PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyebab kematian terbesar di dunia beberapa dekade terakhir ini adalah penyakit
jantung dan pembuluh darah seperti gagal jantung, aritmia jantung, angina pectoris dan
hipertensi. Sistem sirkulasi tubuh manusia yang terdiri atas jantung dan pembuluh darah
disebut sistem kardiovaskuler.
Sistem kardiovaskuler adalah suatu sistem yang sangat dinamik,yang harusmampu
berdaptasi cepat terhadap perubahan mendadak seperti perubahan terkanan darah,kerja dan
frekuensi jantung serta komponen kardiovaskuler lain yang merupakanresultante dari
berbagai faktor pengatur yang bekerja secara serentak. Banyak obat yangdapat
mempengaruhi fungsi fisiologis dan biokimia kardiovaskuler seperti stimulansiasistem saraf
pusat, depresansia sistem saraf pusat dan obat otonom. Yang dimaksudkan dengan obat
kardiovaskuler ialah obat yang mempunyai efek utama pada jantung dan pembuluh darah.
Penggunaan obat-obat kardiovaskuler dengan terapi kombinasi rentan terhadap salah satu
masalah terkait obat (drug related problem) yaitu interaksi obat.
Interaksi obat diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat
mempengaruhi out come klinis pasien. Interaksi obat dapat terjadi jika suatu obat mengubah
efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang reaktif. Reaksi
perorangan sangat beragam. Faktor yang dapat mempengaruhi antara lain sifat keturunan,
fungsi hati dan ginjal, usia, ada tidaknya penyakit penyerta, jumlah obat yang digunakan,
lama pengobatan, jarak waktu antara penggunaan lebih dari satu obat,dan obat mana yang
digunakan mula-mula. Karena itu efek yang terjadi mungkin saja tidak berarti apa-apa bagi
seseorang tetapi sangat berbahaya bagi orang lain.
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas
dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila menyangkut obat
dengan batas keamanan yang sempit. Hal mendasar ini yang diperlu disadari untuk kemudian
menjadi pertimbangan dalam penggunaan terapi kombinasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat?
2. Apa yang dimaksud dengan obat kardiovaskular?
3. Obat apa saja yang dapat berinteraksi dengan obat kardiovaskular?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian interaksi obat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dapat mempengaruhi penyerapan obat yang diberikan dalam dosis terapetik. Antasida
juga dapat menyerap sejumlah besar obat-obatan.
-
dengan zat lain (misalnya asam glukuronat, yang dikenal sebagai glukuronidasi)
untuk membuat senyawa yang tidak aktif. Mayoritas reaksi oksidasi fase I dilakukan
oleh enzim sitokrom P450.
-
Induksi Enzim
Ketika barbiturat secara luas digunakan sebagai hipnotik, perlu terus dilakukan
peningkatan dosis seiring waktu untuk mencapai efek hipnotik yang sama, alasannya
bahwa barbiturat meningkatkan aktivitas enzim mikrosom sehingga meningkatkan
berkembang
sepenuhnya, inhibisi enzim dapat terjadi dalam waktu 2 sampai 3 hari, sehingga
terjadi perkembangan toksisitas yang cepat. Jalur metabolisme yang paling sering
dihambat adalah fase I oksidasi oleh isoenzim sitokrom P450. Signifikansi klinis dari
banyak interaksi inhibisi enzim tergantung pada sejauh mana tingkat kenaikan serum
obat. Jika serum tetap berada dalam kisaran terapeutik interaksi tidak penting
-
secaravklinis
Faktor genetik dalam metabolisme obat
Peningkatan pemahaman genetika telah menunjukkan bahwa beberapa isoenzim
sitokrom P450 memiliki polimorfisme genetik, yang berarti bahwa beberapa dari
populasi memiliki varian isoenzim yang berbeda aktivitas. Kemampuan yang berbeda
dalam metabolisme obat-obatan tertentu dapat menjelaskan mengapa beberapa pasien
berkembang mengalami toksisitas ketika diberikan obat sementara yang lain bebas
dari gejala.
Interaksi isoenzim sitokrom P450 dan obat yang diprediksi
Siklosporin dimetabolisme oleh CYP3A4, rifampisin menginduksi isoenzim ini,
sedangkan ketokonazol menghambatnya, sehingga tidak mengherankan bahwa
rifampisin mengurangi efek siklosporin sementara ketokonazol meningkatkannya.
efek
aditif
menyebabkan
toksik
(misalnya
aditif
ototoksisitas,
Gliseril trinitrat
Isosorbid dinitrat
Isosorbid mononitrat
Pentaeritritol tetranitrat
Amplidipin besilat
Diltiazem hidroklorida
Nikardipin hidroklorida
Nifedipin
Nimodipin
c. Golongan beta-bloker
Obat-obat penghambat adrenoseptor beta (beta-bloker) menghambat adrenoseptor-beta di
jantung, pembuluh darah perifer, bronkus, pankreas, dan hati. Saat ini banyak tersedia
beta-bloker yang pada umumnya menunjukkan efektifitas yang sama. Namun, terdapat
perbedaan-perbedaan diantara berbagai beta-bloker, yang akan mempengaruhi pilihan
dalam mengobati penyakit atau pasien tertentu. Beta-bloker dapat mencetuskan asma dan
efek ini berbahaya. Karena itu, harus dihindarkan pada pasien dengan riwayat asma atau
penyakit paru obstruktif menahun.
Propranolol hidroklorida
Asebutolol
Atenolol
Betaksolol
Bisoprolol fumarat
Karvedilol
Labetalol hidrklorida
Metoprolol tartrat
Nadolol
Oksprenolol hidroklorida
Pindolol
Sotalol hidroklorida
2) Antiaritmia
Obat ini menormalkan kembali denyut jantung yang tak teratur. Penggolongan dan
mekanisme kerja obat antiaritmia :
a. Aritmia supraventrikel
Adenosin biasanya obat terpilih untuk menghentikan takikardia supraventrikel
paroksismal. Karena masa kerjanya pendek sekali (waktu paruhnya hanya 8-10 detik,
tapi memanjang jika diberikan bersama dipiradamol), kebanyakan efek sampingnya
berlangsung singkat. Berbeda dengan verapamil, adenosin dapat digunakan setelah
beta-bloker. Pada asma, lebih baik dipilih verapamil daripada beta-bloker.
Glikosida jantung oral merupakan obat terpilih untuk memperlambat respon ventrikel
pada kasus fibrilasi dan flutter atrium. Digoksin intravena, yang diinfus pelan-pelan,
kadang-kadang dibutuhkan bila kecepatan ventrikel perlu dikendalikan dengan cepat.
Verapamil biasanya efektif untuk takikardia ventrikel. Dosis intravena awal dapat
diikuti dengan dosis oral, hipotensi dapat terjadi dengan dosis yang lebih besar.
Adenosin
Verapamil
Glikosida jantung
b. Aritmia Supraventrikel dan Ventrikel
Obat-obat untuk aritmia supraventrikel dan ventrikel misalnya amiodaron, betabloker, disopiramid, flekainid, prokainamid, propafenon, dan klinidin.
Amiodaron
Beta-bloker
Disopiramid
Flekainid
Prokainamid
Propafenon
Kinidin
c. Aritmia Ventrikel
Lidokain (lignokain) ralatif aman bila diberikan sebagai injeksi intravena lambat
dan harus menjadi pilihan utama dalam keadaan darurat.
Meksiletin diberikan sebagai injeksi intravena lambat bila lidokain tidak efektif,
obat ini memiliki kerja yang serupa.Morasilin adalah obat untuk profilaksis dan
pengobatan aritmia ventrikel yang serius dan mengancam jiwa.
Fenitoin dulu dipakai untuk aritmia ventrikel, dengan injeksi intravena lambat
terutama yang disebabkan oleh glikosida jantung, tapi penggunaan ini sekarang sudah
ditinggalkan.
Tokainid dulu digunakan untuk takiaritmia ventrikel yang mengancam jiwa dan
disertai dengan gangguan berat fungsi ventrikel kiri pada pasien yang tidak responsif
dengan terapi lain atau yang terapi lain merupakan kontraindikasi, sekarang obat ini
tidak lagi tersedia.
Bretilium
Lidokain
Meksiletin
Morasilin
Fenitoin
Tokainid
3) Obat Jantung Pemblok Beta
Pemblok beta adalah obat jantung yang banyak fungsinya. Di samping
menghilangkan nyeri angina dan menormalkan kembali denyut jantung, obat ini juga
efektif menurunkan tekanan darah. Pemblok beta juga digunakan untuk maksud lain
seperti mencegah sakit kepala migrain.
Obat golongan inin menekan aktifitas jantung dengan cara menghambat reseptor I
dan mengurangi kerja jantung dengan cara menurunkan denyut, kontraktilitas, dan curah
jantung, serta tekanan darah.
Obat-obat penghambat adrenoseptor beta (beta-bloker) menghambat adrenoseptorbeta di jantung, pembuluh darah perifer, bronkus, pankreas, dan hati. Saat ini banyak
tersedia beta-bloker yang pada umumnya menunjukkan efektifitas yang sama. Namun,
terdapat perbedaan-perbedaan diantara berbagai beta-bloker, yang akan mempengaruhi
pilihan dalam mengobati penyakit atau pasien tertentu. Beta-bloker dapat mencetuskan
asma dan efek ini berbahaya. Karena itu, harus dihindarkan pada pasien dengan riwayat
asma atau penyakit paru obstruktif menahun.
Propranolol hidroklorida
Asebutolol
Atenolol
Betaksolol
Bisoprolol fumarat
Karvedilol
Labetalol hidrklorida
Metoprolol tartrat
Nadolol
Oksprenolol hidroklorida
Pindolol
Sotalol hidroklorida
4) Obat Jantung Pemblok Kalsium
Obat penghambat kanal kalsium akan melindungi jaringan dengan cara menghambat
kalsium memasuki sel-sel otot polos jantung dan pembuluh koroner, serta sistem
anyaman arteri sistemis. Obat pemblok kalsium adalah perkembangan terbaru obat
jantung. Obat ini dapat mengurangi nyeri angina yang tak dapat ditanggulangi dengan
obat lain. Verapamil efektif terhadap jenis aritmia jantung tertentu.
Calan (verapamil)
Cardizem (diltiazem)
Isoptin (verapamil)
Procardia (nifedipin)
5) Obat Jantung Digitalis
Digoxin memperpendek periode refrakter pada sel-sel miokardium atrium dan
ventrikel sambil memperpanjang periode refraktar efektif dan mengurangi kecepatan
konduksi dalam serat purkinje. Obat sejenis digitalis meningkatkan kekuatan dan efisiensi
jantung dan digunakan untuk mengobati layu jantung dan menormalkan kembali denyut
jantung yang tidak teratur. Nama paten obat jantung digitalis (nama generik dalam
kurung):
Crystodigin (digitoksin)
Digifortis (digitalis)
Lanoxin (digoksin)
Purodigin (digitoksin)
6) Diuretika
Diuretika menghilangkan kelebihan cairan tubuh dan sering digunakan untuk
mengobati layu jantung. Diuretika golongan Tiazid digunakan untuk mengurangi edema
akibat gagal jantung dan dengan dosis yang lebih rendah, untuk menurunkan tekanan
darah. Diuretika kuat digunakan untuk edema paru akibat gagal jantung kiri dan pada
pasien dengan gagal jantung yang sudah lama dan kombinasi diuretika mungkin selektif
untuk edema yang resisten terhadap pengobatan dengan satu diuretika, misalnya diuretika
kuat dapat dikombinasi dengan diuretika hemat kalium.
Diuretika golongan ini jarang digunakan pada gagal jantung karena mungkin
meningkatkan volume darah secara akut.
Manitol
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Akibatnya :
pusing, lemah, pingsan, penurunan tekanan darah yang hebat dapat menyebabkan
kejang atau syok. Diuretika menghilangkan kelebihan cairan dari tubuh dan
digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi danlayu jantung.
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Akibatnya :
pusing, lemah, pingsan, penurunan tekanan darah yang hebat dapat menyebabkan
kejang atau syok. Obat tekanan darah tinggi digunakan untuk menurunkan tekanan
darah yang tinggi.
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekan darah turun terlalu rendah. Akibatnya :
hipotensi postural dengan gejala yang menyertai : pusing, lemah, pingsan, penurunan
tekanan darah yang hebat dapat menyebabkan kejang atau syok. Interaksi ini dapat
diperkecil dengan mengurangi minum alcohol.
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. akibatnya ;
hipotensi posturaldengan gejala yang menyertainya : pusing, lemah, pingsan,
penurunan tekanan darah yang hebat dapat menyebabkan kejang atau syok.
Vasodilator melebarkan pembuluh darah dan digunakan untuk mengobati gangguan
peredaran darah, misalnya arteriosklerosis (pengerasan arteri).
Disopiramida Fenitoin
Efek disopiramida dapat berkurang. Akibatnya : denyut jantung yang tak teratur tak
dapat dikendalikan dengan baik. Fenitoin digunakan untuk mengendalikan kejang
pada kelainan seperti ayan.
Prokainamida Antasida
Kinidin Antasida
Efek kinidin dapat msningkat. Akibatnya : terlalu banyak kinidin dapat menurunkan
tekanan darah, menyumbat jantung (megganggu transmisi saraf yang dibutuhkan
Kinidin Antikoagulan
Kinidin Barbiturat
Efek kinidin dapat meningkat. Akibatnya : denyut jantung yang tak teratur tak dapat
dikendalikan dengan baik. Barbiturat digunakan sebagai sedative atau pil tidur.
Efek digoksin dapat meningkat. Digoksin digunakan untuk mengobati laju jantung
dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak teratur. Akibatnya :
mungkin terjadi efek samping merugikan akibat terlalu banyak digoksin. Gejala yang
dilaporkan antara lain mual, gangguan penglihatan, sakit kepala, tak bertenaga, tak
ada nafsu makan, bingung, bradikardia atau takikardia, aritmia jantung.
Kinidin Fenitoin
Efek kinidin dapat berkurang. Akibatnya : denyut jantung yang tak teratur tak dapat
dikendalikan dengan baik. Fenitoin digunakan untuk mngendalikan kejang pada
kelainan seperti pada ayan.
2. Interaksi obat jantung pemblok beta
Pemblok beta Alkohol
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Akibatnya :
hipotensi postural dengan gejala yang menyertainya : pusing, lemah, pingsan;
penurunan tekanan darah yang hebat dapat menyebabkan kejang atau syok. Interaksi
ini dapat diperkecil dengan mengurangi minum alcohol.
Efek pemblok beta dilawan. Akibatnya : kelainan yang ditangani dengan pemblok
beta tak dapat dikendalikan dengan baik. Kombinasi ini dapat pula secara paradox
menaikkan tekanan darah yang membahayakan dengan gejala seperti demam, sakit
kepala, gangguan penglihatan,. Amfetam ini digunakan sebagai pil pelangsing (tidak
dianjurkan), untuk mengatasi masalah perilaku pada anak-anak, dan untuk narkolepsi.
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Akibatnya :
hipotensi postural dengan gejala yang menyertainya : pusing, lemah, pingsan;
penurunan tekanan darah yang hebat dapat menyebabkan kejang atau syok.
Efek pemblok beta dapat berkurang. Akibatnya : kondisi yang ditangani tak dapat
dikendalikan dengan baik.
Kombinasi ini dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah yang berarti. Gejala yang
dilaporkan antara lain denyut jantung tak teratur, demam, sakit kepala, gangguan
penglihatan. Antidepresan IMAO yang berguna untuk mengurangi depresi mental dan
memperbaiki suasana hati tak banyak digunakan lagi sejak dikembangkan
antidepresan jenis siklik seperti Elavil dan Sinequan.
Efek pemblok beta dapat berkurang. Akibatnya : kondisi jantung yang ditangani tak
dapat dikendalikan dengan baik. Antidepresan digunakan untuk mengurangi depresi
mental dan memperbaiki suasana hati.
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah dan efek
pemblok beta dapat meningkat. Gejala tekanan darah rendah yang dilaporkan antara
lain pusing, lemah, pingsan. Gejala yang dilaporkan akibat pemblok beta yang terlalu
banyak : bradikardia, lelah, aritmia jantung, napas berdengik seperti pada asma atau
sulit bernapas. Antipsikotika adalah trankulansia mayor yang digunakan untuk
mengobati kelainan mental yang parah seperti skizofrenia. Umumnya antipsikotika
merupakan golongan fenotiazin.
Efek teofilin terhadap asma akan dilawan. Obat asma digunakan untuk membuka
jalan udara di paru-parudan mempermudah pernapasan pasien asma. Akibatnya :
saluran bronkus tak dapat terbuka cukup lebar untuk menanggulangi serangan asma.
Efek pemblok beta dapat berkurang. Akibatnya : kondisi yang ditangani oleh pemblok
beta tak dapat dikendalikan dengan baik.
Efek pemblok beta mungkin dilawan. Akibatnya : kondisi yang ditangani oleh
pemblok beta tak dapat dikendalikan dengan baik. Sediaan obat hidung yang
mengandung pelega hidung dapat diserap ke dalam aliran darah dan dapat
menyebabkan interaksi.
Kombinasi ini dapat meningkatkan atau mengurangi efek obat diabetes. Akibatnya :
jika efek obat diabetes meningkat, kadar gula dalam darah dapat turun terlalu rendah.
gejala hipoglikemia yang dilaporkan, yang akan lebih nyata pada kegiatan jasmani
atau olahraga : berkeringat, gelisah, pingsan,lelah, bingung, aritmia jantung,
takhikardia, nanar, dan gangguan penglihatan. Jika efek obat diabetes berkurang,
kadar gula darah akan tetap terlalu tinggi. Gejala hiperglikemia yang dilaporkan : haus
yang amat sangat, pengeluaran urin banyak, berat badan berkurang, lapar, letargi,
mengantuk dan nanar. Obat jantung pemblok beta digunakan untuk angina,
menormalkan kembali denyut jantung yang tak teratur,dan membantu menurunkan
tekanan darah.
Efek pemblok beta mungkin dilawan. Akibatnya : kondisi yang ditangani oleh
pemblok beta tidak dapat dikendalikan dengan baik. Fenilpropanolamin adalah pelega
hidung yang merupakan komponen utama dalam pil pelangsing yang dijual bebas
karena efek sampingnya yang dapat menekan nafsu makan.
Kombinasi ini dapat menyebabkan tekanan darah turun terlalu rendah. Akibatnya :
hipotensi postural dengan gejala yang menyertainya : pusing, lemah, pingsan;
penurunan tekanan darah yang hebat akan menyebabkan kejang atau syok. Vasodilator
melebarkan pembuluh darah dan digunakan untuk mengobati kelainan yang
disebabkan peredaran darah yang buruk, misalnya arterioskerosis.
3. Interaksi Obat Digitalis
Kelompok digitalis Amfetamin
Kombinasi ini dapat menimbulkan aritmia jantung. Amfetamin digunakan sebagai pil
pelangsing (tidak dianjurkan), untuk mengatasi masalah perilaku pada anak-anak, dan
untuk markolepsi.
Kombinasi ini dapat menimbulkan aritmia jantung. Obat asma digunakan untuk
membuka saluran udara paru-paru dan mempermudah pernapasan penderita asma
bronchial.
Kombinasi ini dapat menimbulkan aritmia jantung. Sediaan pelega hidung dapat
diserap ke dalam liran darah dan menyebabkan interaksi.
Digitoksin Barbiturat
Efek digitoksin dapat berkurang. Akibatnya : kondisi jantung yang ditangani dengan
digitoksin tak dapat dikendalikan dengan baik.
Efek digoksin dapat berkurang. Akibatnya : kondisi jantung yang ditangani dengan
digitoksin tak dapat dikendalikan dengan baik.
Efek digoksi dapat meningkat. Akibatnya : dapat terjadi efek samping merugikan
akibat terlalu banyak digoksin. Gejala yang dilaporkan antara lain mual, bingung,
gangguan penglihatan, sakit kepala, kurang tenaga, tak ada nafsu makan , bradikardia,
takhikardia, dan aritmia jantung.
Kombinasi ini dapat merugikan jantung. Jika kedua obat ini diberikan bersama-sama
dokter harus memantau dengan teliti efek yang terjadi pada pasien. Pemblok beta
digunakan untuk mengobati kelainan jantung dan untuk tekanan darah tinggi.
Efek digoksi dapat meningkat. Akibatnya : dapat terjadi efek samping merugikan
akibat terlalu banyak digoksin. Gejala yang dilaporkan antara lain : mual, bingung,
gangguan penglihatan, sakit kepala, kurang tenaga, tak ada nafsu makan, bradikardia,
takhikardia, dan aritmia jantung.
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Resep
R/ Captopril 25
XLV
S 3 dd 1
R/ HCT
XV
S 1-0-0
R/ Bisoprolol
XV
S 1 dd 1
R/ ISDN 5
XV
S 1 dd 1 SL bilanyeri dada
R/ B1
XLV
S 3 dd 1
R/ Meloxicam 15 XV
S 2 dd 1
R/ Antasida fls
S 4 dd 1
3.2 Anamnesa
Pasien mengeluh nyeri dada, tekanan darah tinggi, sering tremor, dan pegal-pegal pada
sekujur badan.
3.3 Analisa
Dalam kasus ini pasien menerima 7 item obat dalam sekali waktu konsumsi 7 item obat
tersebut yaitu ;
1. Captopril yang merupakan antihipertensi golongan inhibitor enzim pengkonversi
angiotensin (ACEI).
2. Hidroklorotiazid (HCT) yang merupakan diuretic golongan tiazid.
3. Bisoprolol, suatu agen antihipertensi golongan pemblok yang kardioselektif.
4. Isosorbid dinitrat (ISDN), antiangina golongan nitrat
5. Tiamin (Vitamin B1) , untuk terapi defisiensi Vitamin B1.
6. Meloxicam, obat antiiflamasi nonsteroid, yang memiliki sifat antinyeri.
7. Antasida, untuk menetralkan asam lambung.
Dengan memperhatikan keluhan yang disampaikan oleh pasien dan obat-obat
yang diresepkan oleh dokter dapat diduga pemberian captopril, HCT, bisoprolol, dan
ISDN berhubungan dengan hipertensi dan keluhan nyeri dada. Nyeri dada sering
menjadi indikasi adanya ganguan jantung. Meski tidak semua nyeri dada diakibatkan
oleh kelainan jantung. Meloksikan dan vitamin B1 ditujukan untuk mengatasi keluhan
nyeri badan. Pasien tidak secara langsung mengeluhkan kondisi yang berhubungan
dengan kelebihan asam lambung, namun dokter meresepkan antasida, hal ini mungkin
ditujukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya iritasi lambung yang dapat memicu
peningkatan asam lambung.
Jika benar, keluhan nyeri dada pada kasus ini berhubungan dengan gangguan
sistem jantung seperti halnya angina, maka pemilihan kombinasi antihipertensi berupa
captopril(ACE inhibitor), HCT (diuretik tiazid), dan bisoprolol (-bloker kardioselektif)
relatif merupakan pilihan yang tepat. Kombinasi tersebut sebagaimana disarankan oleh
JNC7. Kecuali pasien tersebut memiliki riwayat infark miokardiak, penggunaan diuretik
tidak disarankan.
Disamping diagnosa penyerta dalam kasus hipertensi ini yang harus menjadi dasar
pemilihan terapi, faktor usia juga harus dipertimbangkan. Dalam hal ini, pasien telah
cukup lanjut usia, yaitu 61 tahun. Faktor usia lanjut sangat memungkinkan terjadinya
pengaruh hipertensi terhadap kerusakan berbagai organ seperti jantung, hati, ginjal, dan
otak. Sehingga pemilihan terapinya harus benar-benar diperhatikan.
Dosis captopril, pasien menerima captopril 75 mg/hr dalam dosis terbagi tiga,
maka dosis tersebut masih dapat diterima sebagai dosis aman. Begitu pun dengan HCT
satu kali sehari pada pagi hari, merupakan dosis yang lazim. Dalam hal ini perlu
diingatkan pada pasien, agar jangan sampai mengkonsumsi HCT ini pada waktu sore
atau malam hari, karena dapat menimbulkan efek diuresis nokturnal, yang akan sangat
mengganggu waktu istirahat pasien pada malam hari. Bisoprolol 5 mg satu kali sehari
juga merupakan dosis aman. Namun pasien harus diingatkan untuk tidak menghentikan
penggunaan obat ini secara mendadak, karena dapat menyebabkan kambuhan hipertensi.
(Dipiro; 221).
Pemberian ISDN yang bersifat insidental, yaitu saat terjadi gejala sesak nafas
secara sublingual cukup tepat. Pemberian secara sublingual dapat memberikan efek yang
lebih cepat dari pada secara oral. ISDN akan dengan cepat mengakhiri serangan angina
akut yang ditandai gejala sesak nafas dan nyeri dada. Terapi captopril akan membantu
mencegah serangan angina yang berulang. Pasien yang menjalani terapi ISDN juga harus
dipantau konsentrasi kreatinin serumnya, terutama pada pasien-pasien yang terindikasi
mengalami kerusakan ginjal.
yang cukup antara saat konsumsi antasida dan captopril, sehingga interaksi keduanya dapat
dihindarkan.
2. ISDN meningkatkan efek hipotensif dari captopril dan bisoprolol.
3. Efek hipotensif ISDN diantagonis oleh AINS (meloksikam) (BN7 57; Appendix).
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu :
1. Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drugrelated problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang
dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika
farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu
atau lebih zat yang berinteraksi.
2. Obat kardiovaskuler merupakan obat yang digunakan untuk kelainan jantung dan
pembuluh darah.
3. Obat-obat yang dapat berinteraksi dengan obat kardiovaskuler yakni obat yang
termasuk sesama golongan obat kardiovaskuler maupun obat-obatan lain, seperti obat
yang bekerja di sistem saraf pusat, obat gastritis, obat pencahar, antibiotik, obat
diabetes mellitus serta obat asma.