Anda di halaman 1dari 86

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN OBESITAS


DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI PADA PASIEN
DI RS BHAYANGKARA KOTA KEDIRI
TAHUN 2015

PENELITIAN ANALITIK KORELASIONAL

ELVIRA DADHU
NIM : 14614775

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) MINAT KLINIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2015

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN OBESITAS


DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI PADA PASIEN
DI RS BHAYANGKARA KOTA KEDIRI
TAHUN 2015

PENELITIAN ANALITIK KORELASIONAL

ELVIRA DADHU
NIM : 14614775

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) MINAT KLINIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2015

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN OBESITAS


DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI PADA PASIEN DI
RS BHAYANGKARA KOTA KEDIRI
TAHUN 2015

PENELITIAN ANALITIK KORELASIONAL

SKRIPSI

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kebidanan


dalam Program Studi Bidan Pendidik
pada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri

Oleh:
ELVIRA DADHU
NIM : 14614775

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) MINAT KLINIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2015

ORISINALITAS PENELITIAN

Saya bersumpah bahwa Skripsi ini adalah hasil sendiri dan


belum pernah diteliti orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai
jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

Kediri, November 2015


Yang Menyatakan

Elvira Dadhu

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN OBESITAS


DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI PADA PASIEN
DI RS BHAYANGKARA KOTA KEDIRI
TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh
ELVIRA DADHU
NIM : 14614775

Disetujui TanggalNovember 2015

Pembimbing I

Ediatmi, S.SiT, M.Kes


NIDN. 0705085001

Pembimbing II

Dhita Kris P, S.ST, M.Kes


NIDN. 0720058602

LEMBAR PENETAPAN PENGUJI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN OBESITAS


DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI PADA PASIEN
DI RS BHAYANGKARA KOTA KEDIRI
TAHUN 2015

SKRIPSI
Oleh
ELVIRA DADHU
NIM : 14614775
Telah dipertahankan di depan dewan penguji dan disahkan
Pada tanggal: November 2015 014

Tanda Tangan
Ketua

:Desi Lutfiasari S.ST, M.Kes

(.)

NIDN. 0723128301

Anggota

: 1. Ediatmi, S.SiT, M.Kes

(.)

NIDN. 0720058602
2. Dhita Kris P, S.ST, M.Kes
NIDN. 0705085001

(.)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul Hubungan Antara Usia Menarche dan Obesitas dengan Kejadian Mioma
Uteri pada Pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015 dengan baik dan
tepat waktu.
Penelitian ini disusun sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan
D.IV kebidanan. Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai piuhak. Oleh karena itu,pada kesempatan ini peneliti
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada :
1. Ir. Djoko Rahardjo, MP, selaku Rektor Universitas Kadiri Kediri.
2. Ir. Djoko Rahardjo, MP, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kadiri yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan
penelitian.
3. Ediatmi, S.SiT,M.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan arahan untuk penyusunan penelitian ini.
4. Dhita Kris P, SST.,S.Pd.,M.Kes, selaku pembimbing II yang dengan sabar
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan penelitian ini.
5. Dosen pengajar Program Studi D.IV Bidan Pendidik Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Kadiri.
6. Pihak perpustakaan Fkultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri yang telah
membantu menyediakan buku sumber penunjang penelitian.

7. Segenap Anggota Tim pengelola Tugas Akhir Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Kadiri.
8. Keluarga peneliti, Ayahanda Venisius Pea dan Ibunda Elisabeth Mazu
terima kasih atas doa, dukungan dan segala pengorbanan.
9. Rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri pada
umumnya, Program studi D.IV bidan pendidik pada khususnya.
10. Semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan tugas akhir ini dan
telsh mendoakan suksesnya penyusunan tugas akhir ini.
Peneliti menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu peneliti membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun.
Akhirnya peneliti berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.
Sekian dan terima kasih

Kediri,Oktober 2015

Peneliti

RINGKASAN
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan jaringan ikat.
Berdasarkan penelitian World Health Organisatioan (WHO) penyebab dari angka
kematian ibu karena mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22 (1,95%) dantahun
2011 sebanyak 21 kasus (2,04%). Berdasarkan survey awal yang diperoleh di RS
Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015 didapatkan pada bulan Juli sebanyak 18
pasien, bulan Agustus jumlah penderita 32 orang dan bulan September jumlah
pasien 49 orang yang menderita mioma uteri. Hal ini menunjukkan bahwa masih
tingginya angka kejadian mioma uteri di RS Bhayangkara Kota Kediri.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia menarche dan
obesitas dengan kejadian mioma uteri pada pasien di RS Bhayangkara Kota
Kediri tahun 2015.
Rancangan penelitian ini menggunakan analitik korelasional, dengan
populasi seluruh ibu yang berkunjung di RS Bhayangkara Kota Kediri pada bulan
Juli-September 2015 sebanyak 198 ibu, menggunakan teknik simple random
sampling. Instrumen yang digunakan adalah laporan dokumentasi rekam medik.
Hasil penelitian kemudian dilakukan pengujian data dengan menggunakan uji
Spearman rank dan regresi logistik berganda.Hasil penelitian yang didapat
menunjukkan bahwa sebagian besar usia menarche>11 tahun yaitu sebanyak 35
(52,2%) responden. Berdasarkan obesitas bahwa sebagian besar yaitu 39 (58,2%)
responden, serta sebagian besar responden menderita mioma uteri yaitu 45
(67,2%).
Hasil analisis menunjukkan nilai signifikasi = 0,000 < 0,05 yang berarti
H0 ditolak H1 diterima sehingga ada hubungan antara kedua variabel. Pada table
OR diperoleh bahwa Usia
menarche kemungkinan yang lebih besar
mengakibatkan terjadinya mioma uteri yaitu 2,773. Berdasarkan hasil penelitian
diharapkan tenaga kesehatan mampu meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga
angka mortalitas dan mordilitas pada pasien penderita mioma uteri dapat teratasi dengan
baik.

Kata Kunci : Usia menarche, obesitas, kejadian mioma uteri

ABSTRACT

Uterine myoma is a benign tumor of the uterus muscle connective tissue.


Based on research Organisatioan World Health (WHO) the causes of maternal
mortality due to uterine myoma in 2010 as many as 22 cases (1.95%) and in 2011
as many as 21 cases (2.04%). Based on the initial survey acquired in hospitals
Bhayangkara Kediri 2015 obtained in July a total of 18 patients, in August the
number of people 32 and September 49 the number of patients suffering from
myoma uteri. This suggests that the high incidence of uterine myoma in RS
Bhayangkara City Kediri. Purpose this study was to determine the relationship
between the age of menarche and obesity with the incidence of uterine myomas in
a patient in hospital Bhayangkara Kediri in 2015.
The design of this study used analytic correlational, with a population of
all mothers who visit the hospital Bhayangkara Kediri in July-September 2015 as
many as 198 mothers, using simple random sampling technique. The instrument
used was a report of medical record documentation. Results of the study and then
tested the data by using Spearman rank test and multiple logistic regression.
Research results obtained showed that the majority of menarche age> 11 years of
the 35 (52.2%) of respondents. Based obesity that most of that 39 (58.2%) of
respondents, as well as the majority of respondents suffer from myoma uteri are
45 (67.2%).
The analysis showed a significance value = 0,000 < 0.05, which means
that H0 rejected H1 accepted that there is a relationship between two variables. In
the OR table shows that the age of menarche greater likelihood result in myoma
uteri is 2.773. Based on the results of the study are expected to more health
personnel could improve health care in order to reduce mortality and mordilitas in
patients with myoma uterine.

Keywords: Age of menarche, obesity, the incidence of uterine myoma

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN..........................................................................................
SAMPUL DALAM.........................................................................................
PERSYARATAN GELAR...........................................................................
ORISINALITAS PENELITIAN.................................................................
PERSETUJUAN............................................................................................

i
ii
iii
iv
v

PENETAPAN PANITAI PENGUJI............................................................. vi


UCAPAN TERIMA KASIH.......................................................................... vii
RINGKASAN.................................................................................................

ABSTRACT...................................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xv
DAFTAR TABEL........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xvii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH................. xviii

ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4

Latar Belakang...................................................................................

Rumusan Masalah..............................................................................

Tujuan Penelitian...............................................................................

Manfaat Penelitian.............................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Mioma Uteri........................................................................
2.1

7
2.1.1 Pengertian Mioma Uteri...........................................
2.1.2 Etiologi Mioma Uteri......................................................... 7
9
2.1.3 Faktor Predisposisi Mioma Uteri.................................................
11
2.1.4 Jenis dan Gambaran klinis Mioma Uteri.........................................
12
2.1.5 Gejala Mioma Uteri.......................................................................
2.1.6 Perubahan Sekunder Mioma Uteri.................................................. 14
15
2.1.7 Diagnosa Mioma Uteri.
2.1.8 Penatalaksaan Mioma Uteri............................................................... 17
18
2.1.9 Komplikasi Mioma Uteri...............................................................
Usia Menarche...............................................

19

2.2
19
2.2.1 Pengertian ..........................
19
2.2.2 Tanda menarche..............................................
Usia Saat Menarche...................................

20

2.2.3
20
2.2.4 Macam Menarche..........................................................................
20
2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Cepat Lambatnya Menarche............

Obesitas................................... 23
2.3
2.3.1

Pengertian................................... 23

2.3.2 Faktor Penyebab Terjadinya Obesitas 23


26
2.3.3 Indeks Masa Tubuh (IMT)..
2.3.4 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT 26
Hubungan Antara Usia Menarche dengan Kejadian Mioma
2.4
Uteri pada WUS................ 26
Hubungan Antara Obesitas dengan kejadian Mioma Uteri
2.6
27
pada WUS......................................................................................
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
BAB 3
3.1
3.2

Kerangka Konseptual................................................................... 29
Hipotesis Penelitian....................................................................... 31
METODE PENELITIAN

BAB 4
Rancangan Penelitian................................................................... 32
4.1
4.2

Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik


Pengambilan Sampel.................................................................... 32
Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional............................. 33

4.3
Bahan Penelitian...........................................................................

34

4.4
Instrumen Penelitian.................................................................... 34
4.5
4.6

Lokasi dan Waktu........................................................................ 35


Pengumpulan Data....................................................................... 35

4.7
51.1
4.8
BAB 5
5.1

Analisa
Data....................................
.............................................
HASIL PENELITIAN,
ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
DATA

UMUM........................................................ 38
.....................
44
Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia...................................
44

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan......................... 44


5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan............ 44
5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas................................ 45
5.2

DATA KHUSUS............................................................................ 45

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Menarche................... 45


5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan obesitas............................... 46
5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Kejadian Mioma Uteri........ 46
5.3

ANALISIS HASIL PENELITIAN............................................... 46

5.3.1 Analisis Hubungan Antara Usia Menarche Dengan Mioma Uteri... 46


5.3.2 Analisis Hubungan Antara obesitas Dengan Mioma Uteri............. 47
5.3.3 Analisis Hubungan Antara Usia Menarche Dan Obesitas................
Dengan Kejadian Mioma Uteri........................................................ 48
5.4
BAB 6
6.1
6.2

PEMBAHASAN.............................................................................. 49
PENUTUP....................................................................................... 52
KESIMPULAN............................................................................... 53
SARAN............................................................................................ 53

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Hasil Laporan Kejadian mioma Uteri Bulan Januari Agustus 3
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian... 36
Tabel 4.2 Pedoman Keeratan Dua Variabel Berdasarkan tingkat Koefisien. 41
Tabel 4.3 Pedoman Keeratan Dua Variabel Berdasarkan tingkat Kofisisen. 42
Table 5.1 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan usia di RS
Bhayangkara Kediri Tahun 2015................................ 44
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pendidikan di RS
Bhayangkara Kediri Tahun 2015.... 44
Table 5.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan riwayat ketrurunan
di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015........................ 44
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan paritas di RS
Bhayangkara Kota Kediri Tahun 201..................... 45
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan usia menarche di
RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun2015................... 45
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan obesitas di RS
Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015... 46
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan mioma uteri
di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015... 46

Tabel 5.8 Distribusi hasil tabulasi silang hubungan antara usia menarche
dengan mioma uteri di RS Bhayangkara KotaKediriTahun2015...... 46
Tabel 5.9 Distribusi hasil tabulasi silang hubungan antara obesitas
dengan mioma uteri di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015.... 47
Tabel 5.10 Hubungan antara usia menarche dan obesitas dengan kejadian
Mioma uteri di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015..... 48

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual...................................................................

29

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10

Jadwal Kegiatan Penelitian.


Surat Permohonan Survey
Surat Ijin Survey Awal Penelitian.
Surat Permohonan Penelitian.
Surat Selesai Penelitian.
Lembar Pengumpulan data.
Rekapitulasi Data Umum.
Rekapitulasi Data Khusus.
Uji Statistik.
Lembar Konsultasi

DAFTAR ARTI LAMBANG SINGKATAN DAN ISTILAH


Daftar Lambang:
= Persen
%
= Kurang dari
<
= Lebih dari
>
= Per
/
= Negatif
= Positif
+
= Kali
X
= Sama Dengan
=
= Dalam Kurung
()
= Alfa

= Rho

Daftar Singkatan:

World Health Organisation

Rumah Sakit

Gonadrotropin Realishing Hormon Agonist

Angka Kematian Ibu

Ultrasonografi

Darah Lengkap

Gonadrotropin Realishing Hormon

Lutheinising Hormon

WHO
RS
GnRHA
AKI
USG
DL
GnRH
LH

SDKI

Surfei Demografi Kesehatan Indonesia

KIE

Komunikasi Informasi Edukasi

LPP

Laju Pertumbuhan Penduduk

SST

Sarjana Sains Terapan

S.Pd

Sarjana Pendidikan

M.Kes

Magister Kesehatan

M.Keb

Magister Kebidanan

NIM

Nomor Induk Mahasiswa

NIDN

Nomor Induk Dosen Nasional

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Mioma uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot rahim.
Dalam kedokterannya disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau uterine
fibroid. Mioma merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada organ
reproduksi wanita. Mioma uteri mempunyai ciri khas bulat, keras, berwarna
putih hingga merah muda pucat, sebagian besar berisi otot polos dengan
beberapa jaringan ikat. Kejadiannya lebih tepatnya pada usia produktif
seorang wanita, menunjukan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen
(Sjamsuhidajat, 2010).
Berdasarkan penelitian World Health Organisatioan (WHO) penyebab
dari angka kematian ibu karena mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22
Kasus (1,95%) dan tahun 2011 sebanyak 21 kasus (2,04%) pada semua
pasien kebidanan yang dirawat. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada
wanita kulit hitam dibandingkan dengan wanita kulit putih (Handayani N,
2011).
Penelitian Mariano (2007) di Italia melaporkan 73 kasus mioma
uteridari 341 penderita terjadi pada usia 30-60 tahun dengan prevalensi
21,4%. Penelitian Rani Akhil Bhat (2006) di India (Depertement of
Obstetric and Gynecology, Kasturba Medical Collenge and Hospital)
terdapat 150 kasus mioma uteri dan 77 kasus terjadi pada wanita usia 40-49
tahun dengan prevalensi 51% dan kasus terjadi pada wanita umur lebih dari
50 tahun dengan prevalensi 30%.

Mioma uteri terjadi pada 20% - 25% wanita di usia reproduktrif, tetapi
oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti. Berdasarkan otopsi Novak
didalam buku Winkjosastro (2011), menemukan 27% wanita yang berumur
25 tahun mempunyai sarang mioma. Mioma uteri belom pernah dilaporkan
terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira kira 10% mioma
yang masih bertumbuh. Bahaya mioma uteri ini apabila tidak segera
ditangani dapat menyebebkan terjadinya perdarahan yang abnormal pada
uterus dan selama usia reproduktif dapat menyebabkan infertilitas dan
obesitas. Jumlah penderita mioma uteri belum diketahui secara pasti karena
banyak yang tidak merasakan keluhan sehingga tidak melakukan
pemeriksaan ke dokter, namun diperkirakan insiden mioma uteri sebesar
2030 % dari seluruh pasien kebidanan yang dirawat.
Di Indonesia kasus mioma uteri ditemukan sebanyak 2,3911,7%
pasien yang dirawat. Data statistik menunjukkan 60% mioma terjadi pada
wanita yang tidak pernah hamil atau wanita yang hanya satu kali melahirkan
(Prawirohardjo, 2011).Berdasarkan profil kesehatan Jawa Timur tahun 2011
mioma uteri menduduki urutan ke 4 dari 10 penyakit yang diketemukan.
Berdasarkanl Lokakarya Nasional Perencanaan Kebijakan Kesehatan, 12
13 September 2012 di Bandung, distribusi penyakit mioma uteri pada pasien
yang dirawat inap di Rumah Sakit di Indonesia tahun 2004 sebanyak 3.239
kasus dan 29 diantaranya meninggal dunia atau sekitar 2,84% (Barry, 2010).

Tabel 1.1 Hasil Laporan Kejadian Mioma Uteridi RS.Bhayangkara Kota


Kediri Bulan Juli - September Tahun 2015
Bulan

Jumlah Kunjungan

Juli
Agustus
September
Sumber Data

62
54
82

Jumlah Kejadian Mioma


Uteri
18 (29,03%)
32 (59,25%)
49 (59,75%)

:Sekunder Tahun 2015

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dikatakan bahwa dari bulan Juli Agustus
ada peningkatan kejadian mioma uteri sebanyak 32,22% dan dari bulan
AgustusSeptember peningkatannya sebanyak (19,01%). Dapat disimpulkan
bahwa masih tingginya kejadian mioma uteri di RS Bhayangkara Kota
Kediri Tahun 2015.
Kejadian mioma uteri disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yaitu
umur, paritas, genetik, usia menarche, obesitas, dan hormon. Mioma paling
sering memberikan gejala klinis antara usia 35- 45 tahun oleh karena pada
usia reproduktif hormon estrogen dan progesterone meningkat sehingga
besar kemungkinan dapat meningkatkan kejadian mioma uteri. Dari faktor
usia menarche, menarche sebelum umur 11 tahun meningkatkan insidedsi
mioma uteri, dan menarche lambat (>16 tahun) menurunkan resiko relatif
mioma uteri. Paparan estrogen yang semakin lama akan meningkatkan
insidensi mioma uteri. Cepat lambatnya menarche tergantung pada faktor
lingkungan, sosial ekonomi, nutrisi, dan genetik dari seseorang. Obesitas
juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini berhubungan dengan
konversi hormon androgen menjadi esterogen oleh enzim aromatease di
jaringan lemak (Djuwantono, 2011).

Penyebab praktis menurut survey yang ditemukan bahwa masih


banyak ibu yang mederita mioma uteri sebanyak 49 (59,75%)penderita
diantaranya terdapat penderita dengan obesitas sebanyak 14 (28,57%)
orang, menarche < 12 tahun sebanyak 10 (20,40%) orang, menarche usia
12 14 tahun sebanyak 16 (32,66%) orang, dan menarche> 14 tahun
sebanyak 9 (18,36%) orang yang menderita mioma uteri dan yang menjadi
penyebab dari mioma uteri adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang tanda
dan gejala mioma uteri serta pola makan sehari-hari yang tidak seimbang.
Akibat yang disebabkan secara mikro oleh mioma uteri adalah
perdarahan, anemia, infeksi atau degenerasi (kistik maupun merah), mioma
subserosa yang menyebabkan abdomen akut. Pengaruh mioma uteri
terhadap kehamilan antara lain, resiko terjadinya abortus bertambah karena
distorsi rongga uterus, kelainan letak janin dalam rahim, sehingga
menghalangi kemajuan persalinan, dapat terjadi inersia dan atonia uiteri
sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena adanya
gangguan mekanik dalam fungsi miometrium, menyebabkan plasenta sukar
lepas dari dasarnya dan menganggu proses involusi dalam nifas
((Winkjosastro, 2007). Sedangkan akibat yang disebabkan secara makro
oleh mioma uteri adalah mortalitas dan mordilitas pada pasien mioma uteri
meningkat.
Mioma uteri dapat dicegah dengan penerapan pola hidup yang sehat,
yaitu rajin memeriksakan rahim terutama wanita yang pernah melakukan
sex, memperhatikan pola makan, olahraga teratur dan menghindari rokok.
Sebagai salah satu cara untuk menurunkan angka kesakitan ibu karena

adanya mioma uteri maka dilakukan upaya penanganan salah satunya


dengan melakukan pemeriksaan USG atau lebih pasti dengan pemeriksaan
kerok selaput lender rahim (kuretase). Dalam dekade terakhir ada usaha
mengobati mioma uteri dengan agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan bahwa
penyebab terjadinya mioma uteri adalah adanya rangsangan dari hormone
estrogen terhadap sel-sel yang ada di otot rahim (Setiati, 2009).Selama ini
upaya yang sudah dilakukan di RS Bhayangkara Kota Kediri untuk terapi
konservatifadalah terapi medikamentosa. Preparat yang digunakan untuk
terapi medikamentosa adalah analgesik, GNRH,progesterone, danasol, ge
strinon, tamaksifen, antiprostaglandin, dan agen lain. Sedangkan untuk
terapi operatif dilakukan apabila mioma uteri lebih besar dari kehamilan
10 - 12 minggu, tumor yang berkembang cepat.
Berdasarkan fenomena tentang masih tingginya kejadian mioma uteri
yang dapat mengakibatkan meningkatnya angka kematian ibu (AKI), maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara usia
menarche dan obesitas dengan kejadian mioma uteripada pasien di Rumah
Sakit Bhayangkara Kota Kediri tahun 2015

1.2

Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara usia menarche dan obesitas dengan kejadian
mioma uteri pada pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015?

1.3

Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara usia menarche dan
dengan kejadian mioma uteri pada pasien di
RS
obesitas

Bhayangkara Kota Kediri tahun 2015.


1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi usia menarche pada pasien di RS Bhayangkara
Kota Kediri Tahun 2015
2. Mengidentifikasi obesitas pada pasien di RS Bhayangkara Kota
Kediri Tahun 2015
3. Mengidentifikasi kejadian mioma uteri pada pasien di RS
Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015
4. Menganalisis hubungan antara usia menarche dengan kejadian
mioma uteri pada pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun
2015
5. Menganalisis hubungan antara obesitas dengan kejadian mioma
uteri pada pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015.
6. Menganalisis hubungan antara usia menarche dan obesitas
dengan kejadian mioma uteri pada pasien di RS Bhayangkara
Kota Kediri Tahun 2015
Manfaat Penelitian
1.4

1.4.1 Manfaat Teoritis


Dihartapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan
referensi tentang hubungan antara usia menarche dan obesitas

dengan kejadian mioma uteri, serta sebagai pengembang ilmu


pengetahuan dan metodologi penelitian.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Responden
dari

penelitian

ini

dapat

memberikan

Diharapkan
pengetahuan kepada pasien kebinanan tentang mioma uteri
2. Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti dapat mengembangkan ilmu yang
diperoleh di bangku kuliah dan menerapkannya di masyarakat.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan
untuk menambah dan memperluas wawasan mahasiswa terutama
yang berhubungan dengan mioma uteri.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran serta
informasi bagi peneliti selanjutnya.

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1
2.1.1

Mioma Uteri
Definisi Mioma Uteri
Mioma uteri adalah salah satu tumor jinak otot rahim, disertai
jaringan ikatnya. Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal
dari otot polos jaringan fibrous, sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi
padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot
rahimnya yang dominan (Decherney, 2007). Mioma uteri biasa juga
disebut fibroid, fibromyoma, fibroleiomyoma, leiomyofibroma, atau lebih
tepatnya leiomyoma merupakan tumor yang dapat tumbuh solid atau
multipel (Ling, 2010).
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50
tahun yaitu mendekati angka 40%, jarang ditemukan pada usia dibawah 20
tahun. Sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah ditemukan
(Wiknjosastro, 2010).

2.1.2

Etiologi Mioma Uteri


Hal yang mendasari tentang penyebab mioma uteri belum
diketahui secara pasti, diduga merupakan penyakit multifaktorial.
Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal yang
berada di antara otot polos miometrium. Sel-sel mioma mempunyai
abnormalitas kromosom.

Dengan adanya stimulasi estrogen, menyebabkan terjadinya


proliferasi sel di uterus, sehingga menyebabkan perkembangan yang
berlebihan dari garis endometrium, sehingga terjadilah pertumbuhan
mioma uteri. Meskipun belum ada penemuan yang mendasari bahwa
estrogen menyebabkan mioma uteri, tetapi pertumbuhan mioma uteri
berkaitan dengan estrogen. Mioma uteri terdiri dari reseptor estrogen
dalam jumlah yang lebih banyak dari pada otot rahim (Decherney, 2010).
Mioma uteri pada awalnya diperkirakan merupakan jaringan uniseluler,
dengan setiap selnya terdiri glukosa--phospate dehydrogenase, yang
bersifat elektrophoresis. Penelitian yang dilakukan oleh Nilbert dan Heim,
mendapatkan hasil bahwa terdapat translokasi (mutasi genetik) khususnya
kromosom 12 yang berpengaruh pada pertumbuhan mioma (Ling,2010).
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat
pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen
eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan
pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan
anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Selama fase sekretorik,
siklus menstruasi dan kehamilan, jumlah reseptor estrogen di miometrium
normal berkurang. Pada mioma reseptor estrogen dapat ditemukan
sepanjang siklus menstruasi, tetapi ekskresi reseptor tersebut tertekan
selama kehamilan.

2.1.3

Faktor Predisposisi Mioma Uteri


a) Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50
tahun yaitu mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia

dibawah 20 tahun. Sedangkan


pada usia menopause hampir
tidak

kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan

pernah ditemukan (Wiknjosastro,


penderita mioma uteri (Parker, 2011).
2010). Pada usia sebelum
menarche
c) Obesitas
kadar estrogen rendah, dan
meningkat pada usia reproduksi,
serta akan
turun pada usia menopause. Pada
wanita menopause ditemukan
sebesar 10% (Ganong, 2011).
b) Riwayat Keluarga (genetis)
Wanita dengan garis
keturunan tingkat
pertama dengan
penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali

Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini


berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi esterogen
oleh enzim aromatease di jaringan lemak (Djuwantono, 2011).
Hasilnya terjadi peningkatan jumlah esterogen tubuh, dimana hal ini
dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan
pertumbuhan mioma uteri (Parker, 2011).
d) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita nullipara dan
wanita yang hanya mempunyai satu anak. Pada wanita nullipara,

kejadian mioma lebih sering ditemui salah satunya diduga karena


sekresi estrogen wanita hamil sifatnya sangat berbeda dari sekresi
oleh ovarium pada wanita yang tidak hamil. Hampir semuanya adalah
estriol, suatu estrogen yang relatif lemah daripada estradiol yang
disekresikan ovarium. Hal ini berbeda dengan wanita yang tidak
pernah hamil dan melahirkan, estrogen yang ada di tubuhnya
adalahmurni estrogen yang dihasilkan oleh ovarium yang semuanya
digunakan untuk proliferasi jaringan uterus (Parker,2011).
e) Usia Menarche
(Marshall dan Faerstain, 2008) mengemukakan insidensi mioma
uteri meningkat signitifikan pada wanita yang mengalami menarche
sebelum umur 11 tahun. Paparan estrogen yang semakin lama akan
meningkatkan insidensi mioma uteri. Menarche dini (<10 tahun)
ditemukan meningkatkan risiko relatif mioma uteri, dan menarche
lambat (>16 tahun) menurunkan risiko relatif mioma uteri (Setiati,
2010).
f) Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian
yang pernah dilakukan ditemukan sebesar 0,3% - 7,2% selama
kehamilan. Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena
tingginya kadar esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya
vaskularisasi ke uterus (Scott, 2011). Kedua keadaan ini kemungkinan
dapat mempercepat pertumbuhan mioma uteri (Manuaba, 2010).

2.1.4 Jenis dan Gambaran Klinis Mioma Uteri


Mioma uteri terbanyak tumbuh di fundus dan korpus uteri, hanya
3% yang terdapat di serviks. Mioma tumbuh soliter, multipel atau
berdifusi. Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural,
sebanyak 95% yang berlokasi di lapisan tengah miometrium (Thomason,
2008).
Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya,
maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain:
a) Mioma Submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus. Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun
besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma
submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan
kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret. Mioma jenis ini dapat
keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt
atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi ulserasi dan
infark (Wiknjosastro, 2011).
b) Mioma Intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk
sampai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai
banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-

benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding
depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong
kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
c) Mioma Subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat
tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter.
2.1.5. Gejala Mioma Uteri
Mioma uteri menimbulkan gejala hanya pada 35-50% kasus.
Sebagian besar penderita mioma uteri tidak menunjukkan adanya gejala.
Gejala mioma uteri tergantung pada lokasi, ukuran, jenis dan adanya
kehamilan. (Goodwin, 2010).
a) Massa di Perut Bawah
Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di
perut bagian bawah.
b) Perdarahan Abnormal
Menorrhagi adalah pola perdarahan uterus abnormal yang paling
umum karena mioma. Mioma submukosa bertangkai sering menyebabkan
gejala menorrhagi sebagai akibat ulserasi atau nekrosis. Perdarahan oleh
mioma dapat menyebabkan anemia berat. Mioma intramural juga dapat
menyebabkan perdarahan yang lama dan disertai dengan peningkatan
jumlah perdarahan (hipermenorrhoe) oleh karena adanya gangguan
kontraksi otot uterus. Cavum uteri yang meluas karena pertumbuhan

mioma dengan sendirinya dapat menyebabkan perdarahan banyak,


terutama mioma subserosa yang disertai dengan masalah perdarahan yang
lebih sedikit daripada dua jenis lainnya (Thomason, 2008).
c) Nyeri Perut
Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang
ini timbul karena
disertai dengan nekrosis setampat dan peradangan. Pada pengeluaran
mioma submukosa yang akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis cervikalis dapat menyebabkan dismenorrhoe. Dapat
juga rasa nyeri disebabkan karena torsi pada mioma uteri bertangkai.
Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan rasa enek dan muntah-muntah.
Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena
tekanan pada urat syaraf yaitu pleksus uterovaginalis, menjalar ke
pinggang dan tungkai bawah (Wiknjosastro, 2011).
d) Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau
menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosa dapat
memudahkan terjadinya abortus karena distorsi rongga uterus. Apabila
penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan dan mioma merupakan
penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk
dilakukan miomektomi (Wiknjosastro, 2011).

2.1.6. Perubahan Sekunder Mioma Uteri


a. Atrofi
Tanda-tanda dan gejala berkurang dan menghilang karena ukuran
mioma uteri berkurang atau setelah kehamilan.
b. Degenerasi Hialin
Perubahan ini sering terutama pada penderita usia lanjut
disebabkan karena kurangnya suplai darah. Jaringan fibrous berubah
menjadi hialin dan serabut otot menghilang. Mioma kehilangan
stuktur aslinya dan menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar
atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
c. Degenerasi Kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang
tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang
luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium
atau suatu kehamilan.
d. Degenerasi Membatu ( Calsireus Degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya
gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur
pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan
bayangan pada foto rontgen.

e.

Degenerasi Merah ( Carneus Degeneration)


f.

Perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis :


diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan
vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti
daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan
hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada
kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan,
tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan
klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma
bertangkai.
Degenerasi Lemak
Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin. Pada
mioma yang sudah lama dapat terbentuk generasi lemak. Di
permukaan irisannya berwarna kuning homogen dan serabut ototnya
berisi titik lemak dan dapat ditunjukkan dengan pengecatan khusus
untuk lemak (Winkjosastro, 2011).

2.1.7. Diagnosis Mioma Uteri


a) Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma
lainnya, faktor risiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
Biasanya teraba massa menonjol keluar dari jalan lahir yang dirasakan
bertambah panjang serta adanya riwayat pervaginam terutama pada
wanita usia 40-an. Kadang juga dikeluhkan perdarahan kontak
(Winkjiosastro, 2011).

b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma
uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras,
bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.
c) Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat
perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi.
Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah
Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hemoglobin.
Pemeriksaaan laboratorium lain disesuaikan dengan keluhan
pasien.
2. Imaging
a. Pemeriksaaan dengan USG ( Ultrasonografi ) transabdominal
dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma
uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada
uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik
diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma
uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran
uterus.
b. Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri
yang tumbuh ke arah cavum uteri pada pasien infertil.

c. Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri


submukosa, jika mioma kecil serta bertangkai. Mioma tersebut
sekaligus dapat diangkat.
2.1.8 Penatalaksanaan Mioma Uteri
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah.
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas,
lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu
yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang diduga
menyebabkan fertilitas. Penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan
konservatif, medikamentosa, operatif dan radiasi.
a) Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan
memerlukan
tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 10-12 minggu,
tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil
tindakan operasi.
b) Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan
pertumbuhan mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini.
Terapi medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi
pengganti sementara dari operatif. Preparat yang selalu digunakan
untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRHa (Gonadotropin
Realising Hormon Agonist), progesterone, danazol, gestrinon,

tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-agen lain seperti


gossypol danamantadine (Goodwin, 2011).
c) Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan
embolisasi arteri uterus:
1) Miomektomi, adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan
misalnya pada mioma submukosa pada mioma geburt
dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
2) Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya
tindakan terpilih. Histerektomi total umumnya dilakukan
dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma
servisis uteri.
d) Radiasi dengan radioterapi
Radioterapi dilakan untuk menghentikan perdarahan yang
terjadi pada beberapa kasus.
2.1.9. Komplikasi Mioma Uteri
a) Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomio sarkoma ditemukan hanya
0,32- 0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua
uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
sarcoma
pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat.

b) Torsi (putaran tangkai)


Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan
demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahanlahan, gangguan akut tidak terjadi (Hidayat. M, 2011).

2.2 Usia Menarche


2.2.1 Definisi Menarche
Menarche pertama merupakan suatu proses pembersihan rahim
terhadap pembuluh darah, kelenjar dan sel yang tidak terpakai karena tdiak
adanya pembuahan atau kehamilan yang terjadi untuk pertama kalinya pada
usia12-13 tahun (Agus S AsAdi, 2008)
Menarche adalah sebagai permulaan menstruasi pada seorang
gadis pada pubertas, yang biasanya muncul pada usia 11-14 tahun. Hal ini
menandakan bahwa gadis tersebut telah memasuki tahap pematangan organorgan seksual dalam tubuhnya (Misroh, 2010).
2.2.2 Tanda Menarche
Menarche salah satu tanda bahwa remaja tersebut mengalami
perubahan didalam dirinya dan juga disertai dengan berbagai masalah dan
perubahan-perubahan baik fisik, biologi, spikologik maupun sosial, harus
dihadapi oleh remaja karena ini merupakan masa yang sangat penting
karena merupakan masa peralihan kemasa dewasa (Moersintawati, 2010).

2.2.3 Usia Saat Menarche


Usia menarche adalah menstruasi pertama yang biasanya terjadi
pada perempuan umur 12-13 tahun dalam rentan umur 10-16 tahun. Dalam
keadaan normal menarche diawali dengan periode pematangan yang dapat
memakan waktu 2 tahun. Menstruasi pertama tidak sama pada setiap
orang, haid pertama terjadi pada stadium lanjut dari pubertas dan sangat
bervariasi pada umur (Misroh, 2010).
Menarche biasanya terjadi di usia 12 tahun. Pada umumnya,
sebelum memasuki usia menarche atau sekitar 5 bulan sebelumnya,
seorang perempuan akan mengalami keputihan dan tidak berbau. Jenis
keputihan ini tidak berbahaya karena sel-sel dalam dinding vagina
menghasilkan asam laktat dan selanjutnya akan mengeluarkan kumankuman jahat (Dianwati,2010).
2.2.4 Macam Menarche
Menurut Susanti A.V dan Sunarto (2012), macam menarche ada 3 yaitu:
1. Menarche dini (precoks)
Menarche precooks yaitu menarche yang terjadi pada usia <11 tahun
2. Menarche normal
Menarche normal yaitu menarche yang terjadi pada usia 12-13 tahun
3. Menarche terlambat (tarda)
Menarche tarda yaitu menarche yang baru datang usia >14 tahun
2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Cepat Lambatnya Menarche
Menarche merupakan tanda awal pubertas yang dipengaruhi oleh
bangsa, iklim, gizi, dan kebudayaan. Pada abad ini secara umum ada

pergeseran permulaan pubertas kearah umur yang lebih mudah, yang


dengan meningkatnya kesehatan umum dan
diterangkan

gizi

(Winkjosastro,2010).
Beberapa faktor yang mempengaruhi menarche
Genetik
1)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harjono (1999)
diketahui bahwa terdapat hubungan yang signitifikan antara usia
menarche ibu dengan usia menarche putrinya, artinya semakin
awal umur menarche ibu maka akan semakin awal umur menarche
putrinya, begitu pula sebaliknya. Penyakit bawaan atau kelainan
juga terbukukti memperlambat atau mempercepat
tertentu
terjadinya menstruasi pertama. Remaja putri yang menderita
kelainan tertentu selama dalam kandungan berpotensi mendapat
menarche pada usia yang lebih muda dari usia rata-rata. Sebaliknya
remaja putri yang menderita cacat mental dan mongolisme akan
mendapat menarche pada usia yang lebih lambat (Misaroh, 2010).
2. Faktor Gizi
Beberapa ahli mengatakan bahwa anak perempuan dengan
jaringan lemak yang lebih banyak, lebih cepat mengalami
menarche daripada anak yang kurus. Kehilangan berat badan
sebesar 10% dari berat badan ideal dapat menyebabkan
terlambatnya menstruasi dan terhentinya Gn,Rh,Lh dan FSH.
(Narendra, 2009) juga membuktikan dalam penelitiannya bahwa
status gizi remaja putri berpengaruh terhadap cepat lambatnya usia

menarche yaitu semakin baik gizi maka semakin awal usia


menarche.
3. Lingkungan
Anak yang tinggal dikota pada dasarnya memiliki gizi yang
relative lebih baik dibandingkan mereka yang tinggal di desa. Hal
ini diduga berpengaruh terhadap usia menarche mereka. Menurut
penelitian Harjono (2009) diketahui bahwa remaja putri yang
tinggal di kota lebih cepat mendapat menstruasi daripada mereka
yang tinggal di desa. Namun setelah diteliti lebih lanjut ternyata
remaja putri yang tinggal di pantai pun usia menarche mereka
dating lebih awal. Hal ini berhubungan dengan asupan protein yang
mereka konsumsi yang ternyata juga berpengaruh terhadap lambat
tidaknya usia menarche disamping asupan lemak (Misaroh, 2010).
4. Ras
Saat ini anak perempuan di Amerika Serikat lebih cepat 9
bulan mendapat menstruasi pertamanya daripada yang dialami
anak-anak perempuan pada 20-an tahun yang lalu. Penelitian
terbaru menunjukkan anak perempuan kulit hitam rata-rata
mengalami menstruasi lebih awal 3 bulan dari pada anak-anak kulit
putih dan rata-rata usia mendapatkan menarche lebih cepat 9 bulan
pada perempuan kulit hitam, serta 2 bulan pada perempuan kulit
putih (Misaroh, 2010).

2.3
2.3.1

Obesitas
Pengertian Obesitas
Obesitas adalah kondisi kelebihan masa tubuh. Kegemukan

memiliki dampak buruk bagi


tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal
kesehatan. Setiap orang memerlukan
antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita
sejumlah lemak tubuh untuk
menyimpan energi, sebagai penyekat dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan
panas,
pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.
penyerap guncangan dan fungsi
lainnya. Rata-rata wanita memiliki Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun,
lemak
tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh.
orang bisa dikategorikan memiliki masa tubuh
Batasan
berlebihanatau obesitas jika indeks massa tubuhnya lebih dari normal.
Adapun cara merumuskan indeks massa tubuh ialah: berat badan (dalam
satuan kg) di bagi dengan tinggi badan yang di kuadratkan (dalam satuan
meter).
Faktor Penyebab Terjadinya Obesitas
2.3.2
Penyebab Obesitas Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat
mengonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh.
Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran
kalori ini masih belum jelas. Terjadinya. obesitas melibatkan beberapa
faktor sebagai berikut:

1)

Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki
penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi
gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa
mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan
faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh
sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.

2)

Faktor lingkungan
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus
obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan

yang cukup berarti. Lingkungan ini


termasuk perilaku/pola gaya

Seseorang tentu saja tidak


dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola

hidup (misalnya apa yang dimakan


dan berapa kali seseorang

makan dan aktivitasnya.

makan serta bagaimana aktivitasnya). 3) Faktor Psikis


yang

ada

di

dalam

pikiran

seseorang

bisa

Apa
kebiasaan

makannya.

Banyak

orang

yang

memengaruhi
memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu
bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita
muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran
yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman

dalam pergaulan sosial. Ada dua pola makan abnormal yang bisa
menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat
banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada
malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan
kekecewaan.
4) Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah
satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di
tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif
memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung
mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas
fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
Indek Masa Tubuh (IMT)
2.3.3
IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan
berdasarkan indeks quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan
kuadran tinggi badan dalam meter (kg/m2)).
IMT merupakan alternatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh
karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah
dilakukan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat di hitung dengan rumus
berikut:
Menurut rumus Metrik:
IMT=Berat Badan (kg) / Tinggi badan(m)2

2.3.4

Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT


3) Normal
1) Sangat kurus
4) Obesitas I
2) Kurus
5) Oesitas II

: <17
6) Obesitas III
: 17,0 18,4
: (18,5 24,9)
: (25 - 29,9)
: (30 40)
: (>40) (Arisman, 2010.

2.4 Hubungan Antara Usia Menarche Dengan Kejadian Mioma Uteri


Haid atau menstruasi pertama merupakan suatu proses pembersihan
rahim terhadap pembuluh darah, kelenjar dan sel yang tidak terpakai karena
tidak adanya pembuahan atau kehamilan yang terjadi untuk pertama kali
pada usia 12-13 tahun (Agus S AsAdi, 2010). Statistik menunjukan bahwa
usia menarche dipengaruhi oleh factor keturunan, keadaan gizi, kesehatan
umum yang membaik dan berkurangnya penyakit menahun (Winkjosastro,
2010). Beberapa penelitian mengemukakan bahwa peningkatan pertumbuhan
mioma uteri merupakan respon dari stimulasi estrogen. (Marshall dan
Faerstain) mengemukakan insidensi mioma uteri meningkat signitifikan pada
wanita yang mengalami menarche sebelum umur 11 tahun. Paparan estrogen
yang semakin lama akan meningkatkan insidensi mioma uteri. Menarche dini
(<10 tahun) ditemukan meningkatkan risiko relatif mioma uteri, dan
menarche lambat (>16 tahun) menurunkan risiko relatif mioma uteri (Setiati,
2010).

Banyaknya estrogen pada darah wanita yang terkena mioma uteri


dan yang tidak terkena mioma uteri sebenarnya sama, tetapi banyaknya
estradiol pada wanita dengan mioma uteri lebih tinggi dari pada wanita yang
tidak terkena mioma. Hal ini disebabkan karena pada wanita yang terkena
mioma uteri memiliki sedikit enzim yang dapat mengubah senyawa estradiol
ke estrogen sehingga tumpukan senyawa estradiol lebih banyak dan akan
meningkatkan mioma uteri (Sutoto, 2010).

2.5 Hubungan Antara Obesitas dengan Kejadian Mioma Uteri


Obesitas adalah kondisi kelebihan masa tubuh. Kegemukan memiliki
dampak buruk bagi kesehatan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak
tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap
guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita msemiliki lemak tubuh yang
lebih banyak dibandingkan pria. Obesitas juga berperan dalam terjadinya
mioma uteri. Hal ini berhubungan dengan konversi hormon androgen
menjadi esterogen oleh enzim aromatease di jaringan lemak (Djuwantono,
2011). Hasilnya terjadi peningkatan jumlah esterogen tubuh, dimana hal ini
dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan
pertumbuhan mioma uteri. (Parker, 2011).

2.6 Hubungan antara Usia Menarche dan Obesitas dengan Kejadian Mioma
Uteri
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa peningkatan pertumbuhan
mioma uteri merupakan respon dari stimulus estrogen dimana etrogen yang
berstimulasi ke dalam jaringan otot rahim sehingga menyebabkan

perkembangan secara berlebih di garis endometrium. Akibat dari menebalnya


endometrium maka terjadilah peradangan pada dinding endometrium yang
kemudian menyebabkan mioma uteri. Sementara itu insidensi mioma uteri
meningkat signitifikan pada wanita yang mengalami menarche di usia
sebelum 11 tahun. Paparan estrogen yang semakin lama akan meningkatkan
insidensi mioma uteri. Menarche dini (<10 tahun) ditemukan meningkatkan
resiko relatif mioma uteri (Setiati, 2010).
Mioma uteri lebih sering didapati pada wanita yang kelebihan masa
tubuh (obesitas). Suatu studi propektif dijalankan kemungkinan risiko
menderita mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan berat
badan dan indeks masa tubuh. Wanita dengan 30% kelebihan lemak tubuh
menyebabkan peningkatan konversi androgen adrenal kepada estrone dan
hormone sex-binding globulin. Hasilnya menyebabkan
menurunkan
peningkatan estrogen yang menyebabkan terjadinya mioma uteri (Parker,
2009). Suatu studi di Harvard yang dilakukan oleh Dr. Lyn Marshall
menemukan bahwa wanita yang indeks masa tubuh di atas normal,
berkemungkinan 30,23% lebih sering menderita mioma uteri. (Djuwantoro,
2009 yang dikutip Muzakir, 2010).

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian


Mioma uteri

Faktor
Predisposisi
mioma uteri

Perdarahan
- Anemia

Usia menarche dini


menyebabkan
mioma uteri karena
paparan estrogen
yang terlalu lama

1.Umur
2.Paritas
3.Riwayat
Keluarga

-infeksi/degenerasi
- Abdomen Akut

Angka
mortalitas dan
mordilitas pada
pasien penderita
mioma uteri

- Infertilitas

4.Ras

Adanya konversi
hormon androgen
menjadi esterogen oleh
enzim aromatease di

5. Kehamilan

6. Usia menarche
7. Obesitas

jaringan lemak
sehinggan
menyebabkan mioma
uteri
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual diatas dapat dijelaskan bahwa


penderita mioma uteri lebih sering terjadi pada usia reproduktif (20-45 tahun)
dan jarang ditemukan sebelum menarche. Pada faktor keturunan, wanita

dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri


mempunyai 2-3 kali kemungkinan untuk menderita mioma uteri. Pada faktor
paritas, mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita nullipara dan wanita
yang hanya mempunyai satu anak. (Swine,2009). Pada wanita nullipara,
kejadian mioma lebih sering ditemui salah satunya diduga karena: sekresi
estrogen wanita hamil sifatnya sangat berbeda dari sekresi oleh ovarium pada
wanita yang tidak hamil. Pada faktor usia menarche, insidensi mioma uteri
meningkat signitifikan pada wanita yang mengalami menarche sebelum umur
11 tahun. Paparan estrogen yang semakin lama akan meningkatkan insidensi
mioma uteri, Menarche dini (<11 tahun) dutemukan meningkatkan resiko
relatif mioma uteri, dan menarche lambat (>16 tahun) menurunkan resiko
relatif mioma uteri. Pada faktor obesitas hasilnya terjadi peningkatan jumlah
esterogen tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan
peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri. Mioma uteri lebih
sering didapati pada wanita yang kelebihan masa tubuh (obesitas). Obesitas
juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini berhubungan dengan
konversi hormon androgen menjadi esterogen oleh enzim aromatease di
jaringan lemak. Pada faktor kehamilan di mana mioma uteri juga berpengaruh
terhadap kehamilan karena tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan
vaskularisasi ke uterus. Dari faktor tersebut akan
bertambahnya
mempengaruhi resiko terjadinya mioma uteri yang dapat menyebabkan
perdarahan, anemia, infeksi atau degenerasi, torsi, infertilitas, dan mioma
yang dapat menyebabkan abdomen akut. Serta
subserosa bertangkai
pengaruh mioma uteri terhadap kehamilan antara lain menyebabkan

infertilitas. Faktor tersebut dapat mempengaruhi resiko terjadinya mioma


uteri dan penanganan yang tidak dapat meningkatkan mortalitas dan
morbiditas pada penderita mioma uteri.
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang di ajukan dalam penelitian adalah:
Ho: Tidak ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian mioma uteri
pada pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri tahun 2015.
Ho: Tidak ada hubungan antara obesitas dengan kejadian mioma uteri pada
pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri tahun 2015.
Ho: Tidak ada hubungan antara usia menarche dan obesitas dengan kejadian
mioma uteri pada pasien di RS Bhayangkara nKota Kediri Tahun 2015.
Selanjutnya hipotesis tersebut diubah dalam bentuk hipotesis statistik
yang berbunyi:
H1:

Ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian mioma uteri pada
pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri tahun 2015.

H1:

Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian mioma uteri pada pasien
di RS Bhayangkara Kota Kediri tahun 2015.

H1:

Ada hubungan antara usia menarche dan obesitas dengan kejadian mioma
uteri pada pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri tahun 2015

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1

Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan
berdasarkan berbagai perspektif yaitu:
1. Berdasarkan lingkup penelitian termasuk jenis penelitian inferensial.
2. Berdasarkan tempat penelitian termasuk jenis rancangan penelitian
lapangan.
3. Berdasarkan waktu pengumpulan data termasuk jenis rancangan yang
digunakan cross sectional.
4. Berdasarkan cara pengumpulan data termasuk jenis survey dari
dokumen rekam medik dan wawancara dengan tindakan langsung.
5. Berdasarkan ada tidaknya perlakuan termasuk expost facto karena
penelitian ini tidak memberikan intervensi kepada obyek.
6. Berdasarkan tujuan penelitian termasuk jenis analitik korelasional.
7. Berdasarkan sumber data termasuk jenis data sekunder

4.2

Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang
memeriksakan diri di RS Bhayangkara yaitu sebanyak 198 orang.

4.2.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian
pasien yang memeriksakan diri dengan mioma uteri di RS Bhayangkara
Kota Kediri Tahun 2015.
4.2.3 Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus infinit:
...
..

Keterangan :
dengan taraf kesalahan dk = 1
Taraf kesalahan 5%
S : Besar sampel
N : Besar populasi
D : 0,05
P : Q = 0,5
.

,
.,..

S=

S=

S=

S = 67 Responden
4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple
random sampling.
4.3

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


4.3.1 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 2 variabel bebas (independent variabel) yaitu usia menarche dan
obesitas dan variabel tergantung (dependent variabel) yaitu kejadian mioma
uteri.
4.3.2 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel
Variabel
(independent)
usia menarche
Obesitas

Dependen
Mioma Uteri

4.4

Definisi
Operasional
Usia pertama
kali wanita
mengalami
menstruasi

Parameter

Alat Ukur

Skala

Kategori

Usiapertama
kali responden
mengalami
menstruasi

Data Rekam
medik

Ordinal

1. <11 tahun
2. 12-13 tahun
3. >14 tahun

Obesitas
adalah
kelebihan
lemak dalam
tubuh.

Perhitungan
berat badan
dengan
menggunakan
rumus IMT
(Indeks Masa
Tubuh)
Terjadi Mioma
Uteri

Data Rekam
medik

Ordinal

1.Sangat kurus : <17


2.Kurus : 17,0 18,
3.Normal:(18,5 24,9)
4.Obesitas I:(25- 29,9)
5.Oesitas II :(30 40)
6.Obesitas III : (>40)

Sejumlah ibu
yang telah
didiagnosa
menderita
mioma uteri di
rekam medik
RS
BahanBhayangkara
Penelitian
Kota Kediri

Data Rekam
Medik

Tidak terjadi
mioma uteri

Ordinal

1. Menderita Mioma
uteri
2. Tidak menderita
moima uteri

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam


medik pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri.

4.5

4.6

dengan
menggunakan lembar pengumpulan data.
Lembar pengumpulan data diartikan sebagai petunjuk pengisian

Instrumen Penelitian

pada saat melakukan pengambilan data. Lembar pengumpulan data diisi


Instrumen penelitian yang
digunakan dalam
oleh peneliti berdasarkan keadaan yang ada.
penelitian ini adalah
data rekam medik pasien yang
menderita penyakit mioma uteri

Lokasi dan Waktu Penelitian

4.6.1 Lokasi Penelitian


Lokasi untuk melakukan penelitian ini adalah di RS Bhayangkara
Kota Kediri Tahun 2015.
4.6.2 Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan pada bulan November Tahun 2015.

4.7

Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data


Prosedur yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data
dimulai dari peneliti meminta izin dari kampus Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kadiri Kota Kediri untuk melakukan penelitian di RS
Bhayangkara Kota Kediri dengan memberikan pengajuan surat penelitian.
Kemudian peneliti membawa surat ke Pihak RS bhayangkara Kota Kediri
untuk melakukan penelitian. Setelah mendapatkan izin dari pihak RS
Bhayangkara Kota Kediri Kemudian peneliti melakukan pengambilan data.
Setelah mendapatkan data sejumlah 198 calon responden, kemudian

dilakukan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple


random sampling.
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui
tahapan sebagai berikut:
a) Editing
Hasil dari pengamatan atau observasi di lapangan harus dilakukan
penyuntingan (editing) terlabih dahulu, secara umum editing adalah
merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan dari hasil data.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengedit data, yaitu:
Kelengkapan dan kesempuranaan data, data sudah cukup jelas tulisannya
untuk dapat dibaca atau tidak, semua catatan dapat dibaca atau tidak.
b) Coding
Coding adalah merupakan pemberian kode berupa angka untuk
memudahkan pengolahan data. Yakni mengubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Dan ini sangat berguna
dalam memasukan data (entery data), setelah itu menuliskan kode untuk
setiap variabel antara lain:
a. Data Umum
1) Usia Ibu
: <17 Tahun
Kode 1
: 17- 25 Tahun
Kode 2
: 25 - 45 Tahun
Kode 3
: >45 Tahun
Kode 4

2) Pendidikan
: Dasar
Kode 1
: Menegah
Kode 2
: Tinggi
Kode 3
3) Riwayat keturunan mioma uteri
: Ada
Kode 1
: Tidak ada
Kode 2
4) Paritas
: Nullipara
Kode 1
: Primipara
Kode 2
: Multipara
Kode 3
: Grandemultipara
Kode 4
b. Data Khusus
1) Usia menarche
: < 11 tahun
Kode 1
: 12 - 13 tahun
Kode 2
: > 14 tahun
Kode 3
2) Obesitas
: Sangat kurus
Kode 1
: Kurus
Kode 2
: Normal
Kode 3
: Obesitas Tingkat I
Kode 4
: Obesitas Tingkat II
Kode 5
: Obesitas Tingkat III
Kode 6

3) Pasien mioma uteri


: Menderita mioma uteri
Kode 1
: Tidak menderita mioma uteri
Kode 2
c) Scoring
Member skor atau nilai tertentu pada data yang terkumpul. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan dalam tabulasi dan anaalisis data.
d) Tabulasi
Yaitu kategori responden yang sudah diberi kode kemudian
dimasukkan dalam tabel. Kemudian data yang sudah dikelompokkan
dan dipersentasikan dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi.
Hal ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam membaca data
yang telah terkumpul, sehingga mempermudah juga dalam pengolahan
data.

4.8

Analisa Data

4.8.1 Analisis Univariat


Hasil tabulasi digambarkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dengan menggunakan analisa kualitatif prosentase dengan rumus:
Sp x 100%
Sm
P=
Keterangan:
P = Pencapaian presentasi
Sp = Jumlah skor yang diperoleh
Sm = Jumlah maksimal
Selanjutnya hasil analisa disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi kemudian di interpretasikan, dilakukan pembahasan terhadap sub

variabel yang diteliti. Hasil pengolahan data tersebut dalam bentuk


prosentasi kemudian di interpretasikan dengan skala sebagai berikut:
= Seluruhnya
1. 100%
= Hampir Seluruhnya
2. 76 - 99%
= Sebagian Besar
3. 51 - 75%
= Setengahnya
4. 50%
= Hampir Setengahnya
5. 26- 49%
= Sebagian Kecil
6. 1 - 25%
= Tidak Sama Sekali
7. 0%
4.8.2 Analisa Bivariat
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara usia
RS
menarche dan obesitas dengan kejadian mioma uteri pada pasien di
Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis hubungan antara Usia menarche dan obesitas
dengan kejadian mioma uteri pada pasien di RS Bhayangkara Kota
Kediri Tahun 2015, dengan uji statistik yang digunakan dengan cara
sebagai berikut:
a) Tujuan :Korelasi
b) Jumlah Variabel: 2
Variabel independent : usia menarche
Variabel dependent : Mioma uteri
c) Skala data :Hubungan (X1) dengan (Y): Ordinal ordinal
d) Sampel : bebas
e) Pemilihan Uji statistik : Spearman Rank.

Rumus Uji korelasi Spearman adalah sebagai berikut:

=1 -

Keterangan:
Korelasi Sperman Rho (koefisien korelasi)
D=Beda Antara Ranking Pasangannya (selisi tingkatan)
N=Jumlah sampel
Kriteria dalam pengambilan keputusan hasil uji statistik adalah:
a) Jika P value< maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada
hubungan yang bermakna antara variabel yang diukur..
b) Jika P value> H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak ada
hubungan yang bermakna antara variabel yang diukur. Pada
penelitian ini nilai adalah 5%.
Tabel 4.2 Pedoman Keeratan Dua Variabel Berdasarkan tingkat
Koefisien
Korelasi
Interval
Koefisiensi
Tingkat Hubungan
0,800 1,00

Sangat Kuat

0,600 0,800

Kuat

0,400 0,600

Sedang

0,200 0,400

Rendah

0,000 0,200

Sangat Rendah

Sumber : Sugiono, 2009

c) Untuk mengetahui arah hubungan korelasi antara variabel


independen dan dependent yaitu dinyatakan dengan tanda plus
(+) dan minus (-).
1. Tanda plus (+) menunjukkan adanya korelasi searah antara
usia menarche dengan kejadian mioma uteri pada pasien di
RS Bhayangkara Tahun 2015.

2.

Tanda minus (-) menunjukkan korelasi sejajar berlawanan

arah antara usia menarche dengan kejadian mioma uteri


pada pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015.
2. Untuk menganalisis hubungan antara Usia menarche dan
mioma uteri pada pasien di
obesitas dengan kejadian
Bhayangkara Tahun 2015, dengan uji statistik yang digunakan
dengan cara sebagai berikut:
a. Tujuan :Korelasi
b. Jumlah Variabel: 2
Variabel independent : obesitas
Variabel dependent : Mioma uteri
c. Skala data :Hubungan (X2) dengan (Y): Ordinal ordinal
d. Sampel : bebas
e. Pemilihan Uji statistik : Spearman Rank.
Rumus Uji korelasi Spearman adalah sebagai berikut:

=1 -

Keterangan:
Korelasi Sperman Rho (koefisien korelasi)
D=Beda Antara Ranking Pasangannya (selisi tingkatan)
N=Jumlah sampel
Kriteria dalam pengambilan keputusan hasil uji statistic adalah:
d) Jika P value< maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada
hubungan yang bermakna antara variabel yang diukur..
e) Jika P value > H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak ada
hubungan yang bermakna antara variabel yang diukur. Pada
penelitian ini nilai adalah 5%.

RS

Tabel 4.3 Pedoman Keeratan dua Variabel berdasarkan tingkat


Koefisien Korelasi
Interval Koefisiensi

Tingkat Hubungan

0,800 1,00

Sangat Kuat

0,600 0,800

Kuat

0,400 0,600

Sedang

0,200 0,400

Rendah

0,000 0,200

Sangat Rendah

Sumber : Sugiono, 2009

f) Untuk mengetahui arah hubungan korelasi antara variabel


independen dan dependent yaitu dinyatakan dengan tanda plus
(+) dan minus (-).
3. Tanda plus (+) menunjukkan adanya korelasi searah antara
obesitas dengan kejadian mioma uteri pada pasien di RS
Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015.
4. Tanda minus (-) menunjukkan korelasi sejajar berlawanan
arah antara obesitas dengan kejadian mioma uteri pada
pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015.
4.8.3 Analisis multivariat
Analisis multivariat menggunakan uji statistik regrasi logistic
berganda karena untuk mengetahui hubungan antara tiga variabel
independent dengan skala data ordinal dan satu variabel dependent dengan
skala data ordinal, pengolahan uji statistik menggunakan program SPSS for
Windows.
Uji statistik menggunakan uji regresi logistik berganda digunakan
untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel
independent atau lebih dengan satu variabel dependent.

Interpretasi hasil uji :


Jika P value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara usia menarche
1.
dan obesitas dengan kejadian mioma uteri pada pasien di
RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015
P value < 0,05 maka ada hubungan antara usia menarche dan
2.
obesitas dengan kejadian mioma uteri pada pasien di RS Bhayangkara
Kota Kediri Tahun 2015

BAB 5
HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Data Umum
5.1
5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.1.
Usia

Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan usia


di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015
Frekuensi

No
1
2
3
4

< 17 Tahun
0
17 - 25 Tahun
25
25 45 Tahun
37
>45 Tahun
5
67
Total
Sumber: Data Sekunder, Penelitian, Tahun 2015

0
37,3
55,2
7,5
100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar


yaitu 37 (55,2%) responden berusia 25 24 tahun.
5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan


pendidikan di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015

Pendidikan

Frekuensi

No
1
2
3

Pendidikan Dasar
34
Pendidikan Menengah
18
Perguruan Tinggi
15
67
Total
Sumber: Data Sekunder, Penelitian, Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diinterpretasikan

50,7
26,9
22,3%
100

bahwa setengahnya

yaitu 34 (50,7%) responden berpendidikan dasar.


5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan
genetik di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015
Riwayat Keturunan

Frekuensi

No
1
2

Ada
40
Tidak Ada
27
67
Total
Sumber: Data Sekunder, Penelitian, Tahun 2015

57,7
40,3
100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar


yaitu 40 (57,7%) responden memiliki riwayat keturunan mioma uteri.
5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan paritas


di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015
Paritas

Frekuensi

No
Nulipara
23
Primipara
16
Multipara
19
Grandemultipara
9
67
Total
Sumber: Data Sekunder, Penelitian, Tahun 2015
1
2
3
4

34,3
23,9
28,4
13,4
100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diinterpretasikan bahwa hampir


setengahnya yaitu 23 (34,3%) responden nullipara.

5.2

Data Khusus

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Menarche


Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan usia
menarchedi RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015
No
1
2
3

Usia menarche
< 11 Tahun
12 13 Tahun
>14 Tahun
Total

Frekuensi
35
19
13
67

%
52,2
28,4
18,4
100

Sumber: Data Sekunder, Penelitian, Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar


yaitu 35 (52,2%) responden mengalami menarche di usia < 11 tahun.
5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Obesitas
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan
Obesitas di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015
Obesitas

No
1
2
3
4

Kurus
Normal
Obesitas I
Obesitas II
Total

Frekuensi
3
23
39
2

%
4,5
34,3
58,2
3

67

100

Sumber: Data Sekunder, Penelitian Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar


yaitu 39 (58,2%) responden mengalami obesitas tingkat I
5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kejadian Mioma Uteri

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan


Mioma Uteri di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015
No
1
2

Kejadian MiomaUteri
Mioma Uteri
Tidak Mioma Uteri
Total

Frekuensi
45
22
67

%
67,2
32,8
100

Sumber: Data Sekunder, Penelitian, Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar


yaitu 45 (67,2%) responden menderita mioma uteri
5.3 Analisis Hasil Penelitian
5.3.1 Analisis hubungan antara Usia Menarche dengan Mioma Uteri
Tabel 5.8 Distribusi Hasil Tabulasi Silang Hubungan Antara Usia
Menarche dengan Mioma Uteri di RS Bhayangkara Kota Kediri
Tahun 2015
Usia Menarche

Kejadian Mioma Uteri


Ya
Tidak

Total

No

%
< 11 Tahun
28
62,2
12 13 Tahun
13
28,8
> 14 Tahun
4
8,8

45
67,2 22
p value =0 ,003 dengan = 0,05 r = + 0,356
Sumber: Data Sekunder, Penelitian, Tahun 2015
1
2
3

7
6
9

%
31,8
27,2
40,9
32,8

35
19
13
67

%
52,2
28,3
19,4
100

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar


yaitu 28 (62,2%) responden menderita mioma uteri dengan usia menarche
< 11 tahun.
Berdasarkan hasil analisa uji statistik dengan menggunakan uji
Spearman Rank diperoleh nilai value = 0,003 dengan = 0,05 sehingga
dapat dikatakan value < maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada
hubungan antara usia menarche dengan kejadian mioma uteri pada pasien di
RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015. Selain itu didapatkan nilai
correlation coefficient sebesar 0,356 yang menunjukan kekuatan korelasi
rendah dan arah hubungannya positif (+) atau sejajar artinya makin dini
usia menarche maka makin tinggi kejadian mioma uteri.

5.3.2 Analisis hubungan antara Obesitas denganMioma Uteri


Tabel 5.9 Distribusi Hasil Tabulasi Silang Hubungan Antara Obesitas
dengan Mioma Uteri di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun
2015
Usia obesitas

Kejadian Mioma Uteri


Ya
Tidak

Total

No

%
Sangat Kurus
0
0
Kurus
0
0
Normal
11
24,4
Obesitas I
32
71,1
Obesitas II
2
4,4
Obesitas III
0
0

45
67,2 22
p value =0 ,000 dengan = 0,05 r = - 0,452
Sumber: Data Sekunder, Penelitian, Tahun 2015
1
2
3
4
5
6

0
3
12
7
0
0

%
0
13,6
54,5
31,8
0
0
32,8

0
3
23
39
2
0
67

%
0
4,4
34,3
58,2
2,9
0
100,0

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar


yaitu 32 (71,1%) responden menderita mioma uteri dengan obesitas I.
Berdasarkan hasil analisa uji statistik dengan menggunkan uji
Spearman Rank diperoleh nilai value = 0,000 dengan = 0,05 sehingga
dapat dikatakan value < maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada
hubungan antara obesitas dengan kejadian mioma uteri pada pasien di RS
Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015.Selain itu didapatkan nilai
correlation coefficient sebesar -0,452 yang menunjukan kekuatan korelasi
sedang dan arah hubungannya negatif (-) atau tidak sejajar artinya makin
rendah obesitas maka makin tinggi kejadian mioma uteri.
5.3.3 Analisis Hubungan Antara Usia Menarche dan Obesitas dengan mioma
uteri Pada Pasien diRS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015
Tabel 5.10 Hubungan Antara Usia Menarche dan Obesitas dengan Mioma
Uteri di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015.

OR

0,014
0,001
0,048

2,773
0,156
57,595

Koofisien
Usia menarche
Obesitas
Constant
Sumber: SSPS Multivariat

1,020
-1,857
4,053

Analisis ini menggunakan uji regresi logistik dengan metode enter


dengan nilai value 0,048 < 0,05 maka Ho di tolak dan H1 diterima yang
berarti ada hubungan antara usia menarche dan obesitas dengan kejadian
mioma uteri. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa secara statistik
tingkat keeratan hubungan sangat tinggi adalah usia menarche dengan nilai
OR = 2,773.
5.4

Pembahasan
5.4.1 Identifikasi Usia Menarche
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar
35 (52,2%) responden mengalami usia menarche pada usia < 11 Tahun.
Beberapa faktor yang mempengaruhi usia menarche adalah faktor
keturunan, Faktor gizi, lingkungan, dan ras. Dari faktor keturunan
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harjono (2010) diketahui bahwa
terdapat hubungan yang signitifikan antara usia menarche ibu dengan usia
menarche putrinya, artinya semakin awal umur menarche ibu maka akan
semakin awal umur menarche putrinya, begitu pula sebaliknya.
Gizi juga berpengaruh terhadap cepat dan lambatnya menarche. Anak
perempuan dengan jaringan lemak yang lebih banyak, lebih cepat
mengalami menarche daripada anak yang kurus. Kehilangan berat badan
sebesar 10% dari berat badan ideal dapat menyebabkan terlambatnya
menstruasi dan terhentinya Gn,Rh,Lh dan FSH. Anak yang tinggal dikota
pada dasarnya memiliki gizi yang relatif lebih baik dibandingkan mereka
yang tinggal di desa. Hal ini diduga berpengaruh terhadap usia menarche
mereka. Hal ini berhubungan dengan asupan protein yang mereka konsumsi
yang ternyata juga berpengaruh terhadap cepat lambatnya usia menarche
disamping asupan lemak.
Dari faktor ras, penelitian terbaru menunjukkan anak perempuan kulit
hitam rata-rata mengalami menstruasi lebih awal 3 bulan dari pada anakanak kulit putih dan rata-rata usia mendapatkan menarche lebih cepat 9
bulan pada perempuan kulit hitam, serta 2 bulan pada perempuan kulit putih
(Misaroh, 2010). Menurut analisa peneliti bahwa ada kesenjangan antara
teori dan kenyataan di lahan penelitian yaitu terdapat sebagian besar
responden yang menarche di usia < 11 tahun .
5.3.2 Identifikasi Obesitas
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar 39
(58,2%) responden mengalami obesitas tingkat I.
Obesitas adalah kondisi kelebihan masa tubuh. Tetapi anggota
keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya
hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Gen merupakan faktor
yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang
juga memegang peranan yang cukup berarti.

Lingkungan ini termasuk perilaku atau pola gaya hidup (apa yang
dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya).
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda
yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan
tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu
penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah
masyarakat yang makmur. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi
makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang,
akan mengalami obesitas. Noor (2009) menyatakan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara obesitas dengan mioma uteri. Hal ini karena pada
wanita yang memiliki kelebihan masa tubuh lebih banyak estrogen dalam
lemak sehingga bisa meyebabkan mioma uteri.
Menurut analisa peneliti hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
lapangan bahwa terdapat banyak responden yang mengalami obesitas.
5.3.3 Identifikasi Mioma Uteri
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar 45
(67,2%) responden sebagian besar menderita mioma uteri.
Penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti, di duga
merupakan penyakit multifaktorial. Mioma uteri pada awalnya diperkirakan
merupakan jaringan uniseluler, dengan setiap selnya terdiri glukos-phospate
dehydrogenase, yang bersifat elektrophoresis. Penelitian yang dilakukan
oleh Nilbert dan Heim, mendapatkan hasil bahwa terdapat translokasi
(mutasi genetik) khususnya kromosom 12 yang berpengaruh pada
pertumbuhan mioma (Ling,2010).
stimulasi estrogen, menyebabkan terjadinya
Dengan adanya
proliferasi sel di uterus, sehingga menyebabkan perkembangan yang
berlebihan dari garis endometrium, sehingga terjadilah pertumbuhan mioma
uteri. Meskipun belum ada penemuan yang mendasari bahwa estrogen
menyebabkan mioma uteri, tetapi pertumbuhan mioma uteri berkaitan
dengan estrogen. Mioma uteri terdiri dari reseptor estrogen dalam jumlah
yang lebih banyak dari pada otot rahim.
Menurut Decherney (2010) mioma uteri banyak ditemukan bersamaan
dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Selama fase
sekretorik, siklus menstruasi dan kehamilan, jumlah reseptor estrogen di
miometrium normal berkurang. Pada mioma reseptor estrogen dapat

ditemukan sepanjang siklus menstruasi, tetapi ekskresi reseptor tersebut


tertekan selama kehamilan. Hal ini sejalan dengan penelitian di lapangan
bahwa banyak responden yang menderita mioma uteri dikarenakan
memiliki riwayat keturunan mioma sebelumnya.
5.3.4 Hubungan Antara Usia Menarche dengan Mioma Uteri
Berdasarkan hasil analisa uji statistik dengan menggunkan uji
Spearman Rank diperoleh nilai value = 0,003 dengan = 0,05 sehingga
dapat dikatakan value < maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya ada
hubungan antara usia menarche dengan kejadian mioma uteri pada pasien di
RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015. Selain itu didapatkan nilai
correlation coefficient sebesar 0,356 yang menunjukan kekuatan korelasi
rendah dan arah hubungannya positif (+) atau sejajar artinya makin tinggi
usia menarche maka makin tinggi kejadian mioma uteri.
Penyebab terjadinya mioma uteri selain faktor usia, pendidikan,
obesitas, riwayat keturunan dan paritas, salah satunya adalah usia
menarche. Statistik menunjukan bahwa insidensi mioma uteri meningkat
signitifikan pada wanita yang mengalami menarche sebelum umur 11 tahun.
Paparan estrogen yang semakin lama akan meningkatkan insidensi mioma
uteri. Menarche dini (<11 tahun) ditemukan meningkatkan risiko relatif
mioma uteri, dan menarche lambat (>16 tahun) menurunkan risiko relatif
mioma uteri (Marshall, 2010).
Selain usia menarche faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya
mioma uteri adalah usia. Usia yang paling rentan terkena mioma uteri
biasanya pada wanita usia reproduktif yaitu usia menarche sampai 45 tahun.
Pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah dan akan meningkat
pada usia reproduksi, serta akan turun pada usia menopause. Selain faktor
usia mioma uteri juga bisa dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Wanita yang
berpendidikan rendah belum tentu memahami secara menyeluruh tentang
mioma uteri karena kurangnya pengetahuan. Selain itu, paritas dan riwayat
keturunan juga sangat berpengaruh dalam terjadinya mioma uteri. Wanita
yang nullipara lebih rentan terkena mioma uteri karena sekresi estrogen
pada nullipara lebih banyak dengan wanita hamil. Wanita dengan garis
keturuna tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali
kemungkinan menderita mioma (Parker, 2011).
Menurut analisa peneliti mengenai faktor penyebab mioma uteri
dapat dikatakan bahwa penelitian ini sejalan dengan teori yang mengatakan
bahwa menarche dini (< 11 tahun) dapat meningkatkan insidensi terjadinya
mioma uteri.

5.3.5 Hubungan Antara Obesitas dengan Mioma Uteri


Berdasarkan hasil analisa uji statistik dengan menggunkan uji
Spearman Rank diperoleh nilai value = 0,000 dengan = 0,05 sehingga
dapat dikatakan value < maka Ho ditolak dan H1diterima, artinya ada
hubungan antara obesitas dengan kejadian mioma uteri pada pasien di RS
Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015. Selain itu didapatkan nilai
correlation coefficient sebesar -0,452 yang menunjukan kekuatan korelasi
sedang dan arah hubungannya negatif (-) atau tidak sejajar artinya makin
rendah obesitas maka makin tinggi kejadian mioma uteri. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Djuwantono, 2011) dimana
dikatakan bahwa obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal
ini berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi esterogen oleh
enzim aromatease di jaringan lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah
esterogen tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan
peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri.
Penelitian ini sejalan dengan teori dan kenyataan yang ada di lahan
penelitian bahwa obesitas merupakan salah satu penyebab pasti terjadinya
mioma uteri.
5.3.6 Hubungan antara Usia Menarche Dan Obesitas Dengan Kejadian Mioma
Uteri pada pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri
Hasil analisis multivariat menunjukkan ada 2 variabel independen
yaitu usia menarche secara statistik yaitu OR = 2,773 dan obesitas = 0,156
berarti ada hubungan antara usia menarche dan obesitas dengan kejadian
mioma uteri pada pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015
dengan tingkat hubungan sangat rendah adalah obesitas senilai 0,156.
Peningkatan pertumbuhan mioma uteri merupakan respon dari
stimulus estrogen dimana etrogen yang berstimulasi ke dalam jaringan otot
rahim sehingga menyebabkan perkembangan secara berlebih di garis
endometrium. Akibat dari menebalnya endometrium maka terjadilah
peradangan pada dinding endometrium yang kemudian menyebabkan mioma
uteri.
Sementara itu insidensi mioma uteri meningkat signitifikan pada
wanita yang mengalami menarche di usia sebelum 11 tahun. Paparan
estrogen yang semakin lama akan meningkatkan insidensi mioma uteri.
Menarche dini (<10 tahun) ditemukan meningkatkan resiko relatif mioma
uteri. Banyaknya estrogen pada darah wanita yang terkena mioma uteri dan
yang tidak terkena mioma uteri sebenarnmya sama, tetapi banyaknya
estradiol pada wanita dengan mioma lebih tinggi daripada wanitha yang
tidak terkena mioma. Hal ini disebabkan karena pada wanita dengan mioma

uteri memiliki sedikit enzim yang dapat mengubah senyawa estradiol ke


estrogen sehingga tumpukan senyawa estradiol lebih banyak dan akan
meningkatkan mioma uteri (Setiati, 2010).
Mioma uteri lebih sering didapati pada wanita yang kelebihan masa
tubuh (obesitas). Suatu studi propektif dijalankan kemungkinan risiko
menderita mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan berat
badan dan indeks masa tubuh. Wanita dengan 30% kelebihan lemak tubuh
menyebabkan peningkatan konversi androgenadrenal kepada estrone dan
menurunkan hormone sex-binding globulin. Hasilnya menyebabkan
peningkatan estrogen yang menyebabkan terjadinya mioma uteri (Parker,
2009). Suatu studi di Harvard yang dilakukan oleh Dr. Lyn Marshall
menemukan bahwa wanita yang indeks masa tubuh di atas normal,
berkemungkinan 30,23% lebih sering menderita mioma uteri. (Djuwantoro,
2009 yang dikutip Muzakir, 2010).
Menurut analisa peneliti bahwa tidak ada kesenjangan teori dengan
kenyataan di lapangan bahwa mioma uteri disebabkan karena usia menarche
yang terlalu dini dan obesitas.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggar
Saras Tiwi (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia
menarche dengan kejadian mioma uteri prosentasi sebanyak 83,3% dengan
usia menarche < 11 tahun.
Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Kirana Dewi Pertiwi, Choirun Nisak (2014) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian mioma uteri prosentasi
sebanyak 68,3% pada kelompok obesitas.

BAB 6
Kesimpulan
6.1

PENUTUP

Berdasarkan hasil dari penelitian hubungan antara usia menarche dan


obesitas dengan kejadian mioma uteri dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebagian besar responden pada pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri
mengalami usia menarche < 11 tahun
2. Sebagian besar responden pada pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri
mengalami obesitas tingkat I
3. Berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan antara usia menarche
dengan mioma uteri
4. Berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan antara usia menarche
dengan mioma uteri pada pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun
2015
5. Berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan antara obesitas dengan
mioma uteri pada pasien di RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015
6. Berdasarkan hasil uji regresi logistik terdapat hubungan antara usia
menarche dan obesitas dengan kejadian mioma uteri pada pasien di
RS Bhayangkara Kota Kediri Tahun 2015
Saran

6.2

Dari kesimpulan data hasil penelitian dapat diambil saran sebagai berikut:
1.

Bagi Institusi Pendidikan


Agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai tambahan referensi dan
wacana di lingkungan pendidikan serta sebagai bahan kajian lebih
lanjut khususnya untuk penelitian yang sejenis.

3.
2.

4.

Bagi Lahan Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi tempat
pelayanan kesehatan untuk memberikan informasi tentang pentingnya
pencegahan mioma uteri dan diharapkan agat tenaga kesehatan bisa
meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga angka mortalitas dan
mordilitas pada pasien penderita mioma uteri dapat teratasi dengan baik..
Bagi Responden
Diharapkan dengan adanya penelitian ini ibu bisa lebih aktif dalam
mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan tentang
tanda dan gejala mioma uteri beserta penyebabnya.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam
melakukan penelitiian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. 2006.

Prosedur

Penelitian

Suatu

Pendekatan

Praktik.

Jakarta:PT.Rineka Cipta.
Betson P. 2009. Buku saku Obstetri Ginekology William. Jakarta : EGC
Dahlan, Sopiyudin. 2013. Statistik Untuk Kedok teran Dan Kesehatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Dianawati, A. 2006, Pendidikan dan Sex Untuk Remaja. Jakarta : Kawan Pustaka.
Djuwantono,S . 2011. Hormon Pada Wanita. Jakarta : Bina Permata Pustaka.
Goodwin, S. 2011. Pencegahan Mioma Uteri. Jakarta : Sumber Pustaka
Jodosapoetro, M. 2011. Menopause Usia Lanjut. Jaklarta : Bina Pustaka.
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Ilmu Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.
Moersintowati, B.N. 23010. Tumbuh Kembang Anak Remaja. Jakarta : Sagung
Seto.
Misaroh. 2010. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta :
Medika
Narendra, M.S, Ddkk. 2010. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.
Jakarta Sagung Seto.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Meteodologi PenelitianJakarta : Runeka Cipta.
Prawirohardjo, M,T. 2011. insidensi Mioma Uteri. Jakarta : Citra Bakti.
Setiati, Eni. 2009. Waspada 4 Kangker Ganas Pembunuh Wanita. Jakarta : Pener
Andi.
Sutoto, Joedosepuetro M,S. 2008. Tumor Jinak Pada Alat Genital. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Thomason, Partney. 2008. Gambaran Klinis Mioma Uteri. Jakarta : Medika
Pustaka.
Winkjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

TABULASI DATA UMUM PADA RESPONDEN


PENDIDIKAN

GENETIK

PARITAS

USIA
NO

ABSOLUT

KODE

ABSOLUT

KODE

ABSOLUT

KODE

ABSOLUT

KODE

36

SMP

TIDAK ADA

MULTIPARA

32

SMP

ADA

MULTIPARA

26

SMA

ADA

PRIMIPARA

21

SD

ADA

NULIPARA

22

SMA

TIDAK ADA

NULIPARA

33

SD

TIDAK ADA

MULTIPARA

70

SD

ADA

G.MULTIPARA

24

SMA

TIDAK ADA

MULTIPARA

26

SMA

TIDAK ADA

MULTIPARA

10

21

SMP

ADA

PRIMIPARA

11

20

SD

ADA

PRIMIPARA

12

38

SMP

ADA

G.MULTIPARA

13

42

SD

TIDAK ADA

G.MULTIPARA

14

33

SD

ADA

MULTIPARA

15

31

SD

TIDAK ADA

MULTIPARA

16

27

SD

ADA

NULIPARA

17

30

SMP

ADA

NULIPARA

18

28

SMA

ADA

NULIPARA

19

24

SMA

TIDAK ADA

MULTIPARA

20

26

SD

ADA

PRIMIPARA

21

22

SD

ADA

PRIMIPARA

22

37

SD

TIDAK ADA

G.MULTIPARA

23

28

SMA

ADA

NULIPARA

24

24

SMA

ADA

NULIPARA

25

32

SD

TIDAK ADA

PRIMIPARA

26

36

SD

TIDAK ADA

MULTIPARA

27

27

SD

ADA

NULIPARA

28

26

SMP

ADA

NULIPARA

29

24

SMP

TIDAK ADA

NULIPARA

30

28

SD

ADA

PRIMIPARA

31

22

SD

TIDAK ADA

PRIMIPARA

32

21

SD

TIDAK ADA

NULIPARA

33

37

SD

TIDAK ADA

MULTIPARA

34

33

SD

ADA

MULTIPARA

35

20

SMP

ADA

NULIPARA

36

28

SMP

TIDAK ADA

MULTIPARA

37

20

SD

ADA

NULIPARA

38

32

P.TINGGI

TIDAK ADA

MULTIPARA

39

35

SMP

ADA

PRIMIPARA

40

37

SMA

ADA

G.MULTIPARA

45

50

55

60

65

41
42

46

51

56

61

66

4
20
37

47

52

57

62

67

21

43

48

53

58

63

23

49

54

59

64

27

44

28

SD

42

SD

40

SMP

32
22
24
48

2
3

SMP
SD

2
1

ADA
TIDAK ADA

1
2

NULIPARA
PRIMIPARA

1
2

40

SD

TIDAK ADA

PRIMIPARA

21

SD

TIDAK ADA

NULIPARA

20

P.TING

ADA

PRIMIPARA

21

GI

TIDAK ADA

NULIPARA

28

SD

ADA

G.MULTIPARA

30

SD

ADA

G.MULTIPARA

29

SMA

TIDAK ADA

MULTIPARA

42

SMP

TIDAK ADA

NULIPARA

71

SD

ADA

NULIPARA

52

SMP

ADA

MULTIPARA

46

P.TING

ADA

MULTIPARA

24

GI

ADA

NULIPARA

21

SD

ADA

NULIPARA

20

SD

TIDAK ADA

PRIMIPARA

22

SD

ADA

PRIMIPARA

SD

ADA

MULTIPARA

P.TING

TIDAK ADA

MULTIPARA

GI

ADA

PRIMIPARA

SMP

ADA

G.MULTIPARA

SD

TIDAK ADA

G.MULTIPARA

SMP

ADA

PRIMIPARA

SMP

ADA

MULTIPARA

SMA

TIDAK ADA

NULIPARA

SMP

ADA

NULIPARA

SD

ADA

NULIPARA

A.DATA UMUM
1. Usia Ibu
Kode 1
Kode 2
Kode 3
Kode 4
2. Pendidikan
Kode 1
Kode 2
Kode 3
Kode 4
Tinggi

: < 17 tahun
: 17 25 tahun
: 25 45 tahun
: > 45 tahun
: SD
: SMP
: SMA
: Perguruan

3. Genetik
Kode 1
Kode 2
4. Paritas
Kode 1
Kode 2
Kode 3
Kode 4
multipara

: Ada
: Tidak Ada
: Nullipara
: Primipara
: Multipara
: Grande

TABULASI DATA KHUSUS RESPONDEN

USIA MENARCE

OBESITAS

MIOMA UTERI

NO
ABSOLUT

KODE

ABSOLUT

KRITERIA

KODE

ABSOLUT

KODE

12

NORMAL

23,4

TIDAK

11

NORMAL

24,8

TIDAK

13

OBESITAS I

25,8

YA

NORMAL

24,1

TIDAK

11
13

OBESITAS I

26,2

YA

12

OBESITAS I

25,2

TIDAK

12

OBESITAS I

29,5

TIDAK

13

OBESITAS I

27,2

YA

11

OBESITAS II

30,0

YA

10

11

NORMAL

20,6

TIDAK

11

14

KURUS

17,5

TIDAK

12

13

NORMAL

23,6

TIDAK

13

12

OBESITAS I

28,0

YA

14

10

OBESITAS I

26,9

YA

15

11

KURUS

18,4

YA

16

10

OBESITAS I

27,4

YA

17

11

OBESITAS I

26,9

YA

18

10

NORMAL

23,6

YA

19

15

OBESITAS I

25,5

TIDAK

20

11

NORMAL

20,9

YA

21

15

KURUS

17,4

TIDAK

22

15

NORMAL

23,8

YA

23

10

OBESITAS I

26,8

YA

24

11

NORMAL

20,5

YA

25

10

NORMAL

22,8

YA

26

11

OBESITAS I

26,8

YA

27

11

NORMAL

19,1

YA

28

10

NORMAL

24,9

YA

29

15

NORMAL

24,6

TIDAK

30

10

OBESITAS I

25,7

YA

31

16

NORMAL

25,2

YA

32

14

OBESITAS I

25,9

YA

33

12

OBESITAS I

25,5

YA

34

11

OBESITAS I

26,3

YA

35

13

OBESITAS I

25,2

YA

36

10

OBESITAS I

26,5

YA

37

11

OBESITAS I

27,3

YA

38

13

27,2

43

48

53

58

63

39
40

44

49

54

59

64

41

45

50

55

60

65

46

51

56

61

66

47

52

57

62

67

42

OBESITAS I

YA

ITAS I
NORMAL
NORMAL
OBESITAS I
OBESITAS I
10
15

1
3

14

OBES OBESITAS I
ITAS I NORMAL
OBES OBESITAS I

27,3
26,2

4
4

YA
TIDAK

1
2

29,7

TIDAK

ITAS I NORMAL
OBES OBESITAS I

28,5

YA

30,3

YA

27,4

YA

25,7

YA

11

11

10

12

12

NORMAL
OBES OBESITAS I
ITAS I OBESITASI

26,5

YA

11

OBESI OBESITAS I

22,4

YA

13

28,6

TIDAK

13

TAS II OBESITAS I
OBES

24,0

YA

15

ITAS I

20,9

TIDAK

10

OBES

25,7

YA

11

ITAS I

22,4

TIDAK

10

OBES

25,5

YA

15

ITAS I

19,7

TIDAK

10

NOR

24,9

TIDAK

10

MAL

26,4

YA

13

OBES

26,3

YA

11

ITAS I

26,1

YA

15

NOR

20,9

YA

MAL

26,6

YA

14

NOR

22,0

TIDAK

12

MAL

29,2

TIDAK

11

OBES

21,6

TIDAK

10

ITAS I

27,3

YA

12

NOR

26,5

YA

11

MAL

26,2

YA

OBES

25,7

YA

12

11

ITAS I

Keterangan :
1.

Usia menarche
Kode 1 : < 11 tahun
Kode 2 : 12 13 tahun
Kode 3 : >14 tahun

2.

Obesitas
Kode 1
: Sangat kurus
Kode 2
: Kurus
Kode 3
: Normal
Kode 4
: Obesitas 1
Kode 5
: Obesitas II
Kode 6
: Obesitas III
Mioma uteri
Kode 1 : Menderita mioma uteri
Kode 2 : Tidak menderita mioma uteri

3.

Frequency Table
USIA
Percent

Frequency

Valid

17 - 25 TAHUN
25 - 45 TAHUN

25
37
5
67

> 45 TAHUN
Total

37,3
55,2
7,5
100,0

Valid

PERGURUAN
TINGGI
Total

ADA
Valid TIDAK ADA
Total

Valid Percent

34
18
11
4

50,7
26,9
16,4
6,0

50,7
26,9
16,4
6,0

67

100,0

100,0

Frequency

GENETIK
Percent

40
27
67

59,7
40,3
100,0

23
16
19
9
67

Valid

> 14 TAHUN
Total

35
19
13
67

Valid Percent

34,3
23,9
28,4
13,4
100,0

52,2
28,4
19,4
100,0

Cumulative
Percent
59,7
100,0

59,7
40,3
100,0

USIA MENARCE
Frequency
Percent
< 11 TAHUN
12 - 13 TAHUN

Cumulative
Percent
50,7
77,6
94,0
100,0

Valid Percent

PARITAS
Frequency
Percent
NULLIPARA
PRIMIPARA
Valid MULTIPARA
GRANDEMULTIPARA
Total

Cumulative
Percent
37,3
92,5
100,0

37,3
55,2
7,5
100,0

PENDIDIKAN
Frequency
Percent
SD
SMP
SMA

Valid Percent

34,3
23,9
28,4
13,4
100,0

Valid Percent
52,2
28,4
19,4
100,0

Cumulative
Percent
34,3
58,2
86,6
100,0

Cumulative
Percent
52,2
80,6
100,0

OBESITAS
Frequency
Percent
KURUS
NORMAL
Valid OBESITAS I
OBESITAS II
Total

3
23
39
2
67

4,5
34,3
58,2
3,0
100,0

MIOMA UTERI
Frequency
Percent
YA
Valid TIDAK
Total

45
22
67

67,2
32,8
100,0

Valid Percent
4,5
34,3
58,2
3,0
100,0

Valid Percent
67,2
32,8
100,0

Cumulative
Percent
4,5
38,8
97,0
100,0

Cumulative
Percent
67,2
100,0

Crosstabs
USIA MENARCE * MIOMA UTERI Crosstabulation
Count

USIA
MENARCE

< 11 TAHUN
12 - 13 TAHUN
> 14 TAHUN

Total

MIOMA UTERI
YA
TIDAK
28
7
13
6
4
9
45
22

Total
35
19
13
67

OBESITAS * MIOMA UTERI Crosstabulation


Count

OBESITAS
Total

KURUS
NORMAL
OBESITAS I
OBESITAS II

MIOMA UTERI
YA
TIDAK
0
3
11
12
32
7
2
0
45
22

Nonparametric Correlations

Total
3
23
39
2
67

Correlations

USIA
MENARCE

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)
N
Spearman's rho
Correlation Coefficient
MIOMA UTERI Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

USIA
MENARCE
1,000
.
67
**

,356
,003
67

MIOMA
UTERI
**

,356
,003
67
1,000
.
67

Nonparametric Correlations
Correlations
OBESITAS

MIOMA
UTERI

Correlation Coefficient
OBESITAS Sig. (2-tailed)
N

1,000
.
67

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

-,452
,000
67

-,452
,000
67
1,000
.
67

Spearman's rho

MIOMA
UTERI

**

**

ANALISIS MULTIVARIATE
Case Processing Summary
a
N
UnweightedCases
Included in Analysis
67
Selected Cases Missing Cases
0
Total
67
Unselected Cases
0
Total
67
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value
Internal Value
YA
0
TIDAK
1

Block 0: Beginning Block

Percent
100,0
,0
100,0
,0
100,0

Iteration Historya,b,c
-2 Log likelihood

Iteration
1
Step 0

Coefficients
Constant
-,687
-,715
-,716

84,836
84,823
84,823

2
3

Classification Tablea,b
Observed

Step 0

YA
MIOMA UTERI
TIDAK
Overall Percentage

B
-,716

Step 0 Constant

Variables in the Equation


S.E.
Wald
,260
7,567

df
1

Variables not in the Equation


Score
9,461
14,485
19,901

Sig.
,006

Percentage
Correct
100,0
,0
67,2

Exp(B)
,489

Df
1
1
2

Sig.
,002
,000
,000

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square
Df
22,174
2
22,174
2
22,174
2

Sig.
,000
,000
,000

X1

Step 0

Predicted
MIOMA UTERI
YA
TIDAK
45
0
22
0

Variables
X2
Overall Statistics

Block 1: Method = Enter

Step
Step 1 Block
Model

Step
1

Model Fit

Model Summary
-2 Log
likelihood
62,649

Cox & Snell R


Square
,282

Nagelkerke R
Square
,392

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square
22,174
22,174
22,174

Step
Step 1 Block
Model

Step
1

Step
1

Step
1

Model Summary
-2 Log likelihood
62,649

Df
2
2
2

Sig.
,000
,000
,000

Cox & Snell


R Square
,282

Nagelkerke R
Square
,392

df
4

Sig.
,257

Cox & Snell


R Square
,282

Nagelkerke R
Square
,392

Hosmer and Lemeshow Test


Chi-square
5,309

Model Summary
-2 Log likelihood
62,649

Variables in the Equation


B
S.E.
Wald
X1
1,020
,413
6,098
Step
-1,857
,584
10,103
a
X2
1
4,053
2,049
3,912
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2.

df
1
1
1

Sig.
,014
,001
,048

Exp(B)
2,773
,156
57,595

Anda mungkin juga menyukai