Refarat Skizo
Refarat Skizo
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan
penyakitnya berlangsung kronis, umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi
yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul
(blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian. Prevalensi skizofrenia antara pria dan wanita sama, namun berbeda dalam
timbulnya serangan pertama. Puncak serangan pada pria antara usia 10-25 tahun dan
wanita antara 25-35 tahun. Sekitar 90% pasien yang mendapat pengobatan skizofrenia
berusia antara 15-55 tahun. Jarang dilaporkan serangan dibawah usia 10 tahun atau
diatas 60 tahun. (1)
Kognitif merupakan kemampuan untuk mengenal atau mengetahui benda atau
keadaan atau situasi, yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan kapasitas
intelegensi seseorang. Termasuk dalam fungsi kognitif adalah ; memori/daya ingat,
konsentrasi/perhatian, orientasi, kemampuan berbahasa, berhitung, visuospasial,
fungsi eksekutif, abstraksi dan taraf intelegensi. (2)
Pada pasien skizofrenik fungsi kognitif mengalami kemunduran, biasanya
muncul dengan ketidakmampuan melaksanakan aktivitas yang menjadi kunci
utamanya, maka penting adanya komitmen dari klinisi untuk lebih memfokuskan
terhadap pengobatan yang dapat membantu pasien ke fase premorbid pada tingkat
fungsi kognitifnya sehingga mereka dapat kembali ke fungsi mereka. (2)
B. ETIOLOGI
Etiologi dari skizofrenia dapat disebabkan oleh adanya(3) :
a. Faktor Biologis
1. Adanya gangguan pada neurotransmitter (penyampaian pesan secara
kimiawi) dimana terjadi ketidakseimbangan produksi neurotransmitter
dopamine, bila kadar dopamine berlebihan atau kurang, penderita dapat
mengalami gejala positif atau gejala negatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENILAIAN SKALA KOGNITIF
3
presentasi stimulus dan retrieval memori. Memori segera, memori baru jangka
pendek, memori rimot jangka panjang. (5)
Memori baru.
Memori baru mengacu pada kemampuan pasien mengingat kejadian yang abru
terjadi. Pememeriksaan memori baru mencakup memori verbal dan visual. Pemeriksaan
memori verbal dengan menilai memori baru tentang orientasi, menilai kemampuan
mempelajari hal baru dan tes memori 4 kata yang tidak berhubungan. Orientasi adalah
hal pertama yang harus di tes. (5)
Memori rimot (jangka panjang) Memori rimot digunakan bagi kemampuan
mengumpulkan fakta tau kejadian yang terjadi bertahun-tahun sebelumnya, seperti
nama guru atau teman satu sekolah dulu. (5)
Amnesia umumnya melukiskan defek pada fungsi memori. Rentang waktu
amnesia dapat sesingkat bebrapa detik sampai beberapa tahun. (5)
Amnesia psikogenik. Manesia dapat juga berbentuk amnesia pasikogenik
dimana dalam hal ini pasien memblok suatu kurun waktu. Hilangnya memori yang
berdasarkan keadaan psikologis mengakibatkan lubang-lubang memori jangka panjang
dan pendek. (5)
Kemampuan mempelajari hal yang baru perlu dinilai. Untuk kinerja yang baik
dibutuhkan integritas seluruh sistem memori: pengenalan registrasi input sensorik
inisial, retensi, dan penyimpanan informasi dan pemanggilan kembali atau penjumputan
informasi yang disimpan. (5)
Tes dengan 4 kata yang tidak berhubungan. Sebelumnya sampaikan pada pasien
apa yang hendak dilakukan; untuk memastikan pasien memahami. Kemudian minta
beliau mengulangi kata-kata tersebut setelah kita sebutkan. Penderita manula
membutuhkan beberapa kali pengulangan namun bila dibutuhkan pengulangan sampai
4-5 kali, dicurigai ada gangguan memori. Setelah 5 menit berlalu minta pasien untuk
menyebutkan keempat kata tadi. Kemudian setelah 20 dna 30 menit minta hal yang
sama. Bila pasien tidak mampu dapat dilakukan bantuan dan memberinya petunjuk, bila
kemampuan pasien lebih baik dengan cara mengenal dari pada menyebutkan hal ini
menunjukan bahwa problem memori terletak apda permasalahan penjumputan
ketimbang akuisisi atau defisit penyimpanan. (5)
Memori visual Penialaian memori visual harus dilakukan pada semua pasien.
Tes ini berguna bagi pasien dengan kemampuan verbal yang kurang atau dengan
pendidikan yang kurang. Cara melakukan tes memori visual: Pasien menggunakan 5
6
objek kecil yang dengan mudah dapat disembunyikan di sekitar pasien, misalnya:
pinsil, sisir, kunci, mata-uang, pisau. Objek ini kemudian disimpan di sekitar
pasiensewaktu objek disembunyikan pasien harus melihatnya . Steelah onbjek
disembunyikan pasien diberi tugas lain untuk mengalihkan perhatiannya. Setelah 5
menit berlalu, pasien ditanya objek apa yang disembunyikan dan dimana. Skor memori
visual, orang normal dibawah 60 tahun dapat menyebutkan 4 atau 5 objel yang
disembunyikan setelah 5 menit berlalu tanpa kesulitan. Kinerja yang lebih rendah dari 3
objek memnandakan terdapat gangguan memori. (5)
Memori jangka panjang. Tes memori ini dapat mengenai informasi pribadi,
pengetahuan umum, dan sejarah. (5)
Implikasi Klinik
Beberapa aspek proses memori terjadi pada bangunan neuro anatomi tertentu
atau sistem neuronal. Penelitian patologik anatomik telah banyak mendokumentasikan
bahwa bagunan limbik terlibat dalam penyimpanan jangka panjang dan penjumputan
informasi baru. Namun demikian, struktur yang berperan untuk pemanggilan kembali
segera dan memori rimot belum dapat ditentukan. Walaupun jejak memori visual,
verbal, dan taktil mungkin sekali disimpan di neo korteks, banyak bangunan
subkortikan dibutuhkan untuk proses total dari memori. Kerusakan pada berbagai
sistem kortikal atau subkortikal akan mengakibatkan berbagai pola gangguan fungsi. (5)
Abstraksi (berfikir abstrak) merupakan fungsi intelektual tingkat tinggi, yang
membutuhkan pemahaman dan pertimbangan. Mengintepretasikan makna suatu
pepatah atau kiasan membutuhkan pengetahuan umum, kemampuan menggunakan
pengetahuan ini pada situasi tertentu dan kemampuan berfikir abstrak. Pasien yang
tidak mampu mengemukakan dengan kemungkinan abstrak dari suatu pepatah atau
kiasan akan menjawab dengan konkrit saja. Keadaan ini umum dijumpai pada
gangguan organik, demensia. Cara lain menilai berfikir abstrak adalah menanyakan
persamaan dan perbedaan. Selain itu cara berpikir abstrak dapat dinilai lewat penilaian
pertimbangan. (5)
Gnosis
Seseorang dapat mengenal suatu objek melalui salah satu inderanya. Agnosia dapat
didefinisikan sebagai gagal mengenal suatu objek kendati sensasi primernya berfungsi
baik. Beberapa jenis agnosia yang dikenal di klinik mencakup: agnosia visual, agnosia
7
jari, agnosia taktil. Dengan kata lain gangguan persepsi sensasi, walaupun
sensabilitasnya primernya normal, disebut agnosia. (5)
sebelumnya diketahui.
Agnosia jari ialah keadaan pasien yang tidak mampu mengidentifikasi
jarinya atau jari orang lain, misalnya ia tidak memapu melakukan
suruhan: tunjukan telunjukmu! Pasien dengan agnosia jari biasanya
memppunyai lesi di hemisfer yang dominan. Lesi di parietal-oksipital
mungkin dapat menyebabkan agnosia jari. Bila didapatkan pula kelainan
Praksis
Praksis dalam arti sempit berarti integrasi motorik yang digunakan untuk melakukan
gerakan kompleks yang bertujuan. Tugas konstruksional seperti menggambar garis dan
bangunan balok sangat berguna dalam mendeteksi penyakit otak organik dan harus
dimasukan pada tiap pemeriksaan status mental. Ketidakmampuan melaksanakan tugas
konstruksional disebut ketidakmampuan konstruksional. Fungsi kognitif nonverbal
tingkat tinggi ini, merupakan tugas motorik perseptual yang kompleks yang melibatkan
integrasi fungsi lobus oksipital, parietal dan frontal. Karena luasnya daerah kortikal
yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas konstruksional, jejas otak yang dini atau
ringan sering telah menggangu kinerjanya. Dapat digunakan beberapa tes dasar seperti
8
tes menggambar segi empat, membuat konstruksi dari balok 3 dimensi dan sebagainya.
(5)
Apraksia
Apraksia merupakan gangguan didapat pada gerakan mototrik yang dipelajari
dan berurutan, yang bukan disebabkan oleh gangguan elementer pada tenaga,
koordinasi, sensorik atau kurangnya pemahaman atau atensi. Hal ini merupakan
hendaya dalam menyeleksi dan mengorganisasi inervasi motorik yang dibutuhkan
untuk melaksanakan suatu aksi. (5)
Respon Emosional
Pada penderita kelainan neurologik tidak jarang dijumpai perubahan suasana
hati. Penderita dengan lesi hemisfer yang bilateral dapat kehilangan kontrol terhadap
respon emosional. Dapat terjadi menangis atau tertawa oleh rangsangan yang ringan. (5)
9
Selain itu kita juga dapat menggunakan beberapa tes lainnya, seperti :
1. Tes MMSE, Mini-Mental State Examination (MMSE) atau tes Folstein adalah 30-
poin singkat kuesioner tes yang digunakan untuk layar untuk kerusakan kognitif. Hal
ini umumnya digunakan dalam obat untuk layar untuk demensia . Hal ini juga
digunakan untuk memperkirakan tingkat keparahan kerusakan kognitif pada waktu
tertentu dan mengikuti jalannya perubahan kognitif pada individu dari waktu ke
waktu, sehingga menjadikannya sebagai cara yang efektif untuk mendokumentasikan
respons seseorang terhadap pengobatan. (6)
Dalam sekitar 10 menit itu sampel fungsi termasuk aritmatika , memori dan
orientasi . Saat itu diperkenalkan oleh Folstein et al. Pada tahun 1975. Tes ini bukan
pemeriksaan status mental. Bentuk MMSE standar yang saat ini diterbitkan oleh
Sumber Daya Penilaian Psikologis didasarkan pada konsep asli nya 1975, dengan
modifikasi kecil berikutnya oleh penulis. (6)
Tes MMSE meliputi pertanyaan sederhana dan masalah di sejumlah daerah:
waktu dan tempat tes, daftar mengulangi kata-kata, aritmatika seperti tujuh seri ,
penggunaan bahasa dan pemahaman, dan keterampilan motorik dasar. Misalnya, satu
pertanyaan meminta untuk menyalin gambar dari dua pentagons (ditampilkan di
sebelah kanan). (6)
Meskipun aplikasi yang konsisten dari pertanyaan identik meningkatkan
keandalan perbandingan dibuat dengan menggunakan skala, tes ini kadang-kadang
disesuaikan (misalnya, untuk digunakan pada pasien yang diintubasi , buta , atau
sebagian amobil. Juga, beberapa mempertanyakan penggunaan tes pada yang tuli .
[3]
Namun, jumlah poin yang diberikan per kategori biasanya konsisten : (6)
10
11
Interpretasi :
Setiap skor yang lebih besar dari atau sama dengan 25 poin (dari 30) secara
efektif normal (utuh). Di bawah ini, skor dapat menunjukkan berat ( 9 poin), sedang
(10-20 poin) atau ringan (21-24 poin) kerusakan kognitif. Skor mentah juga mungkin
perlu dikoreksi untuk tingkat pendidikan dan usia. Rendah ke skor sangat rendah
berkorelasi erat dengan kehadiran demensia , meskipun gangguan mental lainnya juga
dapat menyebabkan temuan abnormal pada pengujian MMSE. Kehadiran murni
masalah fisik juga dapat mengganggu interpretasi jika tidak dicatat, misalnya, pasien
mungkin secara fisik tidak dapat mendengar atau membaca petunjuk dengan benar,
atau mungkin memiliki defisit motor yang mempengaruhi kemampuan menulis dan
menggambar. (6)
2. CDT
Gambar Jam uji (CDT) adalah tugas kognitif singkat yang dapat digunakan oleh
dokter yang mencurigai disfungsi neurologis berdasarkan riwayat dan pemeriksaan
fisik. Hal ini relatif mudah untuk melatih non-profesional staf untuk mengelola WIT.
Oleh karena itu, ini adalah tes yang dengan mudah dapat diberikan dalam pengaturan
pendidikan dan geriatri dan dapat digunakan sebagai ukuran yg mendahului untuk
menunjukkan kemungkinan defisit lebih lanjut / masa depan. Juga, perbedaan generasi,
pendidikan dan kebudayaan tidak dianggap sebagai berdampak utilitas dari WIT. (7)
Prosedur dari CDT dimulai dengan instruksi ke peserta untuk menggambar jam
membaca waktu tertentu (biasanya 11:10). Setelah tugas selesai, pengawas tes menarik
sebuah jam dengan tangan ditetapkan pada waktu tertentu yang sama. Kemudian pasien
diminta untuk menyalin gambar. Kesalahan dalam menggambar jam diklasifikasikan
menurut kategori berikut:. kelalaian, perseverations, rotasi, misplacements, distorsi,
substitusi dan penambahan Memory, konsentrasi, inisiasi, energi, kejernihan mental
dan kebingungan adalah semua langkah yang dinilai selama kegiatan ini.
[31]
Mereka
yang memiliki defisit dalam fungsi eksekutif akan membuat kesalahan pada jam
pertama namun tidak yang kedua.
[28]
12
B. TERAPI
Penelitian terhadap pasien skizofrenia dengan pengobatan risperidon efektif
untuk menurunkan total skor gejala positif dan negatif. Dosis awal risperidon
umumnya 1-2 mg/hari, titrasi perlahan-lahan dilakukan bila efek samping dapat
ditolerir pasien secara klinis. Sekitar 90% pasien dapat diobati secara optimal dengan
dosis di bawah 6 mg/hari. Dosis risperidon 10 mg/ hari atau lebih dapat menyebabkan
simtom ekstrapiramidal yang sebanding dengan haloperidol. Dosis inisial risperidon
diberikan 2 kali sehari, tetapi beberapa studi telah memperlihatkan efikasi yang sama
tanpa peningkatan efek samping yang bermakna dengan dosis sekali sehari. Hal ini
disebabkan oleh waktu paruh yang panjang dari metabolit aktifnya. Efektifitas penuh
umumnya dicapai dalam 4-6 minggu pengobatan. Lama terapi sama seperti
pengaturan pada penggunaan antipsikotik konvensional. (8)
Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah digunakan untuk menargetkan gejala
spesifik dan memperbaiki masalah terkait seperti harga diri, fungsi sosial, dan
wawasan. Meskipun hasil uji coba awal tidak meyakinkan sebagai terapi lanjutan dari
aplikasi awal pada pertengahan tahun 1990, ulasan yang lebih baru jelas menunjukkan
CBT adalah pengobatan yang efektif untuk gejala psikotik skizofrenia. (8)
Pendekatan lain adalah terapi kognitif remediasi, suatu teknik yang bertujuan
untuk remediating defisit neurokognitif kadang-kadang hadir dalam skizofrenia.
Berdasarkan teknik rehabilitasi neuropsikologi, bukti awal telah menunjukkan untuk
menjadi kognitif yang efektif, dengan beberapa perbaikan yang terkait dengan
perubahan terukur dalam aktivasi otak yang diukur dengan fMRI. Pendekatan yang
serupa yang dikenal sebagai terapi peningkatan kognitif, yang berfokus pada kognisi
sosial serta neurocognition, telah menunjukkan efikasi. (8)
13
BAB III
PENUTUP
Skizofrenia merupakan suatu diagnosis psikiatri yang menggambarkan
gangguan mental yang ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas.
Distorsi persepsi dapat mempengaruhi semua lima indera, termasuk penglihatan,
pendengaran, rasa, bau dan sentuhan, tapi paling sering bermanifestasi sebagai
halusinasi pendengaran, delusi paranoid atau aneh, atau pidato teratur dan berpikir
dengan disfungsi sosial atau pekerjaan yang signifikan. Pada pasien skizofrenia fungsi
kognitif mengalami kemunduran, biasanya muncul dengan ketidakmampuan
melaksanakan aktivitas yang menjadi kunci utamanya, maka penting adanya
komitmen dari klinisi untuk lebih memfokuskan terhadap pengobatan yang dapat
membantu pasien ke fase premorbid pada tingkat fungsi kognitifnya sehingga mereka
dapat kembali ke fungsi mereka. (1)
Pada Skizofrenia, penilaian skala kognitif dapat menggunakan beberapa tes,
seperti : Tingkat kesadaran, atensi, orientasi, berbahsa, memori, pengetahuan umum,
berhitung, abstraksi, gnosia, praksia, respon emosional, MMSE dan CDT. (5)
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim Rusdi. Diagnosis Gangguan jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta
: Bagian ilmu kedokteran jiwa ; 2001. p; 46
2. Elvira D. Sylvia., Hadisukanto Gitayanti. Buku ajar psikiatri. Jakarta : FKUI :
2003. p; 61-62
3. Shaz
Thomas.
http://blank-out.livejournal.com/2865.html
http://www.santosahospital.com/document
4. Sadock J., Kaplan I. Sinopsis psikiatri. Ilmu pengetahuan perilaku. Psikiatri
Klinis. P; 733-735
5. H Riska.
http://www.berbagimanfaat.com/2010/12/pemeriksaan-fungsi-kognitif.html
6. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Mini
%25E2%2580%2593mental_state_examination
7. http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Executive_dysfunction&prev=/searc
h%3Fq%3Dclock%2Bdrawing%2Btest%2Bwikipedia%26hl%3Did%26client
15
%3Dfirefox-a%26hs%3DuPZ%26rls%3Dorg.mozilla:id:official%26biw
%3D1024%26bih%3D507%26prmd
%3Dimvns&sa=X&ei=MrbuT7j2HoaaiQe_z8mODQ&ved=0CFAQ7gEwAA
8. http://www.news-medical.net/health/Schizophrenia-Interventions-%28Indonesian
%29.aspx
L
A
M
P
I
16
R
A
N
17