Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kinetika kimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari tetang proses yang
berhubungan dengan kecepatan atau laju suatu reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi. Dalam praktek suatu reaksi kimia dapat berlangsung dengan laju atau kecepatan yang
berbeda-beda. Namun dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai reaksi yang berlangsung
lambat. Oleh karena itu dengan mempelajari kinetika kimia maka seluruh faktor-faktor yang
mempengaruhi laju suatu reaksi dapat dikendalikan sehingga lebih hemat dan efisien (Tim Dosen
UNHAS, 2004).
Pengertian tentang laju reaksi adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi per
satuan waktu. Karena reaksi berlangsung kearah pembentukan hasil, maka laju reaksi tak lain dari
pengurangan jumlah pereaksi per satuan waktu, atau pertambahan jumlah hasil reaksi per satuan
waktu. Dimensi untuk waktu umumnya digunakan menit atau detik, sedangkan satuan untuk
jumlah pereaksi dan hasil reaksi adalah konsentrasi molar (Tim Dosen UNHAS, 2004).
Laju didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan waktu. Satuan yang umum adalah
mol dm-3-1. Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi, dan dapat
dinyatakan dengan:
Laju = k f (C1, C2, Ci)
Dimana k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta laju spesifik atau konstanta kecepatan,
C1,C2 adaalah konsentrasi dari reaktan-reaktan dan produk-produk (Dogra, 1984).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi ialah: macam zat yang mengadakan
reaksi, konsentrasi/tekanan, temperature, adanya katalisator dan radiasi yaitu adanya sinar dengan
panjang gelombang tertentu. Beberapa reaksi terjadi dengan sangat cepat misalnya penetralan
larutan asam kuat dengan basa kuat. Tetapi ada pula reaksi yang berjalan sangat lambat, misalnya
reaksi H2 dan O2 pada temperature kamar tanpa adanya katalisator. Beberapa reaksi berjalan
sangat lambat pada temperature kamar, tetapi kecepatan reaksi ini akan bertambah dengan cepat
pada kenaikan temperature (Respati, 1981).
Orde reaksi menggambarkan bentuk matematik di mana hasil percobaan dapat dtunjukkan.
Orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen, dan hanya dapat diramalkan jika suatu
mekanisme reaksi diketahui ke seluruh orde reaksi yang dapat ditentukan sebagai jumlah dari
eksponen untuk masing-masing reaktan, sedangkan harga eksponen untuk masing-masing reaktan
dikenal sebagai orde reaksi untuk komponen itu (Dogra, 1984).
Waktu paruh (t1/2) suatu zat radioaktif merupakan waktu yang diperlukan oleh separuh
dari bobot awal tertentu dari zat itu untuk berubah menjadi zat lain. Waktu-paruh ditentukan
secara eksperimen dengan mencatat banyaknya pancaran dalam suatu kurun waktu yang sesuai,
36
oleh satu contoh radioaktif yang bobotnya diketahui. Unsure-unsur radioaktif tertentu mempunyai
waktu-paruh yang amat pendek dan unsur-unsur lain yang waktu-paruhnya amat panjang (Keenan,
1986).
Waktu paruh didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan bila separuh konsentrasi dari
suatu reaktan digunakan. Waktu paruh dapat ditentukan dengan tepat hanya jika satu jenis reaktan
terlibat, tetapi jika suatu reaksi berlangsung antara jenis reaktan yang berbeda, waktu paruh harus
ditentukan terhadap reaktan tertentu saja (Dogra, 1984).
Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses itu ada yang
lambat dan ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih cepat dibandingkan dengan minyak
tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat, seperti membakar dinamit yang menghasilkan
ledakan, dan yang sangat lambat adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan tentang
kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara
menentukan laju reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya (Syukri,1999).
Kinetika reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju reaksi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi. Laju (kecepatan) reaksi dinyatakan sebagai perubahan
konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap satuan waktu. Laju rekasi suatu reaksi kimia dapat
dinyatakan dengan persamaan laju reaksi. Untuk reaksi berikut:
A + B AB
Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut:
R = k [A]m [B]n
K sebagai konstanta laju reaksi, m dan n orde parsial masing-masing pereaksi (Petrucci, 1987).
Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam mengontrol
kecepatan reaksi berlangsung cepat, seperti pembuatan amoniak dari nitrogen dan hidrogen, atau
dalam pabrik menghasilkan zat tertentu. Akan tetapi kadangkala kita ingin memperlambat laju
reaksi, seperti mengatasi berkaratnya besi, memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan
sebagainya (Syukri, 1999).
Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
a. Sifat dan ukuran pereaksi. Semakin reaktif dari sifat pereaksi laju reaksi akan semakin
bertambah atau reaksi berlangsung semakin cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju
reaksi akan semakin bertambah, hal ini dapat dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang
bereaksi maka daerah interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi dapat
diperluas dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan laju reaksi, pada zat
pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila dibandingkan dalam bentuk bongkahan (Petrucci,
1987).
37
b. Konsentrasi. Dari persamaan umum laju reaksi, besarnya laju reaksi sebanding dengan
konsentrasi pereaksi. Jika natrium tiosulfat dicampur dengan asam kuat encer maka akan timbul
endapan putih. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Na2S2O3 + 2H+ 2Na+ + H2S2O3 (cepat)
H2S2O3 H2SO3 + S (lambat)
Na2S2O3 + 2H+ 2Na+ + H2S2O3 + S
Reaksi ini terdiri dari dua buah reaksi yang konsekutif (sambung menyambung). Pada reaksi
demikian, reaksi yang berlangsung lambat menentukan laju reaksi keseluruhan. Dalam hal ini
reaksi yang paling lambat ialah penguraian H2S2O3 (Petrucci, 1987).
Berhasil atau gagalnya suatu proses komersial untuk menghasilkan suatu senyawa sering
tergantung pada penggunaan katalis yang cocok. Selang suhu dan tekanan yang dapat digunakan
dalam proses industri tidak mungkin berlangsung dalam reaksi biokimia. Tersedianya katalis yang
cocok untuk reaksi-reaksi ini mutlak bagi makhluk hidup (Hiskia, 1992).
c. Suhu Reaksi. Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan karena kalor yang
diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya jumlah dan energi
tumbukan bertambah besar. Pengaruh perubahan suhu terhadap laju reaksi secara kuantitatif
dijelaskan dengan hukum Arrhenius yang dinyatakan dengan persamaan sebagi berikut:
k = Ae-Ea/RT atau ln k = -Ea + ln ART
Dengan R = konstanta gas ideal, A = konstanta yang khas untuk reaksi (faktor frekuensi) dan Ea =
energi aktivasi yang bersangkutan (Petrucci, 1987).
d. Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk memepercepat jalannya
reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan kemudian terbentuk kembali sebagai zat
bebas. Suatu reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi katalis dan prosesnya disebut
katalisme. Katalis suatu reaksi biasanya dituliskan diatas tanda panah (Petrucci, 1987).
Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi, reaksi yang berlangsung
dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi disebut orde reaksi nol. Reaksi orde
pertama lebih sering menampakkan konsentrasi tunggal dalam hukum laju, dan konsentrasi
tersebut berpangkat satu. Rumusan yang paling umum dari hukum laju reaksi orde dua adalah
konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua konsentrasi masing-masing berpangkat satu. Salah
satu metode penentuan orde reaksi memerlukan pengukuran laju reaksi awal dari sederet
percobaan. Metode kedua membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi
terhadap waktu. Untuk mendapatkan grafik garis lurus (Hiskia, 1992).
38
Bentuk/tipe reaksi utama yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi senyawa obat:
Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+)
dan anion hidroksida (OH) melalui suatu proses kimia. Proses ini biasanya digunakan untuk
memecah polimer tertentu, terutama yang dibuat melalui polimerisasi tumbuh bertahap (stepgrowth polimerization). Kata "hidrolisis" berasal dari bahasa Yunani hydro "air" + lysis
"pemisahan".
Hidrolisis berbeda dengan hidrasi. Pada hidrasi, molekul tidak terpecah menjadi dua senyawa
baru. Biasa nya hidrolisis terjadi saat proses pencernaan karbohidrat
MACAM-MACAM HIDROLISIS
Jika ditinjau dari komponen pembentuk garam serta banyak tidaknya garam tersebut dapat
diuraikan ketika direaksikan dengan air, maka reaksi hidrolisis dapat dibedakan sebagai berikut
ini:
1. Hidrolisis parsial
Hidrolisis parsial ialah ketika garam direaksikan dengan air hanya salah satu/sebagian ion saja
yang mengalami reaksi hidrolisis, sedangkan yang lainnya tidak. Komponen penyusun garam
yang mengalami reaksi hidrolisi parsial ini ialah asam lemah dan basa kuat atau sebaliknya.
2. Hidrolisis total
Hidrolisis total merupakan reaksi penguraian seluruh garam oleh air, yang
mana komponen
39
Misal:
CH3COONa(aq)
CH3COO + H2O
Na+ + H2O
Dari contoh diatas, menjelaskan bahwa CH 3COO yang bertindak sebagai anion asam lemah
terhidrolisis membentuk OH ketika direaksikan dengan molekul air (H2O) sedangakn Na+ yang
bertindak sebagai kation dari basa kuat tidak terhidrolisis ketika direkasikan dengan molekul air.
Kesimpulannya garam dengan komponen pembentuk asam lemah dan basa kuat, jika direaksikan
dengan air akan terhidrolisis sebagian dan menghasilkan ion yang bersifat basa.
4. Hidrolisis Kation
Serupa halnya dengan reaksi hidrolisis antara garam dengan komponen molekul asam lemah dan
basa kuat direaksikan dengan molekul air, jika garam dengan komponen penyusun asam kuat dan
basa lemah dilarutkan ke dalam molekul air juga akan mengalami hidrolisis parsial dan
menghasilkan ion yang bersifat asam (H+). Hal ini terjadi karena hanya kation dari basa lemah
terhidrolisis, sedangkan anion dari asam kuat tidak mengalami hidrolisis.
Misalnya :
Aspirin + HO asam salisilat + asam asetat
Procaine + HO p-Aminobenzoic acid + -Diethylaminoethanol
Senyawa-senyawa obat yang rentan terhadap hidrolis, antara lain golongan ester, amida,
laktam, dan imida
Proteksi degradasi hidrolisis, misalnya:
Eliminasi/menurunkan kandungan HO
Mengatur pH medium sediaan
Pembentukan kompleks
Contoh: inhibisi hidrolisis benzocaine dengan penambahan caffeine membentuk
komplek benzocaine-caffeine. ( nilai t senyawa kompleks ini meningkat tajam
hanya dengan sedikit penambahan caffeine).
Misal:
NH4Cl NH4+ + Cl
NH4+ + H2O NH4OH + H+
Cl + H2O tidak terjadi reaksi
40
Berdasarkan contoh diatas, dapat dijelaskan bahwa NH4+ yang bertindak sebagai basa lemah
terhidrolisis menghasilkan ion yang bersifat asam, yakni H +. Sedangkan Cl- yang sebagai anion
asam kuat tidak terhidrolisis.
5. Kation dan Anion Terhidrolisis
Apabila garam dengan komponen asam lemah dan basa lemah direaksikan dengan molekul air
akan mengalami hidrolisis total. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan kation dari basa lemah
maupun anion dari asam lemah dapat terhidrolisis secara sempurna. Reaksi hidrolisis ini
menghasilkan ion H+ atau OH-.
Misal:
CH3COONH4 CH3COO + NH4+
CH3COO + H2O CH3COOH + OH
NH4+ + H2O NH4OH + H+
Contoh diatas, menjelaskan bahwa kedua komponen penyusun garam CH 3COO (anion dari asam
lemah) dan NH4+ (kation dari basa lemah) dapat terhidrolsis secara sempurna yang masing-masing
berurutan menghasilkan ion yang bersifat basa (OH) dan ion yang bersifat asam (H+).
Perlu untuk diketahui, bahwasanya garam dengan komponen asam kuat dan basa kuat yang
direaksikan dengan molekul air tidak akan mengalami hidrolisis, dalam arti lain reaksi tersebut
bersifat netral. Peristiwa ini dapat terjadi ketika garam yang mengandung ion logam alkali atau
ion logam alkali tanah (kecuali Be2+) dan basa konjugat suatu asamkuat (misalnya, Cl-, Br-, dan
NO3-) direaksikan dengan molekul air akan menghasilkan larutan yang bersifat netral.
Oksidasi
Oksidasi merupakan interaksi kontak langsung diantara molekul oksigen dan semua zat yang
berbeda dari benda mati hingga jaringan hidup seperti tumbuhan. Oksidasi akan terjadi ketika
kontak antara unsur radikal bebas dan udara seperti oksigen dan air. Oksidasi juga bermanfaat
untuk pembentukan aluminium yang tahan lama.
Misalnya:
Ascorbic acid + O Dehydroascorbic acid
Golongan senyawa kimia obat yang rentan terhadap oksidasi antara lain:
Golongan steroid, asam-asam lemak tidak jenuh dan senyawa obat yang
Mengandung ikatan rangkap terkonyugasi.
Proteksi degradasi oksidatif:
41
Eliminasi O:
- Gas inert
- Kemasan vakum
Penambahan antioxidant kedalam sistem sediaan
Pengaturan temperatur
Pengaturan cahaya
Hindari kontak dengan ion-ion logam berat seperti besi, cobalt dan nikel.
Isomerisasi
Isomerisasi adalah salahsatu usaha dalam menaikan angka oktan produk minyak bumi,
selain kepentingan-kepentingan lain. Sebagai contoh yang paling umum dalam isomerisasi adalah
konversi normal butana menjasi isobutana yang dapat dialkilasi mejadi hidrokarbon cair pada titik
didih gasolin serta konversi parafin menjadi isoparafin.
Polimerisasi
Polimeriasi adalah reaksi kombinasi material tak jenuh menghasilkan produk dengan berat
molekul lebih tinggi daripada sebelumnya. Dengan mekanisme ini suatu etilena atau propilena
dapat membentuk hidrokarbon dalam range gasolin. Secara umum, proses polimerisasi dapat
dibedakan menjadi; polimerisasi termal dan polimerisasi katalitik. Katalis yang banyak digunakan
dalam proses ini antara lain adalah asam sulfat (H2SO4) dan asam pospat (H3PO4)
Polimerisasi Termal
Polimerisasi termal adalah polimerisasi yang dilakukan pada tekanan tinggi tanpa adanya
katalisator. Tekanan yang digunakan untuk proses ini berada pada range 600 hingga 3000 psig,
dan temperaturnya antara 510 sampai 590oC. Secara ekonomis, proses polimerisasi termal ini
mahal dan memerlukan instalasi dan operasi yang lebih rumit dibandingkan polimerisasi katalitik.
Polimerisasi Katalitik
Polimerisasi katalitik berlangsung dengan mekanisme adanya pembentukan ester asam
dari reaksi olefin dengan katalis asam. Dua molekul ester kemudian terdekomposisi sehngga akan
terjadi regenerasi katalis asam, sedangkan residu hidrokarbon dapat bergabung membentuk
molekul yang lebih besar/polimer. Sebagai contoh polimerisasi isobutena dengan katalis asam
pospat yang berlangsung dengan mekanisme berikut:
42
Polimerisasi Katalitik menggunakan asam sulfat meliputi polimerisasi tipe asam dingin
dan polimerisasi tipe asam panas. Pada mekanisme asam dingin, kontak material dengan katalis
dilangsungkan menggunakan aliran arus balik (countercurrent flow). Pada stage kedua, asam yang
telah teregenerasi akan mengalami kontak dengan hidrokarbon dari stage pertama. Asam, dengan
isobutena yang terabsorbsi oleh cairan katalis asam dipanaskan untuk pembentukan polimer untuk
selanjutnya didinginkan. Apabila fase polimer yang telah terbentuk telah dipisahkan, katalis asam
selanjutnya dapat dipakai kembali untuk kontak dengan umpan yang mengalir selanjutnya.
Tahap absorbsi dilangsungkan pada temperatur antara 20 sampai 40oC dan tekanan yang
cukup sehingga umpan masih tetap berada dalam fasa cair. Apabila digunakan 65% asam, kirakira 90 sampai 95% isobutena dapat terabsorbsi. Polimerisasi berlangsung pada temperatur sekitar
90 sampai 105oC dan menghasilkan sekitar 75 sampai 80% dimer, disamping trimer.
Pada polimerisasi menggunakan tipe asam panas, hidrokarbon dikontakkan dengan asam
pada temperatur 75 sampai 100oC. Pada range temperatur tersebut baik n butena dan isobutena
akan terabsorbsi. Dengan waktu kontak antara 10 sampai 15 menit sekitar 85 sampai 90% C4
olefin dapat terkonversi mementuk polimer yang mengandung 90 hingga 95% oktana.
KINETIKA REAKSI:
Laju reaksi
-
Laju reaksi:
Sejumlah mol reaktan per satuan volume yang bereaksi per satuan waktu
43
L deti k
Satuan: mol
Hukum laju reaksi:
(P)
d [ R ]
dt
v=
d [ P]
dt
d [ R ]
dt
= K [R]
X: order reaksi
K: konstanta laju reaksi
Nilai order dan konstanta laju reaksi ditetapkan melalui percobaan.
Orde reaksi
0, 1, 2, ..., pecahan, pseudo, campuran dan negatif.
Hukum persamaan laju reaksi menurut ordernya:
A Produk
A + B + dst produk
...
...
v = k [A]
v = k [ A] [B]
Untuk keperluan estimasi tingkat degradasi suatu sediaan obat, order raksi yang penting
44
v = k [ A ] [ B ] , ...
Maka: v = k [ A ] [ B ]
...
reaksi order ke 2
Bila [ B ] dibuat tetap, maka laju reaksi hanya dipengaruhi oleh perubahan [ A ] ,
...
v = k [ A ] , ...
+
H
, memperlihatkan kinetika order
[ sukrosa ]
hidrolisis sukrosa = 2.
Bila hidrolisis berlangsung dalam larutan yang dibufer berarti nilai
+
H
produk, maka v = k
OH
OH
, dimana kinetika order hidrolisis ampisilin memperlihatkan order ke 2. Bila hidrolisis
[ Amp ]
OH
45
dc
dt
= kC
dc
dt
...
= kC
, dimana C:
[ Reaktan ] ; x:
dC
dt
dC
C
= -k
dt C t
dC
dt
= C0
=k
d C = -kdt
kt
Reaksi orde 1:
dC
dt
= k C ...
dC
dt
dC
C
= -k
dC
dt
dt In Ct
dC
dt
=kC
dC
C
= -kdt
InC 0kt
Reaksi orde 2:
dC
dt
dC
dt
=k C
disusun menjadi
dC
C2
dC
dt
2
=k C
dC
C2
= - kdt
46
t0
dC
C2
= -k
t0
dt ...
( 1C ) - ( 1C )
t
=- kt atau
1
Ct
1
C0
+ kt
Penetapan orde reaksi dan konstanta laju reaksi (harus) melalui percobaan:
Metode:
Metode laju reaksi awal / dan dikombinasi dengan metode isolasi/pseudo order reaksi.
Metode integrasi ( mencocokkan hasil pengolahan data percobaaan dengan persamaan laju
reaksi yang sesuai).
N 2 (g ) +2 H 2 (g) ,
...
v=k
[ H2]
[ NO ] , x =?
Dan y = ?
(penyelesaianna harus melalui percobaan)
Data percobaan:
Percobaan
p(H 0
1.
53,3 kPa
p(NO 0
V reaksi
20,0 kPa
1
0,035 kPa det
2.
53,3 kPa
40,0 kPa
1
0,140 kPa det
3.
19,6 kPa
53,3 kPa
1
0,091 kPa det
4.
39,2 kPa
53,3 kPa
1
0,182 kPa det
47
[ H 2 ] :ie . [ H ]
v = k [ H ]
percobaan 1 vs 2:
log 0,035 = logk + xlog53,3 + ylog20
log 0,140 = logk + xlog53,3 + ylog40 0,602=0,301 y y =2
Percobaan 3 vs 4:
log 0,091 = logk + xlog 19,6 + ylog53,3
log 0,182 = logk + xlog39,2 + ylog53,3 - 0,301 = - 0,301 x x =1
6
Laju suatu reaksi yang terdiri dari beberapa tahap reaksi dasar, biasanya dijelaskan dengan
mengunakan mekanisme dari masing-masing tahap reaksi tersebut.
Tidak semua tahap mempengaruhi laju reaksi, ... tapi hanya reaksi dasar yang paling lambat yang
akan mempengaruhi laju reaksi.
Contoh : reaksi yang mekanisme melalui beberapa tahap, seperti berikut ini.
1.
2 NO (g)
2.
N 2 O2 (g) +
3.
N 2 O(g) +
N 2 O2 (g)
H 2(g )
N O2(g )+ H O(g)
(lambat)
Jadi tahap reaksi yang menentukan laju reaksi keseluruhan adalah reaksi tahap -2, yang laju
reaksinya: v = k thp2
[ N O ][ H ] .
48
[ N O ] = K 1 [ NO ]
[ Br 2 ]
[ NO ]
( mol L1 )
( mol L1 )
v reaksi
( mol L1 det1 )
1.
0,2
0,1
48
2.
0,2
0,2
96
3.
0,2
0,3
144
4.
0,3
0,1
108
[ NO ] tetap v [ Br 2 ] ,
[ Br 2 ]
dibuat 2x v = 2x
[ Br 2 ]
dibuat 3x v = 3x
Jadi Y = 1
[ Br 2 ]
tetap
1,
v [ NO ] , ... bila
[ NO ] =1,5 x v =2,25 x 2,25= 5)
Jadi X = 2
49
+ log [ Br 2 ]
{( NH 2 ) CO }
( NH 4 CNO ) dalam larutan aquous ( C=0,381M) pada suhu 65C adalah sebagai
berikut:
t (menit):
Ct (M)
20
:
0,3817
50
75
0,267 0,1869
165
0,1491
0,0861
Tetapkan order reaksi dan hitung nilai konstanta laju reaksi.
NH 4 CNO ( NH 2) CO
V=k
-
[ NH 4 CNO ]
, ...
x=?
InC 0 kt
50
1
1
= +kt
Ct C0
1
Ct
Plot
Menetapkan nilai waktu paruh () dan umur simpan (nilai t 90 ) untuk reaksi-reaksi order
ke nol dan ke satu.
Reaksi order ke nol:
Ct = Co kt
t=
CoCt
k
t =
Co0,5 Co 0,5 Co
=
k
k
t =
0,5 Co
k
t 90=
Co0,9 Co
k
t 90=
0,1 Co
k
t =
InCoInCt
k
InCo 0,5 Co
k
t 90 =
InCo 0,9 Co
k
...
...
t =
2
k
t 90=
...
1,1111
k
t =
...
0,693
k
t 90 =
0,105
k
51
Sediaan aspirin dalam larutan (pH 2,5) dengan konsentrasi awal = 0,30%
g
100 mL
memperlihatkan kinetika degradasi order ke satu dan konstanta laju degradasi pada suhu kamar =
7
1
9.7 x 10 det
. Berapa konsentrasi aspirin setelah penyimpanan 7 minggu. Selanjutnya hitung
t dan
t 90 sediaan aspirin masing-masing dalam sediaan larutan dan suspensi. Dosis sediaan
g
100 mL . Diketahui kelarutan aspirin = 0,33
g
100 mL .
Dalam sediaan larutan, ... order ke satu
t =
t 90=
0,693
k
0,105
k
,...
,...
k:order 1
k:order 1
t 90=
0,5Co
,...
k
0,1 C o
, ...
k
k:order 0
k:order 0
K order 0 tidak diketahui (dalam soal), tapi dapat dihitung dengan menggunakan prinsip pseudo
order.
Kinetika degradasi sediaan larutan ( di buffer) suspensi:
v = k ord 1 [ asp ] ds v= k ord 0
52
0,5Co
k
t =
t 90=
0,1 Co
k
t =
t 90=
0,5 (1,0)
( 9,7 x 107 ) ( 0,33 )
0,1( 1,0)
( 9,7 x 107 ) ( 0,33 )
0,5
3,2 x 107
= 18 hari
= 3,6 hari
Konsentrasi
Luas permukaan
Suhu
Katalisator
Pelarut
Konstanta dielektrik
Cahaya
k = A . e - RT
k rate constant
A Arrhenius constant
Ea activation energy
R gas constant
T temperature
activation
activation
energy
energy
reactants
products
53
energy
released
reactants
energy
products
absorbed
Reaction Productss
Reaction Progress
Exothermic
Endothermic
reaction
reaction
contoh:
Transition State
Gt
Reactants
Reaction Coordinate
products
54
3 Br
HOC H
Reaction :
+ CH 3 Br
HO
Faktor/konstanta Arrhenius A dalam teori tabrakan antar molekul, bergantung pada frekuensi
tabrakan (f) an probabilitas (P) bahwa tidak semua tabrakan memberikan hasil reaksi . A = f P
*). Konstanta laju dekomposisi sulfacetamida dalam sediaan larutan (pH=7,4) pada suhu 80C =
7
1
3,25 x 10 det
1
1
1
dengan Ea = 95,81 kj mol . Diketahui R =8,314 JK mol .
k ( 298 )=4,995 x 10
t 90 =
0,105
k
K1 mol1 .
det 1
Reaksi enzimatis
55
With enzyme
Change in free energy (G)
Free energy
Energy of reactants
(G)
Energy of products
Progress of reaction
E +S ES P +E
v=
k [ E ]0 [ S ] 0
[ S ] 0 + Km
(Hk. Michaelis-Menten)
maka: V max = k [ E ] 0
v=
V max [ S ]0
[ S ]0 + Km
1
1
=
v v max
Ploting
1
v
vs
Km
v max
1
[ S0]
1
[ S0]
(persamaan Lineweaver-Burk)
Km
sebagai slope
v max
1
v max
Bila [ E ] 0 diketahui.
56
*). Fumarate + HO
L-malate
4
1
fumarate=1,24x 10 mol L ;
enzim
6
1
fumarase=1,05x 10 mol L ,
konstanta
6
Michaelis=1,85x 10 mol L
*). Laju awal dekomposisi
;
2
2,67x 10
; dan 6,0 x
10
det
0,01; 0,02;
8
Dan 0,05M. Konsentrasi enzim katalase = 4,0 x 10 M.
*). Dekomposisi
3+
menunjukkan reaksi
order
Dan laju dekomposisinya ditetapkan secara permanganometri. Setiap selang waktu 5 menit,
Sebanyak 10 mL
O4
0,0200 M dalam suasana asam secara duplo. Volume rata-rata titran KMn O4
pada titik
akhir
Titrasi adalah sebagai berikut: nol menit =10,60mL; 5 menit =8,25 mL; 10 menit= 6,42 mL;
15
Menit= 5,0 mL; 20 menit= 3,90 mL.
57
Karena konsentrasi
H 2 O2
yang
ekivalen dengan
10 mL H 2 O2 , maka dapat berlaku Ln= Ln V-Kt.
Hitung konstanta laju dekomposisi HO dan t nya.
*). Laju pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus (dalam satuan media) selama fase
Pertumbuhan exponensial menunujukkan = 9,24 x
103
( tg )
Bakteri tersebut. t g : waktu yang diperlukan mikroorganisme untuk melipatgandakan
populasinya (yakni menjadi double).
58