Anda di halaman 1dari 3

Teori Relativitas Anak Kos

Kamu tahu guys, sebagai anak rantauan yang tinggalnya tidak bersama dengan orang tua
dan keluarga, jika ada hari libur mendekati weekend merupakan saat-saat yang paling
ditunggu-tunggu. Biasanya nih, kalo ada waktu seperti itu, sehari sebelum hari libur suasana
kelas menjadi sepi, penghuni kelasnya berkurang 50% dari biasanya karena banyak anak
rantauan yang sudah meninggalkan bumi rantauannya sehari sebelum hari libur tiba,
tujuannya sih supaya liburan mereka lebih lama. Begitu juga dengan aku yang tak mau
ketinggalan dengan saat-saat sakral bagi anak kost. Hehe.
Tinggal di bumi rantauan bagiku dan bagi teman-teman seperjuangan lainnya merupakan
suatu kehidupan yang sangat menyiksa #eeaakkk. Menghabiskan waktu sehari di bumi
rantauan bagaikan menghabiskan waktu sebulan, dan tinggal sebulan bagaikan
menghabiskan waktu satu tahun. Itulah kenapa jika ada kesempatan untuk pulang langsung
banyak yang menyabet kesempatan itu.
Setelah selesai membereskan semuanya seperti menyuci baju, mencuci piring, dan
melakukan hal-hal yang harus dilakukan oleh anak kost, tapi tidak termasuk kamar (kamar
mah nggak diberesin juga nggak masalah xixi), langsung dah aku cuss meninggalkan
Semarang. Dalam perjalanan pulang hatiku berbunga-bunga karena hendak bertemu
keluarga dan senyum-senyum sendiri karena akhirnya bisa merasakan moment yang paling
ditunggu-tunggu. Hingga perjalanan yang sebenarnya lama pun hanya terasa sebentar
olehku (karena sepanjang perjalanan aku tidur.. dan bangun-bangun sudah nyampe,
hoho :D). Ya begitulah, malam yang gelappun tak membuatku gentar untuk berjalan seorang
diri menuju ke rumah tercinta.
Sesampainya dirumah, aku mengucapkan salam dengan ceria, Assalamualaikum.. :D
Namun sepertinya orang-orang rumah tidak sehappy aku, ketika mengetahui bahwa aku
pulang. Ibuku malah sedikit memarahiku karena tidak membalas sms-nya selama aku dalam
perjalanan dan itu membuatnya was-was karena anak perempuannya belum sampai rumah
padahal sudah malam. (Hp-ku mati mah, jawabku). Apalagi duo adik cowokku ini, mereka
langsung menghujaniku dengan berbagai macam pertanyaan-pertanyaan.
Adik 1: Kenapa mbak Zahro pulang?
Aku : Kan besok Jumat libur dik,
Adik 2: Ya ampun mbak, libur cuman sehari aja ngapain pulang?
Aku: lhah kalo kuliah mah hari sabtu dan mingu juga libur men..
Adik 1 dan 2: Yaelah mbak, libur cuman 3 hari ngapain juga pulang?
Aku: Ya ampun dek, libur 3 hari itu kamu bilang cuman? Itu waktu yang lama tauukk, nggak
biasanya mbak punya kesempatan libur seperti ini, makanya mbak nggak mau nglewatin
kesempatan ini, dan langsung cus pulang deh,
Jadi, menurut mereka 3 hari itu waktu yang sebentar?? Ya ampun dah,, bagiku itu waktu
yang sangat lama (pikirku)

Dan kalian tahu guys, jadi aku pergi ke Semarang yang sudah 1 bulan itu, yang menurutku
sudah 1 tahun itu, menurut mereka aku hanya baru pergi kemaren sore dan tiba-tiba aku
pulang hari ini. Jadi mereka tidak merasa kehilanganku karena menurut mereka aku baru
pergi sebentar. Bisa kalian banyangin guys,, betapa shocknya diriku waktu itu (mana
pegangan-mana pegangan?) haha.
Jadi selama ini apa yang aku rasain sangatlah berbanding terbalik dengan apa yang orang
rumah rasain?? (sangatlah tidak adil menurutku haha)
Adik 1 ku bilang, kalau seseorang merasakan waktu yang lebih lama dari waktu yang
seharusnya (seperti waktu 1 bulan tapi perasaanku seperti 1 tahun), itu tandanya seseorang
tersebut menjalani hari-harinya dengan tidak bahagia, merasa sedih, merasa kesepian, dan
merasakan hal-hal yang tidak enak.
Haha benar juga sih ya kata-kata Adikku itu. Bagaimana tidak, di Semarang aku selalu
dijejali dengan tugas, tugas, dan tugas. Kehidupanku selalu dikejar oleh yang namanya
deadline. Baik itu deadline tugas kuliah, maupun deadline competisi yang aku ikuti. Belum
lagi hari-hariku yang selalu dipenuhin dengan rapat, rapat,dan rapat. Rapat dari organisasi
yang aku ikuti memang selalu mamakan waktu luangku. Belum lagi aku harus
memperhitungkan pengeluaran bulananku. Dan untuk yang satu ini, aku belum bisa
memanajemen uang dengan baik. Biarpun sudah 4 semester di rantauan, masalah
keuanganku masih kacau. Uang bulananku selalu sudah habis di setengah bulan pertama,
jadi setengah bulan terakhir hidupku bisa dibilang menderita karena aku tidak memegang
uang sama sekali haha, hebat juga ya diriku ini. Di setengah bulan terakhir aku hanya
makan seadanya, tapi nggak pernah telat makan ya, sehari harus tiga kali makannya.
Karena aku orangnya nggak kuat kalo disuruh nahan lapar, hehe. Kalau diajak main di akhir
bulan selalu kutolak, kecuali kalo gratis, hehe. Dan aku selalu iri dengan teman-temanku
yang dalam satu bulan bisa mengeluarkan uang yang jauh, jauh lebih sedikit dibanding aku.
Bagaimana bisa? Tanyaku pada mereka. Beberapa temanku bisa irit dalam pengeluaran
mereka karena mereka selalu irit dalam makan. Ada temanku yang sehari hanya makan
satu kali dan itu hanya makan mie instan. Oh my God... (pikirku). Untuk masalah makan
mah aku nggak pernah absen, karena tubuh kita butuh nutrisi. Dan aku nggak mau
menyiksa tubuh, karena hal itu dilarang :D. Ada juga temanku yang sehari tidak makan
sama sekali. Aku kasihan juga sih sama mereka. Tapi mereka bisa membeli barang-barang
yang mereka sukai dari hasil pengiritan mereka, seperti baju, tas, sepatu, dan bahkan
handphone. Aku mah apa atuh ya. Handphone aja aku belum pernah beli sendiri, aku selalu
minta punya orang tua. Dan aku nggak pernah beli-beli baju, tas, dan sepatu, karena akau
nggak pernah punya uang tabungan. Kalupun aku nabung pasti uang tabunganku itu sudah
aku ambil ketika akhir bulan menjelang. Hiks hiks. Hal itu bisa terjadi karena berapapun
uangnya, berapapun jumlah uangnya, selalu habis dalam waktu satu hari sampai dua hari
ketika ada ditanganku. Itulah kenapa aku nggak pernah bisa irit. Dan masalah keuangan
merupakan salah satu penyebab kenapa hidup di rantauan terasa lebih lama dibandingkan
hidup dirumah sendiri. Sehingga terkadang aku ingin banget orang tuaku punya rumah di
Semarang dan tinggal di Semarang, sehingga aku tidak perlu lagi mikirin soal keuanganku
haha (terlalu menghayal).
Oke, back to the topic. Mendengar kata-kata adikku tadi, aku jadi inget pelajaran Fisika bab
relativitas ketika SMA kelas 2 dulu. Guru fisika SMA ku (dulu dan sampai sekarang aku
masih ngefans sama beliau :D, dan ternyata aku selalu ngefans sama guru fisika, karena

ternyata ketika SMP pun selain guru matematika aku juga ngefans sama guru Fisika-ku, Bp.
Daolah terkasih. Eakkk xD) dulu beliau pernah berkata kepada kami (murid-muridnya),
ketika pelajaran relativitas, beliau menjelaskan tentang ada 2 orang kembar umur 20 tahun,
yang satu tinggal di bumi dan yang satu lagi berkelana menelusuri bintang-bintang
diangkasa luas selama 40 tahun (misalnya). Dan setelah ia kembali dibumi, maka umur
kembaran yang tinggal dibumi menjadi 60 tahun dan umur orang yang berkelana menjadi 40
tahun (misalnya). (aku lupa rumusnya, bagi teman-teman yang penasaran bisa kepoin
pelajaran relativitas kelas 2 SMA yaa :D). Bagaimana bisa pak?? Tanya kami muridmuridnya yang penasaran. Lalu guru fisika-ku menjelaskan, bahwa orang yang tetap tinggal
dibumi ia melakukan rutinitas yang seperti biasanya, maka umurnya pun juga berjalan
seperti biasanya. Sedangkan kembarannya yang menjelajahi angkasa luas, ia sedang
bersenang-senang, karena ia sedang berpergian, sedang bermain-main, sedang berekreasi.
Seperti kalau kita sedang berekreasi, perasaan kita senang kan? Begitu juga sang astronot
yang sedang berkelana, perasaan ia juga senang, dan ternyata orang yang dalam hidupnya
selalu merasa senang akan membuat umur mereka menjadi lebih muda daripada biasanya
atau menjadi awet muda. Itulah sebabnya kenapa umurnya astronot bisa jauh lebih muda
daripada umur kembarannya yang tinggal di bumi, karena sang astronot perasaannya selalu
senang. Seperti itulah kira-kira penjelasan tentang teori Einstein, teori relativitas oleh guru
Fisika-ku tercinta.
Jadi teman-temanku yang budiman, ketika kita selalu merasa bahagia dalam hidup, maka
berapapun lamanya waktu yang kita jalani akan terasa sebentar. Sedangkan bagi orang
yang hidupnya selalu dirundung kekusahan, kesedihan, maka ia akan merasa waktu
berjalan lambat. Oleh karena itu, sebagai anak kos, anak kuliahan yang tugasnya seabrek,
kita jangan pernah menganggap hal itu sebagai beban, jalanilah hidup kita dengan perasaan
yang selalu senang. Supaya kita hidupnya juga tenang dan awet muda. Dan supaya kita
tidak selalu pulang kampung, karena pulang kampung itu ongkosnya juga mahal hahay :D.
sekian dan terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai