Anda di halaman 1dari 36

BAB IV

TINJAUAN PEKERJAAN PROSES YANG DIIKUTI


4. 1 Lingkup Kerja Praktik
Kerja Praktik yang dilakukan selama 2 bulan secara umum mengerjakan
tugas besar yaitu perencanaan desain interior apartement pada proyek Fave Hotel
Medan.
4.2 Tinjauan Umum Proyek
Data Umum Proyek
Nama Proyek

: Proyek Fave Hotel Medan

Lokasi

: Jln. S. Parman Kota Medan

Luas Bangunan

: 370 x 11 lantai (4.070 m)

Pemilik

: Bapak Jeffrey Chandra

Harga Proyek

:-

Konsultan Perencana

: Medan Architect Team (MAT) oleh Tony Jackson

Kontraktor

: Prima Abadi Jaya

4.3 Latar Belakang Proyek


Apartement dinilai hunian yang praktis untuk hidup di zaman modern
seperti sekarang, lokasinya yang berada di pusat kota memudahkan untuk
melakukan aktifitas. Terutama di kota-kota besar seperti Kota Medan yang
merupakan Kota Metropolitan. Banyak masyarakat kalangan atas yang berminat
untuk memilih hidup dan tinggal di sebuah apartement. Oleh karena itu, pada
bangunan Fave Hotel ini tepatnya di lantai 11 bangunan ini dirancang apartement
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar dan diharapkan sebuah income
bisnis yang menjanjikan.

4.4 Proses Kerja Praktik


Berikut adalah langkah-langkah yang ditempuh oleh praktikan pada saat
melakukan Kerja Praktik bidang Perencanaan pada Medan Architect Team (MAT),
yaitu :
a. Pengenalan
Hal ini dilakukan agar praktikan tahu betul akan kondisi tempat kerja
praktik dan kondisi proyek yang sedang dikerjakan, termasuk didalamnya :
pengenalan dengan staf kantor, karyawan dan karyawati yang bekerja pada Medan
Architect Team (MAT), dan pengenalan akan proyek yang sedang dikerjakan.
b. Pengarahan
Sebelum

melakukan

suatu

kegiatan

yang

berhubungan

dengan

perencanaan bangunan Fave Hotel praktikan diberikan pengarahan terlebih dahulu


dari koordinator divisi perencanaan.
c. Pembagian tugas
Pembagian tugas oleh koordinator dilakukan sesuai dengan kemampuan
praktikan. Namun dalam hal ini pihak konsultan tempat melaksanakan praktik
banyak memberikan ilmu akan
Praktikan dibimbing dalam

kenyataan dalam suatu proyek di lapangan.

membuat gambar-gambar sketsa dan 3D dari

proyekan. Berikut adalah gambar bagan hubungan kerja yang terkait dengan
proyek perencanaan desain interior apartement Fave Hotel Medan.

Gambar 4.4. Bagan Hubungan Kerja Proyek Fave Hotel Medan dengan MAT

Selama pelaksanaan kerja praktik pada Medan Architect Team (MAT),


praktikan telah dihadapkan pada beberapa macam tahapan pekerjaan serta
permasalahan-permasalahan desain sehingga menuntut adanya konsentrasi serta
fokus pada setiap item tugas maupun tanggung jawab yang diberikan oleh
perusahaan.
Adapun tugas-tugas yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
-

Membuat sketsa desain interior proyek apartement dan lobby Fave Hotel
Mempelajari konsep desain interior
Membuat sketsa desain interior proyek KTV Capital Group
Mengerjakan beberapa 3D proyek Cottage di Taman Bodhi Asri Binjai

(TABA)
Membuat lembar gambar kerja hasil desain

4.4.1

Perencanaan Desain Interior Apartement Pada Gedung Fave Hotel


Medan
Pada proyek gedung Fave Hotel Medan ini, praktikan ditugaskan oleh

konsultan perencana dalam perancangan desain interior apartement pada lantai 11


bangunan Fave Hotel ini. Praktikan mendapat tugas desain interior khususnya
junior suite, dapur bersih dan dapur kotor, ruang makan serta ruang keluarga pada
salah satu apartement yang dirancang oleh konsultan pada lantai 11 ini. Mulanya
konsultan menugaskan pada praktikan untuk menggambarkan peletakkan perabot
pada denah apartement tersebut. Lalu praktikan ditugaskan untuk membuat ide
desain melalui sketsa-sketsa interior ruangnya. Konsep yang diminta pada desain
interior apartement ini adalah cozy (nyaman) dan modern, apartement ini juga
diminta untuk terlihat mewah dan elegant. Tidak hanya itu praktikan juga harus
memikirkan desain perabot yang dapat disesuaikan dengan interior ruangnya.
Sehingga praktikan harus mendesain sesuai dengan apa yang diminta agar interior
setiap ruangan di apartement tersebut terlihat serasi dan harmonis. Di bawah ini
merupakan gambar denah apartement eksisting dan denah apartement beserta
furniturenya yang telah direncanakan oleh praktikan.

Gambar 4.4.1. (a) Denah lantai 11 apartement sebelum diletakkan perabot

Gambar 4.4.1. (b) Denah lantai 11 apartement yang sudah diletakkan perabot

Gambar 4.4.1. (c) Denah lantai 11 apartement yang sudah diapprove dan beberapa ruang
yang harus diperbaiki

Pada lantai 11 gedung Fave Hotel ini dirancang khusus untuk dua buah
apartement dengan tipe yang sama. Terlihat pada gambar denah a dan b diatas,
perabot yang diletakkan harus disesuaikan dengan kondisi eksisting denah
sebelumnya. Perabot yang diletakkan di denah juga dipertimbangkan sesuai
dengan kebutuhan dan kesesuaian ruangan tersebut. Sehingga dengan ini
praktikan juga harus menyesuaikan sketsa desain interiornya dengan kondisi
denah diatas. Pada gambar denah c merupakan denah apartement dengan beberapa
desain interior yang telah disetujui oleh klien/owner proyek apartement Fave
Hotel ini, dan beberapa lainnya interior yang masih harus direvisi desain ruangnya
maupun perabot di dalamnya. Terdapat salah satu desain interior yang telah diberi
centang berwarna hijau merupakan desain yang telah diterima/disetujui oleh klien.
Beberapa desain yang telah disetujui adalah desain yang praktikan kerjakan salah
satunya yaitu desain interior junior suite room dan dapur. Pada gambar dibawah
ini merupakan beberapa sketsa desain interior yang telah dibuat oleh praktikan.

Gambar 1. Sketsa desain interior junior suite room

Gambar 2. Sketsa desain bagian dari interior junior suite room

Pada gambar 1 dan 2 merupakan hasil sketsa desain interior junior suite
room yang dikerjakan oleh praktikan. Praktikan membuat sketsa desain tersebut
dengan mengikuti permintaan oleh konsultan dan klien. Junior suite room ini
praktikan desain dengan konsep modern cozy yaitu membuat interior ruang ini
terlihat modern namun tetap terasa nyaman, khususnya interior ruang ini

ditujukan untuk kamar anak. Pada gambar 1 terlihat area bagian tempat tidur
dengan di sisi sampingnya merupakan jendela dan diletakkan beberapa perabot
meja belajar dan meja hias. Desain perabot dan tempat tidur ini disesuaikan
dengan fungsi ruang yaitu sebagai junior suite room, sehingga praktikan
mendesain perabot dan tempat tidurnya yang simple namun terlihat nyaman dan
elegant. Pada dinding kamar praktikan membuat permainan garis-garis horizontal
yang disesuaikan dengan perabot didalamnya, tujuan dari praktikan adalah agar
membuat kamar terkesan luas dan tidak sempit. Diatas kepala tempat tidur
praktikan membuat lukisan sebagai focal point dari ruang kamar ini.
Pada gambar 2 adalah bagian dari junior suite room. Area ini berada disisi
kiri tempat tidur. Area ini juga dapat dimanfaatkan untuk tempat bermain dan
belajar anak. Sofa dan meja yang didesain praktikan difungsikan untuk belajar,
bersantai, dan bermain sehingga praktikan mendesain sofa rendah dengan kaki
sofa yag kecil. Begitu juga dengan meja yang praktikan desain adalah meja
bundar rendah agar aman buat anak dan mendukung kegiatan di area ini. Tv
diletakkan di panel yang melekat di dinding, panel ini didesain berbahan HPL.
Praktikan juga mencoba memberi warna pada interior junior suite room ini namun
konsultan tidak menerima dikarenakan warna yang digunakan tidak sesuai dengan
suasana ruangan yang diinginkan. Berikut ide warna desain junior suite room
yang diberikan oleh praktikan.

Gambar 3. Ide desain warna dinding junior suite room

Setelah hasil sketsa desain interior junior suite room dilihat oleh konsultan
dan disetujui, selanjutnya hasil sketsa praktikan diberikan kepada tim pembuat
3D. Tim ini bertugas untuk membuat hasil 3D sesuai dengan hasil sketsa desain
yang dibuat oleh praktikan dengan menggunakan software 3D max dan Vray.
Praktikan juga membimbing tim pembuat 3D agar hasil 3D sesuai dengan yang
diinginkan atau hasil sketsa desain oleh praktikan. Di bawah ini merupakan hasil
3D desain interior junior suite room oleh praktikan dan tim 3D yang telah fix dan
disetujui oleh konsultan maupun klien.

Gambar 4. Hasil desain 3D junior suite room beserta keterangan material

Gambar 5. Hasil desain 3D view jendela dan meja belajar

Gambar 6. Hasil desain 3D view tempat tidur

Gambar 7. Hasil desain 3D view area nonton tv dan bersantai

Dapat dilihat dari gambar-gambar diatas bahwa ide desain warna dinding
yang praktikan berikan telah diganti dengan warna yang lebih sesuai dengan
konsep desain interior apartement yaitu modern cozy, dan juga terlihat suasana di
dalam ruangan tersebut nyaman dan elegant.

Selain desain interior junior suite room yang disetujui atau diterima oleh
konsultan dan klien, desain dapur bersih dan dapur kotor yang dibuat oleh
praktikan juga disetujui oleh kedua pihak tersebut, namun dalam desain ruang ini
praktikan banyak melakukan revisi. Model perabot yang didesain oleh praktikan
menjadi permasalahan karena ketidaksesuaian ruangan dan keinginan dari
konsultan maupun klien sehingga perbaikan desain atau revisi harus terus
dilakukan oleh praktikan. Berikut beberapa sketsa desain dan perbaikan pada
ruang dapur bersih dan dapur kotor.

Gambar 8. Sketsa desain interior dapur bersih dan dapur kotor apartement

Pada gambar diatas merupakan sketsa desain ruang dapur bersih. Praktikan
lebih memfokuskan pada desain detail perabotnya khususnya meja kompor listrik
dan kursi seperti yang terlihat pada gambar di atas. Dalam hal ini praktikan tidak
membuat lemari pada sisi kiri dapur tersebut. Sehingga peletakan barang maupun

bahan hanya tersedia pada lemari bawah yang praktikan desain dekat dengan
jendela. Desain tersebut juga masih belum sempurna karena praktikan tidak
membatasi ruang antara dapur bersih dan dapur kotor. Dapur kotor yang terletak
di sebelah kanan dapur bersih terbuka langsung, hanya dibatasi dengan perabot
yaitu kompor listrik. Sedangkan wastafel diletakkan dekat dengan dinding di sisi
jendela sebelah kanan.

Gambar 9. Revisi sketsa desain interior dapur bersih dan dapur kotor apartement

Pada gambar 9 di atas merupakan perbaikan gambar desain dapur


sebelumnya. Pada perbaikan desain tersebut praktikan masih menggunakan meja
kompor dan kursi dengan desain yang sama seperti sebelumnya. Pada desain ini

