ideal diri
Pasien ingin cepat sembuh serta berkumpul bersama keluarga.
5) Harga diri
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga terutama dengan orang tuanya dalam keadaan baik. Pasien
menyadari bahwa dirinya sakit.
c. Hubungan Sosial
Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah orangtua. Namun di tempat pasien dirawat, orang yang
paling berarti adalah teman.
d. Kehidupan Spiritual
Pasien menganut agama Kristen Protestan. Menurut pasien sebelum dirawat di RSJ Ratumbuysang, pasien hampir
tiap hari minggu beribadah di gereja. Saat masuk rumah sakit pasien rutin mengikuti ibadah tiap hari rabu bersama
pasien lain.
5. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, gigi kotor, rambut jarang disisir, kuku kotor
b. Pembicaraan
Saat pengkajian pasien bisa menjawab pertanyaan yang diajukan
c. Aktivitas motorik
Aktivitas pasien tenang
d. Alam perasaan
Takut, karena pasien melihat bayangan laki-laki yang ingin memeluknya
e. Afek pasien
Tidak ada gangguan
f. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif, mendengar apa yang ditanyakan dan menjawabnya sesuai dengan pertanyaan yang ditanyakan
serta kontak mata baik
g. Gangguan persepsi
Saat pengkajian pasien mengalami halusinasi penglihatan dengan waktu selalu muncul pada malam hari sebelum
pasien tidur. Frekuensi 1-2 jam, isinya adalah melihat seorang hantu laki-laki yang ingin memeluknya. Sedangkan
responnya, pasien memanggil perawat yang bertugas di ruangan tapi mereka tidak mendengarkannya dan pasien
pun merasa kesepian dan menyendiri.
h. Proses pikir
Proses pikir pasien sampai pada tujuan pembicaraan.
i. Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang jelas.
j. Memori
Gangguan pada memori jangka panjang
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mudah beralih yaitu saat bertanya, pasien menjawab diluar pertanyaan
l. Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat mengambil keputusan sederhana dengan
bantuan orang lain.
m. Daya tilik diri
Pasien menyadari dengan penyakit yang dideritanya.
6. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
a. Makan dan minum
Pasien makan 3x/hr, yaitu pagi, sore, dan malam secara mandiri
b. BAB/BAK
Pasien BAB 1x/hr, BAK 4x/hr, secara mandiri
c. Mandi
Pasien mandi 2x/hr, yaitu pagi dan sore, hanya memakai sabun
d. Berpakain dan berhias
Pasien mampu berpakaian tanpa bantuan orang lain
e. Istiraht dan tidur
Tidur siang jam, tidur malam 8 jam, tidak mengalami gannguan tidur
f. Penggunaan obat
Pasien minum obat 3x/hr, setelah makan THP 2mg ( 2 x ), Vit C (2 x 1), Diasepam (0-0-1), Haloperidol (2 x 1)
7. MEKANISME KOPING
Asertif yaitu cerita dengan orang lain
8. ASPEK MEDIS
a. Diagnosa medis : Skisofrenia
b. Terapis Medis : Triheksipenidile 2 mg 2x1 kap
Haloperidol 5 mg 2x1 tab
Diazepam 5 mg 0-0-1 tab
Vit. B Complex 2x1 tab
B. ANALISA DATA
NO
1.
DATA
MASALAH
DS :
Gangguan persepsi sensorik :
- Pasien mengatakan melihat halusinasi penglihatan
bayangan
hantu
laki-laki
- Pasien takut
DS :
- Pasien mengatakan merasa
lemah
- Pasien mengatakan lelah
untuk beraktifitas
DO :
- Penampilan kurang Rapi
- Rambut jarang disisir
3.
Isolasi sosial
DS :
- Pasien mengatakan sendiri
pada malam hari
-
Pasien mengatakan
C. POHON MASALAH
Isolasi sosial
NO
1
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Gangguan
persepsi sensorik
: halusinasi
penglihatan.
TUJUAN
TUM
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan selama
KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI
RASIONAL
penglihatan.
DS :
- Pasien
mengatakan
melihat
bayangan
hantu laki-laki
DO :
- Pasien pernah
dirawat
sebelumnya
namun kurang
berhasil
karena putus
obat
keperawatan selama
3 hari, pasien dapat
mengontrol
halusinasi.
TUK
1. Pasien dapat
membina
hubungan saling
percaya
2. Pasien dapat
mengenal
halusinasinya
3. Pasien dapat
mengontrol
halusinasinya
4. Pasien dapat
memanfaatkan
obat dengan baik
2.
Defisit
pearawatan diri
TUM
pasien dapat mandiri
dalam perawatan diri
TUK :
1. Pasien dapt
membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat
2. Pasien
mengetahui
pentingnya
perawatan diri
3. Pasien
mengetahui caracara melakukann
perawatan diri
4. Pasien dapat
melaksanakan
- Ekpresi wajah
1. Bina hubungan saling
bersahabat,
percaya antara perawat
menunjukkan rasa
dengan pasien.
senang, ada kontak
(Sapa pasien dengan
mata, mau berjabat
ramah, perkenalkan
tangan, mau
nama, tanyakan nama
menyebutkan nama,
pasien, buat kontrak,
mau menjawab salam,
tanyakan perasaan
mau duduk
pasien.
berdampingan dengan
perawat, dan mau
mengutarakan masalah
yang dihadapinya.
- Pasien dapat
2.1.Adakan kontak secara
menyebutkan waktu,
sering dan singkat
isi, dan frekuensi
2.2.Observasi tingkah laku
timbulnya halusinasi
pasien terkait dengan
halusinasinya.
2.3.Diskusikan dengan
pasien apa yang
dirasakan dan beri
kesempatan pasien
mengungkapkan
perasaannya.
2.4.Diskusikan dengan
- Pasien dapat
pasien apa yang
mendemonstrasikan
dilakukan untuk
cara mengontrol
menghadapi halusinasi
halusinasi
3.1. Identifikasi cara yang
dilakukan jika terjadi
halusinasi
3.2.Diskusikan
caramengontrol
halusinasi
3.3.Bantu pasien memilih
- Pasien dapat
cara yang sudah
mendemonstrasikan
diajarkan
kepatuhan minum obat 3.4.Beri kesempatan untuk
untuk mencegah
melakukan cara yang
halusinasi
dipilih
3.5.Jika berhasil beri pujian
4.1.Diskusikan dengan
pasien manfaat dan
kerugian tidak minum
obat
4.2.Pantau pasien saat
penggunaan obat
4.3.Beri pujian jika pasien
menggunakan obat
dengan benar
4.4.Diskusikan akibat
berhenti minum obat
1. Dengan adanya
hubungan saling
percaya menjadi dasar
interaksi perawat
dengan pasien
1. Hubungan saling
percaya sebagai dasar
interaksi perawat dan
klien.
2. Diskusikan dengan
pasien penyebab pasien
tidak merawat diri,
manfaat menjaga
perawatan diri, tandatanda perawatan diri
yang baik
3.1.Diskusikan frekuensi
menjaga perawatan diri
selama mandi, gosok
gigi, keramas,
berpakaian, berhias,
gunting kuku
3.2.Diskusikan cara praktek
perawatan diri yang
baik dan benar
3. Mengetahui potensi
pengetahuan klien
tentang kebersihan diri
membantu pasien
untuk mengerti
mengenai kebersihan
- Pasien dapat
menyebutkan :
Penyebab tidak
merawat diri,
Manfaat menjaga
perawatan diri,
Tanda-tanda bersih
dan rapih
- Pasien menyebutkan
frekuensi menjaga
dan pasien dapat
menjelaskan cara
perawatan diri
:Frekuensi gosok gigi,
Frekuensi
berhias/berdandan,
Frekuensi gunting
kuku
2.1.Agar mengetahui
perilaku yang pasien
lakukan
2.2.Agar mengetahui
perilaku yang pasien
lakukan
2.3.Agar mengetahui apa
yang dirasakan pasien
4.1. Meningkatkan
pengetahuan pasien
tentang fungsi obat
4.2. Meningkatkan
pengetahuan pasien
tentang fungsi obat
4.3 Meningkatkan
semangat agar bisa
mempraktekkan apa yang
sudah diajarkan
diri
4. Pasien dapat
melaksanakan
perawatan diri
dengan bantuan
perawat
5. Pasien dapat
melaksanakan
perawatan diri
secara mandiri
DX
1.
JAM, HARI/
TANGGAL
Selasa, 18 Juni 2013
08.00
10.00
kuku
- Pasien
mempraktekkan
perawatan diri
dengan bantuan oleh
perawat :
Gosok gigi,
Berhias/berdandan,
Gunting kuku
- pasien melaksanakan
praktek perawatan
diri secara mandiri :
Gosok gigi bangun
pagi dan sesudah
makan,
Berhias/berdandan
sehabis mandi,
Gunting kuku setelah
mulai panjang
E. Implementasi Keperawatan
IMPLEMENTASI
SP 1
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Fase Orientasi
P : Selamat pagi
PS : Selamat pagi ses
P : Kenalkan nama saya Christiany Porong, bisa di
panggil Titie adalah mahasiswa Keperawatan yang
praktek di RS ini selama 3 hari dan ini adalah hari
peratama saya praktek disini. Nama anda ? dan senang
dipanggil apa ?
PS: Nama saya Nn. R, dipanggil rina
P : Bagaimana perasaan Nn.R saat ini ?
PS : Baik ses
P : Apakah Nn. R ada keluhan ? karena ses disini ingin
membantu Nn. R untuk memberikan solusi dari masalah
Nn. R
PS : iya ses, tadi malam di kamar mandi saya melihat
bayangan laki-laki yang ingin memeluk saya.
P : Oh, bagaimana kalau kita berbinang-bincang sebentar
? Nn. R mau ? Nn. R mau didalam atau diluar ?
PS : didalam ses
P : baiklah, kita akan berbicang-binang tentang
halusinasi penglihatan yang Nn. R alami. Maunya berapa
lama ?
PS : 20 menit ses
Fase Kerja
P : baiklah, Nn. R yang Nn. R lihat itu adalah halusinasi.
Nn. R tau apa itu halusinasi ?
PS : tidak ses
P : Halusinasi itu adalah sesuatu yang Nn. R lihat tapi
tidak nyata. Halusinasi ada 5 macam, pendengaran,
penglihatan, perabaan, penciuman, pengecapan. Yang
Nn. R alami saat ini adalah halusinasi penglihatan. Tapi
ses akan memberikan Nn. R cara untuk mengatasinya
agar sembuh. Nn. R maukan ?
PS : mau ses
P : Ada 4 cara untuk mengatasinya dan ses akan
mengajarkan cara yang pertama yaitu dengan
menghardik. Kalau Nn. R melihat bayangan itu lagi, Nn.
R harus mengatakan Pergi, kamu tidak nyata sambil
menutup mata. Apa Nn. R sudah mengerti ?
PS : iya, saya mengerti ses
P : kalau begitu coba ulangi yang saya katakan tadi
sambil mempragakannya
PS : pergi, kamu tidak nyata (sambil menutup mata)
P : Bagus, sekarang Nn. R sudah mengerti cara
menghardik jika bayangan-bayangan itu datang lagi.
Bagaimana perasaan Nn. R sekarang setelah mengetahui
bagaimana cara menghardik halusinasi?
PS : saya senang ses
P : kalau begitu Nn. R bisa mempraktekkannya dalam
jadwal kegiatan Nn. R yang akan di buat oleh perawat
PS : Iya ses
Fase Terminasi
P : Sepertinya waktu kita sudah habis yah, nanti kita
lanjutkan sebentar dan ses akan mengajarkan Nn. R cara
yang kedua. Nn. R bisa jam 10 sebentar ?
PS : iya ses
P : maunya dimana diluar atau di dalam sini ?
PS : disini saja ses
P : baiklah kalau begitu kita ketemuan ditempat ini pada
jam 10 yah. Sampai ketemu sebentar
SP 2
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
diri
4. Mendorong motivasi
pasien dalam merawat
dirinya
5. Mengetahui tindakan
yang dilakukan dalam
merawat dirinya.
EVALUASI
08.20
S
:
Pasien
mengatakan
mengerti cara menghardik
halusinasi
O : Pasien sudah melakukan
apa yang diajarkan
A : halusinasi mulai teratasi
P : latihan menghardik
halusinasi 2x sehari
10.30
S
:
Pasien
Mengatakan
Mengerti
Cara
BercakapCakap Dengan Orang Lain
Intervensi
08.30
S : Pasien Mengatakan Dapat
Melakukan
Aktifitas
Terjadwal Sesuai Kegiatan
O : Pasien Sepakat Dengan
Rencana Kegiatan, Pasien
Kooperatif, Pasien Tenang
A : Sp3
Dilakukan
Mandiri
Sudah
Pasien
P : Lanjutkan
Selanjutnya
Mampu
Secara
Intervensi
08.20
S
:
Pasien
Mengatakan
Mengerti
Tentang
Penggunaan Obat
O : Pasien Dapat Minum Obat
Secara
Teratur,
Pasien
2.
Rabu, 19 Juni 2013
14.00
Secara
Teratur,
Tampak Tenang
Pasien
14.20
S : Pasien masih mengatakan
merasa lemah
SP1
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Fase Orientasi
P : Selamat Pagi. Kenalkan nama saya Christiany
Porong mahasiswa Poltekkes Jurusan Keperawatan
yang praktek di RS ini selama 3 hari mulai dari hari
ini sampai tanggal 20 Juni 2013. Nama Nona siapa ?
Senang dipanggil sapa ?
PS : Pagi, suster. Nama saya Rina nama panggilan Rina.
P : Bagaimana perasaan R saat ini ? R sudah mandi
dan gosok gigi ?
PS : sudah mandi jam 5 dan belum sikat gigi, tidak ada
sikat gigi
P : baiklah bagaimana kalau kita berbincang-bincang
tentang kebersihan diri tujuannya untuk R dapat
mengetahui jenis-jenis kebersihan diri, sehingga
tidak terserang penyakit. Pertama yaitu mandi.
Sebelum diajarkan Berapa lama kita berbicara ? 20
menit ya ? Mau dimana ? disini aja ya di ruang
tengah. Setuju ?
PS : setuju Suster.
Fase Kerja
P : Berapa kali R mandi dalam sehari? Menurut R apa
kegunaannya mandi ? Menurut R apa manfaatnya
kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira
tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan
baik seperti apa ya ?
PS : 1 hari sekali, kadang tidak gosok gigi, alasannya
tidak ada sikat gigi, agar gigi bersih mulut bau.
P : Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri
terutama gigi masalah apa menurut R yang bisa
muncul ?
PS : gigi ompong.
P :Betul sekali, jadi, suster disini akan mengajarkan cara
gosok gigi yang benar sesuai janji kita 20 menit.
08.50
S : Pasien megatakan
bajunya masih belum rapih,
Pasien mengatakan kukunya
sudah bersih
O : Baju masih belum rapih,
Gigi kotor, Kuku pendek
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
keperawatan
Beranda
66