PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman pertanian. Gulma
menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pokok. Komunitas gulma
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan kultur teknis. Spesies gulma
yang tumbuh bergantung pada pengairan, pemupukan, pengolahan tanah, dan cara
pengendalian gulma (Soerjandono, 2005).
Gulma ialah tumbuhan pengganggu yang telah beradaptasi dalam ekosistim
pertanaman, dan akan selalu terdapat disekitar tanaman budidaya. Gulma mampu
berkembang dengan sangat cepat dengan memanfaatkan air, cahaya, nutrisi hara dan
ruang tumbuh yang seharusnya di gunakan oleh tanaman, sehingga dapat merugikan
tanaman. Kehadiran gulma pada lahan sawah dapat menimbulkan masalah penting
karena dapat berpengaruh negatif (kompetisi) terhadap tanaman padi, pada kebutuhan
atau syarat tumbuh (Adam, 2008).
Praktek penggunaan herbisida di lokasi pertanian terjadi karena kemampuan
herbisida pada umumnya untuk mematikan beberapa jenis tumbuhan (gulma) tanpa
menggangu jenis lain atau tanaman lain (tanaman pokok). Jika dibandingkan dengan
pengendalian secara manual, biaya pengendalian akan semakin tinggi. Apalagi ketika
kemampuan selektivitas herbisida dapat ditingkatkan, maka akan mempermudah
pengendalian gulma dilapangan (Muliyadi, 2005).
Pemilihan jenis herbisida dan waktu aplikasi sangat menentukan keberhasilan
pengendalian gulma. Sifat herbisida yang mematikan gulma adalah gabungan dari
tosisitas dan persistensinya. Kedua sifat herbisida ini apabila dikelola akan dapat
membantu upaya pengendalian gulma dalam jangka waktu yang panjang.(Adam,
2008).
Pada penggunaan herbisida terdapat keuntungan, namun demikian beberapa hal
juga perlu dipertimbangkan sebelum pemakaian. Keuntungan pemakaian herbisida
adalah: 1) pada umumnya ekonomis (tenaga kerja, waktu, modal), 2) gulma yang peka
tertekan, 3) dapat menggantikan sebagian pengolahan lahan, 4) kerusakan akar lebih
sedikit daripada cara mekanis 5) mengurangi erosi, 6) dapat mengendalikan gulma
sejak awal (pratumbuh), 7) dapat menghemat waktu dan tenaga kerja, 8) dapat
menjangkau tempat-tempat yang tidak tercapai secara manual/mekanis, 9) saat
pengendalian dapat disesuaikan dengan waktu yang tersedia, 10) areal pemakaian
dapat diperluas, 11) herbisida yang selektif dapat mematikan gulma yang tumbuh dekat
tanaman, 12) dapat mengurangi gangguan terhadap struktur tanaman, 13) gulma yang
mati dapat berfungsi sebagai mulsa dan berperan sebagai sumber bahan organik
(Purba, 2004).
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada pengendalian gulma, mengendalikan gulma secara khemis merupakan salah
satu cara pengendalian disamping pengendalian secara manual/mekanis. Dalam
mengendalikan gulma secara khemis digunakan herbisida. Herbisida adalah bahan kimia
yang digunakan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan gulma. Secara kasat
mata tanaman dan gulma memiliki morfologi yang hampir sama namun berbeda peran
dalam pertanian. Penyemprot harus memastikan bahwa herbisida yang diberikan terarah
pada gulma dan meniadakan persentuhan semprotan herbisida terhadap tanaman.
Herbisida merupakan bagian atau anggota dari pestisida. Selain herbisida, pestisida terdiri
atas insektisida, fungisida, bakterisida dan lain-lain (Sulistyo, 2003).
Cara kerja herbisida ikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Herbisida Kontak
Yaitu herbisida yang hanya mampu membasmi gulma yang terkena
semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif
berfotosintesis. Keistimewaanya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3
jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati.
Contohnya adalah paraquat.
Herbisida Sistemik
Cara kerja herbisida ini dialirkan kedalam jaringan tanaman gulma
dan mematikan jarigan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai
keperakarannya. Keistimewaannya dapat mematikan tunas-tunas yang ada
dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut.
Contohnya adalah glifosat, sulfosat.(Noor, 1997).
Herbisida campuran sangat efektif untuk mengendalikan gulma dari
golongan daun lebar tapi tidak mampu atau kurang efektif menekan pertumbuhan
gulma dari golongan rumput dan teki. Selain itu perlakuan herbisida menyebabkan
terjadi nya perubahan
lingkungan di per tanaman padi sehingga akan
menyebabkan perubahan komposisi gulma yang ada. Pada pengendalian gulma
secara manual yaitu dengan cara penyiangan terlihat bahwa gulma yang sangat
dominan adalah dari golongan daun lebar. Hal ini disebab kan karena dengan
penyiangan akan merubah struktur tanah dan menyebabkan biji-biji gulma
terangkat ke permukaan tanah. Sebaliknya gulma golongan rumput dan teki relative
lebih sedikit. Munculnya paspalum distichum sebagai gulma dominan pada cara
pengendalian manual disebabkan pencabutan kemudian dibenam kan gulma
tersebut ke dalam tanah (Adam, 2008).
Penggolongan herbisida tersebut membawa implikasi pula terhadap cara
dan saat penggunaannya sebagai berikut:
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum kali ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Politeknik Negeri
Jember.Percobaan ini dilaksanakan pada tanggal 16 September sampai 30
September 2015.
3.2 Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah Herbisida pre-emergence yaitu
Goal 240 EC sebagai bahan percobaan menggunakan rhizome alang-alang (Ciperus
rotundus), umbi rumput teki (Cyperus kyllingia) dan stolon rumput grinting
(Cynodon dactylon) masing-masing 10 buah/kelompok.
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain, bak plastic
ukuran 35x40x15 cm3 3 buah/kelompok, handsprayer 1 liter 1 buah/golongan.
Gelas ukur 10 ml, beaker glass 1 liter dan pisau 2 buah.
3.3 Prosedur Kerja
1. Masing-masing kelompok mencari 3 macam alat perkembangbiakan
vegetative (umbi teki 30 buah, rhizome alang-alang 30 buah dan stolon
rumput grinting 30 buah).
2. Mencuci bersih alat perkembangbiakan vegetative tersebut.
3. Membuat larutan herbisida pratumbuh dengan dua macam konsentrasi (1
ml/liter dan 2ml/liter), sebanyak masing-masing 1 liter.
4. Mengisi bak plastic perkecambahan dengan pasir yang telah disterilkan.
5. Alat perkambangabiakan vegetative gulma (setelah dibuat dalam bentuk
potongan-potongan) diletakan dalam bak plastic berisi pasir, masing-masing
bak berisi 10 umbi teki, 10 rhizome alang-alang, dan 10 stolon rumput
grinting.
6. Mengaplikasikan herbisida pada bak perlakuan sesuai dengan
konsentrasinya, dengan dosis 1/3 liter per bak perkecambahan. Macam
perlakuan sebagai berikut :
a. Alat vegetatif tanpa herbisida (H0)
b. Alat vegetatif + herbisida 1ml/liter (H1)
c. Alat vegetatif + herbisida 2ml/liter (H2)
Masing-masing diulang 3 kali dan pengamatan selama 2 minggu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Daya kecambah pada kelompok 1 dengan perlakuan tanpa herbisida (H0).
1. Bak 1
a. Umbi
= 70%
b. Stolon
= 100%
c. Rhizome
= 0%
2. Bak 2
a. Umbi
= 80%
b. Stolon
= 100%
c. Rhizome
= 0%
3. Bak 3
a. Umbi
= 80%
b. Stolon
= 100%
c. Rhizome
= 0%
4. Rata-rata daya kecambah
a. Umbi
= 78,8%
b. Stolon
= 100%
c. Rhizome
= 0%
4.1.2 Kecepatan kecambah
Alat perkembangbiakan vegetative pada gulma mulai berkecambah pada
hari ke:
a. Umbi
= 6 setelah tanam.
b. Stolon
= 6 setelah tanam.
c. Rhizome
= tidak tumbuh/gagal berkecambah.
4.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan, diketahui bahwa jenis alat perkembangbiakan gulma
yang diujicobakan hanya sedikit yang berkecambah. Pada alat perkembangbiakan
umbi di teki banyak yang mengalami perkecambahan, sedangkan pada stolon
rumput grinting dan rhizome alang-alang banyak yang tidak berkecambah. Hal ini
dikarenakan pemberian herbisida pada masa pre-emergence/sebelum
perkecambahan yang menyebabkan alat perkembangbiakan vegetatif gulma kurang
peka terhadap perkembangannya, sehingga gulma tidak berkecambah. Hal ini
sesuai dengan apa yang telah ada di awal bahwa herbisida dapat digunakan pada
beberapa tingkat pengendalian, yaitu Pra semai (diaplikasikan sebelum tanaman
disemai), Pra tanam (diaplikasikan sebelum tanaman ditanam), Pra tumbuh
(diaplikasikan sebelum tanaman berkecambah), dan Pasca tumbuh (diaplikasikan
setelah tanaman tumbuh). Hal tersebut akan dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman terganggu atau terhambat.
Dari percobaan tersebut dapat diketahui juga bahwa rhizome alang-alang
yang diberikan pada perlakuan H1, H2 dan H0 juga tidak tumbuh. Hal ini dapat
BAB V
PUNUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Alat perkembangbiakan vegetative pada gulma bias berupa umbi, stolon,
rhizome.
2. Dalam pengamatan didapatkan hasil daya kecambah dan kecepatan
kecambah pada setiap perlakuan sebagai berikut.
Jenis alat
perkembangbiakan
Umbi teki
Stolon rumput
Rhizome alangalang
Perlakuan H0
Air
Perlakuan H1
1 ml/liter herbisida
Perlakuan H2
2 ml/liter herbisida
Daya
kecambah
(%)
78,8
Kecapatan
kecambah
(hari)
6
Daya
kecambah
(%)
100
Kecapatan
kecambah
(hari)
11
Daya
kecambah
(%)
86,6
Kecapatan
kecambah
(hari)
7
100
1,6
11
DAFTAR PUSTAKA