Oleh :
Hestik Handayani
(1120016042)
(1120016046)
Luluatul Machfudho
(1120016010)
M. Iqbal Abdillah
(1120016052)
Rokhmad Rozinul A
(1120016019)
Roudlatul Jannah
(1120016016)
gangguan
jiwa
adalah
gangguan
sensori persepsi:
Halusinasi dan merupakan salah satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan
pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di
mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang
diderita klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan
asyik dengan fikirannya sendiri. Salah satu penanganannya yaitu dengan
melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi
halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RSJ Menur Surabaya
terdapat kasus halusinasi. Oleh karena itu, perlu diadakan Terapi Aktivitas
Kelompok tentang halusinasi.
B. Landasan Teori
1. TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
a.
Definisi
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih
(Yosep, 2007).
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok
untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep,
2008).
b. Tujuan TAK
Terapi aktivitas kelompok mempunyai tujuan :
1) Umum
a) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
b) Membentuk sosialisasi
c) Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang
hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive
(bertahan terhadap stress) dan adaptasi.
d) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
kognitif dan afektif.
2) Khusus
a) Meningkatkan identitas diri.
b) Menyalurkan emosi secara konstruktif
c) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
d) Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri,
keterampilan
sosial,
kepercayaan
diri,
kemampuan
empati,
dan
1. Tahap Comforting
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, pasien
biasanya mengkompensasikan stressornya dengan koping imajinasi sehingga
merasa senang dan terhindar dari ancaman.
2. Tahap Condeming
Timbul kecemasan moderate, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya
pasien merasa mendengarkan sesuatu, pasien merasa takut apabila orang lain ikut
mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri
(With drawl).
3. Tahap Controling
Timbul kecemasan berat, pasien berusaha memerangi suara yang timbul
tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan pasien
susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang pasien
merasa sangat kesepian/sedih.
4. Tahap Conquering
Pasien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak
diikuti perilaku pasien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
(Yosep, 2008)
c. Jenis halusinasi
Berbagai jenis halusinasi antara lain (Cancro & Lehman, 2000):
1. Halusinasi pendengaran
Mendengar suara-suara, paling sering adalah suara orang, berbicara kepada
pasien atau membicarakan pasien. Mungkin ada satu atau banyak suara; dapat
berupa suara orang yang dikenal atau tidak dikenal. Halusinasi pendengaran
merupakan jenis halusinasi yang paling sering terjadi. Halusinasi berupa perintah,
suara-suara yang menyuruh pasien untuk mengambil tindakan, seringkali
membahayakan diri sendiri atau orang lain dan dianggap berbahaya.
2. Halusinasi penglihatan
Melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada sama sekali, misalnya cahaya
atau orang yang telah meninggal, atau mungkin sesuatu yang bentuknya rusak.
Halusinasi ini merupakan jenis halusinasi kedua yang sering terjadi.
3. Halusinasi penciuman
Mencium aroma atau bau padahal tidak ada. Bau tersebut dapat berupa bau
tertentu seperti urine atau feses, atau bau yang sifatnya lebih umum , misalnya bau
busuk atau bau yang tidak sedap. Jenis halusinasi ini sering ditemukan pada
pasien demensia, kejang atau stroke.
4.
Halusinasi pengecapan
Mencakup rasa yang tetap ada dalam mulut, atau perasaan bahwa makanan
terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut bisa seperti rasa logam atau pahit
atau mungkin seperti rasa tertentu.
5.
Halusinasi taktil
Mengacu pada sensasi seperti aliran listrik yang menjalar ke seluruh tubuh
atau seperti binatang kecil yang merayap di kulit. Paling sering ditemukan pada
pasien yang mengalami putus alcohol.
6.
Halusinasi kenestetik
Meliputi laporan pasien bahwa ia merasakan fungsi tubuh yang biasanya
tidak bisa dideteksi. Contohnya sensasi pembentukan urine atau impuls yang
ditransmisikan melalui otak.
7. Halusinasi kinestetik
Terjadi ketika pasien tidak bergerak tetapi melaporkan sensasi gerakan
tubuh. Gerakan tubuh kadang kala tidak lazim, misalnya melayang di atas tanah.
(Videbeck, 2008)
d. Etiologi
Adapun etiologi dari halusinasi terbagi menjadi dua yaitu faktor predisposisi
dan presipitasi.
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi dari halusinasi adalah aspek biologis, psikologis,
genetik, sosial dan biokimia. Jika tugas perkembangan terlambat atau hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress atau kecemasan.
Beberapa faktor di masyarakat dapat membuat seseorang terisolasi dan kesepian
sehingga menyebabkan kurangnya rangsangan dari eksternal. Stress yang
mengeluarkan
halusinogenik;
faktor
psikologis
yang
juga
akan
3x24 jam. Setelahnya klien bisa diberikan obat per oral 3x1,5 mg atau 3x5 mg.
Golongan Fenotiazine :Chlorpramizine/ Largactile/ Promactile. Biasanya
diberikan per oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3x 100mg. Apabila kondisi
sudah stabil dosis dapat dikurangi 1x100 mg pada malam hari saja (Yosep,
2011).
b) Psikoterapi
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode
yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan
pada skizoprenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi,
dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
c) Rehabilitasi
Terapi kerja baik untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri
lagi karena bila menarik diri dia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan penderita untuk mengadakan permainan atau pelatihan bersama
(Maramis, 2005)
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Aktivitas Kelompok yang diberikan pada pasien dengan Halusinasi
yaitu ( Keliat, 2010):
a) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang
pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap
sessi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus
dalam kehidupan menjadi adatif. Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus
yang disediakan : baca artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV (ini
merupakan stimulus yang disediakan), stimulus dari pengalaman masa lalu yang
menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptive atau distruktif, misalnya
kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negative pada orang lain dan
halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus.
b) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien. Kemudian
diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa
ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya
klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan testimulasi emosi
dan perasaannya, serta menampilkan respons. Aktivitas yang digunakan sebagai
stimulus adalah : musik, seni menyanyi, menari. Jika hobby klien diketahui
sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat
digunakan sebagai stimulus.
C. Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Halusinasi
1. Tujuan kegiatan
a. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
dalam kelompok secara bertahap.
b. Tujuan Khusus
1) Klien dapat mengenal halusinasi.
2) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
4) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal.
5) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.
2. Metode Terapi Aktifitas Kelompok
Metode yang digunakan pada therapy aktifitas kelompok (TAK) ini adalah
metode:
a. Diskusi dan tanya jawab.
b. Melengkapi jadwal harian.
3. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Terapi Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal
Sesi
Waktu
Tempat
1.
R. Flamboyan
2.
R. Flamboyan
3.
R. Flamboyan
4.
R. Flamboyan
5.
R. Flamboyan
e) Membuka acara.
b. Co. Leader
a)
Mendampingi Leader
b)
Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
c)
Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
d)
Menutup acara diskusi.
c. Fasilitator
a)
Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
b)
Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif
mengikuti jalannya therapy.
d. Observer
a) Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia).
b) Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga
penutupan.
7. Setting tempat
Keterangan:
= Leader
= Co-leader
= Observer
= Perawat
= Pasien
Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
c. Tahap kerja
1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara
suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi
terjadinya, dan perasaan pasien pada saat terjadi.
2) Terapis meminta pasien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi
yang membuat terjadi, dan perasaan pasien saat terjadi halusinasi. Mulai dari
pasien yang sebelah kanan , secara berurutan sampai semua pasien mendapat
giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard
3) Beri pujian pada pasien yang melakukan dengan baik.
4) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan pasien dari suara
yang biasa didengar
d. Tahap terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
Terapis meminta pasien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaanya
jika terjadi halusinasi.
c) Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi
2. Menyepakati waktu dan tempat.
Sesi I TAK
Stimulasi Persepsi :Halusinasi
Mengengal Halusinasi
No
Nama
Menyebut isi
Menyebut waktu
Verbal
Menyebut
Klien
halusinasi
halusinasi
frekuensi
halusinasi
1.
2.
3.
4.
Non verbal
Menyebut situasi
Menebutkan
halusinasi
respon halusinasi
Sesi II TAK
Stimulasi persepsi : Halusinasi
Kemampuan Menghardik Halusinasi
No
.
1.
2.
3.
4.
Nama Klien
b) Tindak lanjut
Terapis menganjurkan pasien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi,
yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.
c) Kontrak yang akan datang
1.
Terapis membuat kesepakatan dengan pasien untuk TAK berikutnya, yaitu
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
dilakukan
Memperagakan kegiatan yang bisa
3.
4.
dilakukan
Menyusun jadwal kegiatan harian
Membuat dua cara mengontrol
halusinasi
Nama klien
3.
Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b) Tindak lanjut
Menganjurkan pasien untuk menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi,
yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap.
c) Kontrak yang akan datang
1. Terapis membuat kesepakatan dengan pasien untuk TAK berikutnya,
yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
2. Terapis menyepakati waktu dan tempat.
Sesi IV TAK
Stimulasi Persepsi : Halusinasi
Mencegah Halusinasi dengan Bercaka Cakap
No
1.
2.
3.
4.
bicara
Memperagakan percakapan
Menyusun jadwal percakapan
Menyebutkan 3 cara mengontrol dan
mencegah halusinasi
Nama klien
Tujuan :
Pasien mamahami pentingnya patuh minum obat.
Pasien memahami akibat tidak patuh minum obat.
Pasien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
Langkah kegiatan :
Persiapan
a) Mengingatkan kontrak pada pasien yang telah mengikuti sesi 4.
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada pasien.
2. Terapis dan pasien memakai papan nama.
b) Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan pasien saat ini.
2. Terapis menanyakan pengalaman pasien mengontrol halusinasi setelah
menggunakan
tiga
cara
yang
telah
dipelajari
(menghardik,
Sesi V TAK
Stimulasi Persepsi : Halusinasi
Mengontrol halusinasi dengan Patuh Minum Obat
No
1.
2.
3.
4.
Nama klien
minum obat
obat
minum obat
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B. A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Maramis, F.W. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa ( Psychiatric Mental
Health Nursing) . Jakarta : EGC.
Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa. (Edisi revisi). Bandung : Refika Aditama