praktikan menambahkan lemari di sisi kanan dan kiri meja kompor. Lemari di sisi
kiri merupakan lemari gantung dan lemari bawah. Lemari ini praktikan desain
karena difungsikan untuk menyimpan bahan-bahan makanan maupun masakan.
Sedangkan lemari yang berada di sisi kanan praktikan desain difungsikan untuk
menyimpan alat masak dan juga piring atau gelas. Tinggi lemari gantung yang
praktikan desain adalah disesuaikan sampai ke plafond dapur. Hal ini dikarenakan
mempertimbangkan bahwa penghuni apartement adalah orang yang berstatus
sosial menengah ke atas, karena hal itu pengguna apartement tersebut tidak
sempat mengurus atau membersihkan keadaan apartement maupun perabotnya.
Sehingga apabila tinggi lemari gantung sampai ke atas plafond maka lemari
tersebut tidak akan berdebu dan pengguna apartement tidak perlu repot
membersihkannya setiap hari.
Pada lemari di sisi kanan meja kompor, praktikan mendesain lemari yang
tingginya disesuaikan juga sampai ke plafond. Lemari ini terdapat ruang seperti
rak pada bagian tengahnya yang dapat difungsikan untuk pajangan vas bunga atau
piring dan gelas. Lemari ini menggunakan material HPL kayu yang disesuaikan
dengan cat dinding dapur. Kulkas juga diletakkan di sisi kanan meja kompor yang
bersebelahan dengan pintu menuju dapur kotor. Pada perbaikan desain ini
praktikan juga membatasi antara dapur bersih dan dapur kotor dengan
menggunakan dinding partisi. Untuk menuju dapur kotor praktikan membuat
pintu slip kaca agar menghemat ruang bukaan pintu serta dapat tembus pandang
antara dapur bersih dan dapur kotor. Dengan adanya pintu slip kaca ini akan
membuat dapur kotor tidak terasa sempit ataupun pengap.
Pada perbaikan desain ini ternyata masih banyak kekurangan desainnya,
sehingga praktikan membuat revisi untuk perbaikan selanjutnya. Akan tetapi
konsultan hanya meminta sedikit perubahan desain dari perbaikan desain ini. Lalu
praktikan membuat revisi langsung dengan tim 3D, sehingga perbaikan dan
perubahan desain dapur bersih dan dapur kotor ini selanjutnya tampak di gambar
3D. Berikut hasil perubahan dan perbaikan desain yang telah disetujui dan
diterima oleh konsultan dan klien.

Gambar 10. Hasil revisi 3D desain interior dapur bersih apartement


yang telah fix

Gambar 11. Hasil revisi 3D desain interior dapur bersih

Pada gambar 11 diatas, meja kompor yang berada di tengah dapur telah
digantikan dengan meja wastafel dengan box gantung penyimpan lampu yang
berada di atasnya. Desain meja hampir menyerupai dengan desain meja kompor

sebelumnya hanya saja desain kursi yang dirubah. Begitu juga dengan lemari yang
berada di sisi kanan telah berbeda dengan desain sebelumnya. Kulkas diletakkan
di tengah lemari dekat dengan meja makan. Sebelumnya di tengah lemari terdapat
lubang seperti rak tetapi pada perbaikan desain ini klien menginginkan kulkas
berada di tengah lemari tersebut. Lemari yang berada di sisi kiri pada perbaikan
desain sebelumnya dihilangkan tetapi menggantikannya dengan panel dinding
yang bermaterial HPL kaca. Desain ini difungsikan agar suasana dapur terlihat
luas dan bersih, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 12. Hasil revisi 3D desain interior dapur bersih

Tidak hanya dengan dapur bersih, dapur kotor juga terlihat luas dan bersih
karena warna perabot yang digunakan adalah warna terang yang disesuaikan
dengan dinding dapur serta penggunaan pintu slip kaca yang tembus pandang
yang didesain oleh praktikan agar dapat melihat lebih leluasa antara dapur kotor
dengan dapur bersih. Pada dapur kotor ini juga diletakkan kulkas yang
difungsikan untuk menyimpan bahan2 makanan mentah untuk mempermudah

pengguna mengambil sesuatu jika memasak dan membutuhkan bahan masakan


yang tersimpan di kulkas. Lemari gantung yang sebelumnya praktikan desain di
revisi sebelumnya dipakai pada desain dapur kotor ini. Tinggi lemari gantung
mencapai plafond. Praktikan juga mendesain plafond dapur kotor ini dengan
mempertimbangkan suasana yang sesuai dengan fungsi ruang tersebut. Di bawah
ini merupakan hasil 3D desain interior dapur kotor oleh praktikan.

Gambar 13. Hasil revisi 3D desain interior dapur kotor

Selain junior suite room dan dapur bersih maupun dapur kotor, praktikan
juga ditugaskan dalam mendesain ruang makan dan ruang keluarga. Namun kedua
desain ini tidak diterima oleh konsultan dikarenakan kurang sesuai dengan konsep
apartement yaitu modern cozy. Praktikan juga tidak melakukan perbaikan desain
tersebut karena konsultan menugaskan pada praktikan untuk melanjutkan
membuat desain lobby Fave Hotel dan gambar kerja dari proyek Fave Hotel ini.

Dibawah ini gambaran hasil sketsa desain interior ruang keluarga dan ruang
makan yang dikerjakan oleh praktikan.

Gambar 14. Sketsa desain interior ruang keluarga apartement

Gambar 15. Sketsa desain sofa pada ruang keluarga apartement

(a)

(b)
Gambar 16. a,b) Sketsa ide warna desain interior dan perabot pada ruang keluarga
apartement

Pada gambar 16 merupakan ide desain warna pada ruang keluarga


apartement yang dikerjakan oleh praktikan. Praktikan mendesain ruang keluarga
ini dengan mendesain lemari rak yang tingginya mencapai plafond ruangan ini,
dua buah lemari ini diletakkan di sisi kanan dan kiri meja tv. Dan pada jendelanya
praktikan letakkan kisi-kisi horizontal yang dimaksudkan untuk menciptakan
cahaya yang masuk lebih dramatis. Dan pada dinding sisi kiri praktikan tempelkan
kisi-kisi kayu vertikal dan tambahan lukisan di sampingnya. Dan pada sofanya
praktikan desain dengan senderan kepala yang rendah dan kaki sofa yang kecil
seperti yang terlihat pada gambar 16 tersebut. Praktikan mengharapkan dengan
desain yang dibuat seperti gambar di atas akan membuat suasana ruang keluarga
yang harmonis, akrab dan nyaman bagi pengguna keluarga apartement tersebut.
Selanjutnya desain ruang makan yang dibuat oleh praktikan juga tidak diterima
oleh konsultan dan praktikan juga tidak melanjutkan revisi atau perbaikan pada
desain ruang makan ini. Ruang makan ini di bawah ini merupakan sketsa ide
desain ruang makan yang dibuat oleh praktikan.

(a)

(b)
Gambar 17. a,b) Sketsa ide desain interior ruang makan apartement

Pada

perencanaan desain interior apartement proyek Fave Hotel ini

praktikan tidak hanya mengerjakan desain interior apartement saja, namun juga
membantu tim desain lain yang ditugaskan oleh konsultan menangani proyek
Fave Hotel ini. Praktikan membantu tim desain lain untuk mendesain lobby hotel
lantai 1 dan lantai 3. Desain ini praktikan buat dengan tujuan menyumbangkan ide
konsep desain praktikan kepada tim desain yang khusus menangani desain lobby
Fave Hotel tersebut. Berikut gambar-gambar sketsa ide desain lobby yang dibuat
oleh praktikan.

Gambar 18. Sketsa ide lobby lantai 1 Fave Hotel

Gambar 19. Sketsa ide lobby lantai 3 Fave Hotel

(a)

(b)
Gambar 20. a,b) Sketsa alternatif ide desain lobby lantai 1 Fave Hotel

4.4.2

Perencanaan Desain Cottage pada Proyek Taman Bodhi Asri (TABA)


di Medan Binjai
TABA (Taman Bodhi Asri) adalah tempat yang dikonsepkan untuk

membalas jasa-jasa orang tua yang telah berjasa membesarkan anak-anaknya


sewaktu muda sehingga di hari tuanya ia tidak dilupakan dan merasa kesepian. Di
TABA orangtua tersebut akan memiliki teman dan aktifitas yang dapat
mencegahnya dari kebosanan, pikun dan penyakit osteoporosis. TABA ini
berlokasi di Jalan Bintang Terang Ujung No.53A, Dusun XV Desa Muliorejo,
Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang Medan binjai Km 13,8 Kota Medan.
TABA merupakan penggabungan 3 unsur yaitu :
1) Taman lansia (pusat aktifitas yang diperuntukkan untuk lansia).
2) Taman belia (pusat aktifitas yang diperuntukkan untuk keluarganya yang
masih muda).
3) Taman spiritual (pusat aktifitas melatih dan mendekatkan diri pada
ketenangan rohani).
Proyek TABA berdiri di lahan seluas 7 hektar, sehingga banyak terdapat
fasilitas pendukung yang disediakan untuk pasien lansia maupun keluarga dari
pasien lansia tersebut. Diantara fasilitas-fasilitas tersebut ada diantaranya pusat
meditasi, taman margasatwa, vihara, tempat berkumpul lansia, serta taman dan
tempat penginapan berupa cottage bagi keluarga lansia untuk berlibur dan
menginap bersama pasien lansia guna berkumpul, tempat berlibur dan juga
menenangkan diri dari rutinitas kota.
Praktikan ditugaskan oleh konsultan dalam proyek ini yaitu untuk
mendesain sebuah cottage yang akan difungsikan sebagai tempat menginap
keluarga orang tua lansia seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Cottage ini
merupakan pengembangan proyek TABA yang belum selesai atau dalam tahap
pengembangan. Cottage ini dimaksudkan didesain dengan konsep vernakular oleh
konsultan. Tidak hanya itu, kosultan juga menugaskan praktikan untuk mendesain
landscape bagian dari lahan TABA yang belum selesai. Di bawah ini merupakan
master plan Taman Bodhi Asri sebagai proyek pengembangan yang dibuat oleh
konsultan.

Gambar 4.4.2. (a) Master Plan Taman Bodhi Asri di Medan

Pada master plan diatas bagian lahan yang menjadi tugas praktikan dalam
mendesain landscape serta cottage sebagai tempat menginap keluarga lansia
adalah bagian utara dari master plan tersebut. Berikut merupakan gambaran desain
landscape yang dibuat oleh konsultan.

Gambar 4.4.2. (b) Kondisi eksisting lahan yang menjadi pengembangan proyek TABA

Gambar 4.4.2. (c) Ide desain landscape yang menjadi pengembangan proyek TABA

Gambar di atas merupakan ide desain landscape yang dibuat oleh


konsultan untuk dibuat lebih detail oleh praktikan menggunakan Aotocad. Yang
menjadi tugas penting yang dikerjakan oleh praktikan adalah mendesain cottage
yang ditandai dengan huruf A,B,C, dan E yang diberi warna pink pada ide desain
landscape diatas. Untuk gambar lebih detail yang dibuat oleh praktikan dalam
autocad terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.4.2. (d) gambar detail denah landscape yang menjadi pengembangan proyek
TABA

Gambar 4.4.2. (e) bangunan cottage yang telah terbangun dan belum selesai

Gambar diatas merupakan bangunan public space yang ditandai dengan


huruf E pada gambar 4.4.2 (c) sebelumnya. Bangunan ini sebelumnya sudah
didesain oleh konsultan yang difungsikan sebagai homestay. Namun pada tahap
pembangunan terdapat kesalahan saat dibangun karena tukang tidak mengikuti
desain yang dibuat oleh konsultan, sehingga konsultan menugaskan pada
praktikan untuk mengembangkan desain bangunan tersebut yang difungsikan
sebagai homestay menjadi lebih baik. Dibawah ini merupakan hasil sketsa desain
awal oleh praktikan dan dilanjutkan dengan desain menggunakan sketchup.

Gambar 4.4.2. (f) sketsa desain awal cottage oleh praktikan

(Tahap I)

(Tahap II)

(Tahap III)

(Tahap IV)

Gambar 4.4.2. (g) Tahapan desain homestay oleh praktikan

Gambar di atas merupakan proses tahapan desain homestay yang


dikerjakan oleh praktikan. Dapat dilihat pada gambar tersebut praktikan telah
banyak melakukan revisi atau perbaikan desain pada bangunan tersebut. Desain
terakhir (Tahap IV) yang dibuat oleh praktikan belum seutuhnya selesai karena
hasil desain yang dibuat oleh praktikan dengan menggunakan Sketchup ini masih
terdapat banyak kekurangan, dan ide desain bangunan ini kemudian dilanjutkan
oleh konsultan dan diberi finishing akhir menggunakan 3D max. Berikut
gambaran hasil akhir 3D max yang dibuat oleh konsultan.

Gambar 4.4.2. (h) Hasil desain 3D yang dibuat oleh konsultan

Gambar desain di atas ternyata masih belum diterima oleh klien/owner


dari proyek Taman Bodhi Asri ini, sehingga konsultan membuat perbaikan desain
pada bangunan tersebut. Alasan klien tidak menerima hasil desain yang terlihat
pada gambar di atas adalah karena klien merasa tidak cocok atau sesuai dengan
konsep vernakular yang digunakan pada perkembangan proyek TABA ini. Maka
dari itu konsultan merubah desain homestay ini pada bagian atapnya saja,
sedangkan bagian lain dari bangunan tetap dipertahankan oleh konsultan. Hasil
desain selanjutnya ternyata langsung diterima oleh pihak klien, dan hasil desain
tersebut merupakan desain fix yang dilakukan oleh konsultan. Gambaran hasil fix
desain tersebut terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.4.2. (i) Hasil fix desain 3D yang dibuat oleh konsultan

Pada pekerjaan selanjutnya praktikan ditugaskan oleh konsultan sebagai


drafter dalam pembuatan gambar kerja hasil desain cottage yang difungsikan
untuk sarana penginapan keluarga dan sebagai tempat rekreasi keluarga lansia
tersebut. Konsultan memberikan hasil sketsa denah dan gambar 3D cottage yang
dibuat oleh konsultan dengan menggunakan 3Dmax. Kemudian konsultan
menugaskan praktikan membuat gambar kerja yaitu denah, potongan, tampak
serta detailnya dengan menggunakan Revit. Berikut di bawah ini merupakan
sketsa denah dan beberapa gambar 3D cottage yang dibuat oleh konsultan.

Gambar 4.4.2. (j) sketsa denah cottage oleh konsultan

Denah di atas merupakan sketsa yang dibuat oleh konsultan dengan


menggunakan sebuah Tab. Denah tersebut terinspirasi oleh studi kasus bangunan
cottage yang ada di Lombok. Tujuan konsultan adalah ingin membuat sebuah
cottage yang mirip dengan bentuk rumah adat Lombok, tetapi tidak hanya itu saja
konsultan juga menginginkan bentuk cottage dari berbagai bentuk rumah adat
lainnya seperti rumah adat Aceh, Papua, dan Toraja yang nantinya cottage-cottage
ini akan diletakkan di bagian A,B,C pada gambar 4.4.2 (c).

Gambar 4.4.2. (k) sketsa ide desain cottage bentuk rumah adat oleh konsultan

Tetapi konsultan hanya mengerjakan 3D salah satu ide cottage di atas yaitu
cottage dengan bentuk atap Lombok. Karena ide desain cottage tersebut masih
harus dibicarakan dengan kontraktor dan klien apakah diterima oleh mereka atau
tidak. Sehingga konsultan hanya menugaskan praktikan untuk membuat gambar
kerja hasil 3D cottage dengan bentuk atap Lombok sebagai sample ide desain
konsultan kepada klien. Di bawah ini merupakan gambaran hasil 3D cottage yang
dibuat oleh kosultan menggunakan 3D max dan kemudian akan dilanjutkan oleh
praktikan untuk membuat gambar kerja dengan menggunakan Revit.

Gambar 4.4.2. (j) Hasil desain 3D cottage yang dibuat oleh konsultan

Format hasil 3D yang diberikan oleh konsultan kepada praktikan berupa


bentuk format file 3Dmax yang kemudian praktikan lanjutkan dengan
mengekspor format file tersebut ke dalam format file kerja Revit. Disini tugas
praktikan bukan hanya membuat gambar kerjanya saja namun juga membuat
detail arsitektur dan juga detail ukuran kayu bentuk atap bangunan cottage
tersebut. Sehingga praktikan juga membutuhkan aplikasi 3Dmax untuk membantu
membuat detail arsitektur cottage tersebut. Hasil gambar kerja yang dibuat oleh
praktikan terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.4.2. (k) gambar kerja 3D visual cottage

Gambar di atas merupakan gambar kerja yang berisi gambar 3D visual


bentuk desain cottage. Gambar kerja ini sangat penting ditujukan kepada
kontraktor karena kontraktor yang membantu konsultan perencana dalam
melaksanakan pembangunan bangunan cottage tersebut. Lembar kerja 3D visual
tersebut diletakkan pada halaman pertama untuk memudahkan kontraktor melihat
gambaran desain cottage yang seperti apa dan nantinya akan dibangun di lokasi
perancangan. Selain gambar kerja yang berisi gambar 3D visual terdapat juga
gambar kerja lainnya yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.4.2. (l) gambar kerja denah cottage

Gambar 4.4.2. (m) gambar tampak depan cottage

Gambar 4.4.2. (n) gambar tampak belakang cottage

Gambar 4.4.2. (o) gambar tampak samping kanan cottage

Gambar 4.4.2. (p) gambar tampak samping kiri cottage

Gambar 4.4.2. (q) gambar potongan 1 cottage

Gambar 4.4.2. (r) gambar potongan 2 cottage

Gambar 4.4.2. (s) gambar detail arsitektur

Anda mungkin juga menyukai