PROVINSI RIAU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
NOMOR 2 TAHUN 2015
TENTANG
PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI INDRAGI|RI HILIR,
Menimbang
: a. bahwa untuk kelancaran dan ketertiban pelaksanaan Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa, perlu mengatur mengenai mekanisme dan
keberadaan Kepala Desa;
1. bahwa dengan telah ditetapkannnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa serta Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa;
2. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b,
perlu menetapakan Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa.
Mengingat
Tahun 1945;
: 1.
dan
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN
DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Indragiri Hilir.
2. Bupati adalah Bupati Indragiri Hilir.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah
yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
otonom.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah DPRD
Kabupaten Indragiri Hilir.
5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD, adalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Indragiri Hilir.
6. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai unsur perangkat Dearah.
7. Camat adalah Camat dalam Kabupaten Indragiri Hilir sebagai Perangkat Daerah
Kabupaten yang mempunyai wilayah kerja satu kecamatan.
8. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
10. Badan Permusyawatan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk
Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut APBDesa adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintah Desa dengan persetujuan BPD.
12. Musyawarah Desa adalah musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk menyepakati hal yang bersifat
strategis termasuk untuk pemilihan kepala desa antar waktu.
13. Pemilihan kepala desa adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa dalam rangka
memilih kepala desa yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
14. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas dan
kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas
dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
15. Panitia pemilihan Kepala Desa tingkat desa yang selanjutnya disebut Panitia
Pemilihan adalah Panitia yang dibentuk oleh BPD untuk menyelenggarakan proses
Pemilihan Kepala Desa.
16. Panitia pemilihan Kepala Desa tingkat kabupaten yang selanjutnya disebut Panitia
Pemilihan Kabupaten adalah panitia yang dibentuk Bupati pada tingkat Kabupaten
dalam mendukung pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.
17. Calon Kepala Desa adalah bakal calon Kepala Desa yang telah ditetapkan oleh panitia
pemilihan sebagai calon yang berhak dipilih menjadi Kepala Desa.
18. Calon Kepala Desa Terpilih adalah calon Kepala Desa yang memperoleh suara
terbanyak dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.
19. Penjabat Kepala Desa adalah seorang pejabat yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang untuk melaksanakan tugas, hak dan wewenang serta kewajiban Kepala
Desa dalam kurun waktu tertentu.
20. Pemilih adalah penduduk desa yang bersangkutan dan telah memenuhi persyaratan
untuk menggunakan hak pilih dalam pemilihan Kepala Desa.
21. Pemungutan Suara adalah serangkaian proses yang dimulai dari pembukaan oleh
Ketua Panitia Pemilihan, pelaksanaan pemungutan suara, penghitungan suara sampai
dengan penetapan Calon Terpilih yang sekaligus sebagai penutupan.
22. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disebut DPS adalah daftar pemilih yang
disusun berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum terakhir yang telah
diperbaharui dan dicek kembali atas kebenarannya serta ditambah dengan pemilih
baru.
23. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disebut DPT adalah daftar pemilih yang telah
ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai dasar penentuan identitas pemilih dan
jumlah pemilih dalam pemilihan Kepala Desa.
24. Kampanye adalah suatu kegiatan yang dipergunakan untuk menarik simpati Pemilih
yang dilakukan oleh Calon yang Berhak Dipilih berupa pengenalan Calon,
penyampaian visi, misi, dan program yang akan dilaksanakan apabila yang
bersangkutan terpilih menjadi Kepala Desa yang pelaksanaannya ditentukan, diatur,
dan dipandu oleh Panitia Pemilihan.
25. Daftar Pemilih Tambahan adalah daftar pemilih yang disusun berdasarkan usulan dari
pemilih karena yang bersangkutan belum terdaftar dalam Daftar Pemilih Sementara.
26. Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya disingkat TPS, adalah tempat
dilaksanakannya pemungutan suara.
27. Saksi adalah warga desa yang diberikan kuasa oleh Calon yang Berhak Dipilih untuk
mewakili calon yang bersangkutan dalam mengikuti proses pemungutan suara.
28. Hari adalah hari kerja.
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DESA
Pasal 2
Pemilihan Kepala Desa meliputi:
1. Pemilihan Kepala Desa serentak ; dan
2. Pemilihan Kepala Desa antar waktu melalui musyawarah Desa.
Pasal 3
Pemilihan Kepala Desa serentak sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 huruf a dilakukan satu
kali atau dapat secara bergelombang.
Pasal 4
Pemilihan Kepala Desa satu kali sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 dilaksanakan pada hari
yang sama di seluruh desa pada wilayah Kabupaten.
Pasal 5
Pemilihan Kepala Desa secara bergelombang sebagai mana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun.
Pemilihan Kepala Desa bergelombang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dengan interval waktu paling lama 2 (dua) tahun.
Pasal 6
Pemilihan Kepala Desa antar waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 huruf b dilakukan
melalui Musyawarah Desa yang diselenggarakan khusus, paling lama dalam jangka waktu 6
(enam) bulan terhitung sejak kepala Desa diberhentikan dengan mekanisme sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
TAHAPAN PEMILIHAN
Pasal 7
Pemilihan kepala Desa dilaksanakan melalui tahapan:
1. persiapan;
2. pencalonan;
3. pemungutan dan penghitungan suara; dan
4.
Bagian Kesatu
Persiapan
Paragraf 1
Pemberitahuan Berakhir Masa Jabatan
Pasal 8
BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatan
kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatannya;
Selain pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPD juga mengumumkan
kepada masyarakat mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa.
Dalam rangka Pemilihan Kepala Desa serentak, Bupati memberitahukan kepada BPD
perihal persiapan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.
Paragraf 2
Pembentukan Panitia Pemilihan
Pasal 9
Pembentukan panitia pemilihan kepala desa oleh BPD ditetapkan dalam jangka waktu
10 (sepuluh) hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan.
Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa kepada Bupati disampaikan dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan.
Perencanaan biaya pemilihan diajukan oleh panitia kepada Bupati melalui camat
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah terbentuknya panitia pemilihan.
Persetujuan biaya pemilihan dari Bupati dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
sejak diajukan oleh panitia.
Pasal 10
Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (3)
disampaikan secara tertulis oleh BPD kepada Bupati melalui Camat.
Paragraf 3
Susunan, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
Panitia Pemilihan
Pasal 11
1. Ketua;
2. Sekretaris;
3. Bendahara;
4. Seksi Pendaftaran Calon dan Pemilih;
5. Seksi Keamanan;
6. Seksi Logistik; dan
7. Seksi Pemungutan Suara.
Dalam hal penentuan susunan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
apabila secara musyawarah mufakat tidak tercapai, maka dilaksanakan melalui
mekanisme pemungutan suara.
Apabila anggota Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ada yang
mendaftarkan diri sebagai Bakal Calon atau berhalangan tetap, maka Ketua BPD
memberhentikan dan mengganti keanggotaannya dengan personil lain yang ditetapkan
dengan Keputusan BPD.
Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sebelum melaksanakan tugas
terlebih dahulu dilantik dan diambil sumpahnya oleh Pimpinan BPD.
Pasal 12
Kepala Desa, ketua dan anggota BPD dilarang menjadi panitia pemilihan.
Pasal 13
1. Memperlakukan calon Kepala Desa secara adil dan setara, netral serta tidak memihak
kepada salah satu calon kepala desa atau kelompok tertentu;
2. menetapkan kebutuhan barang dan jasa berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan;
3. menyampaikan laporan kepada BPD untuk setiap tahap pelaksanaan pemilihan dan
menyampaikan informasi kegiatannya kepada masyarakat;
4. memelihara arsip dan dokumen pemilihan;
5. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran pemilihan kepala desa kepada BPD
dan Bupati melalui Camat
6. melaksanakan semua tahapan pemilihan tepat waktu, kecuali terjadi suatu hal yang
membuat pemilihan kepala desa tersebut ditunda.
Paragraf 4
Panitia Pemilihan Kabupaten dan Tim Pengawasan Pemilihan
Pasal 14
(1) Untuk mendukung kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa,
Bupati membentuk:
1. Panitia Pemilihan Kabupaten;
2. Tim Pengawas Tingkat Kabupaten;
3. Tim Pengawas Tingkat Kecamatan; dan
4. Tim Pengamanan Pemilihan Kepala Desa.
o Panitia Pemilihan Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
beranggotakan unsur Sekretariat Daerah dan SKPD
o Tim Pengawas Tingkat Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b terdiri dari unsur DPRD, Kepolisian, Kodim, Kejaksaan, KesbangPol,
BPMPD, Inspektorat, dan Sekretariat Daerah.
o Tim Pengawas Tingkat Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c terdiri dari 5 (lima) orang anggota berasal dari unsur Kecamatan, Polsek dan
Koramil.
o Tim Pengamanan Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d terdiri dari Satuan Polisi Pamong Praja, Kepolisian dan unsur TNI.
Pasal 15
Panitia Pemilihan Kabupaten sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (2) mempunyai
tugas dan wewenang :
1. merencanakan, mengkoordinasikan dan menyelenggarakan semua tahapan
pelaksanaan pemilihan tingkat kabupaten;
2. melakukan verifikasi terhadap usulan biaya pemilihan Kepala Desa yang bersumber
dari APBD yang diajukan oleh panitia pemilihan;
3. melakukan pembekalan kepada panitia pemilihan Kepala Desa, BPD, aparatur
pemerintah desa dan calon Kepala Desa;
4. melakukan kerjasama dengan Tim Independen atau Perguruan tinggi untuk
melaksanakan Uji Kompetensi dan pengetahuan keagamaan bakal calon Kepala Desa
dan/ atau bakal calon yang lebih dari 5 (lima) setelah ada permohonan;
5. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa;
6. memfasilitasi penyaluran bantuan biaya pemilihan Kepala Desa yang bersumber dari
APBD;
7. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 16
Tim Pengawas Tingkat Kabupaten sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (3) mempunyai
tugas dan wewenang :
1. menindaklanjuti laporan hasil pengawasan dan penanganan pengaduan dari Tim
Pengawas Tingkat Kecamatan yang belum terselesaikan di tingkat kecamatan;
2. melaporkan pelaksanaan tugas kepada Bupati.
Pasal 17
Tim Pengawas Tingkat Kecamatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (4) mempunyai
tugas dan wewenang:
Pasal 21
Pelanggaran pada setiap tahapan pemilihan dilaporkan kepada Tim Pengawas oleh
masyarakat atau calon Kepala Desa.
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan secara tertulis yang
berisi :
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Tim Pengawas
pemilihan selambat-lambatnya 1 (satu) hari sejak terjadinya pelanggaran.
Paragraf 5
Tata Cara, Jadwal Tahapan dan Pembiayaan
Pasal 22
Rancangan biaya pemilihan Kepala Desa disusun sesuai dengan kebutuhan Panitia
Pemilihan dalam bentuk Rencana Kerja dan Anggaran Pemilihan Kepala Desa.
Biaya pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan kepada APBD.
Biaya Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipergunakan
untuk :
1. Cetak Surat Suara, Pembuatan Kotak Suara, Undangan, Pembuatan Tanda
Gambar, ATK dan Administrasi lainnya.
2. Honorarium Panitia dan Petugas
3. Biaya Konsumsi dan rapat
4. Biaya konsultasi ke Kecamatan dan Kabupaten
5. Sewa alat dan perlengkapan
6. Pendataan pemilih
7. Pembuatan bilik/kamar tempat pemilihan
Sebelum proses pencairan biaya pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) dilakukan Verifikasi oleh Panitia Pemilihan
Kabupaten.
Biaya pemilihan kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan untuk
desa yang akan melakukan pemilihan kepala desa ulang.
Dalam hal terjadi pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
pembiayaannya dibebankan kepada APBD dan/ atau APBDesa dan/ atau swadaya
masyarakat desa berupa sumbangan atau pemberian warga masyarakat yang sifatnya
tidak mengikat.
Segala biaya yang ditimbulkan akibat dari kelengkapan persyaratan calon kepala desa
termasuk biaya pelaksanaan Seleksi tertulis dan lisan dibebankan kepada bakal calon
kepala desa.
Segala biaya yang ditimbulkan akibat dari pemilihan kepala desa antar waktu
dibebankan pada APBDesa yang bersangkutan.
Bagian Kedua
Pemilih
Paragraf 1
Penetapan pemilih
Pasal 23
Pemilih yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata tidak lagi memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak dapat menggunakan hak memilih.
Parahgraf 2
Pemutahiran Data Pemilih
Pasal 24
1. Memenuhi syarat Usia pemilih, yang sampai dengan hari dan tanggal pemungutan
suara pemilihan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun;
2. Belum berumur 17 (tujuh belas) tahun, tetapi sudah/pernah menikah;
3. Telah meninggal dunia;
4. Pindah domisili ke desa lain; atau
5. Belum terdaftar.
Berdasarkan daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panitia pemilihan
menyusun dan menetapkan Daftar Pemilih Sementara.
Pasal 25
Daftar Pemilih Sementara sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 ayat (3), diumumkan
oleh panitia pemilihan pada tempat yang mudah di jangkau masyarakat;
Jangka waktu pemngumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selama 3 ( tiga )
hari.
Pasal 26
Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 ayat (2), pemilih atau
anggota keluarga dapat mengajukan usul perbaikan mengenai penulisan nama
dan/atau identitas lainnya.
Selain usul perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilih atau anggota
keluarga dapat memberikan informasi yang meliputi:
1. Pemilih yang terdaftar sudah meninggal dunia;
2. Pemilih sudah tidak berdomisili di desa tersebut;
3. Pemilih yang sudah nikah di bawah umur 17 tahun; atau
4. Pemilih yang sudah terdaftar tetapi sudah tidak memenuhi syarat sebagai
pemilih.
Apabila usul perbaikan dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diterima, panitia pemilihan segera mengadakan perbaikan DPS.
Pasal 27
Pemilih yang belum terdaftar, secara aktif melaporkan kepada Panitia Pemilihan
melalui pengurus Rukun Tetangga/Rukun Warga;
Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar sebagai pemilih tambahan;
Pencatatan data pemilih tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
paling lambat 3 (tiga) hari.
Pasal 28
Paragraf 3
Penyusunan DPS, DPT dan Pemberian Surat Panggilan
Pasal 29
Panitia pemilihan menetapkan dan mengumumkan DPS yang sudah diperbaiki dan Daftar
Pemilih Tambahan sebagai DPT.
Pasal 30
DPT sebagaimana dimaksud pada Pasal 29, diumumkan di tempat yang strategis di
desa untuk diketahui oleh masyarakat;
Jangka waktu pengumuman DPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah selama
7 (tujuh) hari untuk memberikan kesempatan kepada warga masyarakat mengajukan
saran dan usul perbaikan.
Setelah diteliti dan diperbaiki, Panitia Pemilihan manyampaikan DPS kepada BPD.
Paling lama 7 (tujuh) hari setelah diterimanya DPS sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), ketua BPD mengesahkan DPS menjadi DPT dengan Keputusan BPD dan
menyerahkan kepada Panitia Pemilihan untuk mengumumkan kembali di masing
masing TPS.
Pasal 31
Rekapitulasi jumlah DPT, digunakan sebagai bahan penyusunan kebutuhan surat suara dan
alat perlengkapan pemilihan.
Pasal 32
DPT yang sudah disahkan oleh panitia pemilihan tidak dapat diubah, kecuali ada pemilih
yang meninggal dunia, panitia pemilihan membubuhkan catatan dalam Daftar Pemilih Tetap
pada kolom keterangan meninggal dunia.
Pasal 33
Pemilih yang terdaftar dalam DPT namun belum menerima Surat Panggilan dapat
meminta Surat Panggilan kepada Panitia Pemilihan sebelum Pemungutan Suara
ditutup.
Bagian Ketiga
Pencalonan
Paragraf 1
Pengumuman, Persyaratan dan Alat Pembuktian
Pasal 34
Pengumuman dan pendaftaran Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dalam jangka waktu 9 (sembilan) hari kerja.
Pasal 35
(1) Syarat-syarat yang dapat mencalonkan diri menjadi Kepala Desa adalah sebagai berikut :
1. Warga Negara Republik Indonesia;
2. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
3. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka TunggalIka;
4. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat yang di
akui oleh Pemerintah.
5. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar.
6. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
7. terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di desa setempat paling kurang 1
(satu) tahun sebelum pendaftaran;
8. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;
9. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun
setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka
kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku
kejahatan berulang-ulang;
10. tidak sedang berstatus tersangka atau terdakwa karena tindak pidana kejahatan
kesengajaan yang diancam dengan pidana penjara;
11. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
12. berbadan sehat;
13. pernyataan tidak pernah menjabat sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa
jabatan;
14. berkelakuan baik, jujur dan adil;
15. sanggup bertempat tinggal di wilayah desa setempat selama menjabat Kepala Desa;
16. tidak pernah mengundurkan diri sebagai Kepala Desa;
17. tidak akan melakukan politik uang;
18. siap menerima dan mengakui hasil proses pemilihan Kepala Desa dengan sadar dan
penuh tanggung jawab;
19. Taat menjalankan syariat agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
20. Lulus Uji Kompetensi
21. Membuat daftar riwayat hidup; dan
22. Membuat naskah visi dan misi.
23. Memenuhi kelengkapan persayaratan pencalonan Kepala Desa.
o Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan diri sebagai Kepala Desa harus
mendapat izin tertulis dari Pejabat Pembina Kepegawaian.
o Bagi anggota TNI/POLRI yang mencalonkan diri sebagai Kepala Desa berlaku
ketentuan yang ada dilingkup TNI/POLRI.
o Kepala Desa, Perangkat Desa dan anggota BPD yang mencalonkan diri harus
mendapat ijin tertulis dari Camat atas nama Bupati.
o Bagi penjabat Kepala Desa yang akan mencalonkan diri sebagai calon Kepala
Desa, yang bersangkutan mengundurkan diri sebagai penjabat.
Pasal 36
Bagi Kepala Desa yang mencalonkan diri kembali, harus mengajukan izin cuti kepada
Bupati sebelum mendaftarkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa.
Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi cuti terhitung sejak
ditetapkan sebagai Calon sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan Calon
Terpilih.
Dalam hal Kepala Desa sedang cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretaris
Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa, yang ditetapkan dengan
Keputusan Camat.
Dalam hal Sekretaris Desa berhalangan tetap atau diberhentikan sementara atau
diberhentikan, maka salah satu Kepala Seksi atau Kepala Urusan yang dipandang
mampu melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa, yang ditetapkan dengan
Keputusan Camat.
Pasal 37
Dalam hal Perangkat Desa akan mencalonkan diri dalam pemilihan Kepala Desa
harus mengajukan izin cuti kepada Camat, sebelum mendaftarkan diri sebagai Bakal
Calon Kepala Desa.
Perangkat Desa yang mencalonkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi
cuti terhitung sejak yang bersangkutan terdaftar sebagai bakal calon Kepala Desa
sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan Calon Terpilih.
Kepala Desa wajib memberikan izin cuti bagi Perangkat Desa yang akan
mencalonkan diri dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Tugas Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirangkap oleh Perangkat
Desa lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Pasal 38
Dalam hal Anggota BPD akan mencalonkan diri, harus mendapatkan izin dari camat
atas nama Bupati sebelum mendaftarkan sebagai Bakal Calon.
Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberhentikan dari keanggotaan
BPD melalui penggantian antar waktu sejak ditetapkan sebagai Calon.
Pasal 39
Dalam hal Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada Pasal 35 ayat (2) terpilih dan
diangkat menjadi Kepala Desa, yang bersangkutan dibebaskan sementara dari jabatannya
selama menjadi Kepala Desa tanpa kehilangan hak sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pasal 40
(1). Permohonan pendaftaran Calon Kepala Desa diajukan secara tertulis di atas kertas
bermeterai cukup dan dikirimkan kepada Ketua BPD melalui Ketua Panitia Pemilihan dengan
melampirkan :
1. Surat keterangan sebagai bukti Warga Negara Indonesia dari pejabat tingkat Daerah.
2. Surat Pernyataan diatas kertas bermaterai yang memuat bahwa yang bersangkutan :
1. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, mempertahankan dan memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.
3. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
4. sanggup berkelakuan baik, jujur dan adil;
5. tidak sedang menjalani pidana penjara dengan hukuman badan/ atau hukuman
percobaan;
6. tidak sedang berstatus tersangka atau terdakwa karena tindak pidana kejahatan
kesengajaan yang diancam dengan pidana penjara;
7. sanggup bertempat tinggal di wilayah Desa setempat selama menjabat Kepala
Desa;
8. tidak pernah menjadi Kepala Desa selama 3 (tiga) periode masa jabatan;
9. tidak pernah mengundurkan diri sebagai Kepala Desa.
10. tidak akan melakukan politik uang;
11. siap menerima dan mengakui hasil proses pemilihan Kepala Desa dengan
sadar dan penuh tanggung jawab;
12. bersedia mengganti seluruh biaya penyelenggaraan pemilihan sebagai sanksi
adminstrasi sebesar Rp. 50.000.000,- ( Lima Puluh Juta Rupiah ), apabila
calon mengundurkan diri setelah ditetapkan sebagai calon kepala desa,
sehingga mengakibatkan batal atau tidaknya pemilihan;
3. fotokopi/salinan ijazah pendidikan formal dari tingkat dasar sampai dengan ijazah
terakhir yang dilegalisir oleh sekolah yang mengeluarkan dan/ atau pejabat yang
berwenang atau Surat Pernyataan dari Pejabat yang berwenang;
4. fotokopi/salinan akta kelahiran/Surat Keterangan Kenal Lahir yang dilegalisir Pejabat
yang berwenang;
5. fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang telah dilegalisir Pejabat yang berwenang;
Pasal 41
Bakal Calon Kepala Desa mendaftarkan diri secara pribadi ke panitia pemilihan.
Masa pendaftaran Calon Kepala Desa paling lama 14( empat belas ) hari.
Paragraf 3
Penyaringan, Penelitian, Penetapan dan Pengumuman Calon
Pasal 42
Masukan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib diproses dan
ditindak lanjuti panitia pemilihan.
Pasal 43
Panitia Pemilihan memberitahukan secara tertulis hasil penelitian sebagaimana dimaksud
pada Pasal 42 kepada Bakal Calon Kepala Desa, paling lambat 3 (tiga) hari setelah selesainya
masa penelitian.
Pasal 44
Dalam hal berkas pencalonan tidak lengkap, Bakal Calon Kepala Desa dalam jangka
waktu 5 (lima) hari wajib melengkapi dan/atau memperbaiki berkas pencalonan.
Pasal 45
Panitia Pemilihan melakukan penelitian ulang terhadap berkas pencalonan yang telah
diperbaiki sebagaimana dimaksud pada Pasal 44 ayat (1).
Apabila berdasarkan hasil penelitian ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
memenuhi syarat, maka yang bersangkutan tidak dapat lagi mengajukan permohonan
pendaftaran bakal calon kepala desa.
Jangka waktu penelitian dan pemberitahuan secara tertulis hasil penelitian ulang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah 3 (tiga) hari.
Pasal 46
Dalam hal bakal calon kepala desa yang memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 35 dan Pasal 40 berjumlah paling sedikit 2 (dua) orang dan
paling banyak 5 (lima) orang, panitia pemilihan kepala desa menetapkan bakal calon
kepala desa menjadi calon kepala desa.
Calon kepala desa yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan
kepada masyarakat.
Pasal 47
Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal
35 kurang dari 2 (dua) orang, panitia pemilihan memperpanjang waktu pendaftaran
selama 20 (dua puluh) hari.
Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan tetap kurang dari 2 (dua) orang
setelah perpanjangan waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati
menunda pelaksanaan pemilihan Kepala Desa sampai dengan waktu yang ditetapkan
kemudian.
Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masa jabatan
Kepala Desa berakhir, Bupati mengangkat penjabat Kepala Desa dari Pegawai Negeri
Sipil dilingkungan pemerintah Daerah Kabupaten.
Pasal 48
Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 35
lebih dari 5 (lima) orang, panitia melakukan seleksi tambahan dengan menggunakan kriteria
pengalaman bekerja di lembaga pemerintahan, tingkat pendidikan, usia dan persyaratan lain
yang ditetapkan Bupati.
Persyaratan lain sebagaimana tersebut pada ayat (1) panitia melakukan seleksi secara
tertulis dan lisan yang wajib diikuti oleh seluruh bakal calon.
Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan
Kabupaten;
Hari dan tanggal Pelaksanaan Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dalam tahapan pemilihan Kepala Desa.
Penetapan hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat final dan
mengikat.
Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diserahkan kepada Panitia
pemilihan untuk menetapkan 5 (lima) bakal calon kepala desa menjadi calon Kepala
D
Calon kepala desa yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diumumkan
kepada masyarakat.
Pasal 49
Penetapan calon kepala desa disertai dengan penentuan nomor urut melalui undian
secara terbuka oleh Panitia Pemilihan.
Undian nomor urut dan tempat duduk calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dipimpin langsung oleh Ketua Panitia, dihadiri oleh calon, anggota panitia, BPD,
pemerintah Desa dan dapat pula dihadiri oleh unsur pimpinan Kecamatan.
Nomor urut dan nama calon yang telah ditetapkan disusun dalam daftar calon dan
dituangkan dalam berita acara penetapan calon Kepala Desa.
Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersifat final dan mengikat.
Apabila setelah ditetapkan Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
terdapat calon yang meninggal dunia, terkena sanksi pembatalan oleh panitia dan/atau
mengundurkan diri sehingga hanya terdapat 1 (satu) calon kepala desa maka berlaku
Pasal 47.
Apabila setelah ditetapkan calon kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
terdapat calon yang meninggal dunia, terkena sanksi pembatalan oleh panitia atau
mengundurkan diri, sehingga hanya terdapat 2 (dua) orang atau lebih calon kepala
desa maka tanda gambar atau foto calon kepala desa tersebut ditutup dengan kertas
putih polos oleh panitia.
Paragraf 4
Pengaduan dan Penyelesaian Masalah
Pasal 50
Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah diteliti kebenarannya menjadi
bahan pertimbangan dan bahan penyelesaian masalah bagi BPD dalam menetapkan
Calon yang Berhak Dipilih.
Pengaduan yang melebihi batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak
dipertimbangkan dan tidak mempengaruhi hasil pemilihan.
Paragraf 5
Penetapan Calon Yang Berhak Dipilih
Pasal 51
Panitia Pemilihan mengajukan Calon yang telah memenuhi persyaratan paling sedikit
2 (dua) orang dan paling banyak 5 (lima) orang Calon kepada BPD untuk ditetapkan
sebagai Calon yang berhak dipilih.
BPD setelah menerima hasil penetapan Calon dari Panitia Pemilihan, menetapkan
Calon yang berhak dipilih dengan mempertimbangkan Berita Acara Penetapan Calon
dan pengaduan dari warga masyarakat.
Dalam hal hanya terdapat 1 (satu) Calon yang memenuhi syarat untuk ditetapkan
sebagai Calon yang Berhak Dipilih, maka BPD memerintahkan kepada Panitia
Pemilihan untuk melakukan pendaftaran ulang.
Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Ketua
Panitia Pemilihan 14 (empat belas) hari sebelum pemungutan suara.
Berdasarkan Pengundian Nomor Urut sebagaimana dimaksud pada ayat (7), Calon
yang berhak dipilih dapat melakukan kampanye dengan pemasangan nomor urut, foto,
dan nama, selama 3 (tiga) hari yang dimulai dari 6 (enam) hari sebelum pemungutan
suara sampai dengan 3 (tiga) kali 24 (dua puluh empat) jam sebelum pelaksanaan
pemungutan suara.
Bagian Keempat
Kampanye dan Masa Tenang
Paragraf 1
Kampanye
Pasal 52
Calon Kades dapat melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat Desa.
Pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu 3
(tiga) hari sebelum dimulainya masa tenang.
Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan prinsip jujur,
terbuka, dialogis serta bertanggungjawab.
Dalam kampanye calon berhak untuk mendapatkan informasi atau data dari
pemerintah desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jadwal pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan oleh
Panitia Pemilihan.
Hari pertama kampanye dilakukan dalam rapat BPD dengan agenda penyampaian visi
dan misi dari masing-masing calon secara berurutan dengan waktu yang sama.
Visi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) merupakan keinginan yang ingin
diwujudkan dalan jangka waktu masa jabatan kepala desa.
Misi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berisi program yang akan dilaksanakan
dalam rangka mewujudkan visi.
Apabila calon kepala desa terpilih menjadi Kepala Desa, visi dan misi menjadi
dokumen resmi Desa.
Pasal 53
Kampanye sebagaimana dimaksud pasal 52 ayat (1), dapat dilaksanakan melalui :
1. pertemuan terbatas;
2. tatap muka
3. dialog;
4. penyebaran bahan kampanye kepada umum;
5. pemasangan alat peraga di tempat kampanye dan di tempat lain yang ditentukan oleh
panitia pemilihan;
6. kegiatan lain yang tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan;
Pasal 54
1. Kepala Desa;
2. perangkat desa;
3. anggota Badan Permusyaratan Desa;
Pasal 55
Pelaksana Kampanye yang melanggar larangan Kampanye sebagaimana dimaksud pada Pasal
54 ayat (1) dikenai sanksi :
Paragraf 2
Masa Tenang
Pasal 56
Masa tenang selama 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara;
Tim Pengawas mengintruksikan kepada para calon kepala desa untuk menurunkan
atribut kampanye calon kepala desa sebelum dimulainya masa tenang;
Apabila intruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dilaksanakan maka Tim
Pengawas berwenang menurunkan secara paksa atribut kampanye.
Bagian kelima
Pemungutan Suara
Paragraf 1
Pemungutan dan Penghitungan Suara
Pasal 57
Pasal 58
Pemungutan suaradilakukan dengan memberikan suara melalui surat suara yang berisi
nomor, foto, dan nama calon.
Pelaksanaan pemungutan suara dimulai pukul 08.00 dan berakhir pukul 13.00 waktu
setempat.
Pemberian suara untuk pemilihan dilakukan dengan mencoblos salah satu calon dalam
surat suara.
Pasal 59
Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, para calon Kepala Desa harus berada di
tempat yang telah ditentukan untuk mengikuti pelaksanaan pemungutan suara sampai
dengan selesai dilaksanakan penghitungan suara.
Calon kepala desa dapat menunjuk saksi dengan surat mandat untuk hadir ditempat
pemungutan suara apabila TPS lebih dari 1 (satu) lokasi.
Pasal 60
Pengadaan bahan, jumlah, bentuk, ukuran, dan warna surat suara, kotak suara, kelengkapan
peralatan lain serta pendistribusiannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
Pasal 61
Pemilih yang mempunyai halangan fisik dalam memberikan suaranya dapat dibantu
oleh petugas yang ditunjuk oleh panitia didampingi saksi.
Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib merahasiakan pilihan pemilih
yang bersangkutan.
Pasal 62
Kegiatan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri oleh calon dan/
atau saksi dari calon, BPD, Pengawas, dan warga masyarakat.
Kegiatan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuatkan berita acara yang
ditandatangani oleh Ketua Panitia, dan sekurang-kurangnya 2 (dua) anggota panitia
serta dapat ditandatangani oleh calon dan/ atau saksi dari calon.
Pasal 63
Setelah melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 61 ayat (1), Panitia
memberikan penjelasan mengenai tata cara pemungutan suara.
Dalam pemberian suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilih diberi
kesempatan oleh Panitia berdasarkan prinsip urutan kehadiran pemilih.
Apabila menerima surat suara yang ternyata rusak, pemilih dapat meminta surat suara
pengganti pada panitia, kemudian panitia memberikan surat suara pengganti hanya
untuk satu kali.
Apabila terdapat kekeliruan dalam cara memberikan suara, pemilih dapat meminta
surat suara pengganti kepada panitia, panitia memberikan surat suara pengganti hanya
satu kali.
Dalam pemungutan suara, Panitia pemilihan dibagi dalam beberapa penugasan, antara
lain :
Pasal 64
2. Tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak segi empat yang memuat satu calon;
atau
3. Tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak segi empat yang memuat nomor, foto
dan nama calon yang telah ditentukan; atau
4. Tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam salah satu kotak segi empat yang
memuat nomor, foto dan nama calon; atau
5. Tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi empat yang memuat nomor,
foto dan nama calon.
o Surat suara dinyatakan tidak sah apabila :
6. surat suara yang tidak dikeluarkan oleh Panitia pemilihan;
7. surat suara yang dirobek baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja;
8. surat suara yang dicoblos lebih dari satu tanda gambar calon Kepala Desa;
9. surat suara yang dicoblos di luar garis batas tanda gambar calon Kepala Desa;
10. surat suara yang dicoblos di dalam tanda gambar dan di luar tanda gambar;
11. surat suara yang di dalamnya terdapat tulisan atau coretan;
12. surat suara yang dicoblos dengan alat selain alat yang telah disediakan panitia,
misalnya api rokok atau alat lainnya;
13. surat suara yang tidak ada bekas coblosannya sama sekali.
o Calon Kepala Desa yang meninggal dunia sebelum dan/atau pada saat
pelaksanaan pemungutan suara, maka tanda pengenal atau tanda gambarnya
tetap diikutsertakan dalam pemilihan namun perolehan suaranya dinyatakan
gugur
Paragraf 2
Keamanan Pemungutan Suara
Pasal 65
Paragraf 3
Penghitungan Suara
Pasal 66
Sebelum penghitungan suara dimulai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) panitia
pemilihan menghitung :
1. Jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan daftar pemilih
tetap untuk TPS;
2. Jumlah pemilih dari TPS lain;
3. Jumlah surat suara yang tidak terpakai; dan
4. Jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru
dicoblos.
Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan dan selesai di
TPS oleh Panitia Pemilihan dan dapat dihadiri dan disaksikan oleh calon kepala desa
dan/ atau saksi calon, BPD, Pengawas dan warga masyarakat.
Saksi calon dalam penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), harus
membawa surat mandat dari calon yang bersangkutan dan menyerahkannya kepada
ketua panitia.
Panitia membuat berita acara hasil penghitungan suara yang ditandatangani oleh ketua
dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota panitia serta dapat ditandatangani
calon Kepala Desa dan/ atau saksi calon.
Panitia menyerahkan berita acara hasil penghitungan suara, surat suara, dan alat
kelengkapan administrasi pemungutan dan penghitungan suara kepada BPD segera
setelah selesai penghitungan suara.
calon kepala desa dan/ atau saksi calon yang hadir sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), dapat mengajukan keberatan terhadap jalannya penghitungan suara kepada panitia
pemilihan apabila ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal keberatan yang diajukan oleh calon kepala desa dan/ atau saksi calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (9), dapat diterima, panitia pemilihan mengadakan
pembetulan.
Paragraf 4
Calon Terpilih
Pasal 67
Calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dari jumlah suara sah
ditetapkan sebagai calon Kepala Desa terpilih.
Dalam hal jumlah calon Kepala Desa terpilih yang memperoleh suara terbanyak yang
sama lebih dari 1 (satu) calon pada desa dengan TPS lebih dari 1 (satu), calon terpilih
ditetapkan berdasarkan suara terbanyak pada TPS dengan jumlah pemilih terbanyak.
Dalam hal jumlah calon terpilih yang memperoleh suara terbanyak yang sama lebih
dari 1 (satu) calon pada desa dengan TPS hanya 1 (satu), calon terpilih ditetapkan
berdasarkan wilayah tempat tinggal dengan jumlah pemilih terbesar.
Dalam hal jumlah calon terpilih yang memperoleh suara terbanyak yang sama lebih
dari 1 (satu) calon pada desa dengan TPS hanya 1 (satu), dan berada pada wilayah
tempat tinggal yang sama, maka dilaksanakan pemilihan tahap kedua.
Paragraf 5
Tahapan Penetapan
Pasal 68
Setelah membuat rekapitulasi penghitungan suara dan Berita Acara Pemilihan, pada
hari yang sama panitia pemilihan menetapkan dan mengumumkan calon kepala desa
terpilih berdasarkan suara terbanyak kepada masyarakat.
Penetapan calon kepala desa terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada BPD dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari.
Calon kepala desa terpilih ditetapkan dengan Keputusan BPD berdasarkan laporan
dan Berita Acara Pemilihan dari panitia pemilihan.
Keberatan terhadap hasil pemilihan hanya dapat diajukan oleh calon kepala desa
dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah penetapan calon kepala desa terpilih kepada panitia
pemilihan;
Dalam hal terjadi pengajuan keberatan terhadap hasil pemilihan oleh calon kepala
desa kepada Panitia Pemilihan, Panitia Pemilihan menyampaikan kepada BPD perihal
keberatan tersebut;
Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya berkenaan dengan hasil
penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya calon kepala desa;
Gugatan terhadap hasil pemilihan dapat diajukan oleh calon kepala desa kepada
Pengadilan Negeri dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah keluar keputusan
panitia pemilihan tentang keberatan calon kepala desa;
Keputusan Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (9) bersifat final dan
mengikat;
Pasal 69
Pasal 70
Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) orang calon yang mendapat jumlah dukungan
suara terbanyak dengan jumlah yang sama sebagaimana dimaksud pada Pasal 67 ayat
(4), maka diadakan pemilihan ulang putaran kedua bagi calon dengan jumlah
perolehan suara yang sama;
Pemilihan ulang hanya meliputi proses pemungutan suara sampai dengan akhir proses
pemilihan kepala desa;
Biaya pemilihan ulang sebagaimana disebutkan pada ayat (3) dibebankan kepada
APBD;
Dalam hal pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hasilnya tetap sama,
maka pemilihan dinyatakan batal dan selanjutnya Camat mengusulkan penjabat
kepala desa dengan tetap memperhatikan aspirasi dari BPD.
Pasal 71
Dalam hal Kepala Desa terpilih meninggal dunia atau berhalangan tetap sebelum
dilantik, maka :
1. apabila calon yang berhak dipilih berjumlah 2 (dua) atau lebih langsung
dilakukan pemilihan Kepala Desa melalui mekanisme Pemilihan Kepala Desa
antar waktu;
2. apabila calon yang berhak dipilih hanya 1(satu) orang, dilakukan pendaftaran
ulang untuk pemilihan Kepala Desa dengan mekanisme pemilihan Kepala
Desa antar waktu.
(2) Pemilihan Kepala Desa antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh BPD dengan membentuk Panitia Pemilihan dan difasilitasi oleh
Pemerintah Desa.
Paragraf 6
Penyelesaian Perselisihan
Pasal 72
Dalam hal pelaksanaan pemilihan Kepala Desa terdapat perselisihan atau keberatan
dari Calon yang berhak dipilih terhadap hasil pemilihan Kepala Desa, maka
penyelesaiannya dilakukan secara berjenjang melalui tahapan sebagai berikut :
1. Calon yang berhak dipilih mengajukan keberatan kepada Panitia Pemilihan
dan BPD dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari semenjak penetapan Kepala Desa
terpilih dan Panitia Pemilihan bersama BPD berkewajiban memberikan
jawaban dan penyelesaian dalam jangka waktu dimaksud; dan
2. Apabila Calon yang Berhak Dipilih masih belum dapat menerima jawaban
atau penyelesaian dari Panitia Pemilihan dan BPD, maka dalam jangka waktu
7 (tujuh) hari semenjak penyelesaian oleh Panitia pemilihan dan BPD, Camat
berkewajiban memberikan jawaban dan penyelesaian dalam jangka waktu
dimaksud.
Apabila penyelesaian permasalahan sebagai mana dimaksud pada ayat (1) belum
dapat diselesaikan, maka BPD melaporkan kepada Bupati melalui Camat paling lama
7 (tujuh) hari sejak pemberian jawaban dan penyelesaian oleh Camat.
Setelah menerima laporan dari BPD melalui Camat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Bupati wajib menyelesaikan perselisihan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari.
Dalam masa 30 (tiga puluh) hari, Bupati melakukan identifikasi permasalahan sebagai
berikut :
1. apabila hasil identifikasi membuktikan adanya kesalahan Panitia Pemilihan,
Bupati memerintahkan BPD untuk melaksanakan pemilihan ulang; atau
2. apabila hasil identifikasi membuktikan Panitia Pemilihan telah benar, Bupati
memerintahkan kepada BPD untuk menetapkan Kepala Desa terpilih.
Dalam hal penyelesaian sebagai mana dimaksud pada ayat (3) tidak tercapai, maka
calon yang berhak dipilih yang berkeberatan terhadap hasil pemilihan dapat
mengajukan proses hukum dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejak berakhirnya proses
penyelesaian oleh Bupati.
Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (5) calon
yang berhak dipilih yang keberatan terhadap hasil Pemilihan tidak mengajukan proses
hukum, maka Panitia Pemilihan segera melaporkan hasil pemilihan kepada BPD
untuk ditetapkan sebagai Kepala Desa Terpilih.
Keputusan BPD tentang Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
disampaikan kepada Bupati melalui Camat untuk ditetapkan menjadi Kepala Desa
dengan Keputusan Bupati.
Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk melantik Kepala Desa terpilih paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak diterbitkan Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat
(8).
Dalam hal perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat
diselesaikan, maka BPD menerbitkan Keputusan BPD tentang Kepala Desa terpilih.
Dalam hal Calon yang berhak dipilih mengajukan proses hukum sebagai mana
dimaksud pada ayat (5), Keputusan BPD tentang Kepala Desa Terpilih ditetapkan
setelah mendapatkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
Keputusan Bupati tentang pengesahan dan pengangkatan Kepala Desa terpilih sebagai
mana dimaksud pada ayat (11) dilaksanakan setelah mendapatkan putusan pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
Paragraf 7
Gugurnya Calon yang Berhak Dipilih
Pasal 73
Calon yang berhak dipilih dinyatakan gugur dengan Keputusan BPD atas usul Panitia
Pemilihan apabila setelah ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih yang
bersangkutan :
1. meninggal dunia;
2. tidak lagi memenuhi persyaratan pencalonan Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada Pasal 35; dan/atau
3. terbukti melakukan pelanggaran sebagai mana dimaksud pada Pasal 56 ayat
(2).
Dalam hal setelah ditetapkannya calon yang berhak dipilih dengan Keputusan BPD
terdapat 1 (satu) atau lebih calon yang berhak dipilih yang dinyatakan gugur yang
mengakibatkan hanya terdapat 1 (satu) Calon yang Berhak Dipilih, maka Panitia
Pemilihan dengan persetujuan BPD menetapkan keputusan untuk proses pendaftaran
ulang.
Dalam hal Panitia Pemilihan dengan persetujuan BPD menetapkan Keputusan untuk
melakukan pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), secara
administratif tidak mempengaruhi penetapan sebagai calon yang berhak dipilih
lainnya.
Paragraf 8
Pengunduran Jadwal Pemilihan
Pasal 74
Pemilihan kepala desa diundur pelaksanaannya bila terjadi hal-hal yang mendesak dan
menyangkut kepentingan umum yang lebih luas, misalnya Pemilihan Umum, bencana
alam, gangguan keamanan secara meluas yang mengakibatkan terganggunya jalannya
roda pemerintahan.
BAB IV
PEMILIHAN KEPALA DESA ANTAR WAKTU
Pasal 75
Dalam hal sisa masa jabatan kepala Desa yang diberhentikan lebih dari 1 (satu) tahun,
Bupati mengangkat Pegawai Negeri Sipil dari Pemerintah Daerah sebagai penjabat
Kepala Desa sampai terpilihnya Kepala Desa yang baru dengan Musyawarah Desa.
Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih melalui Musyawarah Desa
yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 35.
Pasal 76
Kepala Desa yang dipilih melalui musyawarah Desa sebagaimana dimaksud Pasal 75
ayat (2) melaksanakan tugas Kepala Desa sampai habis sisa masa jabatan Kepala
Desa yang diberhentikan.
Pasal 77
4. pelaporan hasil pemilihan calon kepala Desa oleh panitia pemilihan kepada
musyawarah Desa;
5. pengesahan calon terpilih oleh Musyawarah Desa;
6. pelaporan hasil pemilihan kepala Desa melalui Musyawarah Desa kepada BPD dalam
jangka waktu 7 (tujuh) Hari setelah Musyawarah Desa mengesahkan calon Kepala
Desa terpilih;
7. pelaporan calon Kepala Desa terpilih hasil Musyawarah Desa oleh ketua BPD kepada
Bupati paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima laporan dari Panitia Pemilihan;
8. penerbitan keputusan Bupati tentang pengesahan pengangkatan calon Kepala Desa
terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya laporan dari BPD;
9. pelantikan Kepala Desa oleh Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan
keputusan pengesahan pengangkatan calon Kepala Desa terpilih;
Pasal 78
Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 75 ayat (1) diikuti oleh
Pemerintah Desa, BPD dan ketua lembaga kemasyarakatan di Desa.
Musyawarah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati
BAB V
KEPALA DESA TERPILIH
Bagian Kestu
Pengesahan dan Pengangkatan
Pasal 79
Apabila dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPD tidak segera
mengusulkan calon Kepala Desa terpilih, maka Camat segera mengusulkan kepada
Bupati berdasarkan berita acara penghitungan suara dari Panitia pemilihan dan
dilengkapi berkas penghitungan suara untuk mendapat pengesahan dan pengangkatan.
Bagian Kedua
Pelantikan dan Serah Terima
Pasal 80
Pejabat lain yang ditunjuk untuk melantik kepala desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah Wakil Bupati atau
Sumpah/janji Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagai
berikut:
Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya
selaku Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya
akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara,
dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan
dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pelantikan dan pengucapan sumpah/janji Kepala Desa dilaksanakan selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya Keputusan Bupati.
Pada saat upacara pengucapan sumpah/janji dan pelantikan, kepala desa yang akan
dilantik mengenakan Pakaian Dinas Upacara.
Bagian Ketiga
Masa Jabatan
Pasal 81
Masa Jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung mulai tanggal pelantikan.
Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling banyak 3
(tiga) periode masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
Kepala Desa yang dipilih melalui Musyawarah Desa sebagai mana dimaksud pada
Pasal 75 melaksanakan tugas Kepala Desa sampai habis sisa masa jabatan Kepala
Desa yang berhenti.
Ketentuan periodesasi masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk
masa jabatan Kepala Desa yang dipilih melalui Musyawarah Desa.
Dalam hal Kepala Desa berhenti karena permintaan sendiri sebelum habis
masajabatannya atau diberhentikan, Kepala Desa dianggap telah menjabat 1 (satu)
periode masajabatan.
Bagian Keempat
Tugas, Wewenang, Hak dan Kewajiban
Pasal 82
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa
berwenang :
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa berhak
:
1. mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa;
2. mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa;
3. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan lainnya
yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan;
4. mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan; dan
5. memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada
Perangkat Desa.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa
berkewajiban :
Pasal 85
Pasal 87
Kepala Desa menginformasikan secara tertulis dan dengan media informasi yang mudah
diakses oleh masyarakat mengenai penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada masyarakat
Desa.
Bagian Kelima
Larangan
Pasal 88
Kepala Desa dilarang :
1. merugikan kepentingan umum;
2. membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota keluarga, pihak lain,
dan/atau golongan tertentu;
3. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau kewajibannya;
4. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau golongan masyarakat
tertentu;
5. melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat Desa;
6. melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang, dan/atau jasa dari
pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
7. menjadi pengurus partai politik;
8. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang;
9. merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota Badan Permusyawaratan Desa,
dan jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan perundangan-undangan;
10. ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan umum dan/atau pemilihan
kepala daerah;
11. melanggar sumpah/janji jabatan;
12. meninggalkan tugas selama 15 (lima belas) hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang
jelas dan tidak dapat dipertanggung jawabkan; dan
13. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
Bagian Keenam
Pemberhentian Sementara
Pasal 89
Bupati memberhentikan sementara Kepala Desa melalui usulan BPD dalam hal :
1. berstatus sebagai tersangka atau terdakwa karena terlibat dalam suatu tindak pidana
kejahatan karena kesengajaan selain pidana korupsi, terorisme, makar atau tindak
pidana terhadap keamanan negara yang diancam dengan pidana penjara; dan/atau
2. menjalani proses penahanan selama proses pemeriksaan perkara pidana;
Pasal 90
Bupati memberhentikan sementara Kepala Desa tanpa melalui usulan BPD dalam hal :
1. dinyatakan sebagai terdakwa yang diancamdengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun berdasarkan register perkara dipengadilan; atau
2. ditetapkan sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi, terorisme, makar, atau
tindak pidana terhadap keamanan negara.
Pasal 91
Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada Pasal 89 dan
Pasal 90 setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, paling lama 10
(sepuluh puluh) hari sejak penetapan putusan pengadilan diterima oleh Kepala Desa,
Kepala Desa menyampaikan petikan putusan pengadilan dimaksud kepada Bupati.
Apabila Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) telah berakhir masa jabatannya, Bupati harus merehabilitasi nama baik Kepala
Desa yang bersangkutan.
Pasal 92
Dalam hal Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada Pasal
89 dan 90, Sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa sampai
dengan adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan
pelantikan Penjabat Kepala Desa atau sampai direhabilitasinya Kepala Desa.
Dalam hal Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Camat menetapkan Sekretaris Desa sebagai Pelaksana Tugas Harian Kepala Desa
dengan Keputusan Camat.
Ketujuh
Mekanisme Pemberhentian
Pasal 93
1. meninggal dunia;
2. permintaan sendiri; dan
3. diberhentikan;
o Kepala Desa diberhentikan karena sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c karena:
4. berakhir masa jabatannya;
5. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara
berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
6. tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala Desa;
7. dinyatakan terbukti melanggar sumpah/janji;
8. adanya perubahan status Desa menjadi kelurahan, penggabungan 2 (dua) Desa atau
lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, atau penghapusan Desa;
9. tidak melaksanakan kewajiban sebagai kepala Desa; atau
10. melanggar larangan sebagai Kepala Desa, sebagaimana dimaksud pada Pasal 88;
11. dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap;
o Usulan pemberhentian Kepala Desa karena alasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, ayat (2) huruf a, disampaikan oleh BPD kepada Bupati
melalui Camat, berdasarkan Keputusan Musyawarah BPD.
o Usulan pemberhentian Kepala Desa karena alasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f,
huruf g disampaikan oleh BPD kepada Bupati melalui Camat, berdasarkan
Keputusan BPD yang dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah Anggota BPD.
o Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya
usulan BPD.
o Tanpa usulan BPD, Bupati memberhentikan Kepala Desa yang terbukti
melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 94
Kepala Desa yang berstatus Pegawai Negeri Sipil apabila berhenti sebagai Kepala
Desa dikembalikan kepada instansi induknya.
Kepala Desa yang berstatus Pegawai Negeri Sipil apabila telah mencapai batas usia
pensiun sebagai Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai
Negeri Sipil dengan memperoleh hak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Bagian Kedelapan
Pelaksana Tugas
Pasal 95
Bagi Kepala Desa yang tidak dapat menjalankan tugas, wewenang, dan kewajibannya
karena berhalangan sementara atau diberhentikan sementara maka Camat menugaskan
Sekretaris Desa untuk menjalankan tugas, wewenang, dan kewajiban Kepala Desa
sebagai Pelaksana Tugas Harian Kepala Desa, dengan Keputusan Camat.
Dalam hal Sekretaris Desa berhalangan tetap atau diberhentikan sementara atau
diberhentikan, maka Camat menugaskan salah satu Kepala Seksi atau Kepala Urusan
yang dipandang mampu untuk menjalankan tugas, wewenang, dan kewajiban Kepala
Desa sebagai Pelaksana Tugas Harian Kepala Desa, dengan Keputusan Camat.
Keputusan Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan
kepada Bupati.
Dalam hal Pelaksana Tugas Harian Kepala Desa akan menentukan kebijakan yang
bersifat prinsip, terlebih dahulu berkonsultasi dan meminta kesepakatan BPD.
Pasal 96
Dalam hal Kepala Desa berhalangan tetap karena sakit selama lebih dari 6 (enam)
bulan sehingga tidak dapat menjalankan tugas, wewenang dan kewajibannya, maka
BPD mengusulkan kepada Bupati untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan.
Berdasarkan usulan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati membentuk
Tim Penguji Kesehatan Kepala Desa.
Apabila hasil pemeriksaan Tim Penguji Kesehatan Kepala Desa menyatakan yang
bersangkutan tidak dapat menjalankan tugas, wewenang dan kewajibannya, maka
Apabila hasil pemeriksaan Tim Penguji Kesehatan Kepala Desa menyatakan yang
bersangkutan dapat menjalankan tugas, wewenang dan kewajibannya, maka Kepala
Desa tetap melaksanakan tugasnya.
Bagian Kesembilan
Pengankatan Penjabat
Pasal 97
Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang berhenti tidak lebih dari 1 (satu) tahun karena
berhenti sebagaimana dimaksud pada Pasal 93 ayat (1) huruf a dan huruf b serta
diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, huruf g
dan huruf h, Bupati mengangkat Pegawai Negeri Sipil dari Pemerintah Daerah sebagai
Penjabat Kepala Desa sampai dilantiknya Kepala Desa yang baru.
Pasal 98
Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang berhenti lebih dari 1 (satu) tahun karena
berhenti sebagaimana dimaksud pada Pasal 93 ayat (1) huruf a dan huruf b serta
diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, huruf g
dan huruf h, Bupati mengangkat Pegawai Negeri Sipil dari Pemerintah Daerah sebagai
Penjabat Kepala Desa sampai dilantiknya Kepala Desa Antar Waktu.
Pasal 99
Dalam hal terjadi kebijakan penundaan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa, Kepala
Desa yang habis masa jabatannya tetap diberhentikan dan selanjutnya Bupati
mengangkat Penjabat Kepala Desa dari Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Pasal 100
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai Penjabat Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada Pasal 5 ayat (1) huruf c, Pasal 75 ayat (1), Pasal 97, Pasal 98, dan
Pasal 99, paling kurang harus memahami bidang kepemimpinan dan teknis
pemerintahan.
Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan tugas,
wewenang, dan kewajiban serta memperoleh hak yang sama dengan Kepala Desa.
Pasal 101
Pengangkatan Penjabat Kepala Desa ditetapkan oleh Bupati atas usulan BPD yang
telah mendapatkan rekomendasi Camat.
Pengangkatan Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
terhitung mulai tanggal pelantikan Penjabat Kepala Desa.
Masa jabatan Penjabat Kepala Desa sampai dengan dilantiknya Kepala Desa yang
baru atau Kepala Desa Antar Waktu.
Penjabat Kepala Desa diambil sumpah/janji dan dilantik oleh Bupati atau pejabat lain
yang ditunjuk.
Dalam hal Penjabat Kepala Desa akan menentukan kebijakan yang bersifat prinsip,
terlebih dahulu meminta persetujuan Pimpinan BPD.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 102
Pembinaan dan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
BAB VII
SANKSI
Pasal 103
Calon kepala Desa yang mengudurkan diri setelah ditetapkan sebagai calon Kepala
Desa sebagaimana disebutkan pada Pasal 49 ayat (6) dan ayat (7) oleh Panitia
pemilihan diberi sanksi berupa denda Rp. 50.000.000,- (lima Puluh Juta Rupiah).
Pasal 104
Calon Kepala Desa yang memberikan sesuatu kepada Panitia Pemilihan dan Panitia
Pemilihan menerima pemberian sesuatu dengan maksud tertentu diluar ketentuan
yang berlaku dari Calon Kepala Desa maka dianggap pelanggaran.
Calon Kepala Desa yang terbukti memberikan sesuatu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dianggap Gugur.
Panitia Pemilihan yang terbukti menerima sesuatu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) akan diberhentikan sebagai Panitia Pemilihan.
Pasal 105
Dalam hal Kepala Desa tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada
Pasal 82 ayat (4) dan Pasal 83, dan melakukan larangan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 88, diberikan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan
dengan pemberhentian.
Terhadap Kepala Desa yang melakukan tindak pidana kejahatan dan telah diproses
secara hukum, maka tidak memerlukan mekanisme teguran.
Ketentuan lebih lanjut mengenai teguran tertulis diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 106
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pemilihan Kepala Desa secara serentak diatur
dengan Peraturan Bupati.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 107
Kepala Desa yang menjabat sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan, tetap menjalankan
tugas sampai habis masa jabatannya.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 108
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Indargiri Hilir
Nomor 7 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Penetapan dan
Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2006
Nomor 7 Seri E)dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 109
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Dearah Kabupaten Indragiri Hilir.
Ditetapkan di Tembilahan
pada tanggal 22 Juni 2015
BUPATI INDRAGIRI HILIR,
1. MUHAMMAD WARDAN
Diundangkan di Tembilahan
pada Tanggal 22 Juni 2015
SEKRETARS DAERAH
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR,
1. ALIMUDDIN RM
Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, serta dengan meningkatnya tuntutan dan dinamika masyarakat,
maka Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 7 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa, perlu disesuaikan dan
disempurnakan.
Beberapa perubahan yang terjadi dalam Peraturan Daerah ini, antara lain pelaksanaan
pemilihan Kepala Desasecara serentak, penambahan persyaratan untuk dapat mencalonkan
diri menjadi Kepala Desa, tata cara pendaftaran ulang dalam hal hanya terdapat 1 (satu) orang
Calon Kepala Desa, penetapan Calon yang Berhak Dipilih, kampanye, masa tenang, dan
penetapan Calon Terpilih, tata cara penyelesaian perselisihan atas hasil pemilihan Kepala
Desa, pemilihan Kepala Desa melalui Musyawarah Desa serta ketentuan kewajiban Kepala
Desa memberikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, laporan keterangan
pertanggungjawaban, dan informasi laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Proses pelaksanaan pemilihan Kepala Desa dimulai dengan dibentuknya Panitia Pemilihan
oleh BPD. Panitia Pemilihan inilah yang menyelenggarakan proses pemilihan yang dimulai
dari tahapan pendaftaran pemilih, pencalonan, penyelenggaraan pemungutan suara serta
penetapan Calon Terpilih. Oleh karena dibentuk oleh BPD, maka seluruh
pertanggungjawaban pelaksanaan penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa disampaikan oleh
Panitia Pemilihan kepada BPD.
Dalam rangka pemenuhan terhadap prinsip demokrasi, maka pelaksanaan pemilihan Kepala
Desa dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Asas langsung, dimaknai bahwa warga masyarakat desa yang sudah memenuhi persyaratan
sebagai pemilih secaralangsung (dirinya sendiri) melaksanakan pemilihan dan menjatuhkan
pilihannya kepada salah seorang Calon yang Berhak Dipilih sesuai yang dikehendaki.
Asas umum, dimaknai bahwa warga masyarakat desa yang sudah memenuhi persyaratan
sebagai pemilih sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini dapat menggunakan hak
pilihnya untuk memilih salah satu daribeberapa Calon yang Berhak Dipilih.
Asas bebas, dimaknai bahwa warga masyarakat desayang sudah memenuhi persyaratan
sebagai pemilih diberikan keleluasaan dan kebebasan untuk menentukan pilihannya kepada
salah satu dari beberapa Calon yang Berhak Dipilihsesuai dengan pilihan hati nuraninya.
Asas rahasia, dimaknai bahwa pilihan dari warga masyarakat yang sudah memenuhi
persyaratan sebagai pemilih dalam menjatuhkan pilihannya dijamin kerahasiaan pilihannya.
Dalam artian pilihan yang dipilihnya hanya dirinya sendiri yang mengetahuinya.
Asas jujur, dimaknai bahwa para penyelenggara prosesipemilihan dan semua komponen yang
terlibat baik Calon yang Berhak Dipilih, warga masyarakat dan semua pemangkukepentingan
dalam menjalankan tugas dan fungsinya berlakujujur dan transparan dalam melaksanakan
proses pemilihan.
Asas adil, dimaknai bahwa dalam penyelenggaraan prosesi pemilihan Panitia Pemilihan
harus berlaku adil dan memberikan kesempatan yang sama terhadap semua Calon yang
Berhak Dipilih.
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan tokoh masyarakat adalah tokoh keagamaan, tokoh adat, tokoh
pendidikan, dan tokoh masyarakat lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Yang dimaksud berhalangan tetap adalah tidak dapat melaksanakan kegiatan panitia,
selama 1 (satu) bulan berturut-turut, meninggal dunia atau alasan lain.
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Yang dimaksud paling kurang 6 (enam) bulan terakhir adalah tidak terdapat catatan mutasi
atau kepindahan data kependudukan atas diri seseorang selama 6 (enam) bulan terakhir.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Yang dimaksud sederajat adalah Madrasah Tsanawiyah, Ujian Persamaan Lanjutan
setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang diselenggarakan oleh Pemerintah
atau diakui keberadaannya oleh Pemerintah.
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukup jelas
Huruf k
Cukup jelas
Huruf l
Cukup jelas
Huruf m
Cukup jelas
Huruf n
Cukup jelas
Huruf o
Cukup jelas
Huruf p
Yang dimaksud mengundurkan diri adalah mengundurkan diri untuk jabatan tertentu selain
kepala Desa.
Huruf q
Cukup jelas
Huruf r
Cukup jelas
Huruf s
Taat menjalankan syariat agama bagi yang muslim/muslimah dapat mebaca Al Quran dan taat
beribadah sesuai tuntunan agama dan ajaran Islam.
Adapun yang beragama non Islam adalah taat melaksanakan ajaran agama dan
kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Huruf t
Cukup jelas
Huruf u
Cukup jelas
Huruf v
Cukup jelas
Huruf w
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
angka 1
Yang dimaksud bertaqwa dalam ketentuan ini dalam arti taat menjalankan kewajiban
agamanya.
angka 2
Cukup jelas
angka 3
Cukup jelas
angka 4
Cukup jelas
angka 5
Cukup jelas
angka 6
Cukup jelas
angka 7
Cukup jelas
angka 8
Cukup jelas
angka 9
yang dimaksud mengundurkan diri sebagai kepala Desa adalah mengundurkan diri dari
jabatan kepala Desa, karena mencalonkan diri untuk jabatan tetrtentu selain kepala Desa.
angka 10
Cukup jelas
angka 11
Cukup jelas
angka 12
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Apabila pada saat pendaftaran Bakal Calon ditemukan lebih dari satu surat bukti otentik
mengenai usia Bakal Calon, maka yang dijadikan dasar penentuan adalah bukti yang
dikeluarkan paling lama/lebih dahulu.
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Yang dimaksud paling kurang 1 (satu) tahun terakhir adalah tidak terdapat catatan mutasi
atau kepindahan data kependudukan atas diri seseorang selama 1 (satu) tahun terakhir, yang
dibuktikan dengan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk.
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Yang dimaksud dengan sehat sehat jasmani adalah secara sehat Fisik yang dilakukan melalui
serangkaian tes yang dilakukan oleh dokter spesialis yang membidangi
sehat rohani adalah lulus tes kejiwaan yang dilakukan melalui Psikotes yang dilakukan oleh
Psikolog dan Dokter Psikiatri.
Bebas narkoba adalah hasil tes Urine dan darah yang menerangkan bahwa yang bersangkutan
tidak mengkonsusmsi narkoba.
Huruf k
Cukup jelas
Huruf l
Cukup jelas
Huruf m
Cukup jelas
Huruf n
Cukup jelas
Huruf o
Cukup jelas
Huruf p
Yang dimaksud Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang berwenang mengangkat,
memindahkan, dan memberhentikan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan peraturan
kepegawaian yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
Huruf q
Cukup jelas
Huruf r
Cukup jelas
Huruf s
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Penggunaan fasilitas dan anggaran Pemerintah Desa yang difasilitasi oleh Panitia Pemilihan
tidak termasuk dalam pengertian larangan.
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukup jelas
Ayat (2)
Mengikut sertakan Kepala Desa, Perangkat Desa, dan anggota BPD dalam pelaksanaan
kampanye sepanjang atas undangan Panitia Pemilihan tidak termasuk dalam pengertian
larangan.
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Yang dimaksud berjenjang adalah Penyumpahan dilakukan oleh Camat kepada masingmasing Ketua Panitia Pemilihan desa, selanjutnya Ketua Panitia mengambil sumpah seluruh
anggota panitia pemilihan.
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Kata sumpah dan kata demi Allah diperuntukkan bagi Kepala Desa Terpilih yang
beragama Islam, sedang selain yang beragama Islam menggunakan kata janji dan kata
Tuhan. Untuk penganut agama Kristen/Katolik diakhiri dengan kata-kata Semoga Tuhan
menolong Saya, untuk agama Budha diawali dengan ucapan Demi Sang Hyang Adi
Budha dan untuk agama Hindu diawali dengan ucapan Om Atah Paramawisesa
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Pasal 81
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 83
Cukup jelas
Pasal 84
Cukup jelas
Pasal 85
Cukup jelas
Pasal 86
Cukup jelas
Pasal 87
Cukup jelas
Pasal 88
Cukup jelas
Pasal 89
Cukup jelas
Pasal 90
Cukup jelas
Pasal 91
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pada saat Bupati merehabilitasi dan mengaktifkan kembali Kepala Desa, maka hak-hak yang
melekat pada jabatan tersebut kembali diterima terhitung mulai tanggal direhabilitasi.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 92
Cukup jelas
Pasal 93
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Tidak termasuk dalam rangka melaksanakan tugas/kegiatan yang berkaitan dengan
pemerintahan.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Pernyataan melanggar sumpah/janji jabatan ditetapkan dengan putusan pengadilan.
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud melalui Camat adalah Camat melakukan pencermatan, penelitian, dan
memberikan catatan atau perbaikan serta memberikan rekomendasi kepada Bupati.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 94
Cukup jelas
Pasal 95
Ayat (1)
Yang dimaksud berhalangan sementara adalah karena alasan tertentu seperti sakit, ijin,
tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajiban, termasuk berhalangan sementara karena
melaksanakan tugas dalam rangka kegiatan yang berkaitan dengan pemerintahan.
Ayat (2)
Yang dimaksud berhalangan tetap adalah tidak dapat melaksanakan tugas dan
kewajibannya secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan, karena sakit atau alasan lain tidak termasuk dalam rangka melaksanakan tugas
dalam rangka kegiatan yang berkaitan dengan pemerintahan.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 96
Cukup jelas
Pasal 97
Cukup jelas
Pasal 98
Cukup jelas
Pasal 99
Cukup jelas
Pasal 100
Cukup jelas
Pasal 101
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Masa jabatan Penjabat Kepala Desa dibagi menjadi 2(dua) yaitu :
Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), Pasal 97 dan Pasal 99
sampai dengan dilantiknya Kepala Desa yang baru.
Masa Jabatan Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 98 sampai dengan
dilantiknya Kepala Desa Antar Waktu.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan pejabat lain yang ditunjuk adalah Wakil Bupati atau Camat.
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 102
Cukup jelas
Pasal 103
Cukup jelas
Pasal 104
Cukup jelas
Pasal 105
Ayat (1)