REVALUASI AKTIVA
Dibuat sebagai Bahan Kuliah Online Perencanaan Pajak
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Dosen Pengampu : Najib Buchory, MM
Pendahuluan
Dalam suatu waktu karena kondisi tertentu misalkan adanya perubahan
signifikan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika, adanya inflasi yang sangat
tinggi, atau kondisi lainnya,
nilai aktiva tetap berwujud yang dimiliki
perusahaan, bisa jadi tidak mencerminkan nilai pasar wajar. Nilai buku aktiva
tetap berwujud baik secara komersil maupun fiskal, jauh lebih rendah dari nilai
pasar atau nilai yang dapat direalisasikan apabila dijual.
Dengan aktiva tetap berwujud yang tidak mencerminkan harga pasar, laporan
keuangan perusahaan - terutama untuk nilai fixed asset - lebih rendah. Dengan
kondisi ini, rasio-rasio keuangan perusahaan tidak menguntungkan atau
undervalue. Pengaruh lainnya adalah biaya penyusutan atas aktiva tetap
berwujud rendah sehingga harga pokok
produksi juga rendah. Secara
perpajakan, kondisi ini sangat tidak menguntungkan untuk perusahaan, karena
laba kena pajak tidak mencerminkan nilai sesungguhnya.
Dengan kondisi seperti diatas, perusahaan dengan pertimbangan tertentu perlu melakukan revaluasi (penilaian kembali) atas aktiva tetap berwujud yang
dimiliki. Tujuannya adalah agar dalam laporan keuangan nilai aktiva tetap
berwujud - setelah revaluasi mencerminkan nilai pasar wajar. Dengan nilai
pasar wajar, akan berefek pada laporan keuangan perusahaan, perhitungan
biaya penyusutan, perhitungan harga pokok dan pengaruh lainnya.
Revaluasi dilakukan oleh pihak eksternal yaitu penilai (appraisal) yang telah
mendapatkan izin dari Menteri Keuangan.
Revaluasi bagi perusahaan memiliki fungsi :
a.
Nilai Asset dalam laporan keuangan akan menjadi lebih baik, yang akan
berpengaruh pada nilai total asset.
d.
Harus memilih model biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation
model) sebagai kebijakan akuntansinya, dan menerapkan kebijakan tersebut
terhadap seluruh aset tetap dalam
kelompok yang sama.
UNDANG UNDANG
1. Seluruh aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang berstatus hak milik
atau hak guna bangunan atau seluruh aktiva tetap berwujud tidak
termasuk tanah yang terletak di Indonesia, dimiliki dan dipergunakan
untuk memperoleh penghasilan.
2. Aktiva tetap yang dilakukan penilaian kembali dan setelah dikenakan PPh
tidak dapat dialihkan sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun.
3. Penilaian kembali aktiva tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai
wajar.
4. Nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan ternyata tidak mencerminkan
keadaan yang sebenarnya, maka DJP akan menetapkan kembali nilai pasar
nilai wajar yang bersangkutan
6. Selisih antara nilai setelah revaluasi dengan nilai buku fiskal sebelum
revaluasi dikenakan PPh final sebesar 10% (sepuluh persen).
Dalam peraturan pajak sebelumnya : Selisih nilai revaluasi dikurangi
kompensasi kerugian yang masih bisa digunakan, baru kemudian sisanya
dikenakan PPh Final 10 %.
7. Nilai pasar atau nilai wajar merupakan dasar penyusutan aktiva mulai
tahun pajak dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap tersebut dengan
masa manfaat yang baru sesuai kelompoknya.
8. Apabila WP mengalihkan aktiva tetap tersebut sebelum lewat jangka
waktu 5 (lima) tahun, maka atas selisih penilaian aktiva tetap tersebut
tetap dikenakan PPh yang terutang sebesar 10% dan tambahan PPh yang
bersifat final sebesar selisih antara tarif PPh badan tertinggi dengan tarif
PPh Final 10 % .
9. Dikecualikan dari jangka waktu 5 (lima) tahun jika aktiva tetap tersebut
dialihkan kepada pemerintah atau dialihkan dalam rangka penggabungan,
peleburan atau pemekaran usaha.
Teknis Akuntansi
Selisih Revaluasi dibukukan dalam perkiraan (rekening/akun) tersendiri yang
diberi nama Selisih Penilaian Kembali Aktiva pada tanggal dan
termasuk dalam kelompok perkiraan modal. Pemberian saham bonus akibat
pencatatan tambahan nilai saham tanpa penyetoran kepada Pemegang Saham,
tidak dikenakan PPh.
akan
melakukan
revaluasi,
harus
melihat
beberapa
Pustaka :
---(((())))----
Contoh :
PT. Melati awal Januari 2008 membeli aset mesin dengan harga perolehan Rp
400.000.000,-. Untuk kepentingan pelaporan fiskal, mesin masuk kelompok 2
dengan masa manfaat 8 tahun, dan selama ini perusahaan melakukan
penyusutan dengan metode straight line method.
Awal 2012, berdasarkan perhitungan appraisal , nilai wajar mesin adalah Rp
600.000.000,-. Apakah perusahaan sebaiknya melakukan revaluasi, jika kondisi
perusahaan diasumsikan sbb :
a. Untuk tahun 2012 dan seterusnya perusahan diperkirakan akan menghasilkan
laba fiskal, dan perusahaan akan dikenakan tarif pajak 25 %. (asumsi tingkat
bunga rata-rata 20 %, untuk menghitung diskonto nilai tunai).
b. Untuk tahun 2012 dan seterusnya diperkirakan tidak akan menghasilkan laba
fiskal .
Jawab :
a. Tahun 2012 dan seterusnya perusahaan diperkirakan akan menghasilkan
laba fiskal.
REVALUASI
TIDAK REVALUASI
Data Umum
Nilai Perolehan asset Januari
2008
Rp
400.000.000,-
Rp
400.000.000,-
Rp
200.000.000,-
Rp
200.000.000,-
Nilai Buku
Rp
200.000.000,-
Rp
200.000.000,-
Rp
600.000.000,-
Rp
400.000.000,-
Rp
40.000.000,-
Rp
600.000.000,-
Rp
75.000.000,-
Rp
200.000.000,Rp
50.000.000,-
Biaya Penyusutan
Discount rate
NPV
2012
Rp 50.000.000,-
0,833
Rp 41.650.000,-
2013
Rp 50.000.000,-
0.694
Rp 34.700.000,-
2014
Rp 50.000.000,-
0.579
Rp 28.950.000,-
2015
Rp 50.000.000,-
0,482
Rp 24.100.000,-
2016
Rp 50.000.000,-
0,402
Rp 20.100.000,-
2017
Rp 50.000.000,-
0,335
Rp 16.750.000,-
2018
Rp 50.000.000,-
0,279
Rp 13.950.000,-
2019
Rp 50.000.000,-
0,233
Rp 11.650.000,-
TOTA
L
Rp 400.000.000,-
Rp
191.850.000,-
Rp
47.962.000,-
Rp
40.000.000,-
Selisih
Rp
7.962.000,-
Dari analisa diatas didapatkan hasil bahwa dengan adanya revaluasi aktiva
berwujud mesin, penghematan pajak netto antara perhitungan Net Present Value
Biaya penyusutan dikurangi Pajak PPh final yang dibayarkan adalah Rp
7.692.000,-. Asumsi bunga yang dipakai 20 %. Apabila asumsi bunga yang
dipakai berbeda, akan menghasilkan penghematan pajak berbeda pula.
Dengan penghematan sebesar itu, perusahaan bisa saja memutuskan untuk
melakukan revaluasi aktiva berwujud, karena adanya penghematan pajak untuk
total 8 tahun sebesar total Rp 7.692.000,-, karena manfaat biaya penyusutan
untuk masa 8 tahun.
Tetapi hal ini harus dipertimbangkan secara matang, mengingat
penghematan yang didapatkan tidak significant. Sehingga dengan
penghematan yang tidak significant, dan dengan alasan lain, perusahaan tidak
perlu melakukan revaluasi.
Catatan : Berbeda dengan aturan pajak sebelumnya tentang revaluasi,
kompensasi kerugian dapat digunakan untuk mengurangi selisih
kenaikan nilai aktiva revaluasi, sehingga PPh Final 10 % bisa lebih kecil.
Dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 79/PMK.03/2008 tanggal 23
Mei 2008, pilihan revaluasi bagi perusahaan, bisa jadi tidak menarik
lagi.
b. Tahun 2012 dan seterusnya diperkirakan tidak akan menghasilkan laba fiskal.
Apabila asumsi yang digunakan untuk tahun 2012 dan seterusnya perusahaan
diperkirakan tidak akan menghasilkan laba fiskal, manfaat kenaikan biaya
penyusutan sebagai pengurang laba, tidak bisa dimanfaatkan. Tetapi
perusahaan harus membayar PPh Final sebesar Rp 40.000.000,-, tetapi tidak
ada manfaat untuk biaya penyusutan.
Dengan demikian, Revaluasi tidak memiliki manfaat untuk perusahaan yang
diperkirakan tidak akan menghasilkan laba fiskal..
_ 00 _