PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Cabai Capsicum sp merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak
dibudidayakan di Indonesia. Hasil dari tanaman ini banyak diminati oleh masyarakat
sebagai campuran bahan makanan atau sebagai bumbu dapur. Kandungan minyak atsiri
pada cabai yang menyebabkan terasa pedas saat dikonsumsi. Dahulu cabai
dibudidayakan sebagai rempah-rempah penghangat badan, tapi sekarang tidak sebatas
itu saja karena cabai sudah menjadi komoditas yang bernilai ekonomis tinggi Cabai
yang dibudidayakan secara luas di Indonesia juga termasuk kedua spesies ini. Cabai
besar dan cabai keriting, misalnya, termasuk spesies C. annuum sedangkan cabai rawit
termasuk C. frutescens.
Tanaman cabai memiliki risiko gagal panen yang tinggi. Terutama tanaman ini
sangat rentan terserang hama dan penyakit. Hal ini dapat merugikan petani secara
ekonomi. Oleh karena itu upaya pengendalian hama ini sebagai hama utama tanaman
cabai perlu dilakukan untuk mencegah dan menekan kerugian secara ekonomi.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Apa tanaman cabai itu?
1.2.2 Apa saja hama yang menyerang tanaman cabai?
1.2.3 Bagaimana cara mengendalikan hama tanaman cabai?
1.3
Tujuan
1.3.1 Mengetahui hama yang menyerang tanaman cabai
1.3.2 Mengetahui gejala serangan hama pada tanaman cabai
1.3.2 Mengetahui cara pengendalian hama pada tanaman cabai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tanaman Cabai
2.1.1 Sejarah Tanaman Cabai
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang
memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya
daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia
termasuk Negara Indonesia. Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan
bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di
Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis
saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika. Secara umum cabe
memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein,
Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Klasifikasi
tanaman cabai :
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Kelas
Ordo
: Solanales
Famili
Genus
: Capsicum
Spesies
: Capsicum annum L.
20-30 hari).
Perawatan tanaman adalah salah satu hal yang sangat penting dalam
teknik budidaya cabe. Perawatan meliputi penyiraman, pemupukan, dan
2.2
Bioekologi/Morfologi
Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau keperakan, dan sayap
belakang berwarna keputihan dengan bercak hitam. Kemampuan terbang ngengat
pada malam hari mencapai 5 km. Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian
dasar melekat pada daun (kadangkadang tersusun dua lapis), berwarna coklat
kekuningan, diletakkan berkelompok masing-masing 25500 butir. Telur
diletakkan pada bagian daun atau bagian tanaman lainnya, baik pada tanaman
inang maupun bukan inang. Bentuk telur bervariasi. Kelompok telur tertutup bulu
seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung ngengat betina,
berwarna kuning kecoklatan.
Larva mempunyai warna yang bervariasi, memiliki kalung (bulan sabit)
berwarna hitam pada segmen abdomen keempat dan kesepuluh . Pada sisi lateral
dorsal terdapat garis kuning.Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian
sisi coklat tua atau hitam kecoklatan, dan hidup berkelompok. Beberapa hari
setelah menetas (bergantung ketersediaan makanan), larva menyebar dengan
menggunakan benang sutera dari mulutnya. Pada siang hari, larva bersembunyi di
dalam tanah atau tempat yang lembap dan menyerang tanaman pada malam hari
atau pada intensitas cahaya matahari yang rendah. Biasanya ulat berpindah ke
tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar
Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanah Agrothis ipsilon, namun
terdapat perbedaan yang cukup mencolok, yaitu pada ulat grayak terdapat tanda
bulan sabit berwarna hijau gelap dengan garis punggung gelap memanjang.
Daerah Sebaran
Hama ini dijumpai di 22 propinsi dengan rerata luas serangan 11.163 ha/tahun.
Daerah serangan utamanya adalah Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa
Tenggara Barat, dan Sulawesi Utara
Daur Hidup
Ulat grayak berkembang secara metamorfosis sempurna. Perkembangan S.
litura terdiri dari empat stadia yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Hama ini bersifat
polifag atau mempunyai kisaran inang yang cukup luas. Pada umur 2 minggu,
panjang ulat sekitar 5 cm. Ulat berkepompong di dalam tanah, membentuk pupa
tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar
1,60 cm. Siklus hidup berkisar antara 3060 hari (lama stadium telur 24 hari).
Stadium larva terdiri atas 5 instar yang berlangsung selama 2046 hari. Lama
stadium pupa 8 11 hari. Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2.0003.000
telur.
Tanaman Inang
Tanaman inang utama dari ulat grayak yaitu bawang merah. Sedangkan
tanaman inang lain dari ulat grayak adalah cabai, kubis, padi, jagung, tomat, tebu,
juga
menyerang
berbagai
gulma,
Gejala serangan
Awal musim kemarau kelembaban udara 70% dan suhu rata-rata 18-23 derajat
Celcius memicu telur menetas. Iklim itu juga memicu perkembangbiakan
ngengat. Larva yang masih muda merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa
epidermis bagian atas (transparan) dan tulang daun. Larva instar lanjut merusak
tulang daun dan kadang-kadang menyerang polong. Biasanya larva berada di
permukaan bawah daun dan menyerang secara serentak dan berkelompok.
Serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis
dimakan ulat.
Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau, dan
menyebabkan defoliasi daun yang sangat berat. serangan ulat yang masih kecil
mengakibatkan bagian daun yang tersisa tinggal epidermis bagian atas dan tulang
daunnya saja. Ulat yang besar memakan tulang daun. Serangan berat dapat
mengakibatkan tanaman menjadi gundul.
Siklus Hidup
Perkembangannya bersifat metamorfosis sempurna, terdiri atas stadia telur,
ulat, kepompong, dan ngengat. Ngengat mulai meletakkan telur pada pertanaman
kedelai umur 3 minggu setelah tanam. Setelah telur menetas, ulat tinggal sementara
di tempat telur diletakkan. Beberapa hari kemudian, ulat berpencaran. Stadium ulat
terdiri atas enam instar yang berlangsung 14 hari. Ulat tua bersembunyi di tanah
pada siang hari dan giat menyerang tanaman pada malam hari. Ulat berkepompong
di dalam tanah. Stadium kepompong dan ngengat masing-masing 8 dan 9 hari.
Ngengat meletakkan telur secara berkelompok yang ditutupi bulu-bulu halus
berwarna coklat-kemerahan. Produksi telur rata-rata 1.413 butir/ekor. Stadium telur
berlangsung 3 hari. Daur hidup ulat grayak dari telur ke telur berlangsung 28 hari,
sedangkan panjang hidup dari telur hingga ngengat mati berlangsung 36 hari.
Ekologi/Daerah Sebaran
Ulat grayak tersebar luas di Asia, Pasifik, dan Australia. Di Indonesia, hama
ini terutama menyebar di Aceh, Jambi, Sumatera Selatan.
Pengendalian
a.
pengendalian
ini
merupakan
usaha
memanipulasi
b. Pengendalian hayati.
Pengendalian hayati dengan musuh alami dimaksudkan untuk
mempertahankan populasi hama di bawah tingkat yang merugikan tanaman.
stali,
virus
patogen Borelinavirus
litura,
bakteri
kimia
merupakan
pilihan
terakhir
dalam
usaha
2.2.2
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Hemiptera
Famili
: Aphididae
Genus
: Aphids
Spesies
: Aphids sp
Bioekologi/mofologi
Kutu daun (Aphis sp) adalah salah satu hamabagi beberapa
komoditas tanaman hortikultura. Kutu daun dapat menginang pada
beberapa tanaman komoditas tersebut seperti kentang, apel, jeruk, bawang
merah, apel, cabai tomat, hingga kapas. Kutu yang panjang tubuhnya
antara 1 sd 2 mm ini, memiliki warna tubuh yang bervariasi tergantung
pada spesies dan lingkungan hidupnya. Warna tersebut antara lain kuning,
kuning kemerah-merahan, hijau, hijau gelap, hijau kekuning-kuningan,
dan hitam suram. Kutu daun ada yang memiliki sayap dan ada pula yang
hidup tanpa sayap.
Ekologi
Hama ini terdapat di Indonesia, China, dan negara-negara penghasil
jeruk, dan diseluruh daerah beriklim tropis
Gejala Serangan
Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan
cara menghisap cairan tanaman sehingga helaian daun menggulung.
Koloni kutu ini berwarna hitam, coklat
atau
hijau
kekuningan
helaian daun.
Pada
tanaman
cabai,
serangan
kutu
daun
Siklus Hidup
Kutu daun dimulai dari telur yang menetas pada umur 3 sd 4
hari setelah diletakan. Telur menetas menjadi larva dan hidup selama 14 sd
18 hari dan berubah menjadi imago. Imago kutu daun mulai bereproduksi
pada umur 5 sd 6 hari pasca perubahan dari larva menjadi imago. Imago
kutu daun dapat bertelur sampai 73 telur selama hidupnya.
2.2.3
Thrips
Kingdom : Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Thysanoptera
Famili
: Thripidae
Genus
: Thrips
Spesies
: Thrips sp
relatif rendah dan suhu relatif tinggi. Daur hidup sekitar 20 hari, di dataran
rendah 7 12 hari, Hidup berkelompok.
Ekologi
Di dunia hama ini untuk sementara hanya terdapat di benua
Eropa dan Asia. Di Indonesia hama ini dilaporkan terdapat hampir di
seluruh wilayah antaralain di pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.
Gejala Serangan
Dampak langsung serangan, gejala awal pada permukaan
bawah daun berwarna keperak perakan mengkilat, dan pada serangan
lanjut daun akan berwarna coklat, hingga proses metabolisme akan
terganggu. Selanjutnya pada daun akan menjadi keriting dan keriput .
Pada serangan berat, daun, pucuk serta tunas menggulung ke dalam dan
timbul benjolan seperti tumor dan pertumbuhan tanamanterhambat, kerdil
bahkan pucuk mati. Serangan pada buah menimbulkan bercak bercak
kecoklatan pada pangkal buah, sehingga kualitas buah sangat menurun.
Dampak secara tidak langsung, Trips merupakan vektor penyakit virus
mosaik dan virus keriting. Gejala serangan awal timbul akibat hama
menghisap cairan permukaan bawah daun dan atau bunga ditandai oleh
bercak bercak keperakan mengkilat, daun akan menjadi keriting atau
keriput. Jika serangan terjadi pada awal pertanaman maka akan terjadi
gejala fatal berupa penyakit kerdil (dwarfing) dan pada akhirnya layu dan
kemudian akan mati.
Tanaman Inang
Dengan tanaman inang utama sayuran dari keluarga bawang
(Allium spp.), keluarga Solanaceae (kentang, tomat, dan terung), Brassica
(kubis), kacang kacangan.
Siklus Hidup
Siklus hidup hama trips sekitar 3 minggu. Di daerah tropis
siklus hidup tersebut bisa lebih pendek (7 - 12 hari), sehingga dalam satu
tahun dapat mencapai 5 10 generasi. Trips dewasa dapat hidup sampai
20
hari.Perkembangbiakan
Pengendalian
a.
Kultur teknis
disekitar tanaman.
Menanam tanaman penghalang (barrier) misalnya jagung di
sekeliling pertanaman cabai (5-6 baris) dengan jarak tanam rapat
15 20 cm yang di tanam 2 3 minggu sebelum tanam cabai
untuk mengurangi masuknya Trips ke lahan pertanaman. Tanaman
border lainnya antara lain tagetes, orok orok, dan kacang
panjang.
b. Fisik/Mekanis
o Membakar sisa jerami/mulsa yang dipakai selama pertanaman
o Mengambil Trips dengan menggunakan kapas/Cotton bud
o Penggunaan perangkap likat warna biru, putih, atau kuning,
sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di
tengah pertanaman dengan ketinggian + 50 cm (sedikit di atas tajuk
Kimia
Jika saat pengamatan ditemukan 0,7 ekor kutu daun /tanaman
contoh (7 ekor nimfa/10 daun) atau persentase kerusakan oleh
serangan hama pengisap telah mencapai 15% per tanaman contoh
dianjurkan menggunakan pestisida kimia sintetik yang terdaftar dan
diizinkan oleh Menteri Pertanian, misalnya yang berbahan aktif
abamectin, spinosad, imidakloprid, karbosulfan dan diafentiuron.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Hama penting pada tanaman cabai adalah Ulat Grayak, Kutu Daun, dan Thrips
Hama yang ditemukan pada lahan cabai Apeldento, Karangploso adalah Ulat
DAFTAR PUSTAKA
(HEMIPTERA:
APHIDIDAE)
SEBAGAI
SUMBANGAN
MATERI
Pertanian.
2013.
Merawat
Tanaman