Anda di halaman 1dari 21

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT, atas petunjuk dan
rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas K3 ini untuk
penambahan ilmu pengetahuan dan untuk memenuhi keperluan nilai dan
penambahan sebagai salah satu sumber/media pembelajaran dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada orangtua kami
yang telah mendukung kami, dosen , dan teman-teman yang telah bekerja sama
untuk menyelesaikan tugas ini.
Di Tugas ini, kami sebagai penyusun Tugas K3 sangat berterimakasih
kepada Dosen, karena telah memberi ilmu pengetahuan kepada saya tentang
ilmu pelajaran yang diberikan kepada saya selama ini.
Saya menyadari banyaknya kekurangan dalam mengerjakan tugas ini,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya terima
dengan senang hati, guna penyempurnaan tugas-tugas berikutnya.

25 November
2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... iv
BAB I...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.

Latar Belakang............................................................................................. 1

BAB II..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN........................................................................................................ 4
1.

Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja.............................................4

2.

Urgensi Kesehatan dan Keselamatan Kerja..................................................5

3.

Kecelakaan Kerja.......................................................................................... 7

4.

Analisis Kasus............................................................................................. 10

BAB III.................................................................................................................. 14
PENUTUP.............................................................................................................. 14
1.

Pencegahan................................................................................................ 14

2.

Simpulan.................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 16

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Alat pelindung diri yang umum digunakan.......................................5
Gambar 2. 2 Kecelakaan saat mengunakan mesin bubut.....................................9
Gambar 2. 3 Tidak menggunakan sarung tangan saat menggunakan gergaji
mesin..................................................................................................................... 9
Gambar 2. 4 Tidak ada pengawasan saat menggunakan tangga..........................9
Gambar 2. 5 Tidak berhati-hati saat berkendara................................................10

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kecelakaan dan sakit di tempat kerja membunuh dan memakan
lebih banyak korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang
dilakukan badan dunia ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari ratarata 6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik,
atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan
dengan pekerjaan mereka (ILO, 2003).
Tingkat kecelakaan kerja mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, Indonesia mempunyai tingkat kecelakaan paling buruk dan kesehatan tenaga kerja masih tergolong rendah di kawasan ASEAN.
Indonesia berada pada urutan ke-5 setelah Singapura yang berada pada
urutan pertama, disusul Malaysia, Thailand dan Philipina (Danggur
Kondarus, 2006:5). Sedangkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
perusahaan di Indonesia secara umum masih rendah.
Berdasarkan

data

ILO,

perusahaan

di

Indonesia

yang

telah

menerapkan K3 baru mencapai 2% (Rudi Suardi, 2005:2). Berdasarkan


data Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 disebutkan
bahwa setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh
karena penyakit dan kecelakaan akibat hubungan pekerjaan.
Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan
sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan,
dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan
setiap tahunnya.
Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih menempati urutan
tertinggi untuk wilayah Asia Tenggara. Ini karena lemahnya kesadaran
dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaanperusahaan yang ada di Indonesia.
Berdasarkan data Depnakertrans RI tahun 2010, jumlah kasus
kecelakaan kerja pada tahun 2006 sebanyak 70.069, tahun 2007 sebanyak 83.714 kasus. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 8,87%.
1

Tahun 2008 mengalami penurunan sekitar 38,7% dari tahun 2007 menjadi 36.986 kasus. Tetapi pada tahun 2009 kembali mengalami kenaikan
menjadi 54.398 kasus (Depnakertrans RI, 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Jamsostek cabang Tegal,
kecelakaan kerja pada tahun 2009 berjumlah 227 kasus, disusul tahun
2010 yang mengalami peningkatan jumlah kecelakaan kerja sebesar 283
kasus. Dari peningkatan tersebut tentunya biaya dan kerugian yang
ditanggung perusahaan yang terkait mengalami kenaikan pula (PT.
Jamsostek, 2010).
Salah satu perusahaan di Tegal yang setiap tahunnya masih
mengalami kasus kecelakaan kerja adalah Pabrik Gula Pangka Kabupaten
Tegal. Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan bahwa ada 8
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja pada tahun 2010 di Unit
Instalasi Pabrik Gula Pangka Kabupaten Tegal.
Pabrik Gula Pangka Kabupaten Tegal merupakan salah satu unit
produksi gula yang terbesar ke dua se-Jateng di bawah naungan PTP.
Nusantara IX (Persero) Jawa Tengah yang kantornya berkedudukan di
Kota Surakarta. Setiap tahunnya PG Pangka menggiling 2,1 juta kuintal
tebu, dengan menghasilkan produksi gula sebanyak 176.809 kuintal.
Pabrik Gula Pangka Kabupaten Tegal merupakan salah satu perusahaan
yang menyumbang income cukup besar setiap tahunnya untuk Kabupaten
Tegal
Bila banyak terjadi kecelakaan, banyak karyawan yang menderita,
absensi meningkat, produksi menurun dan biaya pengobatan semakin
besar.

Ini

akan

menimbulkan

kerugian

bagi

karyawan

maupun

perusahaan yang bersangkutan. Karena mungkin karyawan terpaksa


berhenti bekerja, cacat dan perusahaan kehilangan karyawan (Tarwaka,
2008:12).
Risiko dari kejadian kecelakaan kerja adalah kemungkinan terjadinya
kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu. Faktor yang
mempengaruhi risiko kecelakaan kerja adalah faktor pekerjaan, faktor
manusia, dan faktor lingkungan kerja. Kecelakaan kerja adalah suatu
2

kejadian

yang

berhubungan

dengan

aktifitas

dan

kegiatan

dalam

pekerjaan (A.M Sugeng Budiono, 2003:171).


Untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan kerja yang berakibat
terganggunya proses produksi sehingga menyebabkan kerugian perusahaan, maka perlu diketahui factor penyebab kecelakaan tersebut
sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan. Bertolak dari latar belakang
tersebut,

peneliti

akan

mendeskripsikan

faktor-faktor

penyebab

kecelakaan kerja yang terjadi.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan
manusia

pada

umumnya,

hasil

karya

dan

budaya

untuk

menuju

masyarakat adil dan makmur.


Menurut Sumamur, keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak, keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan
yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja
yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan
keselamatan dan kondisi pekerja.
Mathis

dan

Jackson,

menyatakan

bahwa keselamatan

adalah

merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang


terhadap cidera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah
merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara
umum.
Ridley, mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya,
perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau
tempat kerja tersebut.
Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja
menunjukkan

kepada

kondisi-kondisi

fisiologis-fisikal

dan

psikologis

tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan.
Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja
adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat
kerja.
4

Gambar 2. 1 Alat pelindung diri yang umum digunakan

Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat


ditarik kesimpulan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
usaha dan upaya untuk menciptakan perindungan dan keamanan dari
resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional
terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu membicarakan
masalah keamanan fisik dari para pekerja, tetapi menyangkut berbagai
unsur dan pihak.

2. Urgensi Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Dalam ketentuan Pasal 86 ayat 1 UU Nomor 13 Tahun 2003 diatur
bahwa

setiap

pekerja/buruh

mempunyai

hak

untuk

memperoleh

perlindungan atas:
1. Keselamatan kerja;
2. Moral dan kesusilaan; dan
3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama.
Hak-hak

tersebut

diatas

sangat

memiliki

arti

penting

bagi

perusahaan karena tujuan dan efisiensi perusahaan sendiri juga akan


tercapai apabila semua pihak melakukan pekerjaannya masing-masing
dengan tenang dan tenteram, tidak khawatir akan ancaman yang
mungkin menimpa mereka. Selain itu akan dapat meningkatkan produksi
dan produktivitas nasional. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi nantinya
juga akan membawa kerugian bagi semua pihak. Kerugian tersebut
5

diantaranya adalah hilangnya jam kerja selama terjadi kecelakaan,


pengeluaran biaya perbaikan atau penggantian mesin dan alat kerja serta
pengeluaran biaya pengobatan bagi korban kecelakaan kerja.
Terdapat beberapa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja, sebagai
berikut:

Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan

kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis;


Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaikbaiknya dan se-efektif mungkin;
Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya;
Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
gizi pegawai;
Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi
kerja;Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan

oleh lingkungan atau kondisi kerja; dan


Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Melihat urgensi mengenai pentingnya kesehatan dan keselamatan


kerja, maka di setiap tempat kerja perlu adanya pihak-pihak yang
melakukan kesehatan dan keselamatan kerja. Pelaksananya dapat terdiri
atas pimpinan atau pengurus perusahaan secara bersama-sama dengan
seluruh tenaga kerja serta petugas kesehatan dan keselamatan kerja di
tempat kerja yang bersangkutan. Petugas tersebut adalah karyawan yang
memang mempunyai keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja,

dan

ditunjuk

oleh

pimpinan

atau

pengurus

tempat

kerja/perusahaan.
Pengusaha sendiri juga memiliki kewajiban dalam melaksanakan
kesehatan dan keselamatan kerja. Misalnya terhadap tenaga kerja yang
baru, ia berkewajiban menjelaskan tentang kondisi dan bahaya yang
dapat timbul di tempat kerja, semua alat pengaman diri yang harus
dipakai saat bekerja, dan cara melakukan pekerjaannya. Sedangkan
untuk pekerja yang telah dipekerjakan, pengusaha wajib memeriksa
6

kesehatan fisik dan mental secara berkala, menyediakan secara cumacuma alat pelindung diri, memasang gambar-gambar tanda bahaya di
tempat kerja dan melaporkan setiap kecelakaan kerja yang terjadi kepada
Depnaker setempat.
Para pekerja sendiri berhak meminta kepada pimpinan perusahaan
untuk dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja,
menyatakan keberatan bila melakukan pekerjaan yang alat pelindung
keselamatan dan kesehatan kerjanya tidak layak. Tetapi pekerja juga
memiliki kewajiban untuk memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan
dan menaati persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.
Setelah mengetahui urgensi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja,
koordinasi dari pihak-pihak yang ada di tempat kerja guna mewujudkan
keadaan yang aman saat bekerja akan lebih mudah terwujud.

3. Kecelakaan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja bertalian dengan apa yang
disebut dengan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan
yang berhubungan dengan pelaksanaan kerja yang disebabkan karena
faktor melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja juga diartikan sebagai
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau suatu kejadian yang tidak
diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses aktivitas
kerja.
Kecelakaan kerja ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan ini
disebut sebagai bahaya kerja. Bahaya kerja ini bersifat potensial jika
faktor-faktor tersebut belum mendatangkan bahaya. Jika kecelakaan
telah terjadi, maka disebut sebagai bahaya nyata.
Lalu Husni secara lebih jauh mengklasifikasikan ada empat faktor
penyebab kecelakaan kerja yaitu:

1. Faktor

manusia,

diantaranya

kurangnya

keterampilan

atau

pengetahuan tentang industri dan kesalahan penempatan tenaga


kerja;
2. Faktor material atau peralatannya, misalnya bahan yang seharusnya
dibuat dari besi dibuat dengan bahan lain yang lebih murah sehingga
menyebabkan kecelakaan kerja;
3. Faktor sumber bahaya, meliputi:
Perbuatan bahaya, misalnya metode kerja yang salah, sikap kerja
yang teledor serta tidak memakai alat pelindung diri; dan
Kondisi/keadaan bahaya, misalnya lingkungan kerja yang tidak
aman serta pekerjaan yang membahayakan.
4. Faktor lingkungan kerja yang tidak sehat, misalnya kurangnya
cahaya, ventilasi, pergantian udara yang tidak lancar dan suasana
yang sumpek.
Dari beberapa faktor tersebut, dapat disederhanakan faktor penyebab
kecelakaan kerja menjadi dua yaitu:
1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan
(unsafe human act atau human error); dan
2. Keadaan lingkungan yang tidak aman.
Diantara

penyederhanaan

tersebut,

faktor

manusia

adalah

penyebab kecelakaan kerja di Indonesia yang paling dominan. Para ahli


belum

dapat

menemukan

cara

yang

benar-benar

jitu

untuk

menghilangkan tindakan karyawan yang tidak aman tersebut. Tindakantindakan tersebut diantaranya membuat peralatan keselamatan dan
keamanan tidak beroperasi dengan cara memindahkan, mengubah
setting, atau memasangi kembali, memakai peralatan yang tidak aman
atau menggunakannya secara tidak aman, menggunakan prosedur yang
tidak

aman

saat

mengisi,

menempatkan,

mencampur,

dan

mengkombinasikan material, berada pada posisi tidak aman di bawah


muatan yang tergantung, menaikkan lift dengan cara yang tidak benar,
pikiran kacau, tidak memperhatikan tanda bahaya dan lain-lain.

Berikut ini adalah beberapa gambar yang di akibatkan oleh kecelakaan


kerja.

Gambar 2. 2 Kecelakaan saat mengunakan mesin bubut

Gambar 2. 3 Tidak menggunakan sarung tangan saat menggunakan gergaji mesin

Gambar 2. 4 Tidak ada pengawasan saat menggunakan tangga.

Gambar 2. 5 Tidak berhati-hati saat berkendara

Kecelakaan kerja tentunya akan membawa suatu akibat yang


berupa kerugian. Kerugian yang bersifat ekonomis misalnya kerusakan
mesin, biaya perawatan dan pengobatan korban, tunjangan kecelakaan,
hilangnya waktu kerja, serta menurunnya mutu produksi. Sedangkan
kerugian yang bersifat non ekonomis adalah penderitaan korban yang
dapat berupa kematian, luka atau cidera dan cacat fisik.
Secara lebih rinci akibat dari kecelakan kerja disederhanakan dengan 5K,
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
4.

Kerusakan;
Kekacauan organisasi;
Keluhan dan kesedihan;
Kelainan dan cacat; dan
Kematian.
Analisis Kasus
Menurut teori dari A. M Sugeng Budiono, dkk., (2003:94). Sikap

psikologis dan fisik seseorang terhadap pekerjaan monoton akan sangat


berpengaruh dimana pekerja yang bersikap negatif dan acuh pada
pekerjaannya dapat mengalami bosan, apatis dan mengantuk. Akibat dari
kepenatan atau keletihan dari pekerjaan yang terlalu keras orang yang
melakukan pekerjaan monotonakan berkurang tingkat kewaspadaannya
setelah melakukan pekerjaan tersebut dalam jangka waktu tertentu.
Kemungkinan besar jika terjadi kecelakaan tidak dapat dihindari.

10

Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar


kecelakaan kerja adalah human error. Dalam hal ini menyatakan bahwa di
Pabrik Gula Pangka Kabupaten Tegal sebanyak 7 orang tidak memakai
Alat Pelindung Diri saat terjadi kecelakaan dan 1 orang memakai Alat
Pelindung Diri saat terjadi kecelakaan. Diduga bahwa pemakaian alat
pelindung diri dan kondisi alat pelindung diri juga bisa menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan. Pabrik telah menetapkan peraturan untuk selalu
menggunakan APD saat bekerja, namun pekerja belum mempunyai kesadaran diri untuk menggunakan APD demi keselamatan mereka dengan
alasan APD rusak dan ada juga yang belum membeli APD. Padahal
menurut sumber triangulasi menyatakan bahwa telah menyediakan APD
untuk semua pekerja Pabrik, sesuai dengan APD yang dibutuhkan di
setiap unit pekerja.
Dari hasil penelitian menunjukkan keikutsertaan subyek dalam
mengikuti pelatihan K3 diperoleh bahwa 6 orang belum pernah mengikuti
pelatihan K3 dan 2 orang sudah pernah mengikuti pelatihan K3 yang
diadakan oleh pabrik dan Pelatihan K3 disampaikan oleh para ahli namun,
belum diadakan secara rutin. Hal ini dikarenakan pelatihan K3 yang
diberikan hanya perwakilan tiap bagian. Jadi, belum semua pekerja
pernah mengikuti pelatihan K3.
Sumber triangulasi memperkuat pernyataan dari subyek penelitian,
bahwa Pabrik sudah pernah mengadakanPelatihan K3 untuk pekerja
namun diadakannya belum rutin. Pihak Pabrik pun sudah mewajibkan
Pelatihan K3 bagi semua pekerja untuk mengikutinya namun, belum semua pekerja mau mengikutinya.
Subyek penelitian ada 8 orang, yaitu pekerja Pabrik Gula Pangka di
Unit Instalasi yang mengalami kecelakaan kerja dan bersedia menjadi
subyek penelitian.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur
subyek penelitian yang terbanyak berada pada umur >50 tahun berjumlah 5 orang, pada umur 30 tahun berjumlah 2 orang dan paling sedikit
pada umur >30 tahun berjumlah 1orang. Angka kecelakaan umumnya
meningkat setelah usia 30 tahun ke atas. Semakin bertambah usia
11

seseorang, maka kemampuan fisiknya cenderung menurun. Dari 8 subyek


penelitian yang mengalami kecelakaan kerja diperoleh 6 orang berusia di
atas 30 tahun.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek
yang berpendidikan akhir SMP berjumlah 5 orang dan berpendidikan akhir
STM berjumlah 3 orang karena jenis pekerjaan yang mereka jalani tidak
memerlukan spesifikasikeahlian khusus dalam pekerjaannya.
Ditunjang oleh teori dari Soekidjo Notoatmojo (2003:17) yang
menyatakan bahwa pendidikan seharusnya bisa menjadikan seseorang
bisa lebih menghindari hal-hal yang bisa menjadi penyebab terjadinya
kecelakaan.

Berdasarkan

hasil

penelitian

menunjukkan

masa

kerja

dengan subyek terbanyak adalah masa kerja lama > 10 tahun sebanyak 7
orang. Dan masa kerja dengan subyek paling sedikit adalah masa kerja
baru <6 tahun berjumlah 1 orang.

Dari hasil penelitian menunjukkan karakteristik kepribadian dari 8


subyek penelitian bahwa semuanya memiliki karakteristik kurang baik
dengan ciri: sikap suka bermain-main saat bekerja, tergesa- gesa atau
gugup saat terjadi kecelakaan, belum bisa melaksanakan tugas dan
tanggung jawab dengan baik selama bekerja dan melanggar aturan yang
telah ditetapkan oleh Pabrik Gula Pangka.

12

13

BAB III
PENUTUP
1. Pencegahan
Salah satu cara untuk mencegah kecelakaan adalah dengan
menghilangkan

risikonya

atau

mengendalikan

sumbernya

seketat

mungkin. Tetapi bila tidak mungkin, perusahaan perlu menyediakan untuk


pekerja beberapa pelindung diri. Karena dengan pemakaian pelindung diri
akan melindungi sebagian atau seluruh tubuh dari adanya potensi bahaya
atau kecelakaan kerja (A.M. Sugeng Budiono, 2003:329) , memberikan
pekerja

sanksi

yang

melanggar

aturan

tentang

keselamatan

dan

memberikan pelatihan untuk para pekerja agar mengetahui pentingnya


keselamatan itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para pekerja
kurang merasa nyaman saat memakai jenis Alat Pelindung Diri namun
jika hanya memakai sepatu boot. Kenyamanan menjadi hal yang penting
karena perasaan tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu) yang
timbul saat menggunakan APD akan mengakibatkan pekerja merasa
enggan untuk menggunakannya (A.M Sugeng Budiono, dkk., 2003:334).
Jadi diharapkan para pekerja dapat membiasakan diri menggunakan alat
pelindung diri dengan benar dan mengharapkan dapat lebih berhati-hati
dalam bekerja.

2. Simpulan
Subyek paling sering mengalami kecelakaan pada Stasiun Puteran.
Mengenai penanganan kecelakaan sudah cukup baik karena langsung
diberikan

pertolongan

pertama

dan

dilakukan

penyidikan

untuk

mengetahui penyebab kecelakaannya agar tidak terulang kembali.


Sebagian besar kecelakaan kerja terjadi pada subyek penelitian
yang berumur di atas 50 tahun, subyek dengan tingkat pendidikan terbanyak SMP, dan masa kerja di atas 30 tahun. Pada kecelakaan yang
terjadi di unit instalasi dapat ditarik simpulan bahwa kecelakaan terjadi
karena faktor tidak menggunakan APD saat kecelakaan terjadi, subyek
dengan karakteristik yang kurang baik, subyek belum mengikuti Pelatihan
14

K3, dan dengan suhu ruangan yang panas sehingga tidak nyaman untuk
bekerja.

15

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN KERJA DI UNIT INSTALASI
PABRIK GULA Prilia Nor Afini, Herry Koesyanto, Irwan Budiono
AM. Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang:
BP UNDIP
Danggur Kondarus. 2006. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Litbang Danggur&Patners
Depnaker RI. 1996. Indonesian Journal of Industrial Hygiene Occupational
Health and Safety Volume XXIX No.4. Jakarta: Depnaker. Depkes RI,
2007, Kecelakaan di Industri, (http://www.depkes.go.id), diakses 5 Mei
2011
Emil Salim. 2002. Green Company. Jakarta: PT. Astra Internasional Tbk.
Gempur Santoso. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: Prestasi Pustaka
ILO. 2003. Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Prestindo
PT. Jamsostek. 2005. Petunjuk Teknis Penyelesaian Jaminan (JKK,
JHT,JK). Jakarta: PT. Jamsostek Persero
Rudi Suardi. 2007. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: Penerbit PPM
Siswanto Sastrohadiwiryo. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia.
Jakarta: Bumi Aksara
Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Pendidikan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Sumamur PK. 1996. Higene Perusahaan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Gunung Agung
Sumamur PK. 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Sagung Seto
Syukri Sahab. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta: PT. Bina Sumber Daya Manusia

16

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta: Harapan


Press
Tulus Winarsunu. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UMM Press

17

Anda mungkin juga menyukai