LP OKSIGENASI Fikka Amalia Print

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

Oksigenasi

A.Pengertian
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup
O2 setiap kali bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan
oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah,
Tarwoto 2003).
Fisiologi jantung mencakup pengaliran darah yang membawa oksigen
dari sirkulasi paru ke sisi kiri jantung dan jaringan serta mengalirkan darah
yang tidak mengandung oksigen ke sistem pulmonar.
Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan oksigennya. Pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan
dengan pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan masker,
fisioterapi dada ,dan cara penghisapan lendir(suction). Tujuan pemberian
oksigenasi adalah : untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada
jaringan, untuk menurunkan kerja paru-paru dan untuk menurunkan kerja
jantung.

B. ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
1) Faktor predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit

alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit


alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain
itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2) Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi.
Ingestan, yang masuk melalui mulut
contoh: makanan dan obat-obatan
Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
contoh: perhiasan, logam dan jam tangan
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga.
Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami

stress/gangguanemosi

perlu

diberi

nasehat

untuk

menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi


maka gejala asmanya belum bisa diobati.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi
lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah

menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya


terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut

C. Tanda dan gejala / manifestasi klinis


a. Stadium Dini
-Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
2) Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
3) Whezing belum ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
6) BGA belum patologis
-Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Whezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2
b. Stadium Lanjut/Kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4) Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan
kiri

Adapun Tanda dan Gejala yang lain

Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop


Batuk produktif, sering pada malam hari
Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang
Sesak napas
Sesak dada
Batuk berlebihan atau batuk yang membuat terjaga di malam hari

D. Patofisiologi dan Pathway


Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos
bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum
adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di
udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan
cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar
dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka
antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan

berbagai

macam

zat,

diantaranya

histamin,

zat

anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor


kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan
adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus
yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang
selama ekspirasi dari pada selama inspirasi karena peningkatan tekanan
dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus.
Karena

bronkiolus

sudah

tersumbat

sebagian,

maka

sumbatan

selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan


obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi
sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat
meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara
ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tes untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung.
EKG
Exercise stress test
b. Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah.
Echocardiography
Kateterisasi jantung
Angiografi
c. Tes untuk mengetahui ventilasi dan oksigenasi

Tes fungsi paru paru dengan spirometri.


Tes astrup
Oksimetri
Pemeriksaan darah lengkap.
d. Melihat struktur system pernapasan
X- Ray thoraks
Bronkhoskopi
CT scan paru
e.

Menentukan sel abnormal/ infeksi system pernapasan


Kultur apus tenggorok
Sitologi
Specimen sputum (BTA)

F. Penatalaksanaan
1. Kaji kebutuhan terapi oksigen dan klarifikasi instruksi terapi.
2. Persiapkan klien dan keluarga
Bantu pasien dalam posisi semi fowler jika memungkinkan,
jelaskan

pada

klien

bahwa

oksigen

akan

mengurangi

ketidaknyamanan akibat dispnea dan tidak menimbulkan bahaya


jika petunjuk keamanan di perhatikan.
3. Persiapkan peralatan oksigen
4. Putar kenop oksigen hingga diperoleh kecepatan aliran yang
sesuai dengan instruksi dan pastikan peralatan berfungsi dengan
baik.
a. Pastikan oksigen mengalir dengan bebas melalui
slang dan anda dapat merasakan oksigen keluar
dari kanula nasal
b. Atur kecepatan aliran oksigen sesuai dengan
terapi yang di rekomendasikan.
5. Pasang kanula nasal pada wajah klien dengan lubang kanula
masuk ke dalam hidung dan karet pengikat melingkar kepala
klien
6. Fiksasi kanula nasal menggunakan plaster
7. Gunakan kasa sebagai alas karet pengikat pada area telinga dan
tulang pipi jika perlu.
8. Lakukan evaluasi umum pada klien dalam 15-30 menit pertama
bergantung pada kondisi klien. Selanjutnya lakukan evaluasi

umum secara teratur yang meliputi pepengkajian tingkat


kemasan kemudian bernafas ketika alat di pasang TTV;pola
nafas;pergerakan dada;warna kulit;kuku;bibir;telinga;membran
mukosa hidung mulut dan faring tanda hipoksia
9. Kaji adanya iritasi pada lubang hidung klien dan berikan peluas
pada membran mukosa jika perlu.
10. Inspeksi peralatan secara teratur.
11. Dokumentasikan hasil pengkajian terapi yang di berikan dan
data yang relevan dalam dokumentasi keperawatan.

