pendidikan tingkat menengah di Indonesia dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu pendidikan
umum dan pendidikan kejuruan.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pada penjelasan pasal 15 di sebutkan bahwa pendidikan kejuruan di Indonesia
merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam
bidang tertentu. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan
bahwa pendidikan
kejuruan
ditemukan
sebagai
investasi
pendidikan
yang
kurang
menguntungkan karena aspek biaya yang terlalu mahal dan membebani anggaran
pemerintah ketimbang aspek manfaatnya. pendapat di atas didukung oleh pendapat
Ace Suryadi (1998) yang mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan
perluasan kesempatan pendidikan di SMK secara intensif, namun demikian sejumlah
penelitian menunjukkan bahwa dengan biaya pendidikan yang mahal, SMK belum
memperlihatkan keberhasilan bagi peningkatan lulusannya. Ini berarti mutu lulusan SMK
masih perlu ditingkatkan agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Menurut Soenarto (1994:4) rendahnya kualitas pendidikan kejuruan ini
disebabkan karena banyaknya sekolah-sekolah yang didirikan kurang memenuhi
syarat antara lain: (1). tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai; 2)
banyaknya tenaga pengajar yang tidak sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki; 3)
tidak dikelola dengan baik dan 4) orientasi pendirian sekolah adalah bukan untuk
mencetak calon tenaga kerja yang berkualitas, tetapi menurut misi organisasi atau agama
tertentu.
SMK Marsudiluhur II Yogyakarta adalah SMK swasta menyelenggarakan
Program Keahlian Mekanik Otomotif sejak tahun 2000, dan telah mendapatkan
akreditasi A pada tahun 2009. Sebagai lembaga pendidikan swasta yang tentunya
SMK Marsudiluhur II Yogyakarta juga menghadapi permasalahan sebagaimana
yang dihadapi oleh SMK Swasta yang salah satunya.kualitas lulusanya yang
merupakan salah satu indikator kesehatan suatu lembaga pendidikan. Rendahnya
kualitas lulusan ini salah satunya dapat dilihat dari kenyataan bahwa masih adanya
siswa SMK ini tidak lulus pada ujian akhir yang diselenggarakan tahun 2009/2010
sebanyak 1 siswa dan pada
Disamping itu dari sebanyak 120 siswa yang diluluskan pada tahun ajaran
2010/2011 ini ternyata nilai rata-rata kompetensi keahliannya baru baru mencapai
rata-rata 71, dengan nilai teori kejuruan sebesar 65. Berbagai upaya peningkatan
kualitas dapat dilakukan SMK antara lain dengan pembenahan sarana dan prasarana,
peningkatan kualitas maupun kuantitas guru, meningkatkan relevansi bidang keahlian guru
dengan mata pelajaran yang diampunya, peningkatan kesejahteraan guru dan karyawan,
peningkatan kualitas teknisi, peningkatan kemampuan tenaga administrasi, menjalin
hubungan dengan dunia usaha dan dunia industri serta lebih gencar melakukan
pengenalan diri ke masyarakat agar potensinya lebih dikenal disamping itu sekolah
juga terus melakukan perbaikan dalam pelaksanaan Proses Belaiar Mengajar (PBM)
yang pada gilirannya semua usaha tersebut bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang
berkualitas.
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas lulusan SMK. Diantara faktorfaktor tersebut adalah peserta didik, tenaga pengajar, fasilitas praktik, lingkungan
sekolah, dukungan masyarakat, pelaksanaan PBM dan
kurikulum.
(Sumadi
Suryabrata,1989: 6-14).
Kurikulum SMK 2004 menentukan perbandingan 20% pelajaran umum, 40%
dasar kejuruan, 40% praktik kejuruan/bengkel. Dengan proporsi yang demikian besar pada
pelajaran praktik dalam proses belajar mengajar yang dilakukan, maka ketersediaan
fasilitas praktik bagi sekolah kejuruan merupakan faktor utama yang menentukan berhasil
atau tidakmya seluruh proses belajar mengajar praktik yang dilakukan. Ini berarti
fasilitas praktik akan menentukan prestasi kejuruan siswa. Keberadaan fasilitas praktik
tidak menjamin peningkatan kualitas hasil pendidikan, bila perencanaannya kurang
tepat atau efektifitasnya rendah. Begitu pula sebaliknya, jika pada saat peserta didik
melakukan praktik masih terdapat sebagian peserta didik yang tidak menerima
peralatan tersebut, berarti target belajar peserta didik tidak t erca pa i. Dengan
de mi ki an a ga r da pat m e ndukung implementasi kurikulum, fasilitas praktik
dituntut harus relevan dengan yang dibutuhkan kurikulum. Persyaratan minimal ini diatur
dalam instrumen pemantau dan pengendalian terpadu sarana dan prasarna SMK
yang berupa check list standar peralatan minimal jurusan mekanik otomotif yang
dikeluarkan tahun 2006 oleh Inspektorat jendral Depdiknas. Dalam check list ini
sudah
dirinci
jenis alat minimal apa saja yang harus dimiliki dan jumlah
minimalnya. Terkait dengan hal ini dapat diajukan pertanyaan seberapa besar tingkat
relevansi fasilitas praktik yang ada di SMK Marsudiluhur II Yogyakarta dengan yang
dipersyaratkan oleh check list 2006 ?
Fasilitas praktik yang lengkap tidak menjamin pencapaian tujuan kurikulum. Hal
ini sesuai dengan pendapat Edy Supriyadi (1995) yang mengatakan bahwa penyebab
rendahnya kualitas lulusan SMK di samping keterbatasan pembiayaan pendidikan,
sesungguhnya terdapat inefisiensi dalam pengelolaan pendidikan, antara lain dalam
pengelolaan sarana dan prasarana peralatan praktikum yang tidak optimal, baik dari segi
fungsi, waktu dan pemanfaatannya. Penyediaan fasilitas praktik membutuhkan biaya yang
mahal, karena itu agar pendidikan dapat berjalan secara efisien, maka keberadaan fasilitas
praktik harus dimanfaatkan secara optimal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kir
Haryana(1994) yang menyatakan bahwa penggunaan masukan fasilitas praktik lebih efisien
dibanding masukan guru. Hal ini berarti semakin sering siswa menggunakan peralatan praktik
semakin tinggi pula prestasi kejuruan mereka. Dengan semakin tinggi prestasi kejuruannya
berarti semakin tinggi pula kualitas lulusannya. Sehubungan dengan hal ini dapat diajukan
pertanyaan seberapa besar tingkat efisiensi penggunaan fasilitas praktik di SMK
Marsudiluhur II Yogyakarta?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanana relevansi fasilitas
praktik yang ada di SMK Marsudiluhur II Yogyakarta dengan kebutuhan yang dipersyaratkan
dari jenis dan jumlah fasilitas praktiknya dan efisiensi pemanfaatanya.
B . Kajian Teori
Finch dan Crunkilton (1979) menyatakan bahwa untuk mendukung PBM
fasilitas merupakan sesuatu hal yang utama dan penting. Menurut Suharsimi
Arikunto (1988) fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan
melancarkan pelaksanaan sesuatu. Fasilitas dapat berwujud benda maupun uang.
Fasilitas praktik di suatu sekolah dikatakan memadai apabila semua jenis
peralatan dan bahan yang tersedia dapat melayani kebutuhan praktik siswa, baik ditinjau
dari jumlah maupun jenisnya (Bustami Achir, 1983). Jumlah alat dan bahan yang dimaksud
disini harus disesuaikan dengan perbandingan jumlah siswa dan waktu pemakaian alat.
Jenis alat dan bahan harus disesuaikan dengan materi praktik yang dimaksud dalam
kurikulum.
Dalam menentukan rasio jumlah alat dengan jumlah Siswa/ regu kerja pada
perhitungan di atas ada tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu :
1) penyajian pelajaran praktik harus dilaksanakan dengan cara bergilir/rotasi, baik
untuk perorangan maupun kelompok.
2) efisiensi pemakaian alat adalah sama dengan :
6
yang lebih mendalam dan siswa tidak mengalami kejenuhan dalam belajar. Fasilitas
praktik yang relevan juga akan meningkatkan gairah guru dalam mengajar,
karena dengan fasilitas p r a k t i k ya n g r e l e va n gu r u a k a n l e b i h m u d a h
d a l a m mentransfer ilmunya kepada siswa. Dengan fasilitas praktik yang relevan
guru tidak terlalu terbebani dengan pikiran bagaimana membuat siswa mengerti.
Efisiensi penggunaan fasilitas praktik menurut Bustami Achir(1983) adalah
perbandingan antara waktu penggunaan alat yang sebenarnya dengan waktu
lamanya alat dapat digunakan. Jadi semakin besar frekuensi penggunaan alat maka
semakin besar efisiensi penggunaanya.
Alat menurut statusnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu alat berstatus
Working Station tunggal dan alat berstatus working station ganda. Efisiensi
penggunaan fasilitas praktik juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu
1) efisiensi penggunaan alat yang berstatus
working
station
tunggal
dapat
alat ukur (MAU), Memelihara baterai (MB), Peralatan dan perlengkapan tempat kerja
(PPTK) dan memperbaiki system hidroulik dan Kompresor (MSHKU), Pekerjaan Motor
dan Kelistrikan (PMK) dan Casis dan Pemindah Tenaga(CPT). Mata Pelajaran Proses
dasar pembentukan (PDPL), PMKE, MP6 dilaksanakan pada tingkat X semester 1. Mata
pelajaran Menggunakan alat ukur (MAU), Memelihara baterai (MB), Peralatan dan
perlengkapan tempat kerja (PPTK) dan memperbaiki system hidroulik dan Kompresor
(MSHKU) dilaksanakan pada tingkat X semester 2. Mata Pelajaran MPK dan CPT
dilaksanakan pada tingkat II dan III semester 1 dan 2.
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan menggunakan metode
pendekatan survei yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau mencari
fakta dan keterangan secara faktual. Penelitian ini bersifat ex-post facto, dimana
tidak dilakukan kontrol te rh a da p fa si lit a s pra kt i k SMK .
2. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat
Penelitian
adalah di
menyelenggarakan Program studi keahlian mekanik otomotif Bidang Keahlian Otomotif pada
Tahun Ajaran 2010/2011. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan 25 April 2011 sampai
dengan 13 Juli 2011.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian populasi. Sebagai unit analisis adalah fasilitas
praktek SMK Marsudiluhur II Yogyakarta Program studi Keahlian Otomotif di SMK
Marsudiluhur II Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 yang menyangkut ketersediaan
fasilitas praktik dan efisiensi penggunaanya.
9
10
F. Hasil Penelitian
1. Data kelengkapan fasilitas praktek
Tabel. 1. Rekapitulasi Kelengkapan Fasilitas Praktek program keahlian Mekanik
Otomotif SMK Marsudiluhur 2 Yogyakarta.
JUMLAH Total
KONDISI
Kf
Ada (3a)
Std
(3b)
Baik
(4a)
(4b)
46
417
523
417
84.2%
44
0.96
90.0%
1.00
3 Peralatan service
khusus
20
38
43
38
99.2%
19
0.95
4 alat ukur
32
99
140
99
No
No. Indikator
No Item
1 Alat tangan
2
Alat tangan
bertenaga
28
70.7%
5 Peralatan Praktek
17
47
47
47
6 Peralatan Umum
19
65
47
65
15
7 Peralatan
Pendukung
8 Perabot Bengkel
Jumlah Total/
Rerata
Prosentase total
161
86
71
71
118.6%
17
125.8%
19
75.6%
14
0.88
1.00
1.00
0.93
28
28
28
100.0%
1.00
773
923
773
95.5%
153
0.96
11
kelengkapan
12
maka akan banyak siswa yang menganggur pada saat pelajaran praktik.
Menurut hasil pengamatan diperoleh bahwa bahwa jumlah siswa SMK Marsudiluhur 2
Yogyakarta untuk kelas X sebanyak 144 orang yang terbagi dalam 4 kelas parallel
(36 siswa tiap kelas). Untuk kelas XI jumiah siswa sebanyak 114 orang yang
dibagi dalam 3 kelas parallel (36 siswa tiap kelas) dan kelas XII jumlah siswa
sebanyak 144 orang yang terbagi dalam 4 kelas paralel (36 siswa tiap kelas).
2. Efisiensi Penggunaan Fasilitas Praktek
Fasilitas praktik yang lengkap belum tentu menjamin pencapaian tujuan
kurikulum. Hal ini sejalan dengan pendapat Edy Supriyadi (1995) mengatakan
bahwa salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan adalah adanya
inefisiensi dalam pengelolaan pendidikan antara lain dalam pengelolaan sarana dan
prasarana peralatan prakt.ik yang tidak optimal, Hal ini berarti sekolah disamping dituntut
untuk melengkapi fasilitas praktiknya, mengahsilkan lulusan yang berkualitas
juga dituntut untuk dapat memanfaatkan fasilitas fasilitas praktik yang dimiliki,
atau boleh dikatakan bahwa penyelenggara pendidikan dituntut untuk seefisien
mungkin. Karena itu agar pendidikan kejuruan dapat berjalan dengan efisien
dan efektif fasilitas praktik yang ada harus dimanfaatkan secara optimal.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kir Haryana(2004) yang menemukan
bahwa dalam menghasilkan keluaran pendidikan yang berupa jumlah
kelulusan dan prestasi kejuruan peserta didik, ternyata penggunaan masukan
fasilitas peralatan praktik adalah lebih efisien daripada penggunaan masukan guru.
Hal ini berarti semakin sering siswa menggunakan peralatan praktik semakin
tinggi prestasi kejuruan peserta didik.
Hasil penelitian penggunaan fasilitas praktik di SMK Marsudiluhur 2
13
pelajaran yang lain efisiensinya sangat rendah yaitu menunjukkan angka 7,14%
(PDPL,PMKE,MAU,MB) dan 14,2% (MP6, PPTK,MSHKU) ini berarti dapat
disimpulkan bahwa secara umum pemanfaatan fasilitas praktik untuk
masing-masing mata pelajaran praktik kejuruan masih sangat rendah. Padahal
untuk pengelolaan fasilitas praktik yang baik, Bustami Achir(1983) memberikan
batasan efisensiantara 70% sampai 80%.
H. Kesimpulan
Pada bab ini akan dilaporkan mengenai simpulan hasil penelitian, implikasi,
keterbatasan penelitian, saran yang diajukan. Berdasarkan basil penelitian dan
analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
2.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1988). Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Ace Suryadi. (1998). Keadaan, Permasalahan dan tantangan masa depan pendidikan
di Indonesia. Kajian Pendidikan dan Kebudayaan (No.15 Tahun IV)
Bustami Achir. (1983). Merencana kebutuhan Fasilitas Pelajaran Praktek dan
Optimasi Pemakaiannya . Bandung: PPPGT.
Depdikbud. (2004). Kurikulum SMK 2004. Jakarta: Ditjen Dikmenjur
Depdiknas. (2001). Reposisi Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020. Jakarta Ditjen
Dikdasmen Dit Dikmenjur.
Depdiknas. (2006). Instrumen Pemantau dan pengendalian Terpadu Sarana dan
Prasarana SMK. Jakarta : Inspektorat Jenderal
Edy Supriyadi. (1995). Penyelenggaraan Unit Produksi di SMK . Jurnal Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan (no.5 Th IV).
Finch, Curtis R. and Crunkilton, John R., (1979), Curriculum Development in
Vocational and Technical Education: Planning, Content, and Implementation.
Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Kir Haryana. 1993. "Effisiensi internal STM Program Studi Mekanik Umum Tahun
Ajaran 1987/1988 1991/1992 di Propinsi Jawa Tengah. Tesis. Yogyakarta :
PPS. IKIP Yogyakarta.
Liston, B. & Whitcomb. 2008. Journal of teacher education
(http://www.accessmylibrary.com/ coms.2/summary.0286-34137934 ITM).
Diambil pada tanggal 18 September 2009.
Martina Endah. S. Dkk (22 November 2008) Konsep Pendidikan SMK Dalam
Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja Untuk Mendukung Peningkatan Potensi
Wilayah Di Surabaya . Diambil pada 8 Desember 2009, dari
http://endahgf.blogspot.com/2008/11/konsep-pendidikan-smk-dalam.html
Mulyani Sumantri (1989). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Ditjen Dikti LPTK
Orlich, D C., at al. (2007). Teaching Strategies:A Guide to Effective Instruction. New
York: Houghton Mifflin Company.
Perketat, Pemberian Izin Operasional SMK Baru (07 Juni 2009). Pikiran Rakyat OnLine diambil pada tanggal 8 Desember 2009, dari http://122.200.145.230/
index.php?mib=news.detail&id=84544" katanya. (A-71)
Sege, M.D. (2005). Pengaruh Motivasi,Pembelajaran, dan Fasilitas terhadap
Kemampuan Kerja Las Siswa SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Tesis
Magister, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Soemanto, W. (2003.) Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata. (1989). Psikologi Pendidikan. Bandung : Sinar Bandung
Soenarto dkk, (1994). Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Yogyakarta. FPTK IKIP
Yogyakarta.
Tukiman, 2009. Situasi Bengkel dan Kondisi Peralatan Praktik Pemesinan SMK Swasta
di
Wilayah
Gerbangkertosusila
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/
disertasi/article/view/2778 tanggal 8 des 2009
Undang-Undang Republik Indonesia No. 30 Tahun 2003 Tentang system pendidikan
Nasional. 2003. Jakarta. Secretariat Kabinet RI
15
BIODATA PENULIS
1. Rabiman S.Pd, lahir di klaten, 17 April 1975. Saat ini sedang
menempuh pendidi kan S2 di Program Studi PT K Uni versita s Ne ge ri
Yogyaka rta. Men yelesaikan S1 Pendidikan Teknik Otomotif di
Uni versitas Ne ge ri Yogyakarta tahun 2000. Sejak tahun 2010
menjadi dosen DPK di Pro gram Studi Pendidikan Teknik Me sin
FKIP UST dengan jabatan akademi k Asisten Ahli.
16