JAWA BARAT BAGIAN SELATAN SEBAGAI PUSAT KEGIATAN NASIONAL (PKN) DAN PUSAT
KEGIATAN WILAYAH (PKW)
Oleh : Prof. Dr. Ir. Drs. H. M. GUNTORO, MM *)
Kajian Kebijakan
dan Perencanaan
Kajian Tentang
Lingkungan dan Tata
Ruang
Kebijakan Prioritas
Analisis Kelayakan
Ekonomi Kebijakan
Prioritas
TAHAP II
AMK
TAHAP III
Producer Surplus
Consumer Surplus
NPV
BCR
EIRR
Kesimpulan
Threat
Diversification
Turnaround
Offence
Opportunity
Defence
Weakness
Gambar 2: Ilustrasi Pendekatan SWOT
Dalam proses analisisnya sebagai berikut:
a.
Melakukan analisis tentang kemampuan diri sendiri baru melihat slot partisipasi dalam
peta lingkungan sekitar. Analisis yang digunakan beralur SWO-T.
b.
Melakukan analisis tentang slot partisipasi dalam peta lingkungan sekitar yang
diinginkan, baru kemudian menilai kemampuan diri sendiri. Analisis yang digunakan
beralur O-T-S-W.
Setelah tahap pertama selesai dengan didapatnya beberapa kebijakan pembangunan Jabar
Selatan, maka diperlukan analisis kebijakan prioritas yang perlu mendapat dukungan utama
untuk diselesaikan terlebih dahulu.
Pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas ini ditemukan masalah yang komplek
yaitu masalah yang multiobjektif dan multikriteria tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan
banyak terdapat kriteria yang berperan dalam penentuan prioritas. Dalam studi ini,
penentuan skala prioritas dengan menggunakan metode Analisis Multi Kriteria (AMK).
AMK menggunakan model hirarki yang terdiri dari tujuan, kriteria dan beberapa subkriteria
serta alternatif untuk masing-masing permasalahan atau keputusan. AMK didasarkan atas
empat prinsip dasar yaitu dekomposisi (decomposition), penilaian kriteria dan alternatif
(comparative judgements), penentuan prioritas (synthesis of priority) dan konsistensi logis.
AMK memperhitungkan pembobotan setiap kriteria secara konsisten sehingga dapat
diketahui kriteria mana yang paling berperan untuk mengoptimalkan tujuan. Pembobotan
kriteria pada AMK dilakukan dengan menggunakan matriks perbandingan berpasangan
(pairwise comparison).
Dengan didapatnya kebijakan prioritas, maka dilakukan analisis kelayakan ekonomi terhadap
kebijakan prioritas tersebut yang merupakan analisis tahap ketiga. Metoda pendekatan pada
tahap kedua adalah dengan melihat kondisi jaringan jalan, lalu lintas dan tata guna lahan.
Dengan analisis ketiga aspek tersebut kemudian dibandingkan antara kondisi tanpa adanya
peningkatan jalan dan dengan adanya pembangunan jalan sebagaimana Gambar 3.
ANALISIS
KONDISI JALAN
KONSEP PENGEMBANGAN
SISTEM JARINGAN JALAN
(Sistranas. Sistrawil, dll)
ANALISIS
LALULINTAS
ARUS
LALULINTAS
SAAT INI
KONDISI JARINGAN
JALAN EKSISTING (IRMS)
ANALISIS TATA
GUNA LAHAN
ARUS
LALULINTAS
POTENSIAL
TATA GUNA
LAHAN
EKSISTING
KEBUTUHAN
PERGERAKAN SAAT INI
PERTUMBUHAN
LALULINTAS
BANGKITAN
PERGERAKAN
PERUBAHAN TATA
GUNA LAHAN
KEBUTUHAN PERGERAKAN
MASA YANG AKAN
DATANG
ASPEK
TEKNIS
KONDISI TANPA
PENINGKATAN JALAN
ANALISIS MANFAAT
ANALISIS EKONOMIS
C4
St
St
C3
Sf
C3
C2
C2
C1
Q1
Q2
C1
C2
=
=
C2
C3
C3
C4
=
=
=
Konsep pendekatan consumer surplus adalah adanya pengurangan harga yang dikeluarkan
oleh konsumen untuk memperoleh/menggunakan produk tertentu. Selisih harga awal
dengan harga baru yang harus dikeluarkan merupakan penghematan (savings) bagi
konsumen, sementara itu sesuai dengan fungsi (kurva) demand-nya maka akan terdapat
penambahan volume. Sehingga manfaat total adalah perkalian jumlah volume baru dengan
selisih harga yang terjadi. Keuntungan tersebut dapat dilihat pada gambar 5.
Harga
(Price)
Kurva Demand
P
P
N
M
Q1
Q2
Volume (Quantity)
Gambar 5: Keuntungan Pembangunan Jalan dan Jembatan dari Perubahan Consumer Surplus
3. HASIL ANALISIS
A.
TAHAP PERTAMA
Dari hasil Analisis SWOT didapat beberapa kebijakan yang harus dilaksanakan untuk
memacu perkembangan di Jawa Barat Bagian Selatan, yaitu:
a. Kebijakan pengembangan sumber daya lahan
Peningkatan produktivitas lahan dan aktivitas budidaya secara optimal dengan
tetap memperhatikan fungsi kawasan lindung yang telah ditetapkan.
Mengembangkan klaster sebagai pusat-pusat pengembangan komoditas
unggulan.
b. Kebijakan pengembangan sektor pertanian
Pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan, perkebunan,
peternakan dan perikanan sebagai produk aneka dari agribisnis terpadu yang
berorientasi ekspor dan substansi impor yang dapat meningkatkan kualitas SDM
dan menyerap tenaga kerja.
Meningkatkan investasi yang mendukung pengembanagn komoditas unggulan.
4
B.
TAHAP KEDUA
Pada analisis tahap kedua dilakukan penentuan kebijakan prioritas untuk segera
dilaksanakan. Dengan metoda AMK didapat kebijakan yang prioritas untuk segera
dilaksanakan yaitu Kebijakan pengembangan jaringan jalan, sebagaimana terlihat pada
tabel 1.
Bobot
Global
(B)
Kriteria
Kebijakan
Keb.1
Keb.2
Keb.3
Keb.4
Keb.5
Keb.6
Nilai
(N)
Bx
N
Nilai
(N)
Bx
N
Nilai
(N)
Bx
N
Nilai
(N)
Bx
N
Nilai
(N)
Bx
N
Nilai
(N)
Bx
N
Biaya murah
0.18
8.00
1.44
7.00
1.26
6.50
1.17
7.00
1.26
5.50
0.99
5.50
0.99
Pengembangan ekonomi
0.20
4.50
0.90
6.50
1.30
7.00
1.40
7.00
1.40
6.00
1.20
8.50
1.70
0.15
6.00
0.90
7.50
1.13
6.00
0.90
8.50
1.28
6.50
0.98
6.50
0.98
0.18
7.00
1.26
8.00
1.44
5.00
0.90
7.50
1.35
5.00
0.90
7.00
1.26
0.29
6.50
1.89
7.00
2.03
6.50
1.89
7.50
2.18
6.50
1.89
9.50
2.76
Jumlah
1.00
Rangking
Keterangan:
Keb.1 = Kebijakan
Keb.2 = Kebijakan
Keb.3 = Kebijakan
Keb.4 = Kebijakan
Keb.5 = Kebijakan
Keb.6 = Kebijakan
C.
6.39
pengembangan
pengembangan
pengembangan
pengembangan
pengembangan
pengembangan
7.16
3
6.26
7.46
5.95
6
7.68
1
TAHAP KETIGA
Dari analisis pembobotan yang dilakukan maka kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah
pengembangan jaringan jalan. Jaringan jalan yang baik merupakan prasyarat dalam
pengembangan pembangunan wilayah maupun sekaligus faktor penting untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang memungkinkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dalam kerangka makro-ekonomi, jaringan jalan merupakan tulang punggung perekonomian
nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Sarana transportasi
memegang peranan vital dalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah
satu dengan daerah yang lain. Dengan demikian diharapkan dengan pengembangan jaringan
jalan maka kebijakan-kebijakan lainnya dapat berjalan dengan baik.
Dari hasil perhitungan producer surplus dan consumer surplus, dapat disimpulkan besarrnya
nilai ekonomi yang didapat pada masing-masing ruas jalan seperti yang tertera pada tabeltabel berikut.
Tabel 2: Besarnya Nilai Parameter Ekonomi pada Pendekatan Producer Surplus dan Consumer
Surplus Ruas Cibareno Surade
Measures of Economic Feasibility
Net Present Value - NPV (RP. Billion)
Benefit Cost Ratio BCR
Economic Internal Rate of Return - EIRR (%)
Discount Rate
30%
50%
90%
534,89
712,53
21%
Tabel 3: Besarnya Nilai Parameter Ekonomi pada Pendekatan Producer Surplus dan Consumer
Surplus Ruas Ujung Genteng Surade
Measures of Economic Feasibility
Net Present Value - NPV (RP. Billion)
Benefit Cost Ratio BCR
Discount Rate
40%
60%
90%
4312,27
5102,26
20%
Tabel 4: Besarnya Nilai Parameter Ekonomi pada Pendekatan Producer Surplus dan Consumer
Surplus Ruas Surade - Sindangbarang
Measures of Economic Feasibility
Net Present Value - NPV (RP. Billion)
Discount Rate
5%
10%
20%
589.020,7 192.709,5
3,63
-28.880,5
2,03
0,80
17,00
Tabel 5: Besarnya Nilai Parameter Ekonomi pada Pendekatan Producer Surplus dan Consumer
Surplus Ruas Sindangbarang - Pameungpeuk
Measures of Economic Feasibility
Net Present Value - NPV (RP. Billion)
Benefit Cost Ratio BCR
Discount Rate
30%
40%
50%
111.495,1
27.162,4
-5.038,9
2,28
1,37
0,92
47,00
Tabel 6: Besarnya Nilai Parameter Ekonomi pada Pendekatan Producer Surplus dan Consumer
Surplus Ruas Pameungpeuk - Cimerak
Measures of Economic Feasibility
Net Present Value - NPV (RP. Billion)
Discount Rate
70%
80%
90%
1.214,7
1.755,2
2.574,5
1,03
1,05
1,08
19 %
Tabel 7: Besarnya Nilai Parameter Ekonomi pada Pendekatan Producer Surplus dan Consumer
Surplus Ruas Cimerak - Kalipucang
Measures of Economic Feasibility
Net Present Value - NPV (RP. Billion)
Benefit Cost Ratio BCR
Economic Internal Rate of Return - EIRR (%)
Discount Rate
60%
80%
100%
101.307,2
49.235,0
72.591,4
478,84
318,56
593,59
19%
4. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah pengembangan jaringan jalan baik pada
jalur horizontal maupun vertikal. Diharapkan dengan pengembangan jaringan jalan maka
kebijakan-kebijakan lainnya dapat berjalan dengan baik.
Strateginya yaitu menyelesaikan pembangunan/peningkatan jalan jalur horizontal Jabar
Selatan mulai dari perbatasan Jawa BaratBanten sampai dengan Jawa BaratJawa
Tengah serta jalur vertikal antara utara dan selatan.
b. Dari analisis ekonomi di atas terlihat bahwa setiap ruas jalan di Jawa Barat Selatan
sangat layak untuk dilaksanakan. Hal ini terlihat dari:
Nilai Net Present Value (NPV) lebih besar dari 0
Nilai Benefit Cost Ratio (BCR) lebih besar dari 1
Nilai Economic Internal Rate of Return (EIRR) berada di atas suku bunga yang
berlaku