Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Kelompok 1
Kelas C
Achmad Raafi A.
200110130403
Nandar Ridwan N.
200110140177
Rismayanti
200110140179
Hizbi M. Zulfan A.
200110140190
Syifa Fauziyah
200110140246
Sindy Belamita
200110140251
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk yang kian meningkat tajam serta meningkatnya
jumlah pendapatan mengakibatkan permintaan akan bahan pangan hasil ternak juga
ikut meningkat. Peningkatan ini mengakibatkan jumlah populasi ternak juga ikut
bertambah juga pakan yang akan diberikan harus tersedia. Ternak yang dipelihara
untuk mencapai produktivitas optimal dicapai dengan pemberian pakan yang baik
sesuai kebutuhan ternaknya, selain dari kualitas genetik ternak tersebut.
Selain itu, luas lahan yang semakin sedikit serta musim yang terjadi di Indonesia
menyebabkan kurang tersedianya pakan bagi ternak. Pada saat musim hujan, pakan
berlimpah karena tanaman pakan tumbuh dengan subur. Sedangkan pada saat musim
kemarau, pakan berkurang dan menjadi kurang ketersediannya bagi ternak. Akibatnya
perlu adanya pemanfaatan bahan atau material dari ikutan produk pertanian yang
dapat diolah menjadi pakan konsentrat. Dengan proses pengolahan, bahan ikutan
produk hasil pertanian yang berkualitas rendah menjadi berkualitas baik jika
diberikan kepada ternak. Oleh karena itu, makalah ini berisi teknologi pengolahan
konsentrat yang dilakukan secara fisik.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui proses pengolahan konsentrat secara fisik dengan pengolahan
kering dingin.
2. Mengetahui proses pengolahan konsentrat secara fisik dengan pengolahan
kering panas.
3. Mengetahui proses pengolahan konsentrat secara fisik dengan pengolahan
basah panas.
1.3 Kegunaan
Makalah ini berguna untuk mengetahui teknologi pengolahan konsentrat secara
fisik dengan cara pengolahan kering dingin, pengolahan kering panas, dan
pengolahan basah panas.
II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengolahan Konsentrat
Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan
lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan
untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen atau pakan lengkap. Konsentrat
bertujuan sebagai makanan ternak penguat yang kaya karbohidrat dan protein seperti
jagung, bekatul dan bungkil-bungkilan. Konsentrat digunakan terutama pada saat
pertumbuhan, pada masa kebuntingan maupun saat menyusui bagi induknya
(Anggorodi, 1979)
Konsentrat sumber protein dapat diperoleh dari hasil samping penggilingan
berbagai biji-bijian, bahan pakan sumber protein hewani, dan hijauan sumber protein,
sedangkan konsentrat sumber energi dapat diperoleh dari dedak dan biji-bijian seperti
jagung. Bahan pakan penguat ini meliputi bahan makanan yang berasal dari bijibijian seperti jagung giling, menir, bulgur, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan
berbagai umbi. Fungsi pakan penguat ini adalah meningkatkan dan memperkaya nilai
gizi pada bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah. Sapi yang sedang tumbuh
ataupun yang sedang dalam periode penggemukan harus diberikan pakan penguat
yang
cukup,
sedangkan
sapi
yang
digemukkan
dengan
sistem dry
lot
fattening justru sebagian besar pakan berupa pakan berbutir atau penguat (Hartadi,
dkk 1997).
Dari segi ilmu nutrisi, konsentrat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu konsentrat
sumber protein dan konsentrat sumber energi. Konsentrat dikatakan sebagai sumber
energi apabila mempunyai kandungan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar
18%, sedangkan konsentrat dikatakan sebagai sumber protein karena mempunyai
kandungan protein lebih besar dari 20%.
3. Pengawetan
Pengolahan dapat digunakan untuk tujuan pengawetan sehingga dapat
mempertahankan kualitas dari bahan pakan.
4. Untuk meningkatkan palatabilitas
Palatabilitas pakan dapat ditingkatkan melalui proses pengolahan pakan yang
sesuai dengan jenis, umur dan fase hidup ternak.
5. Untuk meningkatkan efisiensi pakan
Peningkatan kualitas pakan melalui proses pengolahan akan meningkatkan
produktivitas ternak yang mencerminkan peningkatan efisiensi pakan (Patthack,
1997).
2.3 Pengolahan Fisik
Pengolahan fisik merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui proses atau
perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan mengalami
penurunan kandungan air. Besarnya temperatur dan lama proses pengolahan harus
diperhatikan untuk mencegah hal-hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
III
PEMBAHASAN
3.1 Pengolahan Konsentrat Kering Dingin dengan Penggilingan (Hammer
Milling)
Proses pengolahan konsentrat secara kering dingin adalah dengan menggunakan
mesin. Mesin harus tahan panas, sehingga jika gesekan mesin terlalu panas
dibutuhkan pendingin agar bahan konsentrat dapat diolah dengan sempurna dan
mesin harus dilengkapi dengan pendingin tersebut. Salah satu pengolahan secara
kering dingin adalah penggilingan dengan hammer mill. Proses penggilingan pada
bahan pakan untuk konsentrat bertujuan untuk merubah ukuran atau bentuk bahan.
Biasanya dilakukan pada bahan konsentrat yang berupa biji-bijian seperti jagung.
Bijian digiling agar menghasilkan bentuk yang lebih kecil sehingga mempermudah
pemberian pakan pada ternak.
Grinding (penggilingan) adalah pengolahan pakan dengan cara memperkecil
partikel-partikel bahan sehingga dapat meningkatkan luas permukaan bahan. Ukuran
partikel yang diperoleh sesuai dengan ukuran saringan yang dipakai pada mesin
grinder. Tipe mesin grinder yang biasa dipakai adalah : diskmill, hammermill dan
rollermill. Perbedaan ketiga tipe mesin yang digunakan terletak pada bentuk dan cara
penghancuran bahan. Diskmill mempunyai alat penghancur berupa lempengan yang
dapat menggerus dan mengoyak bahan pakan sehingga hancur. Hammer mill
berbentuk palu yang memukul bahan pakan sehingga hancur sedangkan rollermill
berbentuk silinder yang menekan bahan pakan (Patthack, 1997).
Manfaat
a. Jenis bahan baku, semakin besar ukuran partikel bahan baku, maka waktu
yang digunakan untuk menggiling juga semakin lama.
b. Keterampilan operator, dalam memasukkan bahan baku ke corong harus
sedikit demi sedikit untuk menghindari macetnya mesin penggiling, jika
terlalu banyak bahan baku yang masuk dan macet, perlu membutuhkan waktu
untuk mengaturnya kembali. Kemacetan yang terjadi di dalam ruang pencacah
ini dapat dikarenakan bahan yang dimasukkan terlalu banyak sedangkan ruang
penggilingan tidak mampu atau kesulitan untuk menampung bahan yang
digiling sehingga terjadi penumpukan di ruang penggilingan, oleh karena itu
bahan yang dimasukkan tidak boleh terlalu banyak. Dengan mengatur katup
mesin, bahan baku dapat masuk secara teratur sesuai dengan yang dinginkan.
c. Kecepatan putaran mesin (rpm), semakin besar rpm yang digunakan maka
semakin besar energi yang dibutuhkan. Kemudian jika rpm putaran mesin
terlalu kencang sehingga bahan sulit masuk ruang penggilingan dan terpental
keluar sehingga waktu yang diperlukan untuk penggilingan menjadi lebih
lama.
d. Ukuran diameter silinder dan jumlah palu. Ukuran diameter silinder dan
jumlah palu yang yang sesuai memberikan kinerja mesin yang optimal.
Besarnya tumbukan dapat meningkat dengan meningkatkan kecepatan palu.
drum yang berputar di antara api, kadar air berkurang tanpa adanya pemekaran.
Ekstruksi dapat dilakukan dengan waktu pendek dan temperatur tinggi, waktu
panjang temperatur rendah, pressure cooking extruders atau dry extruction cooker.
Tujuan pengolahan biji-bijian adalah untuk gelatinisasi pati sehingga pati nantinya
akan mudah menyerap air agar mudah dicerna. Gelatinisasi pati ditentukan oleh
kombinasi antara kelembaban, panas, energi mekanik, dan tekanan (Fahrenholz,
1996).
Roasting adalah teknik mengolah bahan makanan dengan cara memanggang
bahan makanan dalam bentuk besar didalam oven. Roasting bentuk seperti oven.
Sumber panasnya berasal dari kayu bakar, arang, gas, listrik, atau micriwave oven.
Waktu meroasting sumber panas berasal dari seluruh arah oven. Selama proses
meroasting berjalan, harus disiram lemak berulaang kali untuk memelihara
kelembutan daging dan unggas tersebut.
3.3 Pengolahan Konsentrat Basah Panas dengan Pelleting
Pelleting merupakan salah satu metode pengolahan pakan secara fisik yang
banyak diterapkan di industri pakan unggas, khususnya ayam. Ayam merupakan
ternak yang bersifat selektif terhadap pakan, yaitu cenderung memilih bahan pakan
yang disukai. Ayam menyukai pakan berbentuk biji-bijian (grains) terkait dengan
morfologi sistem pencernaannya, yaitu memiliki paruh untuk mematuk dan gizzard
sebagai lokasi pencernaan secara mekanik. Pellet merupakan bentuk bahan pakan
yang dipadatkan sedemikian rupa dari bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan
untuk mengurangi sifat keambaan pakan. Keambaan pakan yang diolah menjadi
pellet berkurang karena densitasnya meningkat. Pellet yang memiliki densitas tinggi
akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang tercecer, serta
mencegah de-mixing yaitu peruraian kembali komponen penyusun pellet sehingga
konsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan standar (Stevens,1987).
sangat mempengaruhi durabilitas dan kekerasan pellet. Pakan yang terbuat dari isolat
protein kedelai dan jagung dijadikan pellet dengan dan tanpa steam conditioning.
Pregelatinisasi dan denaturasi protein menghasilkan PDI (pellet durability index) 70
sedangkan PDI pellet berbahan dasar mentah hanya sebesar 19. Protein berperan
penting bagi peningkatan durabilitas pellet. Namun perusahaan pakan pada umumnya
menekankan pada penggunaan gelatin pati untuk meningkatkan durabililitas pellet
karena pati lebih murah daripada protein.
Dikatakan
bahwa
gelatinisasi
pati
disebabkan
oleh
penguapan
(steam
conditioning), tetapi hasil Stevens (1987) tentang gelatinisasi dalam 100% ransum
berbahan dasar jagung justru membuktikan fakta yang berkebalikan dengan opini
umum. Menurut Stevens (1987), 58,3% pati tergelatinisasi saat ransum mengalami
proses pelleting kering dan 25,9% pati tergelatinisasi saat ransum mengalami steam
conditioning hingga 80oC. Dari hasil penelitian tersebut diduga bahwa proses
shearing secara mekanik dalam die (cetakan) alat pellet menyebabkan panas sehingga
terjadi gelatinisasi. Efek pembasahan dari uap menurunkan panas dalam die sehingga
menurunkan gelatinisasi.
Bungkil kedelai yang diolah secara mekanik (mechanically expelled soybean
meal) juga merupakan bahan pakan tinggi minyak. Dibandingkan dengan bungkil
kedelai yang diolah dengan ekstraksi solvent (solvent-extracted soybean meal),
bungkil kedelai mekanik mengandung 5% minyak lebih banyak sehingga banyak
digunakan dalam industri pakan. Bungkil kedelai jenis ini menghasilkan pellet
dengan kepadatan tinggi, artinya durabilitas lebih tinggi sehingga tidak mudah
hancur saat pengangkutan (Briggs dkk, 1999).
IV
KESIMPULAN
1. Pengolahan konsentrat kering dingin dapat dilakukan dengan cara
penggilingan dengan hammer mill.
2. Pengolahan konsentrat kering panas dapat dilakukan dengan cara
pemanggangan (roasting) dengan menggunakan oven.
3. Pengolahan konsentrat basah panas dapat dilakukan dengan cara pelleting.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi. R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Dasar Umum. Gramedia. Jakarta.
Behnke, K.C. 1994. Factors Affecting Pellet Quality. Maryland Nutrition Conference,
Department of Poulty Science and Animal Science, University of Maryland.
Briggs, J.L. D.E. Maier, B.A. Watkins, dan K.C. Behnke. 1999. Effect of ingredients
and processing parameters on pellet quality.
Fahrenholz, C. 1996. Cereal Grains and By-Products: What's in Them and How Are
They Processed? (halaman 57-70). SmithKline Beecham, Pennsylvania.
Hartadi, S., S. Reksodihadiprodjo, A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk
Indonesia, UGM Press, Yogyakarta.
Patthack, N. 1997. Textbook of Feed Processing Technology. Vikas Pub. House PVT.
Ltd., New Delhi.
Pujaningsih, R. I. 2011. Teknologi Pengolahan Pakan. Modul kuliah. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Stevens, C. A. 1987. Starch gelatinization and the influence of particle size, steam
pressure and die speed on the pelleting process. Ph.D.Dissertation. Kansas State
University, Manhattan, KS.