Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%)
terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga
abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya
kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada
penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra
Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi
yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari
implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat
tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif,
infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka
mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan
cepat.

Keperawatan Maternitas | 1

Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita


terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya
kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang
cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham pada tahun 1992
dilaporkan kehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7% dalam 100 persalinan.
Dari penelitian yang dilakukan Budiono Wibowo di RSUP Cipto Mangunkusumo
(RSUPCM) Jakarta pada tahun 1987 dilaporkan 153 kehamilan ektopik terganggu
dalam 4007 persalinan, atau 1 dalam 26 persalinan. Ibu yang mengalami
kehamilan ektopik terganggu tertinggi pada kelompok umur 20-40 tahun dengan
umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
berkisar antara 0% sampai 14.6% (1). Kasus kehamilan ektopik terganggu di
RSUP dr. M. Djamil padang selama 3 tahun (tahun 1992-1994) ditemukan 62
kasus dari 10.612 kehamilan.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaskud dengan KET.


2. Untuk mrengetahui bagaimanakah tanda dan gejala KET.
3. Untuk mrengetahui baimanakah penanganan terhadap KET.

Keperawatan Maternitas | 2

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
berada di luar tempat yang semestinya. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi
abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut
maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga
uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi
kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang
terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus
yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga
uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi
kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat
kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat
juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars

Keperawatan Maternitas | 3

interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. (Obstetri Patologi. 1984.
FK UNPAD)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)

B. Etiologi
1. Faktor dalam lumen tuba
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen
tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
b. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering
disertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen
tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba
a. Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur yang
dibuahi dalam tuba.
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan telur
yang dibuahi di tempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur.
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.

Keperawatan Maternitas | 4

4. Faktor lain
a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau
sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus.
Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur.
b. Fertilisasi in vitro (pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel telur
yang sudah di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim wanita).
5. Bekas radang pada tuba
6. Kelainan bawaan tuba
7. Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal
8. Operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba
9. Abortus buatan
10. Riwayat kehamilan ektopik yang lalu
11. Infeksi pasca abortus
12. Apendisitis
13. Infeksi pelvis
14. Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
( Winkjosastro, 2005 - Helen Varney, 2007 - Cunningham, 2006)

C. Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada
nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan

Keperawatan Maternitas | 5

biasanya telur mati secara dini dan di reabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur
bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka
ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan
dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan
kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk
kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh
invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum
graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat
berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel
membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler.
Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati
sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga
terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut
sebagai reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian
dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada
kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua
yang degeneratif.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6
sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak

Keperawatan Maternitas | 6

mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan
yang mungkin terjadi adalah :
1.

Hasil konsepsi mati dini dan di resorbsi


Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah di resorbsi total.

2.

Abortus ke dalam lumen tuba


Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah
oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat
melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan
robeknya pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara
plasenta serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan
sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae
tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan
berhenti dan gejala-gejala menghilang.

3.

Ruptur dinding tuba


Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili
korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur
tuba sering terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus
dan biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang
terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat
terjadi secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada
koitus dan pemeriksaan vagina.

Keperawatan Maternitas | 7

D. Anatomi dan fisiologi

1. Anatomi Kehamilan Ektopik


Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa kehamilan ektopik paling
banyak terjadi di tuba, adapun anatomi kehamilan ektopik adalah sebagai
berikut :
Tuba Fallopii
Menurut Manuaba (2004) tuba fallopi berasal dari duktus Mulleri,
panjangnya sekitar 11-14 cm. Tuba fallopii terdiri dari:
1) Pars interstisialis: 3-5 cm dalam dinding uterus.
2) Pars istmika, bagian tersempit dengan diameter 2-3 mm.
3) Pars ampula, bagian terlebar dengan diameter 4-10 mm.
4) Pars infundibulum tubae, fimbriae dapat melakukan ovum pick up
mechanism.

Keperawatan Maternitas | 8

5) Otot tuba identik dengan otot polos, yaitu: longitudinal dan sirkular, yang
kedua otot ini dipengaruhi otot perbandingan antara estrogen dan
progestron.
6) Mukosa berlipat-lipat, terutama di bagian ampula:
a) Epitel kubik sampai silindris dengan sebagian mempunyai villi.
b) Mempunyai kelenjar yang dapat mengeluarkan cairan.
c) Villi berfungsi untuk mengalirkan cairan ke arah uterus.
d) Gerak villi dipengaruhi oleh perbandingan estrogen dan progestron.
Estrogen mengaktifkan gerak villi, sedangkan progestron menghambat
gerak villi.
7)

Sitem pembuluh darah tuba, yaitu: Ramus tubarisus art uterina asenden
dan Ramus tubarius art ovarika, melalui ligamentum infundibulopelvikum.

8) Sistem aliran limfe bersama dengan fundus uteri melalui ligamentum


infundibulopelvikum menuju kelenjar limfe para aorta.
Didnding tuba merupakan lapisan luar dari kapsularis yang merupakan
lapisan dalam dari hasil konsepsi. karena tuba tidak dan bukan merupakan
temoat normal bagi kehamilan, maka sbagian besar kehamilan tuba akan
terganggu pada umur enam sampai sepuluh minggu kehamilan. nasib dari
konsepsi bias mati dan kemudian diresorbsi, terjadi abortus tuba, ibu
mengalami keguguran dan terjadi rupture tuba. bila robekan kecil maka
hasil konsepsi tetap tinggal dalam tuba, sedangkan dari robekan terjadi
pendarahan yang banyak (Lutan, 1998).

Keperawatan Maternitas | 9

Perdarahan yang terjadai karena pembukaan pembuluh-pembuluh


darah oleh villikoriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat
melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya
pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya,
tergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan
menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba
dan kemudian didorong oleh darah kearah ostium tuba abdominale.
Frekuensi abortus dalam tuba tergantung pada implantasi telur yang
dibuahi. Abortus pada lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars
ampullaris, sedangkan penembusan dinding tuba oleh villi korialis kearah
peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars ismmika (Wiknjosastro,
2007).
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa
kemungkinan. Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil
konsepsi, tidak mungkin janin bertumbuh secara utuh seperti dalam uterus.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6
sampai 10 minggu. Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang
baik untuk pertumbuhan blastokista yang berimplantasi di dalamnya.
Vasakularisasi kurang baik, dan desidua tidak tumbuh dengan sempurna
(Rachimhadhi, 2007).

Ditemukan meningkatnya kejadian kehamilan ektopik mungkin


sekali berkaitan dengan meningkatnya infeksi tuba falopi. Diperkirakan

Keperawatan Maternitas | 10

akibat adanya cacat pada transpor tuba falopi. Adanya IUD memberikan
peningkatan resiko kehamilan ektopik. Pada peristiwa ini yang terkenal
dengan nama abortus tuba, ovum untuk sebagian atau seluruhnya ikut
memasuki lumen tuba dan keluar dari ostrium tuba abdominalis. Abortus
tuba biasanya terjadi pada kehamilan pada ampulla; darah yang keluar dan
kemudian masuk ke rongga
Peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi olah tekanan dari
dinding tuba (Wiknjosastro, 2007).
Uterus
Uterus berbentuk seperti buah advokat yang sedikit gepeng kearah
muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.
Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 77,5 cm, lebar diatas 5.25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm.
Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri.uterus ini
sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan
ligamenta yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik
(Wiknjosastro, 2007).
Uterus merupakan genitalia vital bagi wanita. Bentuk uterus seperti
buah pir dengan ukuran 7,5x5,5x2,5 cm, berat normal sekitar 55-60 gram.
Dapat dibagi 2/3 korpus uteri dan 1/3 serviks uterina. Uterus merupakan
jaringan dengan susunan otot tiga lapis, longitudinal, sirkular, dan oblika
dengan anyaman sedemikian rupa. Fungsi uterus sangat berat khususnya
untuk prokreasi dengan jangka waktu yang panjang sekitar 280-288 hari.

Keperawatan Maternitas | 11

Berat uterus pada wanita hamil sekitar 9-12 kilogram (Manuaba, 2004).
Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum
yang terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri ats jaringan
ikat yang tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kearah lateral
dinding pelvis. Didalamnay ditemukan banyak pembuiluh darah, antara
lain vena dan arteria uterina. Ligamnetum sakro-uterinum sisnistrum et
dekstrum, yakni ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak
bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan, ke arah os
sakrum kiri dan kanan. Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum,
yakni ligamentum yang menahan uterus dari dalam antefleksi dan berjalan
dari sudut fundus uteri kiri dan kanan (Wiknjosastro, 2007).

Vagina
Vagina adalah sebuah tabung berlapis otot yang membujur keatas
dan condong kebelakang, sejak dari vestibulum hingga ke rahim. Selain
berlapis otot juga dikelilingi jaringan pembuluh darah yang akan penuh
ketika ada ransangan seksual. Dalam keadaan biasa tabung menyempit
karena dinding-dinding saling mendekat. Vagina adalah saluran
penghubung antara vestibulum pudendi dan seik uteri. Panjang dinding
depan 9 cm dan dinding belakang 14 cm, epitelnya adalah epitel gepeng
berlapis yang mengandung banyak glikogen (Daili, 2007).
Vagina menerima aliran darah dari cabang desenden art uterine
cabang Art hipogastrik, memelihara serviks, dua pertiga vagina bagian atas

Keperawatan Maternitas | 12

berasal dari duktus mulleri. Art uterine masuk melalui ligamentum


kardinale mackonrodt, dekat serviks. vagina yang berasal dari kloaka
mendapatkan darah dari Art pundendalis interna, ranting dari Art rektalis
mediana, keduanya mengadakan anantomosis disekitar vagina bagian
bawah dan cabang vagina Art vesikalis inferior (Jones, 2005).
Epitel vagina terdiri dari epitel bertingkat yang cukup tidak
mengandung kelenjar, tetapi dapat terjadi transudasi karena dibawah epitel
vagina banyak terdapat banyak pembuluh darah, khususnya hubungan
seks. Mukosa vagina 1/3 bagian bawah mempunyai lipatan-lipatan
horizontal yang disebut rugae. Pada gadis atau mereka yang tidak
mempunayai anak, rugae-rugae tersebut masih jelas tampak. Pada dinding
vagina sering terdapat kista garner, sebagai sisa dari duktus wolfii. Asalkan
tidak menggangu gartner, tidak memerlukan pengobatan. (Manuaba.
2004).
Vagina mendapatkan darah dari arteria uterina, yang melalui
cabangnya keserviks dan vagina memberikan darah kebagian bawah 1/3
atas vagina. Arteria vesikalis inferior, yang melalui cabangnya memberi
darah 1/3 bagian tengah. Arteria hemoroidalis mediana dan arteria
pudendus interna, yang memberikan darah ke bagian 1/3 bawah vagina
Cabang desenden Art uterine cabang Art hipogastrik, memelihara serviks,
dua pertiga vagina bagian atas berasal dari duktus mulleri. Art uterine
masuk melalui ligamentum kardinale mackonrodt, dekat serviks. Vagina
yang berasal dari kloaka mendapatkan darah dari Art pundendalis interna,

Keperawatan Maternitas | 13

ranting dari Art rektalis mediana, keduanya mengadakan anantomosis


disekitar vagina bagian bawah dan cabang vagina Art vesikalis inferior.
(Wiknjosastro, 2007).

Ovarium
Terletak di bagian belakang fossa ovarika. Ovarium berkaitan
dengan uterus melalui ligamentum ovarii properium di bagian belakang
ligamentum lantum, sistem pembuluh darah berasal dari ramus ovarika
art ovarika dan ramus ovarika art uterina asenden. Mesovarium adalah
bagian dari ligamentum latum yang menghubungkan ovarium dengan
ligamentum latum. Bagian ovarium yang mengarah ke peritenium, tertutup
oleh lapisan epitel kubik atau silindris, disebut Eputhelium
germinativum. Ukuran ovarium 1,5 x 3 x 2,5 cm dengan berat 4-6 gram.
Pada korteks ovarii terdapat folikel dengan berbagai kematangan yang
setiap bulan siap untuk terjadi ovulasi. Jumlah folikel sekitar ribuan,
namun yang mampu dalam siklus primordial sampai graaf folikel, hanya
sekitar 600 buah, jika wanita tersebut tidak kawin (Manuaba. 2004).
Secara normal,sel telur dibuaaha di tubafalopi dan tertanam
dirahim meskipun begatu jika pipa menyempit atau tersumbat sel telur bisa
bergerak lambat atau tersangkut sel.
telur yang dibuahi bisa tidak pernah sampai ke rahim, mengakibatkan
kehamilan ectopik. Kehamilan ectopic biasanya terjadi di salah satu tuba

Keperawatan Maternitas | 14

falopi (sebagai kehamilan tubal) tetapi bisa terjadi di tempat lain. Janin
dalam kehamilan ektopik tidak bisa bertahan hidup.

2. Fisiologi Kehamilan Ektopik


Manusia baru mulai terbentuk ketika sebuah sel sperma dari sekian juta
yang keluar waktu bersenggama berhasil membuahi sel telur (ovum). Dari
berjuta-juta sel sperma yang masuk pada ujung atas vagina, hanya
beberapa ribu saja yang berhasil menerobos masuk ke dalam rongga
rahim. Dari jumlah itu hanya beberapa ratus yang mampu mencapai
saluran telur melalui bagian tanduk (cornu) rahim. Manusia baru
sebenarnya mulai tersusun ketika kromosom-kromosom dari sel sperma
dan sel telur itu bergabung menjadi satu. Dengan dikendalikan oleh gen,
sel kemudian membelah diri sampai terbentuk manusia baru, seperti yang
telah diuraikan di depan (Jones, 2005).
Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan
berjuta-juta sel mani bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk
kesaluran telur, pembuhan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian
yang menggelumbung dari tuba falopii. Di sekitar sel telur banyak
berkumpul sperma yang banyak mengeluarkan ragi untuk melindungi zatzat yang melindungi ovum, kemudian masuklah satu sel mani dan bersatu
bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini yang disebut pembuahan (Mochtar,
1998).
Sel sperma mempunyai kepala, badan, dan ekor. Dikepala terletak

Keperawatan Maternitas | 15

kromosom, sedang badannya merupakan sumber tenaga, dan ekornya


bertugas sebagai pendayung ketika berenang di daerah kelamin wanita.
Ketika mencapai sel telur, kepalanya menembus kulit luar sel telur. Kepala
itu kemudian terpisah dari badan dan ekor, yang tertinggal di kulit telur
dan hancur Sel telur di bentuk sebelum wanita dilahirkan, dan sesudah itu
tidak ada sel telur baru yang berkembang. Hal iini berbeda dengan yang
terjadi pada pria. Pada pria, sel sperma secara terus menerus dibentuk
sejak masa remaja hingga lanjut usia (Sadler, 1997).
Ketika memasuki sel telur, kepala sel sperma (tempat kromosom
tersimpan) terkupas kulitnya sehingga kromosom terbuka. Dengan
demikian, bertemulah dua kelompok kromosom yang masing-masing
terdiri dari 23 buah, untuk kemudian bersatu dan membentuk sel baru yang
berkromosom 46. Dengan cara ini, jumlah kromosom dalam sel manusia
dapat dipertahankan agar tetap 46 buah (Jones, 2005).
Fertillisasi yakni penyatuan ovum dengan spermatozoon terjadi di
ampulla tuba. Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakan ke kavum uteri
dan di tempat yang akhir ini mengadakan inplantasi di endometrium.
Keadaan paa tuba yang menghambat atau menghalangi gerakan ini, dapat
menjadi sebab bahwa inplantasi terjadi pada endosalping; selanjutnya ada
kemungkinan pula bahwa kelainan pada ovum yang dibuahi memberi
pradisposisi untuk implantasi diluar kavum uteri, akan tetapi kiranya hal
ini tidak banyak terjadi (Rachimhadhi, 2007).

Keperawatan Maternitas | 16

Pembuahan adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita.,


terjadi di ampulla tuba falopi. Spermatozoa bergerak dengan cepat
kedalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otototot uterus didalam tuba.Spermatozoa dapat bertahan hidup didalam
saluaran reprodiksi wanita selam kira-kira 24 jam (Sadler 1997).
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak
oleh rambut getar tuba menuju ruang rahim, kemudian melekat pada
mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang diruang rahim, peristwa ini
disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan
waktu kira-kira enam sampai tujuh hari. Untuk menyuplai darah dan zatzat makanan bagi mudigah dan janin, dipersiapkan uri atau plasenta hasil
dari nidasi ini adalah blastula. Jaringan endometrium ini banyak
mengandung sel-sel desidua. Blastula ini akan masuk kedalam desidua.
Bila nidasi telah terjadi dimulailah diferensiasi sel-sel blastula (Mochtar,
1998).
Wanita memiliki sifat kewanitaannya, karena setiap sel dalam
tubuhnya memiliki 44 otosom dan dua kromosom X, kecuali sel telurnya.
Sifat kewanitaan itu di perkuat oleh tidak adanya kromosom Y dalam selsel tubuh. Karena tidak memiliki kromosom Y, maka alat kelamin akan
berkembang sebagaimana mestinya. Juga didapat bukti-bukti, dengan tidak
adanya kromosom Y membuat seorang wanita memiliki jiwa yang fiminin
(Jones, 2005).

Keperawatan Maternitas | 17

Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus


luteum graviditatis dan trofoblas, uterus menjadai besar dan lembek;
endometrium dapat berubah pula menjadi desidua. Dapat ditemukan pula
perubahan-perubahan pada endometrium yang disebut fenomena AriasStella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik,
lobuler, dan berbentuk tak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang
atau berbusa, dan kadang-kadang ditemukan mitosis. Perubahan tersebut
hanya ditemukan pada sebagian kehamilan etopik. Setelah janin mati,
desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan
berkeping-keping, tetapi kadang-kadang dilepaskan secara utuh.
Perdarahan yang dijumpai pada kehammilan ektopik terganggu berasal
dari uterus dan disebabkan olehpelepasan desidua yang degrenatif
(Wiknjosastro, 2007).

Ket : Gambar tuba fallopii (tanda biru rahim, tanda merah ektopik)

Keperawatan Maternitas | 18

E. Manifestasi klinik
Pada kehamilan ektopik yang mudah dan tidak terganggu terdapat gejalagejala seperti pada kehamilan normal yakni amenorea, enek sampai muntah dan
sebagainya. Mungkin rasa nyeri kiri atau kanan pada perut bagian bawah lebih
sering ditemukan berhubung dengan tarikan pada peritoneum berhubung dengan
pembesaran tuba dengan kehamilan ektopik. Uterus juga membesar dan lembek
seperti pada kehamilan intra uteri, pada kehamilan dua bulan mungkin disamping
uterus yang membesar dapat ditemukan tumor yang lembek dan licin, akan tetapi
hal itu disebabkan oleh korpus luteum graviditatis atau suatu tumor ovarium.
Amenorea di ikuti oleh perdarahan merupakan gejala yang sering dijumpai
pada kehamilan ektopit.biasa perdarahan tidak banyak tetapi dapat berlangsung
cukup lama, dan darah berwarnwa hitam.seperti telah dikemukakan jika mudigih
mati, desidua dapat dikeluarkan seluruhnya; ada pemeriksaan histologi pada
desidua ini tidak ditemukan villus korialus.
Abortus tuba ialah gangguan yang umumnya tidak begitu mendadak, dan
dapan memberti gambaran yang beraneka ragam. Timbul perdarahan dari uterus
yang berwarna hitam, dan rasa nyeri disamping uterus bertambah keras.
Pemerikssan ditemukan disamping uterus sebuah tumor nyeri tekan, agak pendek
dan batas-batas yang tidak rata dan jelas,kadang-kadang uterus termaksud dalam
tumor tersebut. Kavum dougelasi, menonjol ke vagina karena darah didalamnya,
kadang-kadang teraba dengan jelas, hemtokele sebagai tumor agak lembek. Satu
gejala yang penting ialah timbul nyeri yang cukup keras apabila serviks uteri
digerakan.

Keperawatan Maternitas | 19

Tergantung dari banyaknya darah yang keluar kerongga perut, penderita


tampak biasa saja. Atau tampak anemis. Suhu badan agak naik, tetapi tidak
banyak. Ditempat adanya hematosalping perut nyeri pada palpasi, dan kadangkadang dapat diraba, tumor pada pemeriksaan tersebut.
Pada ruptur tuba peristiwa terjadi dengan mendadak dan keadaan penderita
umumnya lebih gawat. Adanya enemi lebih tampak, kadang-kadang penderita
dalam keadaan syok, dengan suhu badan menurun, nadi cepat, tekanan darah
menurun, dan bagian perifer badan terasa dingin. Perut agak membesar,
menunjukan tanda-tanda rangsangan peritoneum dengan rassa nyeri yang keras
pada palpasi. Kadang-kadang dapat ditemukan adanya cairan bebas dalam rongga
perut. Pada pemeriksaan genekologik uterus tidak dapat diraba dengan jelas
karena dinding perut menegang dan uterus dikelilingi oleh darah. Gerakan pada
serviks uteri nyeri sekali, dan kavum douglas terang menonjol.

Manisfestasi klinik pada klien dengan kehamilan ektopik adalah sebagai


berikut.
1. Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada
umumnya ibu menunjukan gejala-gejala kehamilan muda dan
mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak
seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal, uterus membesar dan
lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya
sukar diraba pada bimanual.

Keperawatan Maternitas | 20

2. Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-bada dari perdarahan


banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang
tiadk jelas sehingga sukar dibuat diagnosisnya.
3. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu.
Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan
intesitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu
pingsan dan masuk kedalam syok.
4. Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik.
Lamanya amenore tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat
bervariasi.

F.

Tanda dan gejala


1.

Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau


spotting atau perdarahan vaginal.

2.

Menstruasi abnormal.

3.

Abdomen dan pelvis yang lunak.


4.

Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel
desidua pada endometrium uterus.

5.

Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.

6.

Kolaps dan kelelahan

7.

Pucat

8.

Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)


Keperawatan Maternitas | 21

9.

Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak


gembung.

10.

Gangguan kencing
Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan
peritoneum oleh darah di dalam rongga perut.
1.

Pembesaran uterus

Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh


hormon-hormon kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil
dibandingkan dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama
umurnya.
2.

Nyeri pada toucher

Terutama

kalau

cervix

digerakkan

atau

pada

perabaan

cavumdouglasi (nyeri digoyang)


11.

Tumor dalam rongga panggul


Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan
kumpulan darah di tuba dan sekitarnya.

12.

Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba
yang terganggu, karena perdarahan yang banyak ke dalam rongga
perut.

Keperawatan Maternitas | 22

13.

Nyeri
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus
kehamilan ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral ,
terlokalisasi atau tersebar.

14.

Perdarahan
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose
dan dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya
sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan
pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya
membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus

15.

Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang
memiliki berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan
menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil.

G. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan
diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan
penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya
ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat
menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.

Keperawatan Maternitas | 23

Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan,


infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh
darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.

H.

Pemeriksaan Penunjang
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum

terganggu demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami


abortus tuba atau rupture tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga
ada kehamilan ektopik yang belum terganggu, maka penderita segera dirawat
di rumah sakit. Alat bantu diagnostic yang dapat digunakan ialah
ultrasonografi, laparoskopi atau kuldoskopi.
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak
mengalami kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali.
Untuk mempertajam diagnosis,

maka pada tiap wanita dalam masa

reproduksi dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah atau kelainan haid,
kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan. Pada umumnya dengan
anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang cermat diagnosis dapat
ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostic seperti kuldosentesis,
ultrasonografi dan laparoskopi masih diperlukan anamnesis. Haid biasanya
terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subyektif
kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat
dinyatakan. Perdarahan per vaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.

Keperawatan Maternitas | 24

a)

Pemeriksaan umun : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada


perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada
jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan
nyeri tekan.

b)

Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin


ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat
diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba
tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditemukan. Kavum
Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel
retrouterina.

Suhu

kadang-kadang

naik,

sehingga

menyukarkan

perbedaan denga infeksi pelvik.


c)

Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel


darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik
terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut.
Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi
harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.

d)

Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan


bila leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari
infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang
melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes
kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi tes negative tidak
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena

Keperawatan Maternitas | 25

kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi


human chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negative.
e)

Kuldosentris : adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah


kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu
membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Tekniknya :
1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic
3. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam
servik ; dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak
4. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan
semprit 10 ml dilakukan penghisapan
5. Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada
kain kasa dan perhatikan apakah darah yang dikeluarkan
6. Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan
membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertususk
7. Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau
yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya
hematokel retrouterina.

f)

Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis


pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di
dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada 5
% kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini masih harus

Keperawatan Maternitas | 26

diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterine pada
kasus uternus bikornis.
g)

Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir


untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic
yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan
bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus,
ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah
dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan,
tetapi hal ini menjadi indikasi untuk melakukan laparotomi.

I. Penatalaksanaan
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya
terhadap jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya
tetap dilakukan tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif (nonoperatif) yaitu walaupun darah berkumpul di rongga abdomen lambat laun
dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi
(pengeluaran melalui vagina dari darah di kavum Douglas), sisa darah dapat
menyebabkan perlekatan-perlekatan dengan bahaya ileus. Operasi terdiri dari
salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi. Jika penderita sudah memiliki
anak cukup dan terdapat kelainan pada tuba tersebut dapat dipertimbangkan
untuk mengangkat tuba. Namun jika penderita belum mempunyai anak, maka
kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba berfungsi.

Keperawatan Maternitas | 27

Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam


divertikulum uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter.
Perdarahan sedini mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksia
yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki
dan darah dari rongga abdomen sebanyak mungkin dikeluarkan. Serta
memberikan transfusi darah.
Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila
dimungkinkan dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka
dapat dilakukan tindakan sistektomi ataupun oovorektomi (5). Sedangkan
kehamilan ektopik terganggu berlokasi di servik uteri yang sering
menngakibatkan perdarahan dapat dilakukan histerektomi, tetapi pada nulipara
yang ingin sekali mempertahankan fertilitasnya diusahakan melakukan terapi
konservatif.

Keperawatan Maternitas | 28

BAB III
IMPLEMENTASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )


Topik

: Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET )

Sasaran

: Pasien Ny. R dan Keluarga Pasien

Tempat

: Ruang Mawar

Hari/Tanggal

: Kamis, 21 Juli 2016

Waktu

: 30 menit

Pelaksana

: Mahasiswa Akper Pemprov

Masalah Keperawatan

: Kurangnya pengetahuan pasien tentang


Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

I. TUJUAN PENYULUHAN
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah di berikan penyuluhan selama 30 menit, tentang Kehamilan
Ektopik Terganggu di harapkan sasaran (Pasien) dan keluarga mengerti dan
mengetahui tentang Kehamilan Ektopik Terganggu.

Keperawatan Maternitas | 29

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit,diharapkan pasien dan
keluarga dapat :
a. Memahami pengertian Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET ) dengan
benar
b.

Memahami penyebab Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET ) dengan


benar

c. Mengetahui tanda dan gejala Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET )


dengan benar
d.

Mengetahui komplikasi Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET )


dengan benar

e.

Mengetahui pemeriksaan penunjang Kehamilan Ektopik Terganggu


( KET ) dengan benar

f.

Mengetahui penatalaksanaan Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET )


dengan benar

II.

MATERI PENYULUHAN
a. Pengertian Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET )
b.

Penyebab Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET )

Keperawatan Maternitas | 30

d. Tanda dan gejala Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET )

III.

IV.

e.

Komplikasi Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET )

f.

Pemeriksaan penunjang Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET )

g.

Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET )

METODE
1.

Ceramah

2.

Tanya Jawab

MEDIA
1. Lembar balik
2. Leaflet

Keperawatan Maternitas | 31

V. KEGIATAN PENYULUHAN
No.

WAKTU

KEGIATAN PENYULUH

KEGIATAN
PESERTA

1.

5 Menit

Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan

Menjawab salam

mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri

Mendengarkan

3. Menjelaskan tujuan dari

Memperhatikan

penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan

Memperhatikan

diberikan
2.

15 Menit

Pelaksanaan :
1. Menjelaskan pengertian KET

Memperhatikan

2. Menjelaskan penyebab KET

Memperhatikan

3. Menjelaskan perjalanan penyakit

Memperhatikan

KET
4. Menjelaskan tanda dan gejala
KET
5. Menjelaskan gambaran klinik

Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan

KET

Keperawatan Maternitas | 32

6. Menjelaskan penatalaksanaan
KET
3.

8 Menit

Evaluasi :
1. Menanyakan kepada peserta

Menjawab pertanyaan

tentang materi yang telah


diberikan, dan reinforcement
kepada pasien dan keluarga pasien
yang dapat menjawab pertanyaan.
4.

2 Menit

Terminasi :
1. Mengucapkan terimakasih atas

Mendengarkan

peran serta peserta.


2. Mengucapkan salam penutup

Menjawab salam

VI. EVALUASI
A. Evaluasi Struktur :
1. Kelengkapan media-alat (AVA) ; tersedia dan siap digunakan
2. Pelaksana siap melakukan penkes
3. Fasilitas tersedia
B. Evaluasi Proses:
1) Pelaksana dan sasaran mengikuti penkes sesuai waktu yang ditetapkan
2) Sasaran aktif selama proses penkes
3) Sasaran mampu menjawab pertanyaan
4) Pelaksana menyajikan semua materi secara lengkap.

1.

C. Evaluasi Hasil (lisan) :


Setelah diberikan penkes pasien dan keluarga mampu :
Menyebutkan Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET ) dengan tepat
2.
Menjelaskan kembali Penyebab Kehamilan

Ektopik

Terganggu ( KET ) dengan tepat

Keperawatan Maternitas | 33

3.

Menjelaskan kembali Tanda dan gejala Kehamilan Ektopik

4.

Terganggu ( KET ) dengan tepat


Menjelaskan kembali Komplikasi

5.

Terganggu ( KET ) dengan tepat


Pemeriksaan
penunjang

Kehamilan Ektopik

Kehamilan

Ektopik

Terganggu ( KET ) dengan tepat


6.
Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET )
dengan tepat

MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi
di luar rongga uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk
terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %).
(Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis

Pelayanan

Kesehatan

Maternal dan Neonatal)


B. Etiologi
1. Faktor dalam lumen tuba
2. Faktor pada dinding tuba
3. Faktor diluar dinding tuba
4. Faktor lain

Keperawatan Maternitas | 34

5. Bekas radang pada tuba


6. Kelainan bawaan tuba
7. Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal
8. Operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba
9. Abortus buatan
10. Riwayat kehamilan ektopik yang lalu
11. Infeksi
12. Apendisitis
13. Infeksi pelvis
14. Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
C. Tanda dan gejala
1. Nyeri abdomen bawah
2. Menstruasi abnormal
3. Kelelahan
4. Pucat
5. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
6. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak
gembung
7. Gangguan kencing
D. Komplikasi

Keperawatan Maternitas | 35

Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah


perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih,
ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi
terkait tindakan anestesi.
E. Pemeriksaan Penunjang
Bila diduga ada kehamilan ektopik yang belum terganggu, maka
penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat bantu diagnostic yang
dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi atau kuldoskopi.
F. Penatalaksaaan
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada
bahaya terhadap jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif,
tetapi sebaiknya tetap dilakukan tindakan operasi. Kekurangan dari
terapi konservatif (non-operatif) yaitu walaupun darah berkumpul di
rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian
dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari
darah di kavumDouglas). Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada
ruptur tuba, kehamilan dalam divertikulum uterus, kehamilan
abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter. Untuk kehamilan
ektopik terganggu dini dapat dilakukan tindakan sistektomi ataupun
oovorektomi, sedangkan kehamilan ektopik terganggu dapat dilakukan
histerektomi

Keperawatan Maternitas | 36

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar
kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik
dapat diartikan berada di luar tempat yang semestinya. Apabila pada
kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat
berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu. Penyebab terjadinya Kehamilan Ektopik
terganggu (KET) ini adalah Kelainan bawaan tuba, riwayat kehamilan
ektopik yang lalu, faktor dalam lumen tuba, faktor pada dinding tuba,

Keperawatan Maternitas | 37

operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba, infeksi dan alat kontrasepsi


dalam rahim (IUD). Kehamilan Ektopik Terganggu ditandai dengan Nyeri
abdomen bawah, menstruasi abnormal, nyeri pada palpasi, perut pasien
biasanya tegang dan agak gembung, kelelahan dan gangguan kencing.
Komplikasi dari Kehamilan Ektopik Terganggu ini adalah perdarahan,
infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan
pembuluh darah besar). Pemeriksaan yang biasa yang digunakan untuk
mengetahui terjadinya Kehamilan Ektopik Terganggu adalah Alat bantu
diagnostic yang dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi atau
kuldoskopi.

B. Saran

Keperawatan Maternitas | 38

Daftar Pustaka

http:/en.academikru/pictures/anwiki/71/gray 589.
Di akses pada tanggal 2 April 2016, jam 19.45 WITA
http://ayajha 2.files.wordpres.com/2009/08/etro i.
Di akses pada tanggal 2 April 2016, jam 20.00 WITA
http://media- 2.wep britania.com/eb-media /89/2689-004-554fi
Di akses pada tanggal 2 April 2016, jam 20.45 WITA

Keperawatan Maternitas | 39

Keperawatan Maternitas | 40

Anda mungkin juga menyukai