Anda di halaman 1dari 16

EFFISIENSI PENGGUNAAN FASILITAS PRAKTIK PROGRAM KEAHLIAN

MEKANIK OTOMOTIF SMK MARSUDILUHUR II YOGYAKARTA TAHUN


AJARAN 2010/2011
Oleh :1. Rabiman, 2. Tjiptono
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the relevance of the practice facilities
owned by the Automotive Mechanic Vocational Expertise program On SMK
Marsudiluhur II Yogyakarta compared to the standard minimum workshop equipment
that must be owned by the Automotive Mechanic Vocational Expertise program On
SMK established by the government based on the check list in 2006 and the efficiency
of its utilization in academic year 2010/2011.
This study is an evaluation study used a survey approach and is ex-post facto.
Research conducted at the Automotive Mechanic Vocational Expertise program On
SMK Marsudiluhur II Yogyakarta. The population of this research is the workshop
facility at the Automotive Mechanic Vocational Expertise program on SMK
Marsudlihur II Yogyakarta. Data collected by the questionnaire method, direct
observation and documentation. As a source of data is the automotive technician and
workshop head. Validation of instruments in this study was conducted by means of test
validation by experts. Statistical data analysis techniques using deskriptip
Based on data analysis can be concluded that the relevance of the workshop
facility of the Automotive Mechanic Vocational Expertise program On SMK
Marsudiluhur II Yogyakarta viewed of its kind included in the category very well with
the the coefficient is 0.96. Relevance of the practice facility of the Automotive
Mechanic Vocational Expertise program On SMK Marsudiluhur II Yogyakarta viewed
of the amount included in the category very well with the coefficient is 0.96. The
average efficiency of use of practice facilities based on a group of subjects is 0.23%
including the very low category.
Key Words : efficiency, relevance, stndard minimum, workshop facility, utilization,
automotive mechanic, SMK
A . PENDAHULUAN
Di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) perbaikan kualitas hidup
dan peningkatan ketrampilan masyarakat diusahakan melalui sistem pendidikan.
Dalam kondisi demikian pendidikan dituntut yang efektif dan efisien terutama dalam
penyelenggaraan pendidikan dengan penggunaan sarana dan prasarana yang lengkap dan
memadai. Dengan penyelenggaraan pendidikan yang efektif dan effisien ini diharapkan akan
dihasilkan lulusan yang berkualitas dengan biaya yang relatif murah. Penyelenggaraan

pendidikan tingkat menengah di Indonesia dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu pendidikan
umum dan pendidikan kejuruan.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pada penjelasan pasal 15 di sebutkan bahwa pendidikan kejuruan di Indonesia
merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam
bidang tertentu. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan

bahwa pendidikan

kejuruan bertujuan untuk menghasilkan manusia yang produktif, yakni manusia


kerja, bukan manusia beban bagi keluarga, masyarakat, dan bangsanya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu ciri pendidikan
kejuruan adalah mempunyai tujuan utama mempersiapkan peserta didik memasuki dunia
kerja. Peran ini sejalan dengan era industrialisasi yang direncanakan oleh pemerintah
yang membawa konsekuensi logis terhadap meningkatnya kebutuhan tenaga kerja tingkat
menengah, baik dalam jumlah maupun kualitas. Namun sampai saat ini kualitas lulusan
SMK masih banyak dipermasalahkan. Seperti dikemukakan oleh M Akhsin Shaff
yang menyebutkan bahwa lulusan SMK tahun 2006 di Indonesia mencapai
628.285 orang, sedangkan proyeksi penyerapan tenaga kerja lulusan SMK tahun
2007 hanya 385.986 orang atau sekitar 61,43%. Ada 38,57% lulusan SMK yang
tak terserap. Menurut Akhsin, hal itu terjadi karena adanya ketidak sesuaian antara
kompetensi lulusan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja (Republika Online
http://202.155.15.208/koran detail.asp?id=334383&kat_id=41)). Hal ini didukung
oleh pendapat Martina Endah Setyaningsih bahwa terjadi gap antara ketersediaan
tenaga kerja tamatan SMK dengan kebutuhan pasar kerja, yang mengisyaratkan
bahwa pendidikan SMK di Kota Surabaya, perlu mengambil peran aktif dalam
mengantisipasi kebutuhan pasar kerja sesuai dengan potensi wilayah untuk masa

yang akan datang (http://endahgf.blogspot.com/2008/11/konsep-pendidikan-smkdalam.html).


Kondisi SMK seperti yang telah diuraikan di atas banyak mengundang kritik
banyak pihak. Salah satu kritik mengenai SMK berkaitan dengan efisiensi pendidikan.
Hal ini seperti yang dikemukakan Juwono Sudarsono (1998) yang menyatakan bahwa
sekolah

kejuruan

ditemukan

sebagai

investasi

pendidikan

yang

kurang

menguntungkan karena aspek biaya yang terlalu mahal dan membebani anggaran
pemerintah ketimbang aspek manfaatnya. pendapat di atas didukung oleh pendapat
Ace Suryadi (1998) yang mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan
perluasan kesempatan pendidikan di SMK secara intensif, namun demikian sejumlah
penelitian menunjukkan bahwa dengan biaya pendidikan yang mahal, SMK belum
memperlihatkan keberhasilan bagi peningkatan lulusannya. Ini berarti mutu lulusan SMK
masih perlu ditingkatkan agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Menurut Soenarto (1994:4) rendahnya kualitas pendidikan kejuruan ini
disebabkan karena banyaknya sekolah-sekolah yang didirikan kurang memenuhi
syarat antara lain: (1). tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai; 2)
banyaknya tenaga pengajar yang tidak sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki; 3)
tidak dikelola dengan baik dan 4) orientasi pendirian sekolah adalah bukan untuk
mencetak calon tenaga kerja yang berkualitas, tetapi menurut misi organisasi atau agama
tertentu.
SMK Marsudiluhur II Yogyakarta adalah SMK swasta menyelenggarakan
Program Keahlian Mekanik Otomotif sejak tahun 2000, dan telah mendapatkan
akreditasi A pada tahun 2009. Sebagai lembaga pendidikan swasta yang tentunya
SMK Marsudiluhur II Yogyakarta juga menghadapi permasalahan sebagaimana

yang dihadapi oleh SMK Swasta yang salah satunya.kualitas lulusanya yang
merupakan salah satu indikator kesehatan suatu lembaga pendidikan. Rendahnya
kualitas lulusan ini salah satunya dapat dilihat dari kenyataan bahwa masih adanya
siswa SMK ini tidak lulus pada ujian akhir yang diselenggarakan tahun 2009/2010
sebanyak 1 siswa dan pada

tahun 2010/2011 tidak lulus sebanyak 2 siswa.

Disamping itu dari sebanyak 120 siswa yang diluluskan pada tahun ajaran
2010/2011 ini ternyata nilai rata-rata kompetensi keahliannya baru baru mencapai
rata-rata 71, dengan nilai teori kejuruan sebesar 65. Berbagai upaya peningkatan
kualitas dapat dilakukan SMK antara lain dengan pembenahan sarana dan prasarana,
peningkatan kualitas maupun kuantitas guru, meningkatkan relevansi bidang keahlian guru
dengan mata pelajaran yang diampunya, peningkatan kesejahteraan guru dan karyawan,
peningkatan kualitas teknisi, peningkatan kemampuan tenaga administrasi, menjalin
hubungan dengan dunia usaha dan dunia industri serta lebih gencar melakukan
pengenalan diri ke masyarakat agar potensinya lebih dikenal disamping itu sekolah
juga terus melakukan perbaikan dalam pelaksanaan Proses Belaiar Mengajar (PBM)
yang pada gilirannya semua usaha tersebut bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang
berkualitas.
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas lulusan SMK. Diantara faktorfaktor tersebut adalah peserta didik, tenaga pengajar, fasilitas praktik, lingkungan
sekolah, dukungan masyarakat, pelaksanaan PBM dan

kurikulum.

(Sumadi

Suryabrata,1989: 6-14).
Kurikulum SMK 2004 menentukan perbandingan 20% pelajaran umum, 40%
dasar kejuruan, 40% praktik kejuruan/bengkel. Dengan proporsi yang demikian besar pada
pelajaran praktik dalam proses belajar mengajar yang dilakukan, maka ketersediaan

fasilitas praktik bagi sekolah kejuruan merupakan faktor utama yang menentukan berhasil
atau tidakmya seluruh proses belajar mengajar praktik yang dilakukan. Ini berarti
fasilitas praktik akan menentukan prestasi kejuruan siswa. Keberadaan fasilitas praktik
tidak menjamin peningkatan kualitas hasil pendidikan, bila perencanaannya kurang
tepat atau efektifitasnya rendah. Begitu pula sebaliknya, jika pada saat peserta didik
melakukan praktik masih terdapat sebagian peserta didik yang tidak menerima
peralatan tersebut, berarti target belajar peserta didik tidak t erca pa i. Dengan
de mi ki an a ga r da pat m e ndukung implementasi kurikulum, fasilitas praktik
dituntut harus relevan dengan yang dibutuhkan kurikulum. Persyaratan minimal ini diatur
dalam instrumen pemantau dan pengendalian terpadu sarana dan prasarna SMK
yang berupa check list standar peralatan minimal jurusan mekanik otomotif yang
dikeluarkan tahun 2006 oleh Inspektorat jendral Depdiknas. Dalam check list ini
sudah

dirinci

jenis alat minimal apa saja yang harus dimiliki dan jumlah

minimalnya. Terkait dengan hal ini dapat diajukan pertanyaan seberapa besar tingkat
relevansi fasilitas praktik yang ada di SMK Marsudiluhur II Yogyakarta dengan yang
dipersyaratkan oleh check list 2006 ?
Fasilitas praktik yang lengkap tidak menjamin pencapaian tujuan kurikulum. Hal
ini sesuai dengan pendapat Edy Supriyadi (1995) yang mengatakan bahwa penyebab
rendahnya kualitas lulusan SMK di samping keterbatasan pembiayaan pendidikan,
sesungguhnya terdapat inefisiensi dalam pengelolaan pendidikan, antara lain dalam
pengelolaan sarana dan prasarana peralatan praktikum yang tidak optimal, baik dari segi
fungsi, waktu dan pemanfaatannya. Penyediaan fasilitas praktik membutuhkan biaya yang
mahal, karena itu agar pendidikan dapat berjalan secara efisien, maka keberadaan fasilitas
praktik harus dimanfaatkan secara optimal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kir

Haryana(1994) yang menyatakan bahwa penggunaan masukan fasilitas praktik lebih efisien
dibanding masukan guru. Hal ini berarti semakin sering siswa menggunakan peralatan praktik
semakin tinggi pula prestasi kejuruan mereka. Dengan semakin tinggi prestasi kejuruannya
berarti semakin tinggi pula kualitas lulusannya. Sehubungan dengan hal ini dapat diajukan
pertanyaan seberapa besar tingkat efisiensi penggunaan fasilitas praktik di SMK
Marsudiluhur II Yogyakarta?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanana relevansi fasilitas
praktik yang ada di SMK Marsudiluhur II Yogyakarta dengan kebutuhan yang dipersyaratkan
dari jenis dan jumlah fasilitas praktiknya dan efisiensi pemanfaatanya.
B . Kajian Teori
Finch dan Crunkilton (1979) menyatakan bahwa untuk mendukung PBM
fasilitas merupakan sesuatu hal yang utama dan penting. Menurut Suharsimi
Arikunto (1988) fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan
melancarkan pelaksanaan sesuatu. Fasilitas dapat berwujud benda maupun uang.
Fasilitas praktik di suatu sekolah dikatakan memadai apabila semua jenis
peralatan dan bahan yang tersedia dapat melayani kebutuhan praktik siswa, baik ditinjau
dari jumlah maupun jenisnya (Bustami Achir, 1983). Jumlah alat dan bahan yang dimaksud
disini harus disesuaikan dengan perbandingan jumlah siswa dan waktu pemakaian alat.
Jenis alat dan bahan harus disesuaikan dengan materi praktik yang dimaksud dalam
kurikulum.
Dalam menentukan rasio jumlah alat dengan jumlah Siswa/ regu kerja pada
perhitungan di atas ada tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu :
1) penyajian pelajaran praktik harus dilaksanakan dengan cara bergilir/rotasi, baik
untuk perorangan maupun kelompok.
2) efisiensi pemakaian alat adalah sama dengan :
6

Jumlah Siswa di bengkel x Waktu pemakaian alat


Jumlah alat x Lama alat dapat dipakai
3) agar masing masing siswa dalam satu kelompok dapat berpraktik, maka jumlah
working station tunggal dalam satu ruangan praktik sama dengan
jumlah siswa praktik , sedang working station ganda dalarr, ruangan sama dengan
jumlah regu kerja dalam ruangan praktik tersebut (Bustami Achir, 1983 : 23)
SMK mempunyai Standar minimal fasilitas pra kt i k yang dipersyaratkan
kurikulum 2004. Standar kebutuhan fasilitas praktik menurut Kurikulum 2004 ditetapkan
oleh inspektorat jendral Depdiknas tahun 2006 yang berbentuk chek list standar
peralatan minimal bidang keahlian mekanik otomotif yang ditindak lanjuti oleh
peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor 40 tahun 2008
tentang standar sarana dan prasarana untuk sekolah menengah kejuruan/ madrasah
aliyah kejuruan(SMK/MAK). Termasuk di dalamnya, mengatur tentang kebutuhan
minimal untuk Bidang Keahlian Mekanik Otomotif. Standar tersebut menetapkan untuk
kapasitas praktik sebanyak 36 siswa. Dalam standart tersebut SMK Program Bidang
keahlian mekanik otomotif harus memiliki peralatan minimal sebanyak 923 buah yang
terdiri dari 161 jenis. Dari 161 jenis peralatan tersebut terdiri dari 8 kelompok yaitu
46 jenis alat tangan, 5 jenis alat tangan bertenaga, 20 jenis peralatan service khusus,
32 jenis alat ukur, 17 jenis peralatan praktek, 19 jenis peralatan umum, 15 jenis
peralatan pendukung dan 7 jenis perabot bengkel.
Fasilitas praktik yang relevan akan mendukung pel aksanaan
PBM. Dengan fasilitas praktik yang relevan guru akan lebih mudah dalam
menyampaikan pelajaran, karena apa yang disampaikan guru dalam teori kemudian
dapat dibuktikan dalam pelaksanaan praktik sehingga memperoleh pengetahuan

yang lebih mendalam dan siswa tidak mengalami kejenuhan dalam belajar. Fasilitas
praktik yang relevan juga akan meningkatkan gairah guru dalam mengajar,
karena dengan fasilitas p r a k t i k ya n g r e l e va n gu r u a k a n l e b i h m u d a h
d a l a m mentransfer ilmunya kepada siswa. Dengan fasilitas praktik yang relevan
guru tidak terlalu terbebani dengan pikiran bagaimana membuat siswa mengerti.
Efisiensi penggunaan fasilitas praktik menurut Bustami Achir(1983) adalah
perbandingan antara waktu penggunaan alat yang sebenarnya dengan waktu
lamanya alat dapat digunakan. Jadi semakin besar frekuensi penggunaan alat maka
semakin besar efisiensi penggunaanya.
Alat menurut statusnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu alat berstatus
Working Station tunggal dan alat berstatus working station ganda. Efisiensi
penggunaan fasilitas praktik juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu
1) efisiensi penggunaan alat yang berstatus

working

station

tunggal

dapat

dihitung dengan rumus


Jumlah Siswa di bengkel x Waktu pemakaian alat
Efisiensi =
Jumlah alat x Lama alat dipakai
2) efisiensi penggunaan alat yang berstatus working station ganda dapat dihitung
dengan rumus:
Jumlah regu di bengkel x Waktu pemakaian alat
Efisiensi =
Jumlah alat x lama alat dipakai
(Bustami Achir : 1983)
Penggunaan fasilitas praktik yang diteliti adalah penggunaan fasilitas
praktik berdasarkan mata pelajaran yang melaksanakan praktik di bengkel selama 1
tahun pelajaran yaitu dari semester 1 dan 2 dari kelas X, XI,dan XII.. Seluruhnya ada 9 mata
pelajaran praktik yaitu Proses dasar pembentukan (PDPL), PMKE, MP6, Menggunakan

alat ukur (MAU), Memelihara baterai (MB), Peralatan dan perlengkapan tempat kerja
(PPTK) dan memperbaiki system hidroulik dan Kompresor (MSHKU), Pekerjaan Motor
dan Kelistrikan (PMK) dan Casis dan Pemindah Tenaga(CPT). Mata Pelajaran Proses
dasar pembentukan (PDPL), PMKE, MP6 dilaksanakan pada tingkat X semester 1. Mata
pelajaran Menggunakan alat ukur (MAU), Memelihara baterai (MB), Peralatan dan
perlengkapan tempat kerja (PPTK) dan memperbaiki system hidroulik dan Kompresor
(MSHKU) dilaksanakan pada tingkat X semester 2. Mata Pelajaran MPK dan CPT
dilaksanakan pada tingkat II dan III semester 1 dan 2.

C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan menggunakan metode
pendekatan survei yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau mencari
fakta dan keterangan secara faktual. Penelitian ini bersifat ex-post facto, dimana
tidak dilakukan kontrol te rh a da p fa si lit a s pra kt i k SMK .
2. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat

Penelitian

adalah di

SMK Marsudiluhur II Yogyakarta yang

menyelenggarakan Program studi keahlian mekanik otomotif Bidang Keahlian Otomotif pada
Tahun Ajaran 2010/2011. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan 25 April 2011 sampai
dengan 13 Juli 2011.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian populasi. Sebagai unit analisis adalah fasilitas
praktek SMK Marsudiluhur II Yogyakarta Program studi Keahlian Otomotif di SMK
Marsudiluhur II Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 yang menyangkut ketersediaan
fasilitas praktik dan efisiensi penggunaanya.
9

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket,
observasi langsung dan dokumentasi.
5. Teknik Analisis Data
a. Relevansi Fasilitas Praktik
Data ini berupa angka 0 dan 1, menurut Suharsimi (1991) data ini
bersifat dikotomi sehingga data tersebut dianalisis dengan teknik diskriptif
kuantitatif dengan menentukan nilai koefisiennya. Adapun langkah analisis
yang dilakukan sebagai berikut 1) angka -angka yang sudah tersusun
dijumlah kemudian dibandingkan, dan 2) diperoleh persentase. Selanjutnya data
ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Rekomendasi yang diberikan
dari persentase merupakan status berupa :sangat baik, baik, buruk dan sangat
buruk (suharsimi,1991:196).
b. Efisiensi Penggunaan Fasilitas Praktek
Analisis data tentang efisiensi penggunaan fasilitas praktik, digunakan
teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan teknik persentase. Proses perhitungan
persentase d i l a k u k a n d e n ga n c a ra m e m b a n di n gk a n a n t a r a a n gk a
pemanfaata n peral atan ya ng sebenarnya dengan angka pemanfaatan
yang seharusnya (standar). Dalam penelitian ini standar pemanfaatan fasilitas
praktik diambil 40 jam per minggu dan persemester terdapat 24 minggu. Untuk
proses belajar mengaiar terdapat 21 minggu efektif.

10

F. Hasil Penelitian
1. Data kelengkapan fasilitas praktek
Tabel. 1. Rekapitulasi Kelengkapan Fasilitas Praktek program keahlian Mekanik
Otomotif SMK Marsudiluhur 2 Yogyakarta.
JUMLAH Total

KONDISI
Kf

Rusak 3a/3b (%) skor

Ada (3a)

Std
(3b)

Baik
(4a)

(4b)

46

417

523

417

84.2%

44

0.96

90.0%

1.00

3 Peralatan service
khusus

20

38

43

38

99.2%

19

0.95

4 alat ukur

32

99

140

99

No

No. Indikator

No Item

1 Alat tangan
2

Alat tangan
bertenaga

28
70.7%

5 Peralatan Praktek

17

47

47

47

6 Peralatan Umum

19

65

47

65

15

7 Peralatan
Pendukung

8 Perabot Bengkel
Jumlah Total/
Rerata
Prosentase total

161

86

71

71

118.6%

17

125.8%

19

75.6%

14

0.88
1.00
1.00
0.93

28

28

28

100.0%

1.00

773

923

773

95.5%

153

0.96

2. Data efisiensi penggunaan fasilitas praktik


Tabel 2. Pemanfaatan fasilitas praktik SMK Marsudi Luhur 2 Yogyakarta
tahun pelajaran 2010/2011
Waktu pemanfaatan fasilitas praktek (jam)
Kelas X
Kelas XI
Kelas XII
Jumlah
1
2
1
2
1
2
PDPL 108 108
PMKE 108 108
MP6
216 216
MAU
- 108
108
MB
- 108
108
PPTK
- 216
216
MSHKU - 216
216
PMK
243
243
283.5 283.5
1053
CPT
283.5 283.5
243
243
1053
432 648 526.5 526.5 526.5 526.5
3186
Mapel

11

G. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Relevansi Fasilitas Praktik
Hasil penelitian relevansi kelengkapan fasilitas praktik pada
SMK Marsudiluhur 2 Yogyakarta, bila ditinjau dari jenisnya dari kedelapan
aspek yang diukur diperoleh rerata yang menunjukkan kriteria relevansi
sangat baik. Artinya sebagian besar jenis peralatan yang dipersyaratkan
kurikulum 2004 untuk diimplementasikan dalam bentuk pengajaran
telah tersedia di bengkel. Meskipun telah menunjukkan kategori relevansi
sangat baik, bila dicermati lebih jauh ternyata angkanya belum mencapai
1, artinya untuk peralatan tertentu masih kurang. I ni artinya masih ada
beberapa jenis alat yang perlu untuk ditambahkan.
Bi l a di l i ha t dari j uml a hnya re ra t a koe fi si e n

kelengkapan

fasilitas praktik SMK Marsudiluhur 2 Yogyakarta termasuk dalam kategori sangat


baik. Walupun termasuk dalam kategori sangat baik ternyata bila dicermati lebih
teliti menurut peraspek alat, ternyata masih ada 5 aspek yang koefisiennya
belum mencapai 1, yaitu alat tangan (0.84) , alat tangan bertenaga(0.90) ,
peralatan service khusus (0.99) , alat ukur (0.7) dan peralatan pendukung
(0.75). Ini artinya jumlah fasilitas praktik yang ada di SMK Marsudiluhur 2
Yogyakarta masih banyak yang kurang. Sedangkan untuk aspek peralatan praktek
dan peralatan umum jumlahnya sudah lebih dari cukup
Alat tersebut.dievaluasi berdasarkan standar minimal kebutuhan fasilitas
praktik untuk program studi keahlian mekanik otomotif dengan standar jumlah
siswa tiap kelas 36 orang. Dengan kondisi alat yang ada bila pelajaran praktik
dilaksanakan sesuai dengan Standar kelas dengan jumlah siswa 36 orang,

12

maka akan banyak siswa yang menganggur pada saat pelajaran praktik.
Menurut hasil pengamatan diperoleh bahwa bahwa jumlah siswa SMK Marsudiluhur 2
Yogyakarta untuk kelas X sebanyak 144 orang yang terbagi dalam 4 kelas parallel
(36 siswa tiap kelas). Untuk kelas XI jumiah siswa sebanyak 114 orang yang
dibagi dalam 3 kelas parallel (36 siswa tiap kelas) dan kelas XII jumlah siswa
sebanyak 144 orang yang terbagi dalam 4 kelas paralel (36 siswa tiap kelas).
2. Efisiensi Penggunaan Fasilitas Praktek
Fasilitas praktik yang lengkap belum tentu menjamin pencapaian tujuan
kurikulum. Hal ini sejalan dengan pendapat Edy Supriyadi (1995) mengatakan
bahwa salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan adalah adanya
inefisiensi dalam pengelolaan pendidikan antara lain dalam pengelolaan sarana dan
prasarana peralatan prakt.ik yang tidak optimal, Hal ini berarti sekolah disamping dituntut
untuk melengkapi fasilitas praktiknya, mengahsilkan lulusan yang berkualitas
juga dituntut untuk dapat memanfaatkan fasilitas fasilitas praktik yang dimiliki,
atau boleh dikatakan bahwa penyelenggara pendidikan dituntut untuk seefisien
mungkin. Karena itu agar pendidikan kejuruan dapat berjalan dengan efisien
dan efektif fasilitas praktik yang ada harus dimanfaatkan secara optimal.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kir Haryana(2004) yang menemukan
bahwa dalam menghasilkan keluaran pendidikan yang berupa jumlah
kelulusan dan prestasi kejuruan peserta didik, ternyata penggunaan masukan
fasilitas peralatan praktik adalah lebih efisien daripada penggunaan masukan guru.
Hal ini berarti semakin sering siswa menggunakan peralatan praktik semakin
tinggi prestasi kejuruan peserta didik.
Hasil penelitian penggunaan fasilitas praktik di SMK Marsudiluhur 2

13

Yogyakarta menunjukkan angka pemanfaatan fasilitas praktik rata-rata 23,4%


dengan efisiensi tertinggi yang dicapai oleh

mata pelajaran PMK dan CPT yang

menunjukkan kriteria efisiensi yang tinggi (69,92%).

Sedangkan untuk mata

pelajaran yang lain efisiensinya sangat rendah yaitu menunjukkan angka 7,14%
(PDPL,PMKE,MAU,MB) dan 14,2% (MP6, PPTK,MSHKU) ini berarti dapat
disimpulkan bahwa secara umum pemanfaatan fasilitas praktik untuk
masing-masing mata pelajaran praktik kejuruan masih sangat rendah. Padahal
untuk pengelolaan fasilitas praktik yang baik, Bustami Achir(1983) memberikan
batasan efisensiantara 70% sampai 80%.
H. Kesimpulan
Pada bab ini akan dilaporkan mengenai simpulan hasil penelitian, implikasi,
keterbatasan penelitian, saran yang diajukan. Berdasarkan basil penelitian dan
analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.

Relevansi kelengkapan fasilitas praktik SMK Marsudiluhur 2 Yogyakarta


ditinjau dari jenisnya secara umum termasuk dalam kategori sangat baik hal ini
ditunjukkan oleh nilai koefisen yang dicapai yaitu 0,96. Ditinjau dari jumlahnya
termasuk dalam kategori sangat baik dengan nilai koefisien 0,95

2.

Rata-rata efisiensi penggunaan fasilitas praktek setiap mata pelajaran adalah


23%. Dengan efisiensi tertinggi adalah penggunaan bengkel untuk praktek
mata pelajaran CPT dan PMK dengan efisiensi sebsesar 69%

14

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1988). Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Ace Suryadi. (1998). Keadaan, Permasalahan dan tantangan masa depan pendidikan
di Indonesia. Kajian Pendidikan dan Kebudayaan (No.15 Tahun IV)
Bustami Achir. (1983). Merencana kebutuhan Fasilitas Pelajaran Praktek dan
Optimasi Pemakaiannya . Bandung: PPPGT.
Depdikbud. (2004). Kurikulum SMK 2004. Jakarta: Ditjen Dikmenjur
Depdiknas. (2001). Reposisi Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020. Jakarta Ditjen
Dikdasmen Dit Dikmenjur.
Depdiknas. (2006). Instrumen Pemantau dan pengendalian Terpadu Sarana dan
Prasarana SMK. Jakarta : Inspektorat Jenderal
Edy Supriyadi. (1995). Penyelenggaraan Unit Produksi di SMK . Jurnal Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan (no.5 Th IV).
Finch, Curtis R. and Crunkilton, John R., (1979), Curriculum Development in
Vocational and Technical Education: Planning, Content, and Implementation.
Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Kir Haryana. 1993. "Effisiensi internal STM Program Studi Mekanik Umum Tahun
Ajaran 1987/1988 1991/1992 di Propinsi Jawa Tengah. Tesis. Yogyakarta :
PPS. IKIP Yogyakarta.
Liston, B. & Whitcomb. 2008. Journal of teacher education
(http://www.accessmylibrary.com/ coms.2/summary.0286-34137934 ITM).
Diambil pada tanggal 18 September 2009.
Martina Endah. S. Dkk (22 November 2008) Konsep Pendidikan SMK Dalam
Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja Untuk Mendukung Peningkatan Potensi
Wilayah Di Surabaya . Diambil pada 8 Desember 2009, dari
http://endahgf.blogspot.com/2008/11/konsep-pendidikan-smk-dalam.html
Mulyani Sumantri (1989). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Ditjen Dikti LPTK
Orlich, D C., at al. (2007). Teaching Strategies:A Guide to Effective Instruction. New
York: Houghton Mifflin Company.
Perketat, Pemberian Izin Operasional SMK Baru (07 Juni 2009). Pikiran Rakyat OnLine diambil pada tanggal 8 Desember 2009, dari http://122.200.145.230/
index.php?mib=news.detail&id=84544" katanya. (A-71)
Sege, M.D. (2005). Pengaruh Motivasi,Pembelajaran, dan Fasilitas terhadap
Kemampuan Kerja Las Siswa SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Tesis
Magister, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Soemanto, W. (2003.) Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata. (1989). Psikologi Pendidikan. Bandung : Sinar Bandung
Soenarto dkk, (1994). Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Yogyakarta. FPTK IKIP
Yogyakarta.
Tukiman, 2009. Situasi Bengkel dan Kondisi Peralatan Praktik Pemesinan SMK Swasta
di
Wilayah
Gerbangkertosusila
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/
disertasi/article/view/2778 tanggal 8 des 2009
Undang-Undang Republik Indonesia No. 30 Tahun 2003 Tentang system pendidikan
Nasional. 2003. Jakarta. Secretariat Kabinet RI

15

BIODATA PENULIS
1. Rabiman S.Pd, lahir di klaten, 17 April 1975. Saat ini sedang
menempuh pendidi kan S2 di Program Studi PT K Uni versita s Ne ge ri
Yogyaka rta. Men yelesaikan S1 Pendidikan Teknik Otomotif di
Uni versitas Ne ge ri Yogyakarta tahun 2000. Sejak tahun 2010
menjadi dosen DPK di Pro gram Studi Pendidikan Teknik Me sin
FKIP UST dengan jabatan akademi k Asisten Ahli.

2. Drs. Tjiptono, M.Pd, Lahir di Klaten , 04 April 1956. Menyelesa ikan


S1 Pendi dikan Teknik Me sin di IKIP Yogya karta. S2 Pa scasarjana
UNY sele sai pada tahun 2003. Sejak tahun 1988 sampai saat ini
menjadi dosen DPK di Pro gram Studi Pendidikan Teknik Me sin
FKIP UST dengan jabatan akademi k Le ktor Kepala

16

Anda mungkin juga menyukai