20091231seminarrtrw 111028100955 Phpapp02
20091231seminarrtrw 111028100955 Phpapp02
11.
2.
3.
4.
5.
LLatar
t Belakang
B l k
Identifikasi persoalan
Isu Strategis
ujua , Kebijakan
eb ja a & St
Strategi
ateg
Tujuan,
Rencana Struktur Ruang
Sistem Pusat Pelayanan
y
Kota
Rencana sistem prasarana (sistem jaringan transportasi, sistem jaringan
energi/kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan
prasarana sumber daya air kota
kota, sistem penyediaan bersih
bersih, sistem
pengelolaan air limbah kota, sistem persampahan kota, sistem drainase
kota, penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan
pejalan kaki,
kaki ruang evakuasi bencana)
LATAR BELAKANG
Dasar H
Hukum
k m
Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Propinsi
Jawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Himpunan Lembaran Negara Tahun 1950).
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun
1960 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043).
U d
Undang-undang
d
N
Nomor 11 T
Tahun
h
1974 ttentang
t
P
Pengairan
i
(L
(Lembaran
b
N
Negara T
Tahun
h
1974 N
Nomor 65
65,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046).
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 04 Tahun 1986 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Penyidikan terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah yang memuat
S k i/A
Sanksi/Ancaman
Pidana.
Pid
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Bandung dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 34,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3358).
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3445).
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 27,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470).
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3527).
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara
Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529).
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan
Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660).
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
(Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3776).
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 14 Tahun 1998 tentang Bangunan di
Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3851).
3851)
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838).
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 01 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pembuatan, Perubahan, Pencabutan dan Pengundangan Peraturan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang
Wilayah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3934).
g Kewenangan
g
Pemerintah dan Kewenangan
g
Propinsi
p
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3952).
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2001 tentang Kewenangan Daerah Kota Bandung sebagai
Daerah Otonom.
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 15 Tahun 2001 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090).
Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Tahun 2001
Nomor 128, Tambahan Lembaran 1Negara Nomor 4146).
Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 143,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4156).
U d
Undang-undang
d
N
Nomor 28 T
Tahun
h
2002 ttentang
t
B
Bangunan G
Gedung
d
(L
(Lembaran
b
N
Negara T
Tahun
h
2002 N
Nomor
134, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247).
D
Dasar
H
Hukum
k
D
Dasar
H
Hukum
k
R j kan
Rujukan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya.
Peraturan Menteri Dalam Negeri 01/2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2008 tentang Pedoman perencanaan kawasan perkotaan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam
Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota
Peraturan Gubernur Nomor 21 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda 1 Tahun 2008 tentang
Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara
Profil Wilayah
Wila ah Kota
Kota Bandung dalam sistem perkotaan Nasional ditetapkan sebagai bagian dari
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Direncanakan
sebagai kawasan budidaya. Dimana kawasan budi daya tersebut diuraikan ke dalam
kawasan andalan yaitu kawasan yang memiliki nilai strategis nasional .
Kota Bandung dalam sistem perkotaan RTRWP Jawa Barat termasuk ke dalam
PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Kota Bandung ditetapkan sebagai bagian
p dengan
g kegiatan
g
utama p
perdagangan
g g dan jjasa,, industri kreatif dan highg
dari PKNp
tech, pariwisata, dan transportasi
Pada tahun 2030 mendatang jumlah penduduk Kota Bandung (menurut proyeksi)
akan mencapai 4.093.256 jiwa.
Potensi Bencana Alam: (1) Letusan Gunung Berapi, (2) Gempa, (3) Banjir dan (4)
Kebakaran
P fil Wil
Profil
Wilayah
hK
Kota
t
Potensi SDA: Air baku sebesar 802 l/detik kapasitas air bersih yang belum
t
termanfaatkan
f tk
IPA
Kapasitas
Badak Singa
1800
Miniplant cibereum
40
Mi i l t cipanjalu
Miniplant
i
j l
20
Miniplant cirateun
5
Dago Pakar
600
Miniplant Dago Pakar
60
Sumur Air Dalam
170
/
Bor
500
Air Tanah/Sumur
Total
Produksi
1400
40
10
2
600
40
130
171
Ekonomi kota:
Pada
P
d ttahun
h 2002 nilai
il i produktivitas
d kti it ekonomi
k
i llahan
h (b
(bruto)
t )K
Kota
t B
Bandung
d
adalah
d l hR
Rp.126
126
milyar per km2 dan terus mengalami peningkatan, hingga tahun 2007 mencapai Rp.307
milyar per km2.
Secara umum
umum, sektor ekonomi Kota Bandung terbagi menjadi 3 sektor yaitu sektor basis
ekonomi, ekonomi lokal dan sektor informal.
Sebagian besar penduduk Kota Bandung, lokal maupun pendatang, terlibat dalam sektor
perdagangan baik formal maupun informal terutama sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL).
P fil Wil
Profil
Wilayah
hK
Kota
t
Is Strategis
Isu
Peran dan fungsi kota
Muncul peran dan fungsi baru Kota Bandung sebagai kota kreatif (creative city)
Struktur ruang kota
Dengan proyeksi penduduk 20 tahun mendatang,
mendatang sebesar 4 juta jiwa
jiwa, maka kebutuhan
pusat pelayanan akan bertambah baik pusat pelayanan kota maupun sub pusat
pelayanan kota
Pola ruang kota
Dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh Kota Bandung maka
pengembangan kota diarahkan untuk menjadi kota yang kompak (compact city) yang
dilengkapi dengan RTH sebesar 30%
Pelestarian kawasan dan bangunan
Ruang publikUntuk menjamin sejarah (masa lalu), serta identitas dan karakter kota,
kawasan dan bangunan unik dan bersejarah perlu tetap dilestarikan
Fasilitas publik
g p
penduduk yyang
gp
pesat membutuhkan p
peningkatan
g
ruang
gp
publik ((kuantitas
Perkembangan
dan kualitas)
Sistem transportasi
Kota yang berkelanjutan harus ditunjang pula dengan sistem transportasi yang
berkelanjutan. Penyediaan sistem transportasi yang jelas, terarah, aman, nyaman
d tterjangkau
dan
j
k akan
k membuat
b t ki
kinerja
j kkegiatan
i t sosial
i l ekonomi
k
i masyarakat
k t semakin
ki
baik, produktif dan berkelanjutan.
Ketersediaan infrastruktur
Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka Kota Bandung harus menyediakan
infrastruktur yang memadai bagi warganya. Penyediaan infrastuktur yang ramah
lingkungan (green infrastucture), dan pengembangan pola kemitraan dalam
penyediaan infrastruktur
f
tersebut. Dengan kerterbatasan sumberdaya maka indikasi
program, prioritas, dan pembiayaannya harus jelas.
Pengendalian pembangunan
Untuk menjamin terwujudnya kualitas, kinerja dan tampilan kota yang direncanakan,
maka harus tersedia prosedur dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang yang
jelas, lengkap, efektif dan dilaksanakan dengan konsisten
Kependudukan
Pertumbuhan penduduk > daya dukung/ daya tampung kota
I Strategis
Isu
St t i
A St
A.
Struktur
kt T
Tata
t R
Ruang
1. Mengembangkan dua / tiga pusat pelayanan kota untuk wilayah Bandung Barat dan wilayah Bandung
Timur.
2. Membagi wilayah kota menjadi delapan subwilayah pengembangan (SWP), masing-masing dilayani oleh
satu subpusat pelayanan kota .
3. Mengembangkan subpusat kota dan pusat-pusat lingkungan secara merata.
4 Menata
4.
M t ffungsii ddan struktur
t kt jjaringan
i
jjalan
l yang serasii ddengan sebaran
b
ffungsii kkegiatan
i t primer
i
ddan
sekunder.
5. Mengembangkan sistem transportasi yang berbasis pada transportasi publik.
6 M
6.
Mengarahkan
hk perkembangan
k b
ddan memprioritaskan
i it k pengembangan
b
kkota
t kke wilayah
il h B
Bandung
d
Ti
Timur (SWP
Ujungberung dan Gedebage).
7. Mengendalikan pembangunan di wilayah Bandung barat
8 Membatasi perkembangan di wilayah Bandung Utara
8.
Utara.
Angkutan Umum
Mengembangkan
g
g
sistem transportasi
p
yyangg berbasis ppada transportasi
p
ppublik.
Investasi
Membuka peluang investasi dan kemitraan bagi sektor privat dan masyarakat dalam
menyediakan prasarana dan sarana transportasi
Kelembagaan
Membentuk dewan transportasi kota untuk mengawasi dan mengendalikan sistem
transportasi kota
3 Kebijakan
3.
K bij k prasarana drainase
d i
adalah
d l h meningkatkan
i k tk pelayanan
l
prasarana ddrainase
i
ddalam
l rangka
k
mengatasi permasalahan banjir dan genangan.
5.
Mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)
dengan cara pengolahan setempat per-wilayah dengan teknik-teknik yang berwawasan lingkungan.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah.
Kebijakan sarana pemadam kebakaran adalah mengembangkan dan meningkatkan kapasitas dan
kualitas sarana dan prasarana pemadam kebakaran
kebakaran.
6.
Kebijakan prasarana dan sarana energi dan telekomunikasi adalah meningkatkan kualitas dan
jangkauan pelayanan listrik dan telekomunikasi
telekomunikasi.
7.
4 5 Kebijakan
4.5.
K bij k Pengendalian
P
d li Pemanfaatan
P
f t Ruang
R
Pengendalian pemanfaatan ruang mengacu kepada RTRWK, atau rencana yang lebih rinci
((RDTRK)) yang
y g berlaku, dengan
g memperhatikan
p
ketentuan, standar teknis, kelengkapan
g p
prasarana, kualitas ruang, dan standar kinerja kegiatan yang ditetapkan.
5 1 Sistem
5.1
Si t
P
Pusatt P
Pelayanan
l
K
Kota
t
PUSAT KOTA
Alun-Alun
Gedebage
WP
Bojonagara
WP
Cibeunying
Alun--Alun
Alun
WP
Tegalega
WP
Ujungberung 2
WP
Uj
Ujungberung
b
1
Gedebage
WP
Karees
WP
Gedebage 1
WP
Gedebage 2
Pertimbangan:
1 pusat pelayanan kota melayani 1-1,5 juta penduduk
480 000-500
500.000
000 penduduk
1 subpusat pelayanan kota melayani 480.000
Dari 6 subpusat pelayanan kota saat ini, Ujungberung dan Gedebage sudah
hampir melewati batas pelayanan.
pelayanan
Proyeksi penduduk 2029 mencapai 4.029.824 jiwa
Rencana:
Membagi Kota Bandung menjadi
3 pusat pelayanan kota dengan 6 subpusat pelayanan kota, atau
2 pusatt pelayanan
l
k t dengan
kota
d
8 subpusat
b
t pelayanan
l
k t
kota
(pemekaran dari Ujungberung dan Gedebage)
Jumlah
Penduduk
Subpusat
Pelayanan Kota
2008
2029
1.500.000
1.000.000
Subpusat Pelayanan
Kota
480.000
Pusat Lingkungan
(Kecamatan)
120.000
25
34
Hirarki Pusat
Pusat Pelayanan Kota
Cakupan
Pelayanan (jiwa)
Pemerintahan
Hankam
Komersial
Pendidikan
Industri
Rekreasi
Transportasi
Kegiatan Fungsional
Kegiatan Fungsional
Pusat Pemerintahan
Kompleks Hankam
Industri (PT DI, Pindad)
Bandara Husein
Stasiun KA
Terminal
Kawasan Komersial Pusat Kota
Perdagangan Grosir
Perguruan Tinggi
Rumah
R
h Sakit
S kit
5 3 Rencana
5.3
R
Si
Sistem
t
Prasarana
P
K
Konsep
P
Perencanaan
Sistem Kegiatan
Mempertimbangkan konektivitas antar pusat-pusat kegiatan dalam konteks
regional, seperti PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan
Wil h) dan
Wilayah),
d PKL (P
(Pusatt Kegiatan
K i t Lokal)
L k l)
Mempertimbangkan konektivitas antar pusat-pusat kegiatan dalam konteks
internal kota, seperti pusat kegiatan
g
fungsi
g primer dan fungsi
g sekunder
Sistem Jaringan
Struktur jaringan primer yang menghubungkan menghubungkan secara
menerus pusat kegiatan nasional
nasional, pusat kegiatan wilayah,
wilayah pusat kegiatan lokal
sampai ke pusat kegiatan lingkungan
Struktur jaringan sekunder yang menghubungkan secara menerus kawasan
yang
ang mempunyai
memp n ai ffungsi
ngsi primer
primer, ffungsi
ngsi sek
sekunder
nder kesat
kesatu, ffungsi
ngsi sek
sekunder
nder
kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil
K
Konsep
P
Perencanaan
Sistem
Si
Pergerakan
P
k
Membatasi pergerakan dan penggunaan kendaraan pribadi ke arah pusat kota
melalui
l l i bberbagai
b i strategi
t t i TDM (T
(Transportation
t ti D
Demandd Management)
M
t) yang
relevan, misalnya:
M
Manajemen
j
Si
Sistem
t
T
Transportasi
t i
Intelligent transportation system
Zonasi ruang
Transit
T
i ffacilities
ili i andd services
i
Urban Design
Mixed Use
Pricing,
Pricing Tax
Parking management
Pedestrian zone
R
Rencana
St
Struktur
kt J
Jaringan
i
P
Primer
i
Prinsip pengembangan jaringan jalan Arteri Primer:
menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan
nasional (PKN) atau antara pusat kegiatan nasional (PKN)
dengan pusat kegiatan wilayah (PKW)
PKL
Subang
PKL
Cileunyi
y
PKL
Ciparay
PKL
Ciwidey
PKL
Pengalengan
PKL
Majalaya
R
Rencana
St
Struktur
kt J
Jaringan
i
P
Primer
i
PKN Bandung: Bandara Husein Sastranegara,
Sastranegara Terminal
Tipe A (Terminal Cicaheum, Terminal Leuwipanjang, dan
Terminal Gedebage)
G
) dilalui oleh jalan arteri primer
Jadi, perlu restrukturisasi jaringan jalan arteri primer, yaitu:
Jalan Rajawali (Elang) dan Jalan L.U Abdurahman Saleh
(Nurtanio) menuju bandara
Jalan Rumah Sakit dan Jalan Gedebage menuju Terminal
Gedebage
R
Rencana
St
Struktur
kt J
Jaringan
i
P
Primer
i
Koridor primer 2: Jalan Rajawali (Jalan Elang)-Jalan
N rtanio yang
Nurtanio
ang mengakses Bandara H
Hussein
ssein Sastranegara
Koridor primer 3: Jalan Sindanglaya-Jalan Ujung BerungJalan Cipadung yang mengakses ke Terminal Cicaheum
Koridor primer 4: Jalan Rumah Sakit-Jalan
Gedebage yang mengakses ke Terminal Gedebage
R
Rencana
St
Struktur
kt J
Jaringan
i
S
Sekunder
k d
P
Prinsip
i i pengembangan
b
jjaringan
i
jjalan
l A
Arteri
t i
Sekunder:
menghubungkan :
kawasan primer dengan kawasan sekunder
antar kawasan sekunder
jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder
R
Rencana
St
Struktur
kt J
Jaringan
i
S
Sekunder
k d
R
Rencana
P
Pengembangan
b
T
Terminal
i l
Prinsipp ppengembangan
g
g terminal tipe
p B
terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi;
terletak di jalan arteri atau kolektor;
jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal penumpang tipe A,
sekurang-kurangnya 15 km;
tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 Ha untuk terminal.
Rencana Pengembangan
g
g Terminal
TB
TC
TC
TA
TC
TB
TC
TC
TB
TC
TB
TA
TA
TB
TC
Ja
m
Pa
sir
wi
de
y
Ci
Jalur non-operasi
non operasi
Ba
So
nj
re
ar
an
bu
an
g
k
Ha
ur
pu
gu
r
CI
CA
LE
NG
KA
Ra
nc
ae
ke
e
ek
ar
Ci
m
aj
ala
y
nd
on
g
Ja
tin
an
go
r
Pa
m
Da
ye
uh
en
Ko
gp
lo
t
eu
Ci
k
pa
ra
y
Ge
de
ba
g
da
pa
te
uh
Ki
ar
ac
o
ND
UN
G
Ci
ku
yo
m
BA
Ci
ro
An
di
Ci
m
in
di
PA
DA
LA
RA
Ga
do
NG
ba
ng
ko
ng
Ci
m
ah
i
Ta
nju
ng
Sa
ri
Mengaktifkan kembali jaringan rel yang menghubungkan pusat kota dengan arah
selatan Kota Bandung, yaitu jaringan rel dari arah Ciwidey
R
Rencana
Sk
Skema J
Jaringan
i
M
Monorell
Konsep pengembangan jaringan
Tipe straddle-beam dimana kereta berjalan di atas rel
Pada jalan yang minimal memiliki median jalan agar tidak
mengganggu lalu lintas
Pada lebar jjalan yyang
g minimal mendukung
g lebar sepur
p ((track
gauge) 1435 mm dan lebar monorail yaitu 3,14 m
Jarak antar tiang penyangga rel minimal 20 m
sistem transportasi
53
sistem transportasi
54
Kecamatan Batununggal
Kecamatan Kiaracondong
Kecamatan Ujungberung
Kecamatan Sukajadi
Kecamatan Cibiru
Kecamatan Arcamanik
Kecamatan Bandungkidul
Kecamatan Margacinta
Kecamatan Cicadas
R
Rencana
P
Pengembangan
b
St
Strategi
t i TDM
Oto Iskandardinata
Dewi Sartika
Pungkur
Jend. Ahmad Yani
Lengkong Kecil
Gardu Jati
ABC
Banceuy
Naripan
Karapitan
Dalem Kaum
Kepatihan
Cikapundung
p
g Barat
Cikapundung Timur
Astana Anyar
Suniaraja
Kebon Jati
Sudirman
Asia Afrika
Dalem Kaum
Cibadak
Karang Anyar
Kepatihan
Dewi Sartika
R
Rencana
P
Pengembangan
b
B
Bandara
d
Ud
Udara
Penambahan penerbangan internasional
internasional, yaitu:
Kebutuhan Energi
g Listrik per
p Sektor di Kota Bandung
g
Tahun
Jumlah
Penduduk
Rasio
Elektrifik i
fikasi
Kebutuhan
Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik LainRumah
S i l
Sosial
Bi i
Bisnis
P blik
Publik
I d ti
Industri
l i
lain
Tangga
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2824642
2888076
2951510
3014944
3078378
3141812
3205246
3268680
3332114
3395548
3458982
3522416
3585850
3649284
3712718
3776152
3839586
3903020
3966454
71,3
73,3
75,3
77,3
79,3
81,3
83,3
85,3
87,3
89,3
91,3
93,3
95,3
97,3
99,3
100
100
100
100
1.176.158
1.236.304
1.297.932
1.361.042
1.425.634
1.491.707
1.559.262
1.628.299
1.698.818
1.770.819
1.844.302
1.919.266
1.995.712
2.073.640
2.153.050
2 205 273
2.205.273
2.242.318
2.279.364
2.316.409
102.428
107.666
113.033
118.529
124.154
129.908
135.792
141.804
147.945
154.215
160.615
167.143
173.801
180.587
187.503
192 051
192.051
195.277
198.503
201.729
656.953
690.548
724.971
760.222
796.300
833.206
870.939
909.501
948.890
989.106
1.030.150
1.072.022
1.114.722
1.158.249
1.202.604
1 231 774
1.231.774
1.252.466
1.273.158
1.293.850
77.704
81.678
85.749
89.919
94.186
98.551
103.014
107.575
112.234
116.991
121.846
126.798
131.849
136.997
142.244
145 694
145.694
148.141
150.589
153.036
2029
4029888
100
2.353.455 204.956
1.314.542
155.483
2030
4093322
100
2.390.500 208.182
1.335.234
157.931
1.486.975
1.563.016
1.640.930
1.720.717
1.802.378
1.885.912
1.971.320
2.058.601
2.147.755
2.238.783
2.331.685
2.426.459
2.523.107
2.621.629
2.722.024
2 788 048
2.788.048
2.834.883
2.881.718
2.928.553
Total
42.384
44.552
46.772
49.047
51.374
53.755
56.190
58.677
61.219
63.813
66.461
69.163
71.918
74.726
77.587
79 469
79.469
80.804
82.139
83.474
3.542.603
3.723.764
3.909.388
4.099.475
4.294.026
4.493.040
4.696.517
4.904.458
5.116.861
5.333.728
5.555.058
5.780.852
6.011.108
6.245.828
6.485.012
6 642 308
6.642.308
6.753.889
6.865.471
6.977.052
2.975.389
84.809
7.088.634
3.022.224
86.144
7.200.215
Solusi untuk skala makro (terkait dengan kurangnya supply energi listrik pada
j i
jaringan
i t k k i Jawa-Bali
interkoneksi
J
B li )adalah:
) d l h
Mencari alternatif sumber energi baru, seperti air dan angin
Pengehematan
g
ppemakaian listrik
Persoalan mikro:
Tidak
Tid k meratanya
t
di t ib i daya
distribusi
d
di setiap
ti bagian
b i kota,
k t sehingga
hi
t d t area
terdapat
yang surplus dan ada pula yang defisit.
Tidak efisiennya
y ppenggunaan
gg
kabel dan ggardu
Saluran jaringan listrik seringkali bersinggungan dengan jaringan-jaringan
prasarana lain
Lebih
L bih sulitnya
lit
proses kkontrol
t l ddan pemeliharaan
lih
tterhadap
h d kkualitas
lit jjaringan
i
Solusi untuk skala mikro:
Perlu adanya rencana tata ruang yang konsisten yang dapat dijadikan acuan oleh
instansi sektoral,
Instansi
I t i sektoral
kt l hharus memperhatikan
h tik rencana ttata
t ruang ddalam
l pengembangan
b
prasarana.
K b t h Gas
Kebutuhan
G di Kota
K t Bandung
B d
Tahun
Jumlah Penduduk
Rasio
Pemakaian Gas
(%)
Jumlah Rumah
T
Tangga
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2.824.642
2.888.076
2 951 510
2.951.510
3.014.944
3.078.378
3.141.812
3.205.246
3.268.680
3.332.114
3.395.548
3.458.982
3.522.416
3.585.850
3.649.284
3.712.718
3.776.152
3.839.586
3.903.020
3.966.454
50
50
50
50
50
50
70
70
70
70
70
70
80
80
80
80
80
80
80
1.412.321
1.444.038
1 475 755
1.475.755
1.507.472
1.539.189
1.570.906
2.243.672
2.288.076
2.332.480
2.376.884
2.421.287
2.465.691
2.868.680
2.919.427
2.970.174
3.020.922
3.071.669
3.122.416
3.173.163
728.018.144.724
744.367.509.703
760 716 874 682
760.716.874.682
777.066.239.661
793.415.604.640
809.764.969.618
1.156.560.068.436
1.179.449.179.406
1.202.338.290.377
1.225.227.401.347
1.248.116.512.317
1.271.005.623.288
1.478.736.839.152
1.504.895.823.118
1.531.054.807.084
1.557.213.791.050
1.583.372.775.016
1.609.531.758.982
1.635.690.742.948
2029
2030
4.029.888
4.093.322
80
80
3.223.910
3.274.658
1.661.849.726.915
1.688.008.710.881
Kebutuhan Jumlah Sambungan Telepon, Telepon Umum, dan STO di Kota Bandung
Tahun
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Kebutuhan
Jumlah
Sambungan
Kebutuhan
Telepon Umum
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2.824.642
22.888.076
888 076
2.951.510
3.014.944
3.078.378
3 141 812
3.141.812
3.205.246
3.268.680
3.332.114
3 395 548
3.395.548
3.458.982
3.522.416
3.585.850
3.649.284
3.712.718
3.776.152
3.839.586
3.903.020
3.966.454
470774
481346
491918
502491
513063
523635
534208
544780
555352
565925
576497
587069
597642
608214
618786
629359
639931
650503
661076
11299
11552
11806
12060
12314
12567
12821
13075
13328
13582
13836
14090
14343
14597
14851
15105
15358
15612
15866
942
963
984
1005
1026
1047
1068
1090
1111
1132
1153
1174
1195
1216
1238
1259
1280
1301
1322
282
289
295
301
308
314
321
327
333
340
346
352
359
365
371
378
384
390
397
2029
2030
4.029.888
4.093.322
671648
682220
16120
16373
1343
1364
403
409
P
Permasalahan
l h Jaringan
J i
Air
Ai Bersih
B ih
2030
4,093,256
l/orang/hari
120
120
120
120
120
120
125
125
125
125
125
130
130
130
130
130
140
140
140
140
140
145
l/hari
331,342,080
338,953,920
346 565 760
346,565,760
354,177,600
361,789,440
369,401,280
392 722 000
392,722,000
400,651,000
408,580,000
416,509,000
424 438 000
424,438,000
449,661,680
457,907,840
466,154,000
474,400,160
482,646,320
528,653,440
537,533,920
546,414,400
555,294,880
564,175,360
l/detik
3,835
3,923
4 011
4,011
4,099
4,187
4,275
4 545
4,545
4,637
4,729
4,821
4 912
4,912
5,204
5,300
5,395
5,491
5,586
6,119
6,221
6,324
6,427
6,530
593,522,120 6,869
P
Proyeksi
k i Kebutuhan
K b t h Air
Ai Bersih
B ih
N
No
J i Fasilitas
Jenis
F ilit
1
2
Domestik
Non-Domestik
Fasilitas Pendidikan
Fasilitas Peribadatan
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Perekonomian
Fasilitas Pariwisata
fasilitas olah raga
Fasilitas Perkantoran
Total Non-Domestik
2009
159
51
74
8
44
3
240
345
51
84
8
49
3
355
TOTAL
Tahun
K b h
Kebutuhan
2007
2009
jumlah (l/dtk)
3,250
4 414
4,414
2030
7,765
2030
6,869
S l i
Suplai
jumlah (l/dtk)
2496
2496
579
896
4 414
4,414
7 765
7,765
Kekurangan
pasokan air
jumlah (l/detik)
754
1 918
1,918
2496
5,269
P
Perencanaan
Perbaikan
P b ik Prasarana
P
Air
Ai Bersih
B ih
Kurang Pasokan Air Baku
Kondisi eksisting pelayanan pasokan air baku saat ini adalah :
IPA
Badak Singa
Mi i l t cibereum
Miniplant
ib
Miniplant cipanjalu
Miniplant cirateun
Dago Pakar
Miniplant Dago
Pakar
Sumur Air Dalam
Air Tanah/Sumur
Bor
Kapasitas
1800
40
20
5
600
Produksi
1400
40
10
2
600
60
170
40
130
20
40
500
Total
171
329
802
Perencanaan Target
g Jangka
g Panjang
j g Peningkatan
g
Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih
Alternatif Pemenuhan Air
Bersih 2030
Peningkatan kapasitas IPA
Eksisting
Sumber baru :
IPA Cimenteng
IPA di wilayah
y Gedebage
g
Peningkatan pemanfaatan air baku
Mata air cikareo
Sungai Cikapundung
Sungai Cipanjalu
T t l
Total
l/detik
642
1100
3300
40
600
30
5 712
5.712
P
Permasalahan
l h Air
Ai Limbah
Li b h
Rencana pengembangan
R
b
program
pengelolaan air limbah kota
bandung belum terintegrasi
PERMASALAHAN
PENGOLAHAN
AIR KOTOR KOTA
BANDUNG
P
Proyeksi
k i Produksi
P d k i Air
Ai Limbah
Li b h
Jumlah produksi air kotor Kota Bandung diasumsikan sebanyak 75% dari
kebutuhan air bersih.
No
Jenis
Fasilitas
2009
2030
2009
2030
Domestik
3,835
6,869
2,876
5,152
NonDomestik
579
896
434
672
4,414
7,765
3,310
5,824
TOTAL
Kapasitas pelayanan IPAL Bojong Soang hanya 936 (l/dtk), sedangkan pada tahun
2009
9 saja
j p
produksi air buangan
g Kota Bandung
g sudah mencapai
p 33
3310 l/dtk,
/ , oleh
karena itu diperlukan pembuatan IPAL baru
P
Proyeksi
k i Timbulan
Ti b l Sampah
S
h
jumlah
penduduk
hasil proyeksi
Timbulan
sampah
(liter/hari)
2006
2007
2008
2,296,848
2,329,929
2 335 436
2,335,436
2009
2,761,208
2010
2,824,642
,
,
2020
3,458,982
2030
4,093,322
8,876,941.10
9,022,340.00
9 100 057 80
9,100,057.80
10,229,717.2
0
10,454,836.1
0
12,783,784.8
0
15,275,468
Tahun
reduksi
Pelayanan
TPA
Jumlah
Terangkut
Keterangan
l/hari
0
0
0
jumlah
(l/hari)
0
0
0
49.43%
49.43%
49 43%
49.43%
4,387,872
4,459,743
4 498 159
4,498,159
Eksisting
Eksisting
Eksisting
49.43%
5,056,549
Eksisting
10%
1,045,484
,
,
54.43%
5,121,511
,
,
Target
g
30%
3,835,135
69.43%
6,213,047
Target
50%
7,637,734
84.43%
6,448,539
Target
Perbaikan
Prasarana
tempat yang belum
terlayani. Jaringan Drainase Pada
3 Perbaikan
3.
P b ik d
dan
t kkapasitas
it G
d
drainase
i
mikro,
ik serta
t
L peningkatan
Lokasi
k i ki R
Rawan
Genangan
pemeliharaan saluran drainase yang ada dari sampah dan
sedimen.
4. Evaluasi dan pembangunan saluran drainase serta penyediaan
fasilitas resapan dan penahan air hujan di kawasan banjir.
5. Penertiban jaringan utilitas lain yang menghambat fungsi drainase.
6. Rehabilitasi drainase makro, seperti pembersihan sungai dari
sampah
hd
dan sedimen,
di
serta
t penertiban
tib d
daerah
hb
bantaran
t
sungai.
i
P
Penyediaan
di
Fasilitas
F ilit Pejalan
P j l
Kebutuhan dari pejalan kaki dipengaruhi oleh beberapa faktor penting:
Pengaruh topografi di mana pejalan lebih memilih berjalan di area yang datar
dari pada berbukit-bukit.
The nature of local community, bahwa pejalan lebih banyak terjadi pada
komunitas yang proporsi tersebarnya adalah golongan muda.
Kepemilikan kendaraan.
kendaraan Mampu mengurangi jumlah pejalan kaki walaupun
pada perjalanan pendek.
Guna lahan, di mana mempengaruhi level of demand akibat tarikan aktivitas dari
guna lahan
l h tersebut.
b
Quality of provision, jika kualitas dari fasilitas pejalan adalah baik maka demand
akan bertambah.
Keselamatan dan keamanan, bagi pejalan kaki yang dimaksud adalah
kebebasan dari konflik dengan kendaraan bermotor, dari kejahatan dan resiko
perjalanan
j l
(kh
(khususnya bagi
b i orang tua
t dan
d wanita
it hamil)
h il) akibat
kib t keadaan
k d
fasilitas.
f ilit
Penyediaan
P
di
fasilitas
f ilit pejalan
j l kaki
k ki harus
h
mempertimbangkan:
ti b
k
Karakteri Fisik, psikis dan kemampuan berjalan kaki.
Kenyamanan (comfort),
(comfort) seperti pelindung terhadap cuaca,
cuaca arkade,
arkade halte
angkutan umum dan sebagainya.
Kenikmatan (convenience), seperti jarak berjalan, tanda
tanda-tanda
tanda petunjuk
dan sebagainya, yang membuat perjalanan menjadi lebih
menyenangkan.
Keselamatan (safety), yang disediakan dengan memisahkan pejalan
dengan lalu lintas kendaraan, seperti mall dan kawasan bebas kendaraan
lainnya dan sebagainya.
sebagainya
Keamanan (security), termasuk lampu lalu lintas, pandangan yang tidak
terhalang
g ketika menyeberang
y
g dan tingkat
g
atau tipe
p dari kegiatan
g
jalan.
j
Aspek ekonomi yang berkaitan dengan biaya pengguna yang
berhubungan dengan tundaan perjalanan dan ketidaknyamanan.
Bentuk Penyediaan
y
Fasilitas Pedestrian
F
Fasilitas
ilit utama,
t
b
berupa
jalur
j l untuk
t k berjalan,
b j l yang dapat
d
t di buat
b t
khusus sehingga terpisah dari jalur kendaraan, namun trotoar tidak
termasuk ke dalam jjenis ini.
Fasilitas penyeberangan yang diperlukan untuk mengatasi konflik
dengan moda dan angkutan lainnya.
Fasilitas terminal untuk berhenti atau istirahat pejalan dapat berupa
bangku-bangku, halte beratap atau fasilitas lainnya.
Lapak tunggu: fasilitas untuk berhenti sementara pejalan kaki dalam melakukan
penyeberangan, Penyeberangan dapat berhenti sementara sambil menunggu
kesempatan melakukan penyeberangan berikutnya.
Rambu
Pagar pembatas
Marka jalan
Lampu penerangan
P li d
Pelindung/peneduh
/
d h
Jenis Fasilitas
Trotoar
Fungsi/Kegunaan
Berjalan di pinggir kendaraan
Jalur
Penyebrangan
Plaza
Mall
Subway
Karakteristik
arah jelas
lokasi di tepi jalan besar
permukaan rata (maksimum 5%), lebar 1.5-2.0 m
lebar sesuai dengan volume pejalan dan guna lahan
sekitarnya
menyilang di atas jalan (berpotongan sebidang dengan
jalan), dilengkapi traffic light
lebar 2.0-4.0 m
frekuensinya tertentu
bebas kendaraan
ruang lapan
lebar bervariasi
ada fasilitas
terpisah dari jalur kendaraan
di perkotaan
plaza kecil
lebar bervariasi
ada fasilitas
berupa terowongan di bawah tanah yang bermula dan
atau berakhir dalam gedung/bangunan
dilengkapi dengan sirkulasi udara
bebas lalu lintas
berupa jembatan penyebrangan antar bangunan
sirkulasi pejalan menerus
b b lalu
bebas
l l lintas
li t kendaraan
k d
Skyway
Arcade
Underpass
Tempat menyeberang jalur di bawah tanah yang menghubungkan dua sisi jalan
-
Overpass
10
Path/gang
Kebutuhan Ruang
Lebar
Luas
0,27 m2
2 Bergerak
2.
1 08 m2
1,08
3. Bergerak membawa
barang
1,35 - 1,62 m2
2,25 m2
60-120
150
120-390
V i b l
Variabel
Variabel
Variabel
210
75-90
60-180
150-210
30
75
Variabel
Variabel
Variabel
K it i Lokasi
Kriteria
L k i Pedestrian
P d ti
K it i Lokasi
Kriteria
L k i Jalur
J l P
Pejalan
j l
No
Lokasi Trotoar
1
Pusat Pelayanan Kota
Subpusat Pelayanan Kota
p
Lingkungan
g g
Pusat-pusat
2
Jalan di daerah pertokoan/
perbelanjaan atau Pedagang
Kaki Lima
3
Di wilayah perkantoran utama
4
Di wilayah industri
- pada jalan primer
- pada jalan akses
5
Di wilayah permukiman
- pada jalan primer
- pada jalan akses
6
Sekolah/Fasilitas Pendidikan
7
Jembatan, terowongan
8
Terminal/stop bis/TPKPU
Komersial
Perumahan
Rendah
Sedangg
Tinggi
gg
Arteri
Kolektor
Lokal
jalur pejalan
kondisi eksisting
j l Cihampelas
jalan
Cih
l
eksisting
Ilustrasi rencana
103
kondisi eksisting
jalan LLRE Martadinata
eksisting
Ilustrasi rencana
104
105
R
Ruang
E k
Evakuasi
i Bencana
B
Ruang evakuasi bencana dapat berupa ruang yang bersifat
permanen dan temporer yang berfungsi menjamin keamanan dan
keselamatan bagi para pengungsi
Ruang evakuasi bencana ditempatkan di ruang-ruang terbuka publik
seperti lapangan,
lapangan taman
taman, dan memanfaatkan fasilitas umum seperti
gedung atau lapangan sekolah
Jalur
J l evakuasi
k i merupakan
k jjalur
l yang mudah
d h di
diakses
k
bbaik
ik oleh
l h orang
maupun kendaraan
Titik
Ti ik atau pos evakuasi
k i bbencana ddapat bberupa ruang terbuka
b k yang
berada di lingkungan lokal seperti lapangan olahraga, taman, dll,
yang sifatnya
if t
sebagai
b i ttempatt penampungan sementara
t
6 1 Rencana
6.1
R
P
Pola
l R
Ruang
RTRW
2004-2013
DISTARCIP
Perumahan
Perumahan Kepadatan
Rendah
Perdagangan dan Jasa
Pemerintahan
Pendidikan (Perguruan
(
Tinggi)
Industri dan
Pergudangan
(Berwawasan
Lingkungan)
Pertahanan Keamanan
(H k )
(Hankam)
Ruang Terbuka Hijau
(Taman, Lap.
Olahraga,
g , Pemakaman))
Jalur Hijau, Sempadan
sungai
Kawasan Pusat Primer
Gedebage
Fasilitas Kesehatan
(Rumah Sakit)
Mesjid (Masjid Utama)
Sarana Olahraga
TPPS
PERMEN PU NO.
11 TAHUN 2009
RTRW
2010-2030
1. Lindung
1.
2 Pertanian
2.
2.1 lahan kering
2.2 lahan basah
22.
3.
4.
5.
Perumahan
Hankam
Pemerintahan
Fasilitas
5.1 fasilitas sosial
j dan non hijau)
j )
5.2 fasilitas umum ((hijau
6. Transportasi
(bandara, terminal, dry port, stasiun)
7 Komersil
7.
(perdagangan, jasa, hiburan, hotel)
Kawasan Lindung
Budidaya
2.1 perumahan
2 2 perdagangan dan jasa
2.2
2.3 perkantoran??
2.4 kawasan industri
2 5 kawasan pariwisata
2.5
2.6 ruang terbuka non hijau???
2.7 kawasan ruang evakuasi bencana
2.8 peruntukan ruang bagi sektor informal
2.9 kawasan peruntukan lainnya (pertanian,
pertambangan, militer, dll sesuai dengan peran dan
g kota.
fungsi
pelestarian
kawasan & bangunan
good historic district
115
pola ruang
waterfront development
116
pola ruang
waterfront development
117
pola ruang
Intensifikasi/vertical development
rumah
h susun
118
eksisting
pola ruang
Intensifikasi/vertical development
eksisting
permukiman
padat disekitar
sungai Cikapundung
ilustrasi rencana
pola ruang
Intensifikasi/vertical development
rumah susun
permukiman
padat disekitar
sungai Cikapundung
eksisting
Ilustrasi rencana
pola ruang
Intensifikasi/vertical development
121
Tamansari
6 2 Ruang
6.2
R
T
Terbuka
b k Hijau
Hij
RTNH
RTH
R ang Terbuka
Ruang
Terb ka Hijau
Hija
1. RTH publik
2
2.
RTH privat
i t
Pertanian private
j SOR, ppermakaman keluarga)
g )
Fasos ((taman hijau,
Pekarangan (rumah, kantor)
RTH PUBLIK
Lindung
Luas (m2)
sempadan sungai
177.612,74
Kawasan SUTET
10.800
Jalur Hijau
j KA
10.800
Penyangga Tol
478.500
Pertanian
17.825.800
Sarana Olah Raga
Fasos Fasum
677.712,74
Taman Hijau
TPU
1.221.379
3.477.009
800 674 68
800.674,68
1.454.955
21.980.521,42
Luas Bandung
167.296.500,00
13,14
pola ruang
urban agriculture, urban forestry
127
ruang publik
128
Ruang Terbuka Publik dapat dimanfaatkan untuk sektor informal dengan syarat:
1. sektor informal tidak mengganggu fungsi utama ruang publik yang ditetapkan
2. sektor informal tidak menimbulkan gangguan (eksternalitas) terhadap lingkungan sekitar
p ppersetujuan
j
dari stakeholder setempat
p
3. Mendapat
4. Ditetapkan dengan Surat Keputusan Walikota
Ketentuan pemanfaatan Ruang Terbuka Publik oleh sektor informal:
1. Dipergunakan hanya pada waktu yang ditentukan (harian, berkala atau insidental)
2. Rentang waktu berdagang untuk masing-masing areal maksimal 12 jam per waktu gilir
3. Di luar waktu yang ditetapkan, areal Ruang Terbuka Publik dalam keadaan bersih
4. Sarana berdagang tidak ditinggalkan di areal Ruang Terbuka Publik
5. Areal Ruang Terbuka Publik diisi sesuai dengan kapasitas tampung dan gambar rancangan penataan
areal
PENETAPAN KAWASAN
STRATEGIS
7
Fungsi:
Lokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah kota yang dinilai mempunyai
pengaruh sangat penting terhadap wilayah kota.
kota
Sebagai
g pertimbangan
g dalam penyusunan
y
indikasi program
g
utama RTRW kota.
Kriteria
Sub Kriteria
Penetapan
1.
Memperhatikan
kawasan strategis
nasional dan
provinsi yang ada di
wilayah kota
Gedung Sate,
Bandung Utara
(Menunggu
RTRW Prov
Jabar))
2.
Kawasan yang
memiliki nilai
strategis dari aspek
ekonomi.
Sentra sepatu
Cibaduyut
Cibaduyut.
Sentra
Boneka
PT DI dan
PT.
Bandara.
Alun-alun
Pusat Primer
Gedebage.
No.
Kriteria
Sub Kriteria
Penetapan
3.
Kawasan yang
mempunyai
nilai strategis
d i sudut
dari
d t
kepentingan
sosial budaya.
4.
Kawasan yang
memiliki nilai
strategis
pendayagunaa
n sumber daya
alam dan/atau
teknologi tinggi.
No
No.
5.
Kawasan
Kampus ITB
dan Batan?
ITB juga
dapat masuk
kategori poin
3).
Kriteria
Sub Kriteria
Penetapan
Kawasan yang
mempunyai
nilai strategis
dari sudut
kepentingan
f
fungsi
i daya
d
dukung
lingkungan
hidup
hidup.
Kawasan
Bandung
Utara.
Babakan
Siliwangi.
Kawasan
K
Bandung
Selatan
[rawan banjir]
DAS
Cikapundung
1. Memperhatikan kawasan
strategis nasional dan provinsi
yang ada di wilayah kota:
Gedung Sate, Bandung Utara
(menunggu RTRW Provinsi)
3. Kawasan yang
mempunyai nilai
strategis dari sudut
kepentingan sosial
budaya:
Kawasan cagar
budaya pusat Kota
Bandung.
Kawasan Gedung
Sate dan Balai
Kota.
Kawasan
pertahanan
keamanan
4. Kawasan yang
memiliki nilai strategis
pendayagunaan
sumber daya alam
dan/atau teknologi
tinggi:
Kawasan Kampus ITB
dan Batan? ITB jjuga
g
dapat masuk kategori
poin 3).
5. Kawasan yang
mempunyai nilai
strategis dari sudut
kepentingan fungsi
daya dukung
lingkungan hidup:
Kawasan Bandung
Utara.
Babakan Siliwangi.
Kawasan Bandung
Selatan [rawan banjir]
ARAHAN PEMANFAATAN
RUANG
IIndikasi
dik i program utama,
t
lokasi,
l k i bbesaran, waktu
kt pelaksanaan,
l k
perkiraan
ki
pembiayaan, sumber dana, kelembagaan dan instansi pelaksana :
Perwujudan rencana struktur wilayah kota
Perwujudan pola ruang wilayah kota
Perwujudan
P
j d kkawasan strategis
t t i kkota
t
Penatagunaan tanah, air, udara dan SDA lain
P
Perwujudan
j d Sistem
Si t
Perkotaan
P k t
1.
P
Perwujudan
j d Sistem
Si t
Perkotaan
P k t
2.
P
Perwujudan
j d Sistem
Si t
Perkotaan
P k t
3.
P
Perwujudan
j d Sistem
Si t
T
Transportasi
t i
Jalan Raya
Penataan fungsi dan struktur jaringan jalan yang serasi dengan sebaran
fungsi kegiatan primer dan sekunder
Peningkatan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan dan pelebaran
jalan, pengelolaan lalu lintas serta menghilangkan gangguan sisi jalan
Penetapan
p kawasan pparkir yyangg terintegrasi
g
dengan
g ppusat kegiatan
g
P
Perwujudan
j d Sistem
Si t
T
Transportasi
t i
Angkutan
1. Penataan ulang jumlah dan rute angkutan umum dalam kota.
2. Menyediakan pemberhentian untuk angkutan umum bus maupun non-bus yang
memadai.
3. Pengembangan dan penataan pelayanan angkutan paratransit.
4 Pengembangan dan peningkatan pelayanan/penggunaan angkutan umum massal
4.
yang optimal.
5. Pembangunan
g
terminal tipe
p A terpadu
p
di Gedebage
g untuk melayani
y ppergerakan
g
regional ke arah Barat dan Timur serta pergerakan antar propinsi.
6. Pembangunan terminal tipe B di batas kota untuk melayani pergerakan antar kota
dalam propinsi dengan penetapan lokasi yang dikoordinasikan dengan pemerintah
daerah yang berbatasan.
7. Penataan ulang dan pengembangan fungsi terminal.
8. Peningkatan fungsi pelayanan terminal yang dipertahankan.
P
Perwujudan
j d Sistem
Si t
Transportasi
T
t i
Bandara
1 Peningkatan kualitas landasan pacu pesawat terbang yang sesuai dengan
1.
syarat teknis pesawat.
2. Penetapan ketinggian bangunan di sekitar kawasan bandar udara yang
diijinkan.
3. Meningkatkan
g
ppelayanan
y
fasilitas terminal ppenumpang
p g udara.
4. Meningkatkan akses menuju bandar udara melalui penyediaan angkutan
y
umum yyangg layak.
P
Perwujudan
j d Sistem
Si t
Transportasi
T
t i
Kereta Api
1 Peningkatan pelayanan penumpang dan barang di stasiun kereta api Kebon
1.
Kawung dan Kiaracondong.
2. Pembangunan terminal tipe A terpadu di Pusat Primer Gedebage.
3. Penertiban kegiatan yang mengganggu lalu lintas kereta api di sepanjang
jjalur kereta api.
p
4. Perbaikan dan pemeliharaan pintu perlintasan jalan kereta api.
5 Pembangunan perlintasan tidak sebidang pada beberapa kawasan rawan
5.
macet.
P
Perwujudan
j d Sistem
Si t Jaringan
J i
Energi
E
i
Program yang dilakukan sebagai perwujudan sistem jaringan energi antara
lain:
Pembangunan prasarana listrik yang bersumber dari energi alternatif
Perluasan jangkauan pelayanan listrik ke wilayah Bandung Timur dengan
sistem bawah tanah
g
ppemakaian listrik
Penghematan
Perwujudan
j
Sistem Jaringan
g
Sumber Daya Air
Program pelestarian sumberdaya air meliputi:
Pelestarian
P l t i sumber
b mata
t airi ddan kkonservasii ddaerahh resapan air.
i
Penertiban sumber air yang berasal dari sumber air tanah dalam, terutama
yang digunakan oleh industri
industri.
Perwujudan
j
Sistem Prasarana
Perkotaan
J i
Jaringan
Ai
Air Bersih
B
ih
Program peningkatan pelayanan air bersih meliputi:
Pemanfaatan debit air Sungai Cikapundung,
Cikapundung mata air Cikareo
Cikareo, danau
buatan Saguling serta rencana danau buatan di Kecamatan Cidadap untuk
y Bandungg Barat.
memenuhi kebutuhan air di wilayah
Pemanfaatan sumber air baku danau buatan Gedebage dan Saguling
dan/atau sumber air baku lainnya untuk memenuhi kebutuhan air bersih
untuk wilayah Bandung Timur.
Pembentukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah yang berdekatan
dalam penyediaan pasokan air baku.
Perbaikan jaringan pipa air bersih yang ada secara bertahap dan
meningkatkan manajemen operasi dan pemeliharaan pelayanan air bersih.
J i
Jaringan
Ai
Air K
Kotor/Limbah
t /Li b h Domestik
D
tik
Program pengembangan
P
b
prasarana airi limbah
li b h adalah:
d l h
Pengembangan sistem tangki septik komunal di wilayah Bandung Timur.
Peningkatan sarana dan prasarana untuk operasi dan pemeliharaan
pengelolaan air limbah.
Pengembangan
P
b
saluran
l
airi lilimbah,
b h sambungan
b
rumah,
h iinterseptor,
t
t serta
t
pipa utama di wilayah Bandung Barat.
Pengembangan
P
b
saluran
l
lilimbah
b h yang tterpisah
i h ddengan saluran
l
ddrainase.
i
Pengendalian pembuangan limbah ke saluran terbuka dan langsung ke
sungai.
sungai
Penerapan ketentuan yang mewajibkan pembuatan Instalasi Pengolahan
Limbah setempat untuk kegiatan industri
industri, rumah sakit
sakit, hotel dan restoran
sebelum dibuang ke badan perairan.
J i
Jaringan
D
Drainase
i
Kota
K t
Program pengembangan prasarana drainase adalah:
Pembuatan rencana induk drainase perkotaan
Pembuatan saluran drainase tersier di sisi kiri kanan ruas jalan lingkungan
dipadukan dengan drainase sekunder dan utama pada tempat-tempat
yang belum terlayani
Peningkatan kapasitas drainase mikro yang ada
Perbaikan sistem drainase pada kawasan banjir dengan sistem berjenjang
terpadu
Pembangunan danau buatan di daerah genangan banjir di wilayah
Bandung Timur
Penertiban jaringan utilitas lain yang menghambat fungsi drainase
Pembentukan kerja sama dengan pemerintah daerah terdekat dalam
pengelolaan sumberdaya air
J i
Jaringan
P
Persampahan
h
Program pengembangan
P
b
prasarana persampahan
h adalah:
d l h
Penyediaan tempat sampah terpisah untuk sampah organik dan nonorganik.
organik
Penentuan lahan-lahan untuk TPS/kontainer yang baru.
Rehabilitasi
R h bilit i TPS dan
d kkontainer
t i yang rusak.
k
Perluasan TPA Leuwigajah terpadu.
Studi kelayakan manajemen pengelolaan sampah terpadu Kota Bandung,
Cimahi, dan Kabupaten Bandung.
Studi kelayakan penggunaan lahan TPA di Pasir Durung untuk pengelolaan
sampah terpadu.
Usaha
U h reduksi
d k i melalui
l l i pengomposan, ddaur ulang
l
ddan pemilahan
il h antara
t
sampah organik dan non-organik dapat bekerjasama dengan swasta.
J i
Jaringan
Pedestrian
P d ti
Pengembangan fasilitas jaringan pejalan yang sudah ada
Pembangunan
P b
fasilitas
f ilit jjaringan
i
pejalan
j l di llokasi-lokasi
k il k i
yang diperlukan
Pengembangan fasilitas jaringan pejalan yang terintegrasi
dengan pusat
pusat-pusat
pusat kegiatan
P
Perwujudan
j d Ruang
R
Evakuasi
E k i Bencana
B
Identifikasi kondisi kerentanan fisik wilayah dan ketahanan wilayah dari segi
kelengkapan fasilitas fisik sarana, prasarana dan utilitas
Penentuan ruang evakuasi bencana
Penentuan jalur-jalur evakuasi bencana yang mudah diakses oleh
k d
kendaraan
evakuasi
k i ((ambulance,
b l
mobil
bil pemadam
d kkebakaran)
b k
)
Penentuan titik-titik evakuasi bencana
Peningkatan standar fasilitas umum seperti sarana pendidikan yang dapat
dijadikan ruang evakuasi bencana
Sosialisasi program evakuasi bencana dan sistem peringatan dini (early
warning system)
P
Program
perwujudan
j d pola
l ruang
Pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30%
dari luasan total Kota Bandung
Perbaikan dan penataan kawasan permukiman yang
tidak sehat (kawasan kumuh) menjadi kawasan
permukiman vertikal
Penertiban fungsi ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang
8.4 Penatagunaan
g
tanah,, air,, udara
dan SDA lain
Program penatagunaan
penatag naan tanah
Penertiban pemanfaatan tanah yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang
Pemanfaatan tanah yang belum terdapat di
dalam rencana rinci tata ruang dilaksanakan
g mempertimbangkan
p
g
kriteria dan standar
dengan
pemanfaatan ruang
Program penatagunaan
penatag naan air
Pemeliharaan kualitas air baku, air permukaan, dan air
tanah wajib dilakukan oleh masyarakat dan badan
usaha.
Pemanfaatan air baku
baku, permukaan dan air tanah dapat
dilakukan oleh masyarakat dan badan usaha sesuai
dengan peraturan yang berlaku
berlaku.
Penertiban pemanfaatan air baku dan badan air sungai
dan danau di atas ambang batas yang ditetapkan dalam
peraturan yang berlaku.
Program penatagunaan
penatag naan udara
dara
Pemeliharaan kualitas udara wajib dilakukan oleh
masyarakat dan badan usaha.
Penertiban pemanfaatan udara di atas ambang batas
yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku
berlaku.
Penertiban pemanfaatan ruang udara di atas tanah yang
dikuasai masyarakat dan badan usaha harus seijin
pemilik hak atas tanah yang bersangkutan.
8 5 Tahapan Pembangunan
8.5
Pola R
Ruang
ang
Kawasan Lindung
Pencapaian Ruang Terbuka Hijau sebesar 30% dari luas seluruh
wilayah
il
h Kota
K t Bandung
B d
serta
t pelaksanaan
l k
rehabilitasi
h bilit i dan
d
konservasi kawasan cagar budaya dilakukan secara bertahap.
p tersebut ditentukan dengan
g kriteria tingkat
g
Tahapan
kekritisannya.
Prioritas I : Mempertahankan, memelihara, dan
meningkatkan kualitas RTH yang ada.
ada
Prioritas II : Membebaskan lahan publik untuk digunakan
sebagai RTH sehingga tercapai target luasan RTH sebesar
30% dari
d i luas
l
wilayah
il
h Kota
K t Bandung.
B d
Prioritas III : Mempertahankan dan memelihara kawasan
cagar budaya baik yang masih asli.
Prioritas IV : Mempertahankan dan memelihara kawasan
cagar budaya yang sudah mengalami alih fungsi.
Pola R
Ruang
ang
Kawasan Budidaya
Tahapan
p p
pembangunan
g
kawasan budidaya
y secara
umum didasarkan pada dukungan ekonomi kota dan
pengembangan wilayah.
Prioritas
P i it I : Menata
M
t kawasan
k
permukiman
ki
padat
d t
dengan pola pengembangan secara vertikal.
Prioritas II : mengembangkan sarana dan prasarana
perumahan dan permukiman padat.
Prioritas III
: meningkatkan kualitas sarana dan
prasarana perumahan dan permukiman sedang.
Prioritas IV
:p
pengaturan
g
kembali struktur
pelayanan fasilitas sosial, dan prasarana dasar
lingkungan perumahan.
Sistem Transportasi
Tahapan pengembangan sistem transportasi didasarkan pada
kriteria pemecahan persoalan mendesak (kemacetan),
pemenuhan kebutuhan masyarakat serta dukungan pada
ekonomi kota dan pengembangan wilayah.
perbaikan jjalan utama kota y
yang
g
Prioritas I : p
menghubungkan pusat-pusat kegiatan ekonomi kota.
Prioritas II : pengembangan jalan kolektor primer yang
menghubungkan PKN Bandung dengan PKW dan PKL
sekitarnya.
Prioritas III : Pengembangan jalan arteri primer jika terminal
t
terpadu
d di Gedebage
G d b
dit t k sebagai
ditetapkan
b
i terminal
t
i l tipe
ti A
Priorita IV :Pengembangan jalan kolektor sekunder yang
melewati pusat sekunder Sadang Serang
Si t
Sistem
Prasarana
P
dan
d S
Sarana Kota
K t
Tahapan pengembangan sistem prasarana dan sarana
didasarkan pada kriteria pemecahan persoalan mendesak,
pemenuhan kebutuhan masyarakat serta dukungan pada
ekonomi kota dan pengembangan wilayah.
pemeliharaan dan p
perbaikan kondisi p
prasarana
Prioritas I : p
dan sarana dasar perkotaan yang ada.
Prioritas II : pengembangan sarana dan prasarana yang
dapat dimanfaatkan sebagai ruang evakuasi bencana
Priorita III : pengembangan PLTSa sebagai bagian dari
sistem pengelolaan sampah terpadu.
Prioritas IV : Pembangunan fasilitas jaringan pejalan di
lokasi-lokasi yang terintegrasi dengan pusat-pusat kegiatan
K
Kawasan
Strategis
St t i
Tahapan pengembangan kawasan strategis didasarkan pada
dukungannya terhadap ekonomi kota dan pengembangan
wilayah.
wilayah
Prioritas I : melestarikan kawasan yang memiliki nilai
g dari sudut kepentingan
p
g fungsi
g daya
y dukung
g
strategis
lingkungan hidup
Prioritas II : mengembangkan sarana dan prasarana di
kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi
Prioritas III : melestarikan kawasan yang memiliki nilai
strategis dari sudut kepentingan sosial budaya
Prioritas IV : mengembangkan sarana dan prasarana di
kawasan yang memiliki SDA strategis dan/atau teknologi
tinggi
KETENTUAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG
(Lindung)
LS =
Perlindungan
Setempat
LC = Cagar
Budaya
Kualitas yg
Diharapkan
Tujuan
Melindungi
kawasan dan
bangunan yang
memiliki nilai dan
peran penting bagi
keberlanjutan
kehidupan dan
budaya kota.
Mampu memberikan
perlindungan yang
efektif terhadap
kehidupan
p ((LS)) dan
warisan budaya kota
(LC)
Ketentuan Umum
Mencakup perlindungan
alam dan cagar budaya;
KDB maksimum 2%
pada kawasan
perlindungan alami (LS);
Melindungi
g fungsi,
g
intensitas, tata massa
dan langgam kawasan
dan bangunan yang perlu
dil t ik (LC).
dilestarikan
(LC)
179
Tujuan
Menyediakan lahan
untuk bercocok
tanam, ppeternakan,
perikanan dan
kehutanan.
Kualitas yg
Diharapkan
Ketentuan Umum
Menyediakan lingungan
pertanian yang produktif
dan menciptakan
lingkungan
g g yyangg
mendukung kegiatan
pertanian baik pada PK
maupun PB.
Dapat menampung
kegiatan yang terkait
l
langsung
d
dengan
pertanian dengan
kepadatan rendah;
KDB maksimum 30%
pada PK;
KDB maksimum 20%
ppada PB;
KD minimum 50%;
GSB minimum
berbanding lurus dengan
R ij
Rumija;
Tinggi bangunan
maksimum dibatasi garis
bukaan langit 45o dari as
jalan
180
(P
(Perumahan)
h )
Kualitas yg
Diharapkan
Tujuan
Ketentuan Umum
Dapat menampung
hunian berkepadatan
rendah sampai tinggi.;
Menyediakan lahan Menyediakan
KDB maksimum 60%
untuk
lingkungan hunian yang
pada hunian
pengembangan
sehat, nyaman, selamat,
berkepadatan tinggi;
hunian dengan
aman dan asri sesuai
KDH minimum 10%;
kepadatan dan tipe dengan ragam
GSB minimum
berbanding lurus dengan
yang bervariasi di kepadatan dan tipe
seluruh wilayah
hunian yang
Rumija;
kota
dikembangkan
g
Tinggi
gg bangunan
g
maksimum dibatasi garis
bukaan langit 45o dari as
jalan
181
(H k )
(Hankam)
Kawasan untuk
kegiatan pertahanan
dan keamanan. Jenis
guna lahan yang lebih
detail dapat
didasarkan pada
klasifikasi fungsi
seperti kantor, gudang
untuk pertahanan dan
keamanan, tempat
latihan; berdasarkan
jenis instansi
(kepolisian maupun
militer),
), maupun
p
berdasarkan klasifikasi
tingkat
kerahasiaan.berbahay
a sepertii instalasi
i
l i
militer/kepolisian,
gudang peluru dll.
Tujuan
Menyediakan lahan
untuk
ppengembangan
g
g
fasilitas pertahanan
dan keamanan.
Kualitas yg
Diharapkan
Ketentuan Umum
Dapat menampung
h i (asrama/barak)
hunian
(
/b k)
berkepadatan rendah
sampai sedang.;
KDB maksimum 60%
pada hunian
berkepadatan tinggi;
KDH minimum 10%;
GSB minimum
berbanding lurus dengan
Rumija;
Tinggi
Ti i bangunan
b
maksimum dibatasi garis
bukaan langit 45o dari as
jalan
182
PM
(P
(Pemerintahan)
i t h )
Tujuan
Kualitas yg
Diharapkan
Menyediakan lahan
untuk
pengembangan
kegiatan
pemerintahan
dengan tipe dan
karakteristik yang
bervariasi di
seluruh wilayah
y
kota
Ketentuan Umum
183
Tujuan
Kualitas yg
Diharapkan
Ketentuan Umum
(Fasilitas)
FS = Fasilitas
S i l
Sosial
FU = Fasilitas
Umum
Menyediakan lingungan
Fasilitas Sosial (FS)
Menyediakan lahan
dan Fasilitas Umum
untuk melancarkan
(FU) yang sehat,
dan memberi
nyaman,
y
selamat, aman
kemudahan bagi
dan asri sesuai dengan
masyarakat
ragam kepadatan dan
(permukiman)
tipe hunian yang
dik b k
dikembangkan
184
(T
(Transportasi)
t i)
Deskripsi
Tujuan
Kawasan untuk
fasilitas penunjang
sistem transportasi
seperti terminal
angkutan umum,
stasiun kreta api
api,
pelabuhan laut,
pelabuhan udara,
tempat
p ppemberhentian
umum.
Menyediakan lahan
untuk
pengembangan
fasilitas penunjang
transportasi
dengan
g tipe
p dan
karakteristik sesuai
dengan fungsi dan
peraturan
d
yang
perundangan
berlaku.
Kualitas yg
Diharapkan
Ketentuan Umum
Menyediakan sarana
transportai yang sehat,
nyaman, selamat, aman
dan asri serta mudah
dicapai sesuai dengan
ragam jenis dan
karakteristik yang
dikembangkan
g
185
(Komersil)
KP =
Perdagangan
KJ = Jasa
T j
Tujuan
Menyediakan
lahan untuk
menampung
tenaga kerja
dalam kegiatan
g
pertokoan, jasa,
rekreasi, dan
pelayanan
masyarakat;
k t
Kualitas yg
Diharapkan
Menyediakan
kawasan komersil
yang nyaman, aman
dan produktif untuk
berbagai macam
pola pengembangan
yang diinginkan
masyarakat.
K t t
Ketentuan
U
Umum
Membatasi kegiatan komersil
pada zona perumahan;
Menyediakan prasarana
minimum (parkir, bongkar
muat, penyimpanan/gudang
yang memadai;
Tidak menimbulkan gangguan
terhadap kepentingan umum
Sub-zona
Sub zona komersil
didasarkan pada skala
pelayanannya
Intensitas Pemanfaatan
Ruang ditentukan dengan
mempertimbangkan
tipe/karakteristik kegiatan
komersial daya dukung baik
lahan dan kapasitas186
jalan
(ANDALALIN)
Deskripsi
(Industri dan
Pergudangan)
Kawasan yang
diperuntukkan bagi
kegiatan industri
dan ppergudangan
g
g
berdasarkan
RTRW yang
ditetapkan oleh
pemerintah
i t h kota.
k t
Pada tingkatan
yang lebih detail
klasifikasi guna
lahan industri dapat
dibedakan
berdasarkan jjenis
polutan yang
dihasilkan atau
berdasarkan jenis
k i t industri.
kegiatan
i d ti
Tujuan
Kualitas yg
Diharapkan
Memberikan
kemudahan dalam
M
Menyediakan
di k ruang
fleksibilitas bagi
bagi
industri baru dan
Kegiatan industri dan
redevelopment
manufaktur serta
proyek-proyek
k
k
pergudangan dalam
industri;
upaya meningkatkan
Menjamin
keseimbangan antara
pembangunan
penggunaan lahan
industri yang
secara ekonomis dan
berkualitas tinggi
mendorong
dan ramah
pertumbuhan
lingkungan,
lapangan kerja
Ketentuan Umum
Melindungi penggunaan
lahan untuk industri;
Membatasi penggunaan non
i d ti
industri;
Menyediakan prasarana
(IPAL, parkir, bongkar-muat,
gudang) minimum yang
memadai
Melindungi masyarakat dan
kepentingan
p
g umum dari
gangguan kegiatan industri
187
Perangkat Insentif
Pengaturan yang bertujuan memberikan rangsangan terhadap
kegiatan seiring dengan penataan ruang;
Perangkat disinsentif
Pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan penataan ruang;
No
No.
1.
Obyek Pengenaan
Insentif/Disinsentif
Kawasan Lindung
a.
Kawasan
Bandung Utara
Kawasan Budidaya
a. Bandung Bagian
Barat
Insentif
Disinsentif
No.
Obyek Pengenaan
Insentif/Disinsentif
b. Pusat Primer
Gedebage
Insentif
Disinsentif
No.
Obyek Pengenaan
Insentif/Disinsentif
e. pelestarian bangunan
bersejarah
f. Transportasi
g. Pendidikan Tinggi
Insentif
Disinsentif
No.
Obyek Pengenaan
Insentif/Disinsentif
h. Perdagangan dan
Sektor Informal
i.i Pemanfaatan
P
f
T h
Tanah
Insentif
Disinsentif
pemegang hak
h k atas tanah
h dan
d atau
pemakai tanah Negara yang belum
melaksanakan penyesuaian
pemanfaatan tanahnya
tanahn a dapat dikenakan
disinsentif.
Permohonan perijinan pemanfaatan
Permohonan pemanfaatan ruang
ruang tidak sesuai dengan rencana
yang disetujui harus dikenakan
tata ruang harus melalui prosedur
disinsentif.
khusus.
Prosedur perubahan pemanfaatan
ruang ketentuan penghitungan
ruang,
dampak pembangunan, pengenaan
disinsentif, penghitungan denda
dan biaya dampak pembangunan
ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
Pelanggar
gg ppemanfaatan ruangg yyangg tidak ppernah mengajukan
g j
pperizinan
pemanfaatan ruang
Pemohon izin pemanfaatan ruang yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
izin pemanfaatan ruang yang diminta
Pemberi izin yang melanggar kaidah dan ketentuan pemanfaatan ruang
Jenis ppelanggaran
gg
rencana tata ruangg yyangg dilakukan DINAS dan atau APARAT
PEMERINTAH DAERAH adalah penerbitan perijinan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang, dan atau tidak sesuai dengan prosedur administratif perubahan
pemanfaatan
f t ruang yang ditetapkan.
dit t k
APARAT PEMERINTAH DAERAH yang melakukan pelanggaran rencana tata ruang
Dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
konsep Bandung
Bandung Masa Depan
Depan
Struktur : polycentric
Pola Ruang : waterfront development,
development intensifikasi/vertical development
development, infill
development, human centered development, urban agriculture, urban forestry,
redevelopment
Sistem transportasi : TOD, MRT, park & ride, parking building
Ketersediaan infrastruktur : green infrastructure,
Public Service : pola sebaran fasilitas,
fasilitas angkutan sekolah
Pengendalian Pembangunan : development control instruments, development
standards
image
Terima Kasih
Bandung, 31 Desember 2009