Anda di halaman 1dari 8

Makalah teknologi polimer

Polyisoprene

Disusun oleh :
1. Restu Estiningrum
2. Hendrawan Dewantoro
3. Andriano Fahruli

(14521214)
(14521215)
(14521219)

Pengampu : Dra. Kamariah Anwar, MS


Teknik kimia
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Struktur dasar karet alam adalah rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat molekul
rata-ratanya tersebar antara 10.000 - 400.000. Karet alam adalah jenis karet pertama yang
dibuat sepatu. Sesudah penemuan proses vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan
terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak, maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar
dalam pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan dalam rumah ataupun pemakaian di
luar rumah seperti sol sepatu dan bahkan sepatu yang semuanya terbuat dari bahan karet.
Sebelum itu usaha-usaha menggunakan karet untuk sepatu selalu gagal karena karet
manjadi kaku di musim hujan dan lengket serta berbau di musim panas seperti yang pernah
dilakukan oleh Roxbury Indian Rubber Company pada tahun 1833 dengan cara melarutkan
karet alam terpentin dan mencampurnya dengan hitam karbon untuk menghasilkan karet
keras yang tahan air.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.

Bagaimana sejarah karet ?


Apa saja kandungan dari karet ?
Bagaimana proses produksi dari karet sehingga di dapat hasil yang berkualitas dan

berkuantitas ?
4. Bagaimana cara mengolah limbah yang dihasilkan dari proses industri tersebut?

C. Tujuan
1.
2.
3.

Untuk mengetahui sumber dan kandungan dari karet.


Untuk mengetahui proses pengolahan industri karet, yang berkualitas.
Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari industri tersebut terhadap

4.

kesehatan manusia.
Untuk mengetahui tekhnik pengendalian pencemaran industri karet.

D. Kegunaan

Telah banyak kita ketahui bahwa kegunaan dari masing-masing industri tergantung dari
jenis dan produk apa yang dihasilkan dari industri tersebut. Baik berupa bahn pangan,
pakaian ataupun alat-alat rumah tangga. Dengan proses pengolahan yang baik maka akan
menghasilkan produk yang berkualitas dan kuntitas yang lebih besar.

BAB II
PROSES
1.1 Sejarah Karet
Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (atau dikenal dengan
istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet dilukai, maka getah yang
dihasilkan akan jauh lebih banyak. Sumber utama getah karet adalah pohon karet Para Hevea
Brasiliensis (Euphorbiaceae).
Karet telah digunakan sejak lama untuk berbagai macam keperluan antara lain bola
karet, penghapus pensil, baju tahan air, dll. Saat Christopher Columbus dan rombongannya
menemukan benua Amerika pada tahun 1476,mereka terheran-heran melihat bola yang
dimainkan orang-orang Indian yang dapat melantun bila dijatuhkan ke tanah. Di sinilah
sejarah karet dimulai, tetapi baru pada tahun 1530 ada laporan tertulis mengenai gummi
optimum, sebutan Pietro Martire dAnghiera untuk karet. Pada tahn 1535, Ahli sejarah
mengenai bangsa Indian, Captain Gonzale Fernandez de Oveida menulis bahwa dia melihat 2
tim orang Indian yang bermain bola.
Bola itu terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput, yang dicampur dengan suatu
bahan (latex) kemudian dipanaskan di atas unggun dan dibulatkan seperti bola. Bola oran
Indian ini bisa melambung lebih tinggi daripada bola yang umum dibuat orang-orang Eropa
waktu itu. Oviedo mengatakan bahwa bila bola buatan Indian itu dijatuhkan, bola itu bisa
melambung lebih tinggi dan kemudian jatuh, lalu melambung lagi walaupun agak rendah
daripada lambungan yang pertama, dst.

1.2 Mengenal Sifat dan Manfaat Polimer polyisoprene


Dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak menemui dan menggunakan peralatan yang
terbuat dari karet. Berbagai macam produk rumah tangga maupun industri sebagian besar
terbuat dari karet sebagai bahan bakunya. Contoh peralatan berbahan karet yang sering kita
jumpai adalah karpet mobil, roda ban mobil/sepeda, sandal jepit, sepatu boot, dan lain-lain.

Karet juga banyak digunakan sebagai pelindung karena sifatnya yang elastis dan
isolator listrik. Karena sifat tersebut, karet digunakan sebagai pelindung dan peredam
benturan pada konstruksi, baik pada konstruksi bangunan, jembatan, maupun pelabuhan.
Keberadaan karet sangat penting dalam bidang konstruksi karena karet dapat memberikan
perlindungan dan mencegah kerusakan pada struktur bangunan.
Banyak barang yang terbuat dari karet, namun ada bervariasi jenis karet yang
digunakan sebagai bahan baku peralatan tersebut. Penggunaan jenis karet disesuaikan dengan
tujuan penggunaan peralatan tersebut, disesuaikan dengan sifat kimia dan fisik dari bahan
baku karet. Ada bermacam-macam jenis karet, beberapa di antaranya yaitu Natural Rubber,
Neoprene Rubber, Nitrile Rubber, dan lain sebagainya. Dari berbagai macam jenis karet
tersebut, salah satu jenis yang paling sering dijumpai adalah Natural Rubber. Dalam artikel
ini akan ditinjau secara khusus mengenai Natural Rubber.

1.3 Natural Rubber (NR)


Natural Rubber merupakan campuran dari senyawa organik polyisoprene dan sejumlah
kecil komponen organik lain termasuk air. Polimer polyisoprene (C5H8)n merupakan
komponen paling utama. Natural Rubber diklasifikasikan sebagai elastomer (polimer elastis).
Natural Rubber dibuat dengan mengolah latex (getah) yang dihasilkan dari tanaman Hevea
brasiliensis. Hevea brasiliensis merupakan tanaman asli dari lembah Amazon dan diketahui
dapat menghasilkan polimer dengan berat molekul yang tinggi dengan kandungan cis 1,4
polyisoprene hingga 100%.
Berat kering rata-rata dari latex normalnya adalah antara 30 dan 35%, dan secara
khusus berkisar dari 25 sampai 40 %. Untuk mendapatkan latex, pohon Hevea
brasiliensistersebut disadap. Latex sendiri merupakan dispersi koloid dari partikel solid
polymer polyisoprene dalam air. Kandungan polyisoprene dalam emulsi getah karet adalah
30%. Setelah latex diperoleh, kemudian diberi stabilizer untuk mencegah koagulasi dini.
Teknik pengumpulan dan pengolahan latex akan mempengaruhi grade/kualitas dari Natural
Rubber yang dihasilkan. Ada 8 tipe yang berbeda dari Natural Rubber yang kemudian
diklasifikasikan menjadi 35 tipe sesuai dengan spesifikasi grade internasional.

Grade tersebut menunjukkan kualitas warna, kebersihan, adanya gelembung, dan


keseragaman penampakan. Untuk mendapatkan karet dari latex, memerlukan proses
koagulasi atau penggumpalan dengan menambahkan zat asam seperti asam format
(HCOOH). Proses koagulasi tersebut berlangsung selama 12 jam.
Koagulum (zat yang terkoagulasi) akan terbentuk menjadi lembaran-lembaran padat
yang lembut dan kemudian diperas untuk mengurangi kandungan air sehingga ketebalannya
berkurang hingga 3 mm. Lembaran-lembaran tersebut kemudian dikeringkan dalam ruang
pengasapan selama beberapa hari. Karet yang dihasilkan nantinya berbentuk lembaran yang
disebut dengan istilah ribbed smoked sheet dengan karakteristik warna coklat tua.
Ada pula lembaran karet yang dikeringkan di udara panas yang diberi istilah air dried
sheet dengan kualitas atau grade yang lebih tinggi daripada ribbed smoked sheet. Grade
karet yang lebih baik dari kedua jenis grade karet yang disebutkan sebelumnya adalah karet
pale crepe, yang menggunakan dua tahap koagulasi, dan dilanjutkan dengan pengeringan
menggunakan udara hangat dengan karakteristik warna coklat muda.

1.4 Sifat-sifat Umum


Proses kristalisasi yang cepat pada saat karet ditarik membuat karet memiliki tensile
strength, tear strength, dan sifat tahan gores yang sangat baik. Tensile strength dari karet
vulkanat tanpa bahan pengisi berkisar dari 2500 hingga 3500 psi, di mana bahan pengisi
dapat meningkatkan tensile stength hingga lebih dari 4500 psi (35 mPa). Gaya pegas atau
kekenyalan dari Natural Rubber sangat baik. Pada strain atau tegangan yang tinggi, umur
fatik dari Natural Rubber lebih tinggi dari pada Styrene (SBR).
Pada strain yang rendah, berlaku kebalikannya. Karakteristik kekuatan Natural Rubber
menurun seiring dengan meningkatnya temperatur. Namun demikian, Natural Rubber lebih
memiliki ketahanan pada panas lebih baik daripada jenis elastomer lainnya. Natural Rubber
memiliki sifat pengolahan yang sangat baik dan dapat diproses dengan menggunakan teknik
yang bervariasi. Proses konvensional akan menghasilkan Natural Rubber dengan sifat awal
yang baik seperti kekuatan karet, ketahanan gores, dan fatigue resistance.

Ketahanan panas dan sifat relaksasi tegangan pada pengolahan Natural Rubber secara
konvensional tidak begitu diinginkan. Untuk meningkatkan stabilitas suhu dan meningkatkan
low ompression set, dapat digunakan sistem vulkanisasi dengan sulfur dengan waktu
dipercepat. Penambahan zat kimia seperti carbon black, kasium karbonat, dan clay akan
meningkatkan sifat adesif pada Natural Rubber.
Bahan pengisi dari proses pengolahan Natural Rubber yang paling utama adalah
carbon black, yang merupakan bentuk koloid dari karbon dan diperoleh dari proses
dekomposisi thermal hidrokarbon. Carbon black dapat meningkatkan tensile strength dan
ketahanan abrasi dari produk jadi Natural Rubber. Carbon black juga memberikan
perlindungan dari sinar ultraviolet. Kandungan carbon black inilah yang menyebabkan
kebanyakan produk karet berwarna hitam.

BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Setelah mengetahui sejarah dan kandungan dari karet, kita dapat memanfaatkannya
dengan skala yang lebih besar melalui industri. Adapun pengolahan industri tersebut meliputi:

Penerimaan Lateks Kebun


Pengenceran
Pembekuan
Penggilingan
Sortasi
Proses-proses tersebut untuk mandapatkan hasil yang maksimal baik dari segi kualitas
maupun kuantitas.
Selain itu, proses pengolahan limbah mutlak harus dimiliki dalam setiap industri agar
kelestarian lingkungan di sekitar tetap terjaga. Karena telah kita ketahui bahwa limbah dari
industri khususnya yang sintesis dapat merusak kelestarian dari lingkungan disekitarnya.
Pengolahan limbah bisa berupa daur ulang ataupun proses-proses lainnya yang sifatnya
mencegah limbah merusak lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai