Anda di halaman 1dari 4

SBY DAN MEGAWATI HARUS JUJUR KEPADA RAKYAT INDONESIA

The GodFather..!!
Bali Gate dan Century Gate Adalah Mesin Percetakan Uang Ilegal Rezim Penguasa..!!!
Century? Tidak ada itu,yang ada hanya mencetak uang secara ilegal.
Mengapa terjadi silang pendapat antara pejabat BI sendiri tentang status uang 6,7 T? Mengapa ada perubahan
tentang besaran kucuran hingga membengkak menjadi 6,7 T ? Mengapa para pejabat BI terkesan tutup mulut
tentang apa sebetulnya yang terjadi ? Bagaimana sebetulnya mekanisme kebijakan yang ada di BI ? Bagaimana
pula uang sebesar 6,7 T bisa tidak terlacak oleh lembaga kredibel seperti PPATK ? mengapa jika kita
pertanyakan satu persatu akan membuat kita semakin frustasi? Dan Apa sebetulnya yang terjadi pada Bank
Century?
Itulah seklumit pertanyan-pertanyan yang pasti ada di otak kita semua.Kasus ini sungguh sangat menyita
perhatian seantero jagat indonesia.Tapi apakah betul kasus century ini ada?Mari kita telusuri bersama.
Pada era suharto,dia pernah berusaha untuk mengajukan proposal ke The Bank International of Sattlement
(BIS) sebagai usaha pengambilan hak cetak uang dan pengalihan asset.Tapi Otoritas keuangan dunia tersebut
menolak pengajuan Soeharto dalam point pengambilalihan, hanya disetujui hak cetak uang dengan kolateral 6
dokumen daftar asset dengan nilai nominal 13.000 Trilyun.
Tahun 1996, diadakanlah tender untuk cetak uang yang diikuti 3 negara, yaitu ; Jerman, Israel dan Australia.
Tender ini dimenangkan oleh Australia. Maka pada tahun 1996, Soeharto mengintruksikan kepada 49 orang
Jenderal yang terdiri dari para Jenderal bintang 4, 3 dan 2 serta para pejabat teras BIN untuk melakukan
kontrol dan pengawasan yang ketat terhadap proses pencetakan uang yang dilakukan di dua Negara, Australia
dan Thailand.
Pada tahun 1997, proses pencetakan uang polymer pecahan 100 ribu-an bergambar Soekarno senilai Rp.
13.000 Trilyun selesai dilakukan. Namun, baru hanya 9% dari total Rp. 13.000 Trilyun yang sudah diregistrasi
oleh BI sebagai uang sah yang dapat digunakan sebagai alat transaksi, George Soros dengan konsorsium
yahudinya membom bardir rupiah dengan melarikan rupiah ke luar negeri.
Maka, terjadilah pembelian besar-besaran rupiah atas dollar sehingga mengakibatkan krisis ekonomi yang
melanda negeri ini yang kita kenal dengan krisis moneter. Tidak hanya itu,demi menyelamatkan harta
suharto,digunakan lah hak cetak itu untuk mencetak dollar dan tumbalnya dikala itu adalah bank Bali yang
dikenal dengan bali gate.Coba perhatikan waktu krisis moneter,semua Bank kolep,hanya ada 1 bank yang
selamat,BCA.Ya BCA karena BCA merupakan kerabat dekat suharto,Tidak usah dijelaskan lagi siapa
pemiliknya.Nilai rupiah tidak ada artinya sama sekali dihadapan dollar US.
Inilah awal malapetaka bangsa ini. Beribu-ribu peti uang yang belum diregistrasi oleh BI hanyalah lembaran
kertas yang secara hukum merupakan uang illegal (uang tidak sah untuk dijadikan sebagai alat transaksi).
Uang illegal yang kemudian dikenal dengan IDR (Instrument Deposit of Registered) ini banyak dikuasai oleh
para pejabat teras TNI dan BIN serta para pejabat di lingkaran cendana.
Secara kasat mata, tidak ada perbedaan mencolok antara uang yang sudah diregistrasi dengan uang IDR.
Perbedaan yang paling mendasar hanyalah terletak pada serangkaian NOMOR SERI. NAMUN SIAPA YANG
PERDULI DENGAN NOMOR SERI? PERNAH KAH KALIAN JIKA MENGAMBIL UANG MELIHAT
DULU NOMOR SERI YANG TERTERA DI DALAM UANG? Saya rasa tidak mungkin anda akan melihat
nomor serinya,yang masyarakat umum tahu termasuk saya dan kalian,yang terpenting uang itu adalah uang,
sama-sama merah, sama-sama polymer, sama-sama 100.000, sama-sama bergambar Soekarno iya kan??

Masalah legal dan illegal itu masalah sistem, bukan masalah fisikly.Sangat lah berbeda dengan upal (uang
palsu) yang memang sudah bermasalah dari sisi fisik.
Inilah celah yang banyak dimanfa'atkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Sebanyak hampir
12.000 Trilyun uang IDR menjadi ajang bisnis baru bagi orang-orang yang memiliki link dengan para Jenderal
dan lingkaran cendana dikala itu.
Tidak hanya menggunakan tangan orang lain, tak jarang sang Jenderal pun turun langsung melakukan bisnis
haram ini. Tengok kasus Brigjen (Purn) Zyaeri, mantan Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi
Pemberantasan Uang Palsu BIN yang terjadi pada pertengahan 2005 lalu.
Sejak kemunculannya pada tahun 1999 lalu hingga kini, uang IDR selalu menjadi lahan subur untuk dijadikan
ajang bisnis yang menggiurkan. Tak heran, "dana cadangan" ini selalu muncul di setiap event pesta demokrasi
baik pilkada maupun pemilu, sponsorshipnya? bisa si calon yang kebetulan pensiunan Jenderal yang
mengetahui persis seluk beluk IDR, atau bisa tim pendukungnya yang memang lingkaran para Jenderal.
Pertanyaannya, kok bisa? itukan uang illegal? yang mengatakan itu uang illegal kan sistem..!!
Praktek seperti ini tidak hanya dilakukan pada Bank Century saja, pada Bank-Bank konvensional lainpun
kerap dilakukan. Indikasi ini diperkuat dengan banyaknya dana "cadangan" yang tersimpan di Yayasan yang
dikomandoi Aulia Pohan. Dimana yayasan tersebut lebih berfungsi sebagai wadah penyimpanan uang yang
dicetak mereka.(KOMPASIANA)
Pada masa rezim yang sekarang ini,modus yang di gunakan sama.Saya kasih gambaran lagi,perhatikan semua
presiden kita,hanya yang dari kalangan militer saja lah yang bertahan lama.Karena mesin cetak uang itu ada di
tangan para kalangan militer.Suharto dan SBY adalah presiden yang langgeng menjabat.Yang lainnya berhenti
di tengah jalan.SBY belajar dari suharto bagaimana taktik ini digunakan.Tapi SBY lebih kalem karena dia
tidak mau terulang lagi diturunkan ditengah jalan seperti gurunya suharto.
Ketika aulia pohan ditangkap antasari azhar,maka modus ini terbongkar.Dari aulia pohan lah sumber-sumber
percetakan uang tersebut akan di telusuri antasari.Tapi apa mau dikata,antasari di hajar dari segala penjuru.Jika
antasari dapat membongkar ini,maka bisa kita bayangkan banyaknya manusia-manusia rakus yang akan masuk
ke penjara,dari orba hingga sekarang.Bagaimana mungkin seorang antasari sendirian sanggup menghadapi
segerombolan dari jaman orba hingga sekarang.Alhasil antasari pun dibungkam.
Awal mulanya seperti ini.Dengan tertangkapnya Aulia pohan,maka antasari pun dengan cepat bergerak untuk
membongkar jaringan ini.Pembelian mesin otomasi kliring (check clearing system) dan pemasukkan bahan
baku kertas uang BI di Perusahaan Uang Republik Indonesia (Peruri) ditelusuri.
Modusnya lewat operator dan pelobi waktu itu Deputi Gubernur BI masih Aulia Pohan,jaringan koruptor kelas
kakap ini, mengakali keuangan BI dengan dalih "demi" Yayasan Kesejehteraan Karyawan BI (YKKBI).
Memang, dalam persoalan keuangan.
BI tidak pernah jadi masalah. BI hanya tinggal CETAK dan MEMBAGI-BAGIKANNYA sendiri.
Beginilah kisah korupsi itu: Aulia Pohan memang dipercaya Syahril untuk menilep duit BI sendiri. Dari Aulia
duit di"mainkan" lewat YKKBI. Caranya,sederhana. Dengan dalih untuk kepentingan karyawan BI, YKKBI itu
mempunyai kewenangan untuk menangani pemasukan barang dan mesin serta kesejahteraan
karyawan lainnya. Maka, pemasukan barang dan mesin, seperti mesin otomasi kliring yang seharusnya lewat
prosedur Sekretariat Negara diubah menjadi harus melalui YKBBI. Tentu saja, YKBBI, kemudian pura-pura
menunjuk perusahaan swasta, di mana orang-orang BI berada di perusahaan tersebut.
Setelah sukses menjadi Wakil Kepala Perwakilan di Tokyo, Aulia Pohan ditarik pulang dan menjadi Kepala
Urusan Penelitian dan Pengembangan Internal (1995-1997). Kemudian ia ditunjuk lagi menjadi Direktur BI
dan sekarang menjadi Deputi Gubernur BI. Ia sangat dipercaya oleh Syahril Sabirin untuk melobi siapapun

juga elit politik dan "memainkan" duit BI. Jabatan ini, sangat besar. Selain dekat dengan level elit BI, ia juga
bisa mengatur tata cara pembelian berbagai mesin dan pengadaan barang, termasuk mesin otomasi kliring dan
kebutuhan kertas uang Peruri.
Terhadap mesin otomasi, harganya ini bisa mencapai ratusan milyar. Lewat
keputusan BI, izin lewat Setneg pun di-by pass dan dialihkan ke YKKBI.
Karena lewat YKKBI, Aulia bebas menentukan cara apa mesin-mesin itu dibeli dan dimasukkan ke BI. Tentu
saja, yang dipilih adalah penunjukkan langsung, tanpa tender terbuka. Perusahaan swastanya gampang
ditunjuk, yaitu perusahaan kroninya. Harganya, juga tentu gampang diatur. Seenaknya saja Aulia pun
menggelembungkan harga yang tidak semestinya dari harga pasarannya (mark up) sebesar 40 persen.
Dalam pembelian kertas pun sama saja. Tender resmi dibatalkan dan diganti perusahan pilihannya sendiri yang
memenangkan tender tersebut, yaitu PT Pura. Padahal, PT Pura adalah perusahaan yang didirikannya sendiri
bersama orang-orang BI, yang sampai sekarang belum diketahui namanya. PT Pura-lah yang kini memegang
hak monopoli memasukan bahan baku kertas uang BI. Coba, berapa keuntungan yang diraih Aulia Pohan dan
berapa ke Syahril Sabirin.
Yayasan karyawan instansi-instansi basah biasanya kayaraya. Di yayasan itulah tempat nyaman
menyembunyikan uang curian.
Sekali-sekali, cobalah mampir di komplek Bidakara, Kuningan, Jakarta
Selatan. Dari Pancoran, komplek gedung itu tampak megah. Komplek inimenempati tanah yang cukup luas di
wilayah kelas satu yang berhimpitan dengan perumahan pejabat tinggi di kompleks Jl Denpasar, dan amat
dekat dengan pusat bisnis Kuningan.
Di komplek ini terdapat perkantoran bertingkat tinggi yang mewah dan hotel yang menjulang. Pemilik
kompleks Bidakara, tak lain dan tak bukan adalah Yayasan Dana
Pensiun Bank Indonesia.
Yang menjadi pertanyaan banyak orang, bagaimana sebuah yayasan
karyawan mengumpulkan uang begitu banyak sehingga uang yayasan itu bisa diinvestasikan di sektor properti
seperti Bidakara?
Setidaknya dibutuhkan dana sebesar Rp 500 miliar untuk membangun komplek Bidakara. Lalu pertanyaan
berikut: berapa gaji karyawan Bank Indonesia sehingga mereka bisa mengumpulkan dana sebesar itu?
Ada sekitar 23 rekening dana non bujeter yang dipunyai sejumlah departemen. Asetnya trilyunan rupiah.
Ada kabar paling gres tentang pundi-pundi sumber korupsi yang
terungkap di gedung rakyat Senayan. Informasi itu menyebutkan, bahwa
sampai saat ini ada sekitar 23 rekening dana nonbujeter yang berada di sejumlah departemen belum
dimasukkan ke dalam kas anggaran negara. Rekening tersebut bersumber dari sejumlah departemen dan
lembaga non departemen.
Bank Indonesia juga mempunyai yayasan pundi-pundi yang asetnya amat sangat besar. Bahkan Yayasan
Kesejahteraan Karyawan BI mampu
membangun perusahaan pencetak uang di Kudus. Berkolusi dengan
percetakan PT Pura Barutama, YKKBI membuat PT Pura Binaka Mandiri
sekitar dua tahun belakangan. Produk perusahaan ini adalah kertas uang
dan security printing.
Order pertama kali datang dari Somalia untuk mencetak salah satu jenis mata uang mereka. Kabarnya YKKBI
juga mempunyai sejumlah bidang usaha lain sebagai pemutar uang miliknya.

Dana-dana yayasan atau apapun namanya itu merupakan pundi-pundi yang siap digunakan untuk
melanggengkan kekuasaan atau bahkan kepentingan pribadi para pejabat, selama Soeharto berkuasa. Golkar
selama rezim suharto juga memanfaatkan pundi-pundi itu untuk menggemukkan organisasinya. Golkar pun
sering mendapat "sumbangan" miliaran rupiah dari para menteri kadernya untuk
kepentingan kampanye, juga diambilkan dari dana-dana ini.
Tugas dari lembaga-lembaga itu sebagai pengumpul "sumbangan" yang dikeruk dari rekanan mereka.
Memang, model pungutan dan lembaga pundi-pundi ini merupakan strategi Soeharto dalam mengumpulkan
uang untuk keabadian kekuasaannya.
Soeharto sendiri adalah pendiri puluhan yayasan yang mempunyai aset milyaran bahkan trilyunan rupiah, dan
sampai saat ini tak satupun yang tersentuh hukum.
Dengan mencetak uang bertriliyuan rupiah dan di paksakan masuk ke dalam bank kecil yang bernama
century,sudah pasti akan anjlok.Makanya itu dikala kasus century meledak ke publik,banyak rekeningrekening masyarakat yang tiba2 bertambah.Dimakasar seorang tukang bengkel tiba2 di rekeningnya terdapat
miliaran rupiah.Uang itu secara otomatis akan berpindah setiap jamnya (numpang lewat atai pinjam rekening
sementara).
Perhatikan sekali lagi,disetiap mendekati pemilu maka pasti akan terjadi krisis moneter bukan?karena uang ini
dicetak khusus ajang pesta demokrasi.Jika uang dicetak melewati batas maka akan terjadi invlasi bukan?
Terjadi lah krisis moneter pada thn 1998 dan 2008.
Demokrat tidak akan gentar dengan kasus century,karena memang century itu tidak ada,yang ada hanya lah
mencetak uang dengan mengorbankan nasabah2 tak berdosa untuk dijadikan pencucian uang.
Antasari pernah berkata dalam testimoni tentang century."Saya tidak tau yang namanya century,tapi modus dan
cara kerja mereka yang saya ketahui"
Inilah cara kerja mereka..SUHARTO DENGAN BALI GATE (cetak dollar) SBY DENGAN CENTURY
GATE (Cetak rupiah)..!!!

Anda mungkin juga menyukai