Anda di halaman 1dari 12

MEMFASILITASI KREATIVITAS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan yang
diampu oleh :
Drs. Sudaryat Nurdin Ahmad, M.Pd.

Disusun oleh :
Anisya Rachmiati

1505169

Ersa Isdiyanti

1503834

Imas Siti Masitoh

1503818

Muhammad Rivai H. B

1505119

Shofy Nur Imani M

1505580

Sugih Hadinugraha

1506693

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di sekolah pada umumnya lebih menekankan pada pengembangan
berpikir logis dengan melatih peserta didik untuk berpikir teoritis dan memahami
suatu pengetahuan yang sudah ditetapkan berdasarkan teori-teori yang ada.
Kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah secara kreatif dan berpikir
luas cenderung kurang diperhatikan oleh pendidik dalam lingkungan pendidikan
formal. Padahal dalam proses pembelajaran, berpikir kreatif dan mengembangkan
kreativitas merupakan hal yang sangat dibutuhkan dan sangat penting karena akan
mempengaruhi pola pikir dan pola kerja peserta didik dalam menyelesaikan suatu
masalah dan ikut berperan penting dalam pembentukan karakter yang dibutuhkan
dalam menjalankan peranan lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kegiatan pembelajaran yang ideal, peserta didik tidak hanya dituntut
keaktifannya saja tapi juga kreativitasnya. Dengan mengembangkan kreativitas,
pembelajaran akan menjadi menarik dan peserta didik berperan aktif dalam proses
belajar. Seorang pendidik dituntut untuk dapat mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses belajar mengajar sekaligus menumbuhkan daya kreasi karena hal
tersebut bisa menjadi sarana untuk mengembangkan potensi anak didik yang usianya
masih berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Tetapi sebagian pendidik
belum mampu untuk dapat memanfaatkanya, hal tersebut akan mampu diatasi dengan
mengubah cara pengajaran dengan melihat bagaimana pengajaran yang cocok atau
sesuai untuk mengembangkan kreativitas anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kreativitas?
2. Bagaimana ciri ciri siswa yang memiliki kreativitas?
3. Bagaimana cara mengembangkan kreativitas?
4. Bagaimana mengembangkan kreativitas dalam proses pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu kreativitas dan makna dari pengembangan kreativitas
2. Mengetahui strategi-strategi pembelajaran yang mampu mengembangkan
kreativitas peserta didik

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kreativitas
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kreatif

didefenisikan

sebagai kemampuan untuk mencipta atau proses timbulnya ide baru. Kreativitas
adalah kemampuan untuk berpikir dalam cara-cara yang baru dan tidak biasa serta
menghasilkan pemecahan masalah yang unik (Santrock, 2007, dalam Sunaryo,
2002). Menurut Munandar (1985), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Hasil yang
diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan
(kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas meliputi baik ciriciri aptitude seperti kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan keaslian
(originality) dalam pemikiran, maupun ciri-ciri non aptitude, seperti rasa ingin tahu,
senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman-pengalaman
baru (Semiawan, 1996).
Pada intinya, pengertian kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam
bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi
dengan hal-hal yang sudah ada, dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah
ada sebelumnya.
B. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Kreativitas
Biasanya anak yang kreatif, selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas dan
menyukai kegemaran dan ingin terlibat langsung aktivitas yang kreatif. Anak dan
remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih
berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada
umumnya. Artinya, dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti,
penting, dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan dari
orang lain. Mereka pun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan
ypendapat mereka walaupun mungkin tidak di setujui orang lain. Orang yang
inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari

tradisi. Rasa percaya diri, keuletan, dan ketekunan membuat mereka tidak cepat
putus asa dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Dalam aspek lainnya, pribadi kreatif biasanya lebih terorganisir dalam
tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinal mereka telah dipikirkan dengan
matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan
implikasinya. Dengan kata lain, seorang yang memiliki kreativitas tinggi, selalu
memikirkan segala sesuatu dengan terencana dan penuh pertimbangan.
Siswa yang memiliki kreativitas biasanya memiliki rasa humor tinggi, dapat
melihat masalah dari berbagai sudut pandang, dan memiliki kemampuan untuk
bermain dengan ide, konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.
Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan
sumbangan kreativitas paling menonjol terhadap masyarakat digambarkan sebagai
berikut: berani dalam pendirian atau keyakinan, serba ingin tahu, mandiri dalam
berpikir dan mempertimbangkan, bersibuk diri terus menerus dengan kerjanya,
intuitif, ulet, tidak bersedia menerima pendapat dari otoritas begitu saja. Kenyataan
menunjukan, bahwa guru dan orangtua lebih menginginkan perilaku sopan, rajin,
dan patuh dari anak, ciri-ciri yang tidak berkaitan dengan kreativitas (Utami, 2009).
Berikut ini merupakan pandangan di Indonesia tentang ciri-ciri pribadi
kreatif dan ciri-ciri pribadi yang diinginkan guru terhadap siswa di sekolah dasar
dan menengah:
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Ciri-ciri Pribadi Kreatif

Ciri-ciri Siswa yang Paling di

Imajinatif
Mempunyai prakarsa
Mempunyai minat luas
Mandiri dalam berpikir
Serba ingin tahu
Senang berpetualang

Inginkan oleh Guru


Penuh energi
Mempunyai prakarsa
Percaya diri
Sopan
Rajin
Melaksanakan pekerjaan pada

Penuh energi
Percaya diri
Bersedia mengambil resiko
Berani dalam pendirian dan

waktunya
Sehat
Berani dalam berpendapat
Mempunyai ingatan yang baik
Ulet

keyakinan

Dari ciri-ciri tersebut terlihat tidak banyak kesamaan antara ciri-ciri pribadi
yang kreatif menurut para pakar psikologi dengan ciri-ciri diinginkan oleh pendidik
terhadap peserta didik.
C. Pengembangan Kreativitas
Ada beberapa langkah untuk mengembangkan kreativitas dalam diri
seseorang. Langkah pertama, percaya pada kemampuan diri sendiri. Percaya pada
potensi dan akal yang telah dianugerahkan dalam diri setiap manusia. Hal ini
merupakan awal dimana perlunya kesadaran individu untuk mengembangkan akal
dan pemikiran yang akan membantu dalam proses berpikir kreatif. Langkah kedua
adalah bebaskan akal pikiran dari belenggu dan penghalang yang merintangi cara
berpikir untuk menjadi lebih kreatif, diantaranya belengggu yang berkaitan dengan
cara hidup yang secara langsung berjalinan dengan ekspresi tentang kekuatan akal
berpikir.

Langkah

ketiga,

adalah

membina

akal

dan

mengembangkan

kemampuannya berkreasi, perlu adanya latihan secara nyata dalam proses mencapai
tahapan ini (Yusuf, 2005).
D. Cara Mengembangkan Kreativitas dalam Proses Pembelajaran
Secara generik mengembangkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai pengkondisian atau membangun iklim yang memicu
berkembangnya kemampuan berpikir dan berkarya. Landasannya adalah menguasai
pengetahuan dan menerapkan ilmu pengetahuan dalam bentuk keterampilan terbaik.
Kreativitas itu merupakan produk pada level berpikir tertinggi. Itu sebabnya,
teori Bloom yang baru menempatkan to create atau berkreasi menjadi bagian
penting penyempurnaannya sehingga ranah kognitif tidak diakhiri dengan evaluasi,
melainkan kreasi.
Untuk mengembangkan siswa yang kreatif diperlukan guru-guru yang
memiliki kompetensi sebagai berikut:

berpengetahuan tentang karakater dan kebutuhan siswa kreatif.

terampil mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

terampil mengembangkan kemampuan siswa memecahkan masalah.

mampu mengembangkan bahan ajar untuk sehingga menantang siswa lebih


kreratif.

mengembangkan strategi pembelajaran individual dan kolaboratif.

memberi toleransi dan memberi kebebasan sekali pun hal itu tidak
dikehendakinya jika ternyata prilaku berbeda itu menghasilkan produk belajar
yang lebih kreatif.
Di samping kebutuhan kompetensi guru, pengembangan kreativitas siswa

melalui pembelajaran memerlukan iklim atau kultur yang menunjang. Ada


kebiasaan-kebiasaan yang baik yang guru tumbuhkan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa prilaku siswa kreatif tidak selalu seperti prilaku yang guru harapkan sehingga
sering terjadi guru tidak menujang tumbunya kreativitas siswa.
Untuk memahami bagaimana cara mengembangkan berpikir kreatif dalam
pembelajaran, deskripsi berikut ini memaparkan beberapa contoh praktis. Contoh
yang disajikan bersifat berbeda dengan pendekatan pembelajaran biasa yang
umumnya menekankan pada hafalan dimana guru memberikan informasi tanpa
siswa mengolahnya secara bermakna. Craft (2000) mengemukakan bahwa aktivitas
belajar yang menyediakan berbagai pendekatan belajar dapat memfasilitasi proses
berpikir kreatif siswa. Hal senada dinyatakan oleh Tanner & Jones (2000) yang
menyarankan agar pembelajaran menyediakan berbagai permaslaahan baik dalam
bentuk tugas praktik, penyelidikan maupun pengamatan. Pendekatan seperti itu
dapat memfasilitasi sekaligus menjadi dasar penilaian aspek keterbukaan,
fleksibilitas, konvergensi maupun elaborasi berpikir siswa.
Contoh 1.
Pengamatan, Pengelompokan, Komunikasi : Benda apa di dalam kaus kaki?
Pengamatan melibatkan panca indera siswa: sentuhan, penciuman, penglihatan dan
pendengaran. Melalui proses penginderaaan tersebut siswa dapat menentukan
atribut/ciri dari suatu benda yang diamatinya. Dalam contoh aktivitas siswa di kelas
rendah berikut, siswa menentukan benda berdasarkan ciri-ciri yang mereka amati.
Tugas

Ke dalam sebuah kaus kaki berwarna hitam dimasukkan dadu dan boneka binatang
kecil. Bagian atas kaus kaki yang ada balok dadu tersebut diikat agar siswa tidak

dapat melihat isi di dalamnya. Kaus kaki berwarna hitam dimaksudkan agar siswa
tidak dapat melihat bentuk dan warna nyata dari benda yang dimasukkan. Kemudian
kaus kaki diberikan kepada siswa secara berkelompok. Siswa diminta untuk
menentukan ciri-ciri benda berdasarkan penginderaaan yang dilakukan dan
menentukan nama benda tersebut.
Dalam kegiatan belajar ril di kelas, siswa biasanya ingin menebak langsung
benda yang ada di dalam kaus kaki tersebut. Namun demikian, guru sebaiknya
mengarahkan siswa untuk berpikir seperti ilmuwan. Guru menekankan bahwa
tebakan/hipotesis siswa sebaiknya didasarkan pada ciri-ciri yang mereka amati dan
diskusikan. Dalam hal ini, siswa diminta untuk mengelaborasi apa yang mereka
rasakan, bagaimana bentuk, ukuran, ketajaman, berat, dan sebagainya dari benda
yang mereka amati. Dari elaborasi tersebut, siswa diminta untuk menentukan ciri
dari benda tersebut dan menentukan nama benda yang diamati tersebut.
Transformasi dari pengamatan menuju pengelompokan dan komunikasi
menyediakan aspek diferensiasi kemampuan bagi siswa. Siswa dapat
mengelompokkan ciri benda berdasarkan kriteria yang mereka amati. Tantangan
bagi siswa dalam proses ini adalah menentukan faktor pembeda (discriminating
factor), misalnya ukuran besar-kecil, tampilan keras-lunak, dan sebagainya.
Selanjutnya, siswa mengelaborasi dan mengomunikasikan ciri-ciri yang mereka
dapati sebagai temuan mereka. Berkenaan dengan proses diferensiasi kemampuan,
sebagian pendidik berpendapat bahwa siswa yang berbakat cenderung mampu untuk
melakukan eksplorasi dan penemuan bebas dimana melalui kedua proses tersebut
kelompok siswa ini melakukan diferensiasi terhadap belajar mereka. Pada tataran
tertentu, pendapat ini benar karena kelompok siswa berbakat memiliki rasa ingin
tahu yang terlihat dari cara mereka bertanya dan menjawab. Pertanyaan siswa
sebenarnya dapat menjadi panduan bagi guru untuk melakukan diferensiasi belajar
siswa dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengelaborasi
suatu kasus/konsep. Namun demikian, pada dasarnya perencanaan untuk diferensiasi
belajar dikembangkan dari pemahaman guru terhadap kedalaman dan kompleksitas
dari kurikulum. Dari perencanaan tersebut dapat dikembangkan bentuk aktivitas
eksplorasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Diferensiasi belajar

dapat memfasilitasi proses kombinasi, daripada isolasi, keterampilan berpikir


kreatif. Siswa berpikir fluent dan fleksibel ketika mereka mampu menghasilkan
berbagai gagasan, misalnya membuat chart untuk menjelaskan hubungan antara ciri
dengan benda yang secara keseluruhan siswa mengombinasikan proses fluency,
fleksibilitas, originalitas dan elaborasi.
Contoh 2.
Keterampilan Menengah-Mahir: Bagaimana Memindahkan Benda seberat 100 Kg?
Tingkat keterampilan menengah dan mahir melibatkan proses menginferensi,
memprediksi, membuat hipotesis, mendefinisikan dan mengendalikan variabel.
Dalam contoh ini siswa diminta untuk memikirkan bagaimana cara memindahkan
benda seberat 100 kg oleh mereka sendiri dengan menggunakan alat/bahan yang
mereka tentukan sendiri. Kita dapat memperhatikan bahwa siswa menentukan
alat/bahan yang berbeda untuk membantu mereka memindahkan benda tersebut. Hal
ini menunjukkan bahwa mereka memiliki fluency tentang faktor-faktor yang dapat
membantu mereka memindahkan benda. Selain itu, kita dapat melihat bahwa siswa
juga memiliki cara/metode memindahkan benda yang beragam. Ini membuktikan
bahwa mereka juga memiliki fleksibilitas berpikir. Dalam konteks ini, siswa
menginferensi dan memprediksi alat bantu dan metode apa yang akan digunakan.
Ragam gagasan mengenai alat bantu dan metode yang digunakan kemudian mereka
elaborasi masing-masing dan mengomunikasikannya satu sama lain. Kemudian guru
dapat memimpin diskusi untuk menilai gagasan mana saja yang dipandang efektif
dan mengapa gagasan tersebut efektif. Dalam konteks ini, siswa melakukan
hipotesis terhadap efektivitas suatu gagasan dan menentukan variabel yang
menjelaskan mengapa gagasan tersebut efektif. Untuk memvalidasi gagasan, guru
selanjutnya dapat meminta siswa untuk mensimulasikan desain gagasan yang
mereka hasilkan.

BAB III
ANALISIS

BAB IV
KESIMPULAN

Kreativitas dahulu dianggap sebagai anugrah yang ajaib, yang hanya dimiliki
oleh sebagian kecil orang. Sekarang kita tahu bahwa kecerdasan merupakan anugrah
ajaib yang dimiliki semua orang. Menguraikan kekuatan kecerdasan kreatif hanyalah
masalah memahami bagaimana melakukannya .
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru,
baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun
non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada,
yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Kreativitas
bisa dimiliki semua orang dengan membangun potensi kreatif dalam dirinya . Sangat
disayangkan apabila guru kurang memberi kesempatan pada peserta didik untuk belajar
secara kreatif, karena hal tersebut sama artinya dengan mencetak robot-robot yang
hanya bertindak atas dasar remote controll dari pemiliknya.
Sehubungan dengan itu maka sudah selayaknya guru mulai mendesain
pembelajarannya di kelas dengan selalu mempromosikan kreativitas dalam benak
pikiran peserta didiknya.

DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Conny R. Semiawan. (1996). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta :
Gramedia.
Munandar, Utami. (1985). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak sekolah.
Jakarta : Gramedia.
Munandar, Utami. (2009). Perkembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT.
Asdi Mahasatya.
Al-Uqshari, Yusuf. (2005). Melejit dengan kreatif. Jakarta: Gema Insani.
Munandar, Utami. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta : PT Gramedia
Utama.
Suratno, Tatang.2009. Pengembangan Kreativitas dalam Pembelajaran Sains di
Sekolah Dasar . [Online].

Diakses dari file.upi.edu/.../195707111985031-

HIDAYAT/PENGEMBANGAN_KREATIVITAS.pdf.

Anda mungkin juga menyukai