G.

Komplikasi
1. Sesak
2. Batuk darah
3. Jantung

H.

Pengkajian
Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar klien harus

mencakup :
1. Riwayat keperawatan harus berfokus pada kemampuan klien dalam
memenuhi

kebutuhan

oksigen.

Riwayat

keperawatan

untuk

mengkaji fungsi keperawatan.


a. Keletihan
Keletihan merupakan sensasi subjektif, yaitu klien
melaporkan bahwa ia kehilangan daya tahan.
b. Dispnea
Merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi
dengan sesak napas. Dispnea merupakan sensasi subjektif pada
pernapasan yang sulit dan tidak nyaman.
c. Batuk
Batuk merupakan pengeluaran udara dari paru-paru yang
tiba-tiba dan dapat didengar.
d. Mengi
Mengi disebabkan oleh gerakan udara berkecepatan
tinggi melalui jalan nafas yng sempit.
e. Nyeri
Nyeri jantung tidak menyertai variasi pernapasan. Nyeri
ini paling sering terjadi di sisi kiri dada dan menyebar. Nyeri

pericardium, merupakan akibat inflamasi kantong perikardium,


biasanya tidak menyebar dan dapat terjadi saat inspirasi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat
oksigenasi jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan
sistem kardiopulmonar.
a. Inspeksi
- Warna membran mukosa
- Penampilan umum
- Tingkat kesadaran
- Keadekuatan sirkulasi sistemik
- Pola pernapasan
- Gerakan dinding dada.
b. Palpasi
- Dinding thorak, adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan
?
- Pengembangan dinding horak, bandingkan kiri dan kanan
- Taktil fremitus
Getaran meningkat pneumonia, penumpukan secret,
atelektasis yang belum total, infark atau fibrosis paru.
Sedangkan

getaran

pneumothorak,

menurun

penebalan

pleura,

pleural

effusion,

emphysema

atau

sumbatan bronchus.
c. Perkusi
macam suara ketukan:
sonor.
Suara yang normal terdengar diseluruh lapangan paru-paru.
Redup
Suara yang timbul akibat adanya konsolidasi paru (pemadatan)
: tumor, atalektasis, cairan.
Hipersonor

Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan dengan suara


sonor. Akibat adanya udara berlebihan di paru-paru,
pneumothorak, emphysema paru.

Tympani
Akibat adanya udara dalam suatu kantong atau ruang
tertutup.
suara yang terdengar nyaring seperti kalau kita memukul
gendang.
Kalau terdengar di dinding thorak artinya tidak normal.
Normalnya terdengar dibawah diafragma kiri dimana
terletak lambung dan usus besar.
Teknik perkusi
1. Jari tengah diletakkan di dinding thorak
2. Ujung jari tengah tangan yang lain mengetuk dibagian distal
jari tengah yang berada di dinding thorak
3. Gerakan mengetuk hanya dari pergrlangan tangan, setelah
mengetuk segera diangkat.
4. Bandingkan kiri dan kanan.
5. Mulai mengetuk dari bagian atas paru, kemudian menurun.
d. Auskultasi
- Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi : pengkajian
dalam mendeteksi bunyi S1 dan S2 normal/tidak normal,
bunyi murmur, serta bunyi gesekan. Auskultasi juga
digunakan untuk mengidentifikasi bunyi bruit di atas
arteri karotis, aorta abdomen, dan arteri femoral.

- Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan


gerakan udara disepanjang lapangan paru. Suara napas
tambahan terdengar, jika suatu daerah paru mengalami
kolaps, terdapat cairan atau terjadi obstruksi.

3. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG, menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi
respond

jantung

terhadap

stres

fisik.

Pemeriksaan

ini

memberiakn informasi tentang respond miokard terhadap


peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan
aliran darah koroner.
c. Pemeriksaan untuk

mengukur

keadekuatan

ventilasi

dan

oksigenasi ; pemeriksaan fungsi paru, BGA.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
gangguan batuk.
2. Nyeri
3. Gangguan pola tidur (sulit tidur)

J. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
gangguan batuk.
No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Keperawatan

Rencana Tindakan

(NANDA)

( NOC )

(NIC )

Ketidak
pembersihan

efektifan
jalan nafas

berhubungan dengan :

Obstruksi Jalan nafas


Data Subyektif
Klien mengatakan :

Sesak nafas
Sputum tak bisa keluar

Status Respirasi : jalan


nafas paten/lancar
Status Respirasi
:Ventilasi
efektif
Status Respirasi :
Pertukaran gas Efektif
Tidak terjadi aspirasi

Manajemen jalan nafas


Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas,
suction, fisioterapi dada sesuai indikasi
Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas
buatan
Monitor pemberian oksigen, vital sign
tiap ....... jam
Monitor status respirasi : adanya suara nafas
tambahan.

Data Obyektif
Batuk tidak efektif
Dispnea /Orthopnea/
Sianosis
Perubahan ritme &
frekuensi pernafasan
Gelisah
Suara nafas tambahan :
rales ,crakles,ronkhi,
wheezing
Sputum produktif
Karakteristik sputum:

TD mmHg N :.
x/mnt
RR. x mnt S.. C

Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan selama x 24
jam :

Klien mampu
mengidentifikasi dan mencegah
faktor yang dapat menghambat
jalan nafas

Menunjukkan jalan nafas


yang paten : klien tidak merasa
tercekik, tidak terjadi aspirasi,
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal :
Respirasi:
Dewasa:16-20/mnt

Tidak ada suara nafas


abnormal

Mampu mengeluarkan
sputum dari jalan nafas

Menunjukkan pertukaran
gas efektif
- pH
: 7.35 7.45
- PaCO2 : 35 45 %
- PaO2
- BE

: 85 100 %
: + 2 s/d 2 meq/L

- SaO2 : 96-97 % ( perifer)

Tidak ada dyspnea dan


sianosis, mampu bernafas
dengan mudah
Menunjukkan ventilasi
adekuat
Ekspansi dinding dada
simetris, tidak ada : penggunaan
otot-otot nafas tambahan,
retraksi dinding dada, nafas
cuping hidung, dyspnea, taktil
fremitus

Identifikasi sumber alergi : obat,makan an,


dll, dan reaksi yang biasa terjadi

Monitor respon alergi selama 24 jam


Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk
menghindari alergen

Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif


Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan
viskositas sekresi

Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2,

obat bronkhodilator, obat anti allergi, terapi


nebulizer, insersi jalan nafas, dan
pemeriksaan laboratorium: AGD
Penghisapan jalan nafas
Tentukan kebutuhan penghisapan sekret
melalui oral maupun tracheal
Monitor saturasi oksigen klien dan status
hemodinamik selama dan setelah
penghisapan
Catat tipe dan jumlah sekresi
Pencegahan Aspirasi
Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk,
muntah dan kemampuan menelan.
Tinggikan posisi kepala tempat tidur 30-45
derajad setelah makan, untuk mencegah
aspirasi dan mengurangi dispnea.

Nama Perawat

( .............................................)

2. Nyeri.
No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Keperawatan

Rencana Tindakan

(NANDA)

( NOC )

(NIC )

Tgl :
Jam :
Nyeri : pemasukan oksigen
yang tidak adekuat
Data Subyektif
Klien mengatakan :

Sakit kepala
Gangguan penglihatan /

Status respirasi :
Pertukaran gas adekuat
Status respirasi : Ventilasi
efektif
Keseimbangan elektrolit
dan asam basa

Manajemen jalan nafas

Kaji bunyi paru, frekuensi, kedalaman,


usaha nafas, dan produksi sputum.

Identifikasi kebutuhan insersi jalan


nafas, dan siapkan klien untuk tindakan
ventilasi mekanik sesuai indikasi

Monitor vital sign tiap ...jam, adanya

visual : pandangan kabur


Kelelahan
Sesak nafas
Merasa kebingungan
Data Obyektif
Dispnea
Takikardi
Sianosis
Gelisah
Hipoksia(penurunan PO2)
Hiperkarbia(peningkatan
PCO2)
Irama / frekuensi kedalaman
nafas abnormal
Tensi . mmHg
RR . x /mnt
Nadi x/mnt
SpO2 .
AGD / BGA abnormal

Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan selama . x 24
jam :
Menunjukkan pertukaran gas
efektif
- pH
: 7.35 7.45
- PaCO2 : 35 45 %
- PaO2
- BE

: 85 100 %
: + 2 s/d 2 meq/L

- SaO2 : 96-97 %

Tidak ada dyspnea dan

sianosis, mampu bernafas


dengan mudah
Menunjukkan ventilasi
adekuat, ekspansi dinding
dada simetris, suara nafas
bersih, tidak ada :
penggunaan otot-otot nafas
tambahan, retraksi dinding
dada, nafas cuping hidung,
dyspnea, taktil fremitus
TTV dalam batas normal
Menunjukkan orientasi
kognitif baik, dan status
mental adekuat
Menunjukkan keseimbangan
elektrolit dan asam basa
Na : 135 145 meq/L
Cl

: 100-106 meq /L

: 3,5 5.5 meq/L

Mg :1,5 2,5 meq / L


Ca : 8,5- 10,5 meq /L
BUN : 10-20 mg/dl

sianosis, dan efektifitas pemberian oksigen


yang dilembabkan.

Jelaskan penggunaan alat bantu yang


dipakai klien : oksigen, mesin penghisap, dan
alat bantu nafas

Ajarkan tehnik nafas dalam, batuk


efektif

Lakukan tindakan untuk mengurangi


konsumsi oksigen : kendalikan demam,
nyeri, ansietas, dan tingkatkan periode
istirahat yang adekuat

Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian


O2, obat bronkhodilator, terapi nebulizer /
inhaler, insersi jalan nafas
Manajemen Elektrolit & Asam-basa
Pertahankan kepatenan IV line, dan balance
cairan
Monitor status mental, elektrolit, dan
abnormalitas serum
Monitor tanda-tanda gagal nafas : hasil AGD
abnormal, kelelahan
Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
Monitor status neurologi dan atau
neuromuskular : tingkat kesadaran dan
adanya kebingungan, parestesia, kejang
Kolaborasi dengan Tim medis untuk
pemeriksaan
AGD,
pencegahan
dan
penanganan
asidosis
dan
alkalosis:
Respiratorik & Metabolik
Hemodynamic regulation
Monitor status hemodinamik: saturasi
oksigen, nadi perifer, capillary refill, suhu
dan warna ekstremitas, edema, distensi JVP
Kolaborasi dgn Tim Medis untuk obat
vasodilator dan atau vasokonstriktor
Nama Perawat
( ..........................................)

3. Gangguan pola tidur (sulit tidur) berhubungan dengan ansietas (banyak


pikiran)
Batasan karakteristik :
- Klien melaporkan adanya kesulitan tidur
- Klien mengaku tidak beristirahat dengan baik
- Klien mengatakan merasa kantuk yang berlebihan di siang hari

- Pasien memperlihatkan perasaan lelah


- Lesu, gelisah dan apatis
- Mata sembab, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah dan
mata terasa perih

K. Intervensi Keperawatan
Tujuan intervensi : membentuk kembali pola tidur dan istirahat
pasien (kebiasaan pasien) yang sesuai dengan kebutuhan.
Kriteria hasil :
- Klien tertidur dalam waktu 30 menit setelah naik tempat tidur
- Klien melaporkan perasaan segar disaat terbangun di pagi hari
- Badan tampak segar dan tidak lesu
L. INTERVENSI

No. Dx
1.

Kriteria Hasil
Intervensi
Setelah
dilakukan 1. Kaji skala nyeri yang

Rasional
1. Untuk mengetahu

tindakan

seberapa rasa nye


2. Guna untuk meng

selama

keperawatan
3x24

jam,

diharapkan pola nafas


kembali efektif.

dirasakan pasien
2. Ajarkan pasian tehnik
relaksasi dan distraksi
3. Kaji faktor apa saja yang
memperberat dan

Dengan kriteria hasil :

mengurangi rasa nyeri


Nyeri berkurang 4. Berikan posisi senyaman
Pasien tidak lagi
mungkin
menahan sakit 5. Lakukan tindakan
kolaborasi dengan dokter
karena nyeri

rasa nyeri yang di

klien
3. Supaya pasin tahu

yang mempengaru

nyeri
4. Untuk dilakukan t

keperawatan
5. Mengetahui dosis

Skala nyeri

dalam pemberian

tepat dalam pemb

berkurang

analgesik

analgesik

Setelah

dilakukan

tindakan
2.

selama

keperawatan 1. Kaji ama istirahat tidur


3x24

diharapkan

jam,
bersihan

jalan nafas efektif.

pasien
2.

1. Untuk mengetahu

Berikan lingkungan yang


tenang dan nyaman

2. Untuk
3. meningkatkan kua

Dengan Kriteria Hasil :

Pasien dapat
tidur dengan

3. Motivasi klien terhadap

3.

tidur pasien.

masalah yang dialami

4. Lakukan
tenang
Tidak terbangun
kolaborasi
saat tidur
medis
Kaji penyebab pasien
mengalami

kualitas tidur pasi

kesulitanRasional

tindakan 4. Agar klien punya


dengan

tim

semangat untuk se

dari sakit
5. Agar perawat mud
: kafein dan

dalam pemberian

untuk memulai tidur


alkohol mengganggu siklus
Anjurkan agar
Rasional
: ventila
tidur
klien
tidak
baik
mempe
- Ajarkan
klien
mengkonsumsi
pertukaran udara
unyuk relaksasi
kafein
dan
- Berikan
sebelum tidur
alcohol
tidur se
Rasional

relaksasi

mungkin

mengurangi peningkatan tonus

bantal, sli

simpatik
- Anjurkan pasien

Rasional

mem

kenyamanan

untuk
mengungkapkan
kecemasannya
kepada keluarga
Rasional :

meningkatkan kualitas

- Kolaboras
dengan
untuk

mengungkapkan

memberik

kecemasannya

tidur

dapat mengurangi

memperm

beban

n pasien t

pasien

pikiran

- Kendalikan
sumber-sumber
kebisingan
lingkungan
Rasional

bising

suara
(keras)

dapat
mengganggu
tidur/istirahat
- Pastikan
tidur

kamar
memiliki

ventilasi

yang

baik
-

Evaluasi
4. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
gangguan batuk.
a. Klien mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan nafas
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten
c. Menunjukkan pertukaran gas efektif
d. Menunjukkan ventilasi adekuat
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pemasukann
oksigen yang tidak adekuat.
a.
b.
c.
d.

Menunjukkan pertukaran gas efektif


Menunjukkan ventilasi adekuat
TTV dalam batas normal
Menunjukkan keseimbangan elektrolit dan asam basa

6. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan


napas.
a. Sesak nafas berkurang sampai dengan hilang
b. Tidak ada nyeri dan cemas
c. TTV dalam batas normal;

M.Daftar pustaka
1. Potter, Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik / Patricia A. Potter, Anne Griffin
Perry ; alih bahasa, Renata Komalasari..(et al) ; editor edisi
Bahasa Indonesia, Monica Ester, Devi Yulianti, Intan Parulian.
Ed.4.- Jakarta: EGC,2005
2. Diagnosis Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2009-2011 /
editor, T. Heather Herdman ;alih bahasa, Made Sumarwati, Dwi
Widiarti, Estu Tiar ; editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.
Jakarta : EGC, 2010
3. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia/ penulis, A.
Aziz Alimul HIdayat,Musrifutul Uliyah : editor, Monica Ester.
Jakarta : EGC, 2004
4. http://raninursing.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai