Anda di halaman 1dari 17

BAB III

PENGOLAHAN DATA
3.1. Karakteristik Input Data
3.1.1. Data Karakteristik Fisik Waduk
Dari data yang ada diperoleh hasil sebagai berikut :
a. El. puncak pelimpah (crest spillway)

= + 226,50 m

b. El. Minimum Operasi (MOL)

= + 211,50 m

c. El. dasar sungai (river bed)

= + 200,00 m

d. H operasi efektif

= 0,0524 m

e. Komposisi material endapan sedimen (%)


Sand

= 26,1

Silt

= 4,3

Clay

= 43,8

f. Spesific gravity (kg/m3)


Sand

= 1529

Silt

= 1311

Clay

= 1106

g. Persamaan luas genangan (km2)


Dengan data :
C = 0,12
D = 1,003
Maka persamaan luas genangan diperoleh :
A = C.HD
A = 0,12.H1,003
3.1.2. Data Debit Sungai
Data debit sungai yang dipakai mulai tahun 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 1998,
1999, 2000, 2001, dan 2002. Data debit sungai terlampir
3.1.3. Data Karakteristik Sungai dan Butiran Sedimen
Dari data yang ada diperoleh :
1.

Data Karakteristik Sungai :


Lebar sungai

= 40,00 m

Slope dasar sungai

= 0,00049

2.

3.

4.

Data Gradasi Butiran :


D35

= 0,0048 dm

D50

= 0,0060 dm

D60

= 0,0098 dm

D90

= 0,0168 dm

Komposisi material endapan sedimen (%)


Sand

= 29,9

Silt

= 8,1

Clay

= 47,6

Spesific gravity (kg/m3)


Sand

= 1681

Silt

= 1425

Clay

= 1220

3.1.4. Data Sedimen Muatan Layang (Suspended Load)


Data sedimen muatan layang terlampir
3.1.5. Data Penunjang Lainnya
Data penunjang lainnya terlampir
3.2. Debit Inflow
3.2.1. Pembangkitan Data Debit Inflow
Langkah-langkah perhitungan untuk pembangkitan data debit inflow adalah
sebagai berikut:

Dari sepuluh data debit bulanan yang diketahui, dihitung reratanya, standar deviasi,
koefisien korelasi dan koefisien regresi.

Menyusun bilangan random dalam distribusi normal yang didapatkan dari fungsi
analisa data pada program spread sheet.

Menghitung pembangkitan data dari 10 data menjadi 30 data dengan metode


Thomas Fiering dengan rumus sebagai berikut:
q i,b X b

rb .Sdb
2
q i,b1 X b1 ti,b .Sdb . 1 rb
Sdb1

X b b j q i,b 1 X b 1 t i,b .Sd b . 1 rb

Contoh perhitungan pada bulan Pebruari tahun ke sebelas q


bulan Januari):

i,b

(dibangkitkan dari data

Xb (rerata data Februari)

= 6,4565

Sd b (simpangan baku data Februari)

= 1,8039

Bj (koefisien regresi Februari)

= 0,3708

q i,b-1 (data Januari tahun ke sepuluh)

= 7,3277

X b-1 (rerata data Januari)

= 5,9102

r b (koefisien korelasi Februari)

= 0,3209

t i,b (bilangan random normal)

= -0.877392235450679

Maka hasil pembangkitan debit bulan Pebruari tahun ke sebelas adalah:


q i,b = 6,4565 + {0,3209 (7,32775,9102)} + {(-0.877392235450679 x 1,8039 x (1(0,3209)2)0.5}
= 7,6744 m3/dt
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel perhitungan.
3.2.2. Uji Homogenitas Data
Uji hipotesa yang dipakai adalah uji analisis variansi dengan uji F(Fisher Test)
dan uji T.
Uji F
Uji F (Fisher test) dua arah dimana hipotesanya adalah sebagai berikut:
Hipotesa 1

: H0 = debit homogen dari bulan ke bulan


H1 = debit tidak homogen dari bulan ke bulan

Hipotesa 2

: H0 = debit homogen dari tahun ke tahun


H1 = debit tidak homogen dari tahun ke tahun

Ada dua nilai F yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:

n 1 n xi x
k

F1

i 1

x
k

i 1 j 1

ij

xi x j x

k 1 k x j x
n

F2

j 1

x
k

i 1 j 1

ij

xi x j x

Dengan :
Xi

= harga rata-rata untuk bulan i

Xj

= harga rata-rata untuk tahun j

= harga rata-rata untuk keseluruhan

Xij

= pengamatan untuk bulan i pada tahun j

= banyaknya pengamatan perbulan

= banyaknya bulan

Maka dari hasil analisa variansi, didapatkan:


F1

= 26,7494

F2

= 0,6440

Harga F tabel untuk = 1% adalah:


F1 tabel

= 2,276, maka F1 tabel < F1 hitung

F2 tabel

= 1,718, maka F2 tabel >F2 hitung

Maka kesimpulan dari hasil perhitungan uji F adalah:


Hipotesa 1 ditolak H1 yang berarti debit homogen dari bulan ke bulan
Hipotesa 2 ditolak H1 yang berarti debit homogen dari tahun ke tahun
Syarat dalam pembangkitan data adalah hasil pembangkitan tetap homogen dari
tahun ke tahun, berarti dari hasil uji F, pembangkitan data memenuhi syarat dan bisa
digunakan.
Uji T
Uji T termasuk jenis uji untuk sampel kecil, sampel kecil adalah dimana ukuran
sampel n < 30. Untuk mengetahui apakah sampel x1dan x2 berasal dari populasi yang
sama, maka dihitung t score dengan rumus :

x2

1
1

N1 N 2

N1 1.S12 N 2 1.S 2 2

N1 N 2 2

Dengan :
x1

= rerata dari sampel x1

x2

= rerata dari sampel x2

S1

= simpangan baku dari sampel x1

S2

= simpangan baku dari sampel x2

N1

= ukuran dari sampel x1

N2

= ukuran dari sampel x2

Hipotesa:

H0

: sampel x1 dan x2 berasal dari populasi yang sama

H1

: sampel x1 dan x2 tidak berasal dari populasi yang sama

Harga t tabel dicari pada tabel distribusi students,


untuk derajat bebas v = N1 + N2 2
= 10 + 20 2
= 28
dan = 5%, maka t tabel = 1,700
Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima
Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak
Hasil analisa bisa dilihat pada tabel.
3.2.3. Kurva Durasi Aliran
Kurva durasi aliran adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara
pengaliran dengan waktu (peluang). Langkah-langkah pembuatan kurva durasi aliran
adalah sebagai berikut:

Data hasil perpanjangan debit selama 30 tahun untuk masing-masing bulan diratarata.

Dari hasil rata-rata tiap bulan diurutkan mulai dari yang besar ke yang kecil, setelah
itu diranking.

Peluang masing-masing debit diperoleh dengan menggunakan rumus:


P %

m
100
n 1

Dimana :
m = ranking data
n = banyaknya data
Contoh perhitungan :
Debit pada ranking pertama = 1,884
P = {1/(12+1)} x 100%

= 7,692 %

Untuk peluang selanjutnya dapat dilihat pada tabel kurva durasi aliran. Dari hasil
tersebut kemudian digambar pada kurva durasi aliran dengan skala log pada sumbu y
dan skala biasa pada sumbu x.
3.3. Lengkung Debit (Rating Curve)

Rating Curve dibuat berdasarkan data yang didapat dari hasil pencatatan di
masing-masing sub basin. Perhitungan untuk mendapatkan rating curve atau liku
kalibrasi atau liku debit dapat dilihat pada tabel.
Perhitungan ini dilakukan dengan mengansumsi kedalaman air sungai dalam hal
ini diambil sampai kedalaman 4 m saja. Kemudian hitung dimensi sungai tersebut
dengan mengasumsi bentuk sungai adalah trapesium beraturan dengan z = 1. Kemudian
menghitung kecepatan dengan menggunakan Metode Manning dengan menggunakan
kekasaran Manning sebesar 0,025. setelah dimensi dan kecepatan dapat diketahui maka
dilanjutkan dengan menghitung debit aliran (Qw).
Lengkung debit merupakan grafik hubungan antara kedalaman aliran (H) sebagai
ordinat dan debit (Qw) sebagai absis.
3.4. Perhitungan Angkutan Sedimen
3.4.1. Angkutan Sedimen Muatan Layang (Suspended Load)
Perhitungan muatan layang (suspended load) metode USBR
Dari hasil perhitungan Qw dapat diperoleh harga Qs, selanjutnya dapat dibuat
persamaan pendekatan. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh persamaan Qs
teoritis (suspended load) sebagai berikut:
Qs = 0,053*Qw^2,44
Dari hasil Qs data dan Qs teoritis dapat digambarkan dalam satu grafik
hubungan antara Qs (suspended load) dan Qw.
Perhitungan muatan layang (suspended load) metode Van Rijn
Secara sederhana rumus Van Rijn dirumuskan sebagai berikut (Pilarczyk,
1995:95):

Ss
U Uc
0,012.

U.h
g.D50. s 1

2,4

D50
0,6

D *
h

dengan kecepatan aliran rata-rata kritis (Uc) dihitung dengan rumus:

D50
Uc 0,19.
Uc 8,5. D50

12.Rb

Log
3.D
90

0,1

12.Rb

Log
3.D90

0,6

Untuk parameter partikel karakteristik (D*)


g
D* D50 s
.

1/ 3

0,1 D50 0,5 mm


0,5 D50 2,0 mm

Dengan :
U

= kecepatan aliran

= slope dasar saluran

= densitas sediment dalam (kg/m3)

= densitas air

= viskositas

Contoh perhitungan:
Data-data yang diketahui:
Lebar sungai = 40,0 m
H

= 1,0 m

= 1213,19 kg/m3

= 1000 kg/m3

= 9.81 m/dt2

= 10-6 m2/dt (temperatur air pada 20oC)

D50

= 0,0062 dm

= s / = 1213,19 /1000 = 1,213

= 45

= 0,00051

Adapun langkah-langkah perhitungan yang harus dilakukan sebagai berikut :

= (B + zH)H
= (40,5 + 1*1)*1 = 41,5 m2

= B + 2H*(z2 + 1)0,5
= 40,5 + 2*1(1+1)0.5 = 43,3284 m

= A/P = 41,5 / 43,3284 = 0,9578 m

= k*R2/3*I0,5
= 45*0,95782/3*0,000510.5 = 0,9874 m/dt

Qw = A/U
= 41,5 / 0,9874 = 40,9791 m3/dt

Uc = 0,19*(D50)0,1*log{12*R)/(3*D90)}
= 0,19*(0,0062)0,1*log{(12*0,9578)/(3*0,017)}
= 0,2689 m/dt

Qs = 0,012*{(VU c/9,81*D50*(s 1)}2,5*(D50/H)1,2*V*H


= 0,0028656 m3 /dt/m2

Maka berdasarkan rumusan di atas diperoleh Qs (suspended load) = 12165,0125


ton/hari. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh persamaan Qs teoritis (suspended load)
sebagai berikut:
68,84 Qw1,417
Dari hasil Qw data dan Qs teoritis dapat digambarkan dalam satu grafik hubungan
antara Qs (suspended load) dan Qw.

Perhitungan muatan layang (suspended load) metode Einstein

Contoh perhitungan :
Data-data yang diketahui :
Lebar sungai = 40,5 m
H

=1m

D90

= 0,0170 mm

D50

= 0,0062 mm

= 0,00051

= 45

Talud

= 1:1

Maka:
A

= (B + zH)H
= (40,5 + 1*1)*1 = 41,5 m2

= B + 2H*(z2 + 1)0,5
= 40,5 + 2*1(1+1)0.5 = 43,3284 m

= A/P = 41,5 / 43,3284 = 0,9578 m

= k*R2/3*I0,5
= 45*0,95782/3*0,000510.5 = 0,9874 m/dt

Qw = A/U
= 41,5 / 0,9874 = 40,9791 m3/dt
U* = (9,81*R*I)^1/2
= (9,81*0,9578*0,00051)^ 1/2
= 0,0692 m/dt
Qs = 11,6*U**0,981*a*(ps *I1+ I2)
= 1,9504 N /dt.m
d* = 0,0002
Dari hasil perhitungan dapat diperoleh persamaan Qs teoritis (Suspended
Load) sebagai berikut:

Qb = 28,41.Qw0,899
Dari hasil Qw data dan Qs teoritis dapat digambarkan dalam satu grafik
hubungan antara Qs (suspended load) dan Qw.

3.4.2. Angkutan Sedimen Muatan Dasar (Bed Load)


Perhitungan muatan dasar (bed load) metode MPM (Meyer-Peter dan Muller)
Metode ini menghasilkan hubungan empiris antara dan sebagai berikut:
= (4. - 0.188)3/2
S = (g..Dm3)0,5
Dengan:
.R.I
.Dm

C'

3/ 2

12.R

D90

C 18 Log
C'

U
R.I

Dengan :

= intensitas angkutan sedimen

= intensitas pengaliran

= ripple factor

= friction factor intensive (m0,5/dt)

= friction factor angkutan (m0,5/dt)

= slope dasar

= jari-jari hidrolis (m)

Dm

= diameter efektif = D50 D60

= volume angkutan sedimen (m3/dt/m)

Contoh perhitungan:
Diketahui:
Lebar sungai

= 40,5 m

=1m

D90

= 0,0170 mm

D50

= 0,0062 mm

= 0,00051

= 45

Talud

= 1:1

Maka:
A

= (B + zH)H
= (40,5 + 1*1)*1 = 41,5 m2

= B + 2H*(z2 + 1)0,5
= 40,5 + 2*1(1+1)0.5 = 43,3284 m

= A/P = 41,5 / 43,3284 = 0,9578 m

= k*R2/3*I0,5
= 45*0,95782/3*0,000510.5 = 0,9874 m/dt

Qw

= A/U
= 41,5 / 0,9874 = 40,9791 m3/dt

= 18 log(12R/D90)
= 50,9401 m0,5/dt

= U/IR0,5
= 44,6778 m0,5/dt
C

C'

3/ 2

= (4. - 0.188)3/2 = 1,0396

Qb

= x (g x D x (d50)3)0.5
= 1,0396 x ((9,81x0,21319x0,00623))0,5= 0,0007 m3/dt/m

.R.I
.Dm

= 0,8214
= 0,3036

= 5192,8639 ton/hari
Perhitungan selanjutnya ditabelkan.
Dari hasil perhitungan dapat diperoleh persamaan Qb teoritis (bed load) sebagai
berikut:
165,0 Qw0,939

Dari hasil Qw data dan Qb (bed load) teoritis dapat digambarkan dalam satu grafik
hubungan antara Qb (bed load) dan Qw.
Perhitungan muatan dasar (bed load) metode Einstein
Pada perhitungan muatan dasar dengan metode Einstein, rumus yang digunakan
hampir sama dengan pada metode MPM. Perbedaan pokoknya terletak pada
penentuan konstanta berikut ini:
= 0,044638 + 0,63249 0,226795 2 + 0,036 3
Untuk perhitungan ini data-data yang digunakan sama dengan data pada
perhitungan muatan dasar dengan metode sebelumnya.
Contoh perhitungan:
Dengan data-data yang telah ada diperoleh:

= 0,30355

= 0,044638 + 0,63249 0,226795 2 + 0,036 3


= 0,21674

= k*R2/3*I0,5
= 45*0,95782/3*0,000510.5 = 0,9874 m3/dt

Qb
= x (g x D x (d50)3)0.5
= 0,21674 ((9,81x0,21319x0,00623))0,5= 0,0001530 m3/dt/m
= 1082,66288 ton/hari
Maka Qb (bed load) = 1082,66288 ton/hari
Dari hasil perhitungan dapat diperoleh persamaan Qb (bed load) sebagai berikut:
264,0Qw0,385
Dari hasil Qw data dan Qb (bed load) teoritis dapat digambarkan satu grafik
hubungan antara Qw dan Qb (bed load).
Perhitungan muatan dasar (bed load) metode Frijlik
D35

= 0,0050

= 0,30355

= 0,044638 + 0,63249 0,226795 2 + 0,036 3


= 0,21674

= k*R2/3*I0,5
= 45*0,957802/3*0,000510.5 = 0,98745 m3/dt

Qb

= x (g x D x (d35)3)0.5
= 0,21674 ((9,81x0,21319x0,00503))0,5= 0,0001108 m3/dt/m
= 784,08062 ton/hari

Maka Qb (bed load) = 784,08062 ton/hari

3.4.3. Angkutan Total (Total Load)


1. Metode Einstein
Metode ini didasarkan pada perhitungan Einstein sebelumnya baik itu angkutan
melayang maupun angkutan dasar. Perhitungan ini menggunakan persamaan yang
diperoleh dari perhitungan tersebut yang disebut sebagai nilai teoritis. Perhitungannya
adalah sebagai berikut :
a. Dari kurva durasi aliran, sebagai contoh diambil contoh Qw = 1,88431 m 3/dt
dengan peluang 7,692% dan jumlah hari dihitung berdasarkan peluang 7,692%
dari jumlah hari dalam setahun yaitu 28,0769 hari.
b. Setelah selesai menghitung Q sedimen total untuk setiap debit selama 12 kali
diperoleh jumlah keseluruhan sebesar 1248644,741 ton.
Dengan mengetahui komposisi sedimen diperoleh Q sedimen total rerata tahunan
781775,4295 m3.
2. Metode Engelund dan Hansen
Metode ini menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Qt ( .g .d 50 )1 / 2
3

0,1. 2,5
f

2.g
f
2
2
0,5. w .U
c

R.I
.d 50

Contoh perhitungan pada H = 1 m menghasilkan hasil sebagai berikut :


U = k*R2/3*I0,5
= 45*0,957802/3*0,000510.5 = 0,98745 m3/dt
C = U/IR0,5

= 44,67779 m0,5/dt
R.I
= 0,36956 m/dt-1,5
.d 50

=
f=

2. g
2 = 0,00983
2
0,5. w .U
c

0,1. 2,5
= 0,84470 m/dt-1,5
f

Qt = 8824,47987 ton/hari
3.5. Kapasitas Tampungan Waduk
Untuk menghitung kapasitas waduk diperlukan persamaan genangan waduk
dalam hal ini persamaannya adalah sebagai berikut:
A = 0,12 x H1,003
dengan:
A = luas genangan (km2)
H = tinggi air (m)
Selanjutnya menghitung luas rerata tiap-tiap ketinggian elevasi dikaitkan dengan
selisih tinggi antara elevasi luasan pertama dengan elevasi luasan kedua.
Contoh perhitungan:
Volume antara elevasi

Pada elevasi 200; H = 0


Persamaan luas genangan A1 = 0,12 x (0)1,003
Maka A1 = 0 km2

Pada elevasi 200,5; H = 0,5


Persamaan luas genangan A2 = 0.12 x (0,5)1,029
Maka A2 = 0,060 km2

Luas rerata (A1+A2)/2 = (0+0,060)/2 = 0,030 km2

Beda tinggi = 200 200,5 = 0,5 m

Volume antara elevasi 200 dan 200,5 adalah (0,030 km2 x 0,5 m) x 10-6 = 14968,841
m3

Untuk elevasi selanjutnya dihitung pada tabel dan volume antar elevasi dikomulatifkan
sampai dengan elevasi crest spillway (226,50) sehingga diperoleh volumen komulatif
waduk, yaitu sebesar 42487611,445 m3.

3.6. Klasifikasi Jenis Waduk


Analisa klasifikasi tipe atau jenis waduk pada tugas kali ini menggunakan tiga
metode, yaitu metode satuan metrik, metode prosentase, dan metode satuan Inggris.
Cara dan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel Perhitungan Klasifikasi
Tipe Waduk untuk masing-masing metode. Untuk mendapatkan persamaan, maka
digambar grafik hubungan antara volume waduk sebagai absis dan kedalaman sebagai
ordinat.
Perhitungan yang dipakai untuk menentukan jenis waduk adalah perhitungan
metode matrik. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai kemiringan garis yang
didapatkan yaitu sebesar n atau b = 0,499
Dan untuk mendapatkan nilai m = 1/n
m = 1/0,499 = 2,0040
Sehingga waduk dapat dikategorikan dalam Waduk Tipe III.
3.7. Distribusi Endapan Sedimen dan Usia Guna Waduk
3.7.1. Usia Guna Waduk
Untuk menghitungan usia guna waduk, diperlukan data-data sebagai berikut:

El. puncak pelimpah (crest spillway)

= + 226,50 m

El. Minimum Operasi (MOL)

= + 211,50 m

El. dasar sungai (river bed)

= + 200,00 m

H operasi efektif

= 0,0524 m

Inflow debit sungai tahunan

= 190,481 juta m3

Inflow debit sedimen tahunan

= 0,78178 juta m3

Dalam hal ini usia guna waduk ditinjau dari penuhnya dead storage oleh sedimen ,
adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan inflow tahunan (I) dalam hal ini adalah 190,481 juta m3.
2. Menentukan inflow sedimen tahunan dalam hal ini adalah 0,78178 juta m3
3. Menghitung harga V/I . Contoh perhitungan baris kedua :

Pada elevasi ini volume waduk (V) = 42,4876 juta m3.

V/I = 42,4876 /190,481 juta m3 = 0,2231

Dengan harga V/I = 0,2231 dari grafik Brune diperoleh efisiensi = 93,6333 %

Efisiensi baris pertama = 90,8690 %

Efisensi rerata = (efisiensi baris pertama + efisiensi baris kedua)/2

= (93,6333 + 90,8690)/2
= 92,2511 %
4. Dengan efisiensi rerata sebesar 92,2511 %, Sedimen yang mengendap adalah inflow
sedimen tahunan dikalikan dengan efisiensi rerata dan dikalikan specific grafity
maka jumlah sedimen yang mengendap = 0,78178 juta m3 x 92,2511 % x 1,529 =
1,1027 juta ton.
5. Waktu pengendapan dari berbagai elevasi dikomulatifkan untuk mendapatkan usia
waduk. Dari perhitungan didapatkan usia guna waduk = 41,388 tahun atau sekitar
41 tahun.
3.7.2. Akumulasi Sedimen
Data-data yang dipakai adalah data-data pada saat perhitungan dengan
menggunakan metode Churchill:
Inflow debit sungai tahunan rata-rata

= 190,481 juta m3.

Rata-rata inflow sedimen yang mengendap tahunan

= 0,78178 juta m3

Kapasitas tampungan mula-mula waduk

= 42,4876 juta m3

Panjang waduk

= 51960,784 m

Perhitungan akumulasi sedimen dilakukan dengan menggunakan metode


Curchill dan Brune. Cara dan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel Perhitungan
Akumulasi Sedimen.
3.7.3. Analisa Distribusi Sedimen di Waduk
Metode yang dipakai dalam menghitung penyebaran distribusi sedimen di
waduk adalah Area Reduction Method. Dalam menghitung distribusi dengan metode ini
maka kita harus mengetahui klasifikasi waduk tersebut.
Dari perhitungan klasifikasi waduk diperoleh bahwa tipe waduk adalah tipe III,
maka dalam perhitungan luas relatif dipakai persamaan sebagai berikut:
Ap = C x Pm x (1-P)n
dimana:
Ap = luas relatif
P = kedalaman relatif
C, m, dan n adalah konstanta karakteristik yang ditentukan berdasarkan tipe
waduk seperti di bawah ini
Contoh distribusi penyebaran sedimen di waduk dalam jangka waktu 14 tahun dengan
metode Brune. Adapun langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut:

1.

Menentukan elevasi, luas permukaan waduk dan volume waduk untuk setiap
elevasi mulai dari 200,00 sampai dengan 226,50.

2.

Menghitung kedalaman relatif pada kolom dengan membagi kedalaman tinjauan


dengan kedalaman waduk normal.

3.

Menghitung luas relatif dengan persamaan yang sesuai dengan tipe waduk, dalam
hal ini karena waduk yang dianalisa termasuk waduk tipe III maka persamaan yang
digunakan adalah
Ap = 16,967 x p-1,15 x (1-p)2,32
untuk elevasi P = 1, maka Ap = 0.

4.

Mencoba nilai K1 sebagai cobaan pertama, K1 diambil dari hasil bagi luas
permukaan pada elevasi 0 yang baru dengan luas permukaan waduk relatif pada
elevasi tersebut, untuk nilai K1 = 0,0697

5.

Luas permukaan sedimen diperoleh dengan mengalikan nilai luas relatif dengan
nilai K1.

6.

Menghitung nilai volume sedimen dengan merata-ratakan luas sedimen dan


kemudian dikalikan dengan beda tinggi kedua elevasi yang ditinjau.

7.

Menghitung kumulatif volume sedimen, bila jumlah total kumulatif sedimen yang
terjadi ternyata tidak sama dengan jumlah sedimen yang terjerat dalam waduk
selama umur waduk yang ditinjau, maka dicoba lagi nilai K dimana K2 = K1 x
(S/S1), dan kemudian perhitungan diulang.

8.

Dari perhitungan waduk selama 19 tahun untuk beberapa kali coba-coba K


diperoleh nilai K = 0,0697 dengan sedimen yang terjerat = 0,6567 juta m3.
Sedangkan dari perhitungan komulatif volume sedimen diperoleh 9,0597 juta m3.

9.

Menghitung luas permukaan yang merupakan selisih antara luas permukaan


waduk dengan luas permukaan sedimen.

10.

Menghitung kapasitas waduk dengan mengurangi nilai kapasitas waduk dengan


nilai komulatif volume sedimen

11.

Untuk perhitungan distribusi sebaran sedimen waduk dalam usia guna yang lain
pada tabel perhitungan.

Perhitungan dengan menggunakan Metode Brune pada prinsipnya sama dengan


perhitungan dengan menggunakan Metode Churchill. Pada akhir perhitungan dibuat
grafik yang menggambarkan hubungan antara kapasitas waduk dan luas permukaan
waduk pada masing-masing elevasi.

Anda mungkin juga menyukai