Anda di halaman 1dari 6

Bab 2 Larangan untuk Membujang

Penjelasan Bab :
Membujang yakni sengaja tidak mau menikah dalam rangka agar bisa lebih fokus dalam beribadah.
Fiimaa nalam, tidak ada satupun ulama yang membolehkan seorang membujang dalam rangka ibadah.
Allah Subhanaahu wa Taaalaa dan Rasul-Nya pernah menegur keras sebagian sahabat yang bertekad
untuk meninggalkan perbuatan yang dihalalkan seperti menikah, dalam rangka ibadah. Allah
Subhanaahu wa Taaalaa berfirman :



Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan
bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas (QS. Al Maidah : 87).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyyah dalam Majmu Fatawa (25/273-cet. Daarul Wafaa) berkata :

:

.

Ayat ini turun berkaitan dengan sebagian sahabat yang mereka berkumpul dan bertekad untuk
membujang dalam rangka beribadah, ada juga yang terus-menerus berpuasa, ada lagi yang sholat
sepanjang malam, ada yang menjauhi makan daging dan ada juga yang menjauhi istrinya. Maka Allah
Subhanaahu wa Taaalaa melarang mereka untuk mengharamkan apa-apa yang baik (lagi halal),
berupa makan daging, berhubungan dengan istrinya dan mencicipi makanan enak.
Adapun teguran dari Nabi sholallahu alaihi wa salam, kami telah menyinggung dalamMukadimah

Imam Ibnu Majah berkata :

1848 : :


4). Hadits no. 1848
Haddatsanaa Abu Marwaan Muhammad bin Utsmaan al-Utsmaaniy ia berkata, haddatsanaa Ibrohim bin
Saad dari az-Zuhriy dari Said bin Musayyib dari Saad rodhiyallahu anhu ia berkata : Rasulullah
sholallahu alaihi wa salam membatah Utsman bin Madhun rodhiyallahu anhu yang akan membujang,
seandainya Beliau mengijinkan, maka kami pasti akan melakukan kebiri.
Penjelasan kedudukan hadits :
Semua perowinya, perowi Bukhori dan Muslim, kecuali Muhammad bin Utsman, seorang perowi shoduq
yang memiliki kekeliruan.
Hadits ini Shahih, lafadz yang hampir mirip dalam HR. Bukhori (no. 5073) dan HR. Muslim (no. 1042).

Imam Ibnu Majah berkata :


1849
: :
[38 : } { ]: : .
5). Hadits no. 1849
Haddatsanaa Bisyr bin Adam dan Zaid bin Akhzam mereka berdua berkata, haddatsanaa Muadz bin
Hisyaam ia berkata, haddatsanaa Bapakku dari Qotadah dari al-Hasan dari Samurah rodhiyallahu anhu
bahwa Rasulullah sholallahu alaihi wa salam melarang untuk membujang.
Zaid bin Ahzam menambahkan, Qotadah membaca : Dan sesungguhnya Kami telah mengutus
beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan (QS.
Ar-Radu : 38).
Penjelasan kedudukan hadits :

Semua perowinya, perowi Bukhori-Muslim, kecuali Zaid bin Akhzam, hanya dipakai oleh Bukhori dan
Bisyr hanya perowi shoduq yang memiliki kelemahan.
Hadits ini Shahih lighoirihi, lafadz yang mirip diriwayatkan dalam HR. Tirmidzi (no. 1082) dan HR.
Nasai (no. 3214). para ulama berbeda pendapat tentang pendengaran al-Hasan al-Bashri perowi hadits
diatas dari Samurah bin Jundub rodhiyallahu anhu, dan al-Hasan maruf sebagai mudallis, sedangkan
disini beliau meriwayatkan dengan ananah. Imam Tirmidzi menghasankan hadits ini, sedangkan Imam
Al Albani dan Syaikh Syuaib Arnauth mengatakan bahwa hadits ini Shahih lighoirihi. Barangkali sisi
alasannya adalah sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Syuaib dalam Taliq Sunan Ibnu Majah :
: ) ( : .
: .
Tirmidzi berkata dalam al-Ilal : aku bertanya kepada Muhammad (yakni Imam Bukhori), tentang
hadits ini, lalu beliau menjawab : hadits al-Hasan dari Samurah mafhuufd (terjaga).
Kami katakan, dan diperkuat dengan hadits Saad rodhiyallahu anhu sebelumnya (hadits no. 5).

Penjelasan Hadits :
1.

Larangan untuk sengaja membujang, terlebih lagi jika itu diniatkan dalam rangka beribadah.

2.

Juga larangan untuk mengkebiri kemaluan, sekalipun bertujuan untuk beribadah, seperti
berkhidmat di masjidil haram atau masjid-masjid lainnya.

3.

Menikah juga termasuk sunah para Nabi alaihimus salam, karena para Nabi alaihimus salam
mereka melakukan pernikahan dan memiliki anak keturunan, sebagaimana Firman-Nya :

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada
mereka isteri-isteri dan keturunan (QS. Ar-Radu : 38).
Dalam sebuah hadits Nabi sholallahu alaihi wa salam :
:

Ada 4 hal yang merupakan sunah para Rasul yaitu : memakai minyak wangi, nikah, siwak dan malu
(dalam riwayat lain khitan- pent.) (HR. Ahmad dan selainnya, dihasankan oleh Imam Al Albani).
Terjadi diskusi yang menarik apakah pernikahan terjadi pada semua Nabi atau ada kekhususan diantara
mereka, yakni ada beberapa Nabi yang tidak melangsungkan pernikahan. Disebutkan diantara mereka
yang tidak melakukan pernikahan adalah :
o

Nabi Yahya bin Zakariyaa alaihimaas salam. Dalam ayat disebutkan :




Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab
(katanya): Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya,
yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan,menahan diri (dari hawa
nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh (QS. Ali Imroon : 39).
Para ulama berbeda pendapat tentang makna Khusuuroon (menahan diri), Imam Ibnul Jauzi menukil
dalam tafsirnya salah satu maknanya adalah :
:
Ibnu Qutaibah berkata : maknanya bahwa Beliau tidak mendatangi wanita.
Kemudian Imam Ibnu Katsiir menambahkan dalam tafsirnya, bahwa penafsiran khushuurseperti
perkataan Ibnu Qutaibah, dikatakan oleh Ibnu Masud, Ibnu Abbas rodhiyallahu anhumaa, Mujahid,
Ikrimah, Said bin Jubair, Abu asy-Syatsaa dan Athiyyah al-Aufiy.
Kemudian para ulama berbeda pendapat, apa alasan Nabi Yahya tidak mau mendatangi wanita?
Barangkali alasan terbaik apa yang disebutkan oleh Qodhi Iyaadh, sebagaimana dinukil oleh Imam Ibnu
Katsir :

:
:
} {
: :
: . : .

Qodhi Iyaadh berkata dalam kitabnya asy-Syifaa : ketahuilah bahwa Allah telah memuji Nabi Yahya
bahwa Beliau khushuuroon, yakni maknanya bukan sebagaimaana yang dikatakan sebagian orang
bahwa Nabi Yahya impoten atau tidak memiliki kemaluan. Para peneliti tafsir telah mengingkari
perkataan mereka dan mengatakan bahwa hal tersebut adalah kekurangan dan aib yang tidak pantas
bagi para Nabi alaihi salam, namun yang benar maknanya, bahwa Beliau maksum dari dosa, yaitu
Beliau tidak mendatangi wanita, seolah-olah seperti orang yang tertahan darinya, ada juga yang
mengatakan bahwa Beliau terjaga nafsunya dari syahwa ada lagi yang mengatakan, bahwa Beliau tidak
memiliki syahwat kepada wanita.
o

Nabi Isa bin Maryam alaihi salam. Doktrin orang-orang kristen mengatakan bahwa Nabi Isa tidak
menikah. Sebagian ulama telah ditanya tentang permasalahan ini, salah satunyatakan, bahwa
Beliau tidak memiliki syahwat kepada wanitati orang yang kepada Syaikh Sholih al-Munajid,
kemudian beliau menjawab :

/ ) ( :
38
.
Tidak terdapat dalil yang jelas dalam kitab dan sunnah yang shahih yang menunjukkan penetapan atau
penafian pernikahan Nabi Isa bin Maryan alaihi salam, sekalipun dalam Al Quran terdapat dalil bahwa
pernikahan adalah keumuman petunjuk para Rasul, Allah Subhanaahu wa Taaalaa berfirman :
Namun hal tersebut tidak menghalangi adanya kekhususan pada sebagian para Nabi, pengecualian ini
bisa saja sempurna menurut syariat kerasulannya, sebagaimana pernikahan para Nabi dan kehadiran
anak-anak mereka secara umum adalah sempurna menurut syariat kenabiannya
Selengkapnya di : http://islamqa.info/ar/117065
Al Hafidz Ibnu Hajar dalam al-Fath menyebutkan sebuah hadits namun sanadnya lemah- pernikahan
Nabi Isa alaihi salam nanti pada akhir zaman, saat Beliau turun kembali ke dunia, kata beliau :

Nuaim bin Hammaad meriwayatkan dalam kitabnya al-Fitaan dari hadits Ibnu Abbas rodhiyallahu
anhu : bahwa Isa alaihi salam akan menikah di dunia, lalu Beliau tinggal selama 19 tahun. Dan
dalam riwayat Abu Huroiroh dengan sanad yang terdapat perowi mubham didalamnya, bahw Nabi Isa
alaihi salam akan tinggal selama 40 tahun.

Anda mungkin juga menyukai