PENDAHULUAN
Penyakit Alzheimer adalah penyebab demensia terbanyak, yaitu sekitar 6070 % dari seluruh kasus demensia. Demensia tipe Alzheimer dan demensia
lainnya bersifat progresif, merupakan penyakit degeneratif yang menyerang otak.
Penyakit Alzheimer mempengaruhi kemampuan fungsi hidup seseorang yang
berdampak terhadap semua aspek kehidupan dan lingkungan orang sekitarnya
terutama bagi yang mendampingi orang dengan demensia (ODD) sehari-hari.
Penyakit Alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang
ahli Psikiatri dan Neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia mengobservasi
seorang wanita berumur 51 tahun, yang mengalami gangguan intelektual dan
memori serta tidak mengetahui kembali ketempat tinggalnya, sedangkan wanita
itu tidak mengalami gangguan anggota gerak,koordinasi dan reflek. Pada autopsi
tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan simetri, dan secara
nikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque dan
degenerasi neurofibrillary.
Secara epidemiologi dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup
pada berbagai populasi, maka jumlah orang berusia lanjut akan semakin
meningkat. Dilain pihak akan menimbulkan masalah serius dalam bidang sosial
ekonomi dan kesehatan, sehingga akan semakin banyak yang berkonsultasi
dengan seorang neurolog karena orang tua tersebut yang tadinya sehat, akan mulai
kehilangan kemampuannya secara efektif sebagai pekerja atau sebagai anggota
keluarga. Hal ini menunjukkan munculnya penyakit degeneratif otak, tumor,
multiple stroke, subdural hematoma atau penyakit depresi, yang merupakan
penyebab utama demensia.
Istilah demensia digunakan untuk menggambarkan sindroma klinis dengan
gejala menurunnya daya ingat dan hilangnya fungsi intelek lainnya. Defenisi
demensia menurut Unit Neurobehavior pada Boston Veterans Administration
Medical Center (BVAMC) adalah kelainan fungsi intelek yang didapat dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan
degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan
untuk merawat diri. Penyakit Alzheimer adalah suatu kondisi dimana sel-sel saraf
di otak mati, sehingga sinyal-sinyal otak sulit ditransmisikan dengan baik.
Kemungkinan
memperoleh
penyakit
Alzheimer
meningkat
secara
substansial setelah umur 70 tahun dan mungkin mempengaruhi sekitar 50% dari
orang-orang berumur diatas 85 tahun. Meskipun begitu, penyakit Alzheimer
bukan bagian yang normal dari penuaan dan bukan sesuatu yang tak bisa
dihindarkan yang terjadi di kehidupan kemudian. Contohnya, banyak orang-orang
yang hidup sampai lebih dari 100 tahun dan tidak pernah mengembangkan
penyakit Alzheimer.
Penyakit Alzheimer paling sering ditemukan pada orang tua berusia sekitar
65 tahun ke atas. Di negara maju seperti Amerika Serikat saat ini ditemukan lebih
dari 4 juta orang usia lanjut penderita penyakit Alzheimer. Angka ini diperkirakan
akan meningkat sampai hampir 4 kali pada tahun 2050. Hal tersebut berkaitan
dengan lebih tingginya harapan hidup pada masyarakat di negara maju, sehingga
populasi penduduk lanjut usia juga bertambah.
2.2 Prevalensi
Penyakit Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang secara
epidemiologi terbagi 2 kelompok yaitu kelompok yang menderita pada usia
kurang 58 tahun disebut sebagai early onset sedangkan kelompok yang menderita
pada usia lebih dari 58 tahun disebut sebagai late onset.
Penyakit Alzheimer dapat timbul pada semua umur, 96% kasus dijumpai
setelah berusia 40 tahun keatas. Schoenburg dan Coleangus (1987) melaporkan
insidensi berdasarkan umur :
wanita lebih lama dibandingkan laki-laki. Dari beberapa penelitian tidak ada
perbedaan terhadap jenis kelamin.
2.3 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang
telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus,
polusi udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament,
presdiposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari
degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan
gangguan fungsi kognitif dengan penurunan daya ingat secara progresif.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam
kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi
yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calsium intraseluler, kegagalan
metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi
protein abnormal yang non spesifik.
Penyakit Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat,
dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.
2.4 Patogenesa
Sejumlah patogenesa penyakit Alzheimer yaitu:
1. Faktor genetik
Beberapa
peneliti
mengungkapkan
50%
prevalensi
kasus
pada
jaringan
otak
penderita
superior,
nukleus
basalis,
hipokampus.
Kelainan
pengurangan
maksimal
pada
anterior
hipotalamus
contructions
Language : poor woordlist generation, anomia
Personality : indifference,occasional irritability
Psychiatry feature : sadness, or delution in some o Motor system :
normal
EEG : normal
CT/MRI : normal
PET/SPECT : bilateral posterior hypometabolism/hyperfusion
b. Stadium II (lama penyakit 3-10 tahun)
Memory : recent and remote recall more severely impaired
Visuospatial skills : spatial disorientation, poor contructions
Language : fluent aphasia
Calculation : acalculation
Personality : indifference, irritability
Psychiatry feature : delution in some
Motor system : restlessness, pacing
EEG : slow background rhythm
CT/MRI : normal or ventricular and sulcal enlargeent
PET/SPECT
:bilateral
parietal
and
frontal
hypometabolism/hyperfusion
and
frontal
hypometabolism/hyperfusion
2.7 Kriteria Diagnosa
Terdapat beberapa kriteria untuk diagnosa klinis penyakit Alzheimer yaitu:
1. Kriteria diagnosis penderita penyakit Alzheimer terdiri dari:
Demensia ditegakkan dengan pemeriksaan klinik dan pemeriksaan
status mini mental atau beberapa pemeriksaan serupa, serta
dikonfirmasikan dengan test neuropsikologik.
Didapatkan gangguan defisit fungsi kognisi >2
Tidak ada gangguan tingkat kesadaran
Awitan antara umur 40-90 tahun, atau sering >65 tahun
Tidak ada kelainan sistematik atau penyakit otak lainnya
2. Diagnosis penderita penyakit Alzheimer ditunjang oleh:
Perburukan progresif fungsi kognisi spesifik seperti berbahasa,
dengan neuropatologi
Pada gambaran EEG memberikan gambaran normal atau
perubahan non spesifik seperti peningkatan aktivitas gelombang
lambat
Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan atropu serebri
3. Gambaran lain diagnosa penyakit alzheimer setelah dikeluarkan penyebab
demensia lainnya terdiri dari:
Gejala yang berhubungan
dengan
depresi,
insomnia,
badan menurun
Kelainan neurologi lain pada beberapa pasien, khususnya penyakit
pada stadium lanjut dan termasuk tanda-tanda motorik seperti
peningkatan tonus otot, mioklonus atau gangguan berjalan
Awitan mendadak
Diketemukan gejala
neurologik
fokal
seperti
hemiparese,
penderita
penyakit
alzheimer
dan
didapatkan
gambaran
b. Inkontinesia
Inkontinesia
merupakan
salah
satu terapi
non
farmakologi dengan
Komunikasi
Terkadang penderita penyakit Alzheimer mengalami kesusahan dalam
berkomunikasi mungkin bisa tuli atau kurang perhatian, untuk terapi non
farmakologi melalui komunikasi, pasang alat bantu komunikasi dan
berusaha untuk membuat pasien memusatkan perhatian dengan cara
menepuk bahu atau menyentuh tangan.
http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-penyakit-Alzheimer